[40] Bagian yang Hilang

"Dari semua pemeran pembantu yang ada di kelas ini kenapa aku setim denganmu?" Bakugo baru kelar ganti baju ke kostum pahlawannya, masuk-masuk langsung protes.

Dia rasanya gak terima banget setim sama Hagakure. Quirknya cuma menghilang. Sebatas enggak terlihat. Bagi Bakugo hal itu sulit dikombinasiin sama quirknya yang keren banget.

"Apa maksudmu? Kau berharap setim dengan Midoriya atau Kirishima? Begitu?" balas Hagakure, jelas gak terima. Dia paham kenapa Bakugo nyolot, pasti karena quirknya. Meski begitu, quirknya kan berguna banget dalam hal penyergapan. "Kau gak suka dengan quirkku ya?"

Bakugo berdecih. Anak dengan kostum lengkap itu memilih duduk bersender di tepi lapangan sambil menatap Hagakure yang tidak terlihat. "Kalau kau menunjukkan hal yang kau bisa, mungkin aku tidak akan membunuhmu."

Hagakure tertawa kecil. "Bakugo, kau harus lebih berhati-hati saat menggunakan kata membunuh loh."

"Untuk apa kau peduli, Kaca?"

Senyuman tak terlihat kembali tersungging di bibir Hagakure. Dia diberi julukan Kaca oleh Bakugo. Manis sekali. Gadis itu pun melepaskan kedua sarung tangan dan sepatunya sambil bergumam kecil, "Bakugo yang manis, seakan-akan pahlawan bodoh sepertimu benar-benar punya kemampuan untuk membunuh." Selanjutnya Hagakure menjadi tidak terlihat secara keseluruhan.

Tepat setelahnya laki-laki berquirk peledak itu langsung berdiri dan memasang kuda-kuda berjaga. Dia menajamkan seluruh indranya. Kerapatan angin yang berubah di sebelah kiri membuat Bakugo reflek menghindar. Ada tinju yang melayang dari arah sana. Ah, ini dia pertarungan tidak terlihat.

Memang sih, setelah dipikir-pikir cukup menantang juga. Selama ini, Bakugo gak pernah melawan musuh yang "tidak ada". Kalau begini, dia bisa latihan untuk menajamkan indra-indranya secara keseluruhan.

"Baiklah Kaca, setidaknya quirkmu berguna untuk membuatku menjadi kuat!" seru Bakugo sambil mengayunkan ledakan ke arah kanan. Berikutnya terdengar jeritan kecil Hagakure.

"Bakugo itu sakit!" protesnya sambil melompat ke belakang.

Gadis itu terhempas sedikit ke arah tempat latihan tim Aoyama. Anak bersinar itu baru aja berhasil ngeledakin jendela ruang olahraga dan kacanya berserakan di mana-mana. Hagakure yang melihat itu mendapat sebuah ide. Dengan cepat ia mengambil sebilah kaca  berukuran sedang dan kembali menyerang Bakugo.

Tentu saja Bakugo bisa melihat kaca tersebut, apalagi Hagakure nyamperin dia sambil ketawa-ketawa gak jelas.

"Kaca Nenek Lampir!" serunya sambil melompat tinggi, saat kaca tersebut mengayun ke atas, berhasil merobek tipis lengan atas Bakugo. Kostumnya menjadi sobek. Kini kaca tersebut ditandai dengan noda darah tipis.

Bakugo mungkin gak lihat jelas, tapi dia paham apa yang dilakukan Hagakure. Gadis itu menjilat semua darah yang ada pada kaca, membuatnya kembali bersih. Kemudian Hagakure melempar kaca tersebut tinggi-tinggi, nyaris menyentuh langit-langit ruang olahraga.

Laki-laki berambut ash blonde itu mencoba mengembalikan fokusnya setelah mendarat. Dia paham, akan ada serangan kejutan dari Hagakure. Benar saja, sebuah tendangan kuat mendarat di pundaknya.

"Tendanganmu terasa berbeda, Kaca Ajaib."

Bakugo menepis kaki tidak terlihat milik Hagakure. Dia mendapatkan kaki gadis itu dan menariknya, membuat Hagakure tersungkur. Gadis itu mengerang, tapi orang bar-bar kayak Bakugo ga mungkin peduli.

Dengan cepat dibuatnya ledakan berukuran sedang dan dihantamnya ke lantai, tapi Hagakure lebih cepat menghindar. Dia mencoba bangkit dan memutar tubuhnya. Saat itu Hagakure bisa lihat kaca yang dia lempar hampir menyentuh tanah.

Sebagian tenaganya ia coba pusatkan di kaki yang ditahan Bakugo. Hagakure pun menendang dada Bakugo, membuat lelaki garang itu kaget.

"Tendanganku memang selalu sekuat ini, Mercon Banting."

"Kau pasti belajar julukan itu dari (Name)!" balas Bakugo gak terima.

Sebelum Bakugo sempat melakukan manuver, Hagakure menendang kepala Bakugo menggunakan kakinya yang bebas. Tendangan keras itu membuat Bakugo tersungkur dan melepaskan cengkeramannya dari kaki Hagakure.

Memanfaatkan kesempatan, dengan ligat Hagakure mengunci leher Bakugo dengan tangan kanannya dari belakang. Kedua kakinya dia gunakan untuk mengunci pergerakan Bakugo, membuat lelaki itu sangat berontak. Sekejap kemudian, Hagakure mengalihkan keca yang berhasil diraihnya dengan tangan kiri ke bawah dagu Bakugo, mengancam lelaki yang mukanya mulai memerah itu.

Bakugo pengen banget ngeluarin kata-kata kasar, tapi Hagakure mencekiknya terlalu keras. Oksigen seperti tidak diberi jalan masuk ke paru-paru laki-laki itu. Tubuhnya melemas dan dia tidak bisa mengeluarkan ledakan apapun.

Entah bagaimana hari ini Bakugo terlihat sangat lemah bagi Hagakure. Ketika dia terkunci tak berdaya begitu, seluruh atensi lapangan teralih padanya. Seisi kelas terkejut seakan tidak percaya bahwa Hagakure yang selalu ceria bisa melakukan kuncian terhadap Bakugo, hingga laki-laki itu menepuk lantai berkali-kali meminta dilepaskan.

Namun, Hagakure bergeming. Gadis itu tertawa kecil, membuat perasaan Bakugo yang masih sadar mengartikan hal tersebut sebagai sesuatu yang lain.

"Kalau kau menunjukkan hal yang kau bisa, mungkin aku tidak akan membunuhmu," bisiknya kepada Bakugo. Sebuah luka kecil digores Hagakure di dagu Bakugo, memberi isyarat yang membuat rasa takut Bakugo meninggi tanpa diminta.

Namun, bukan itu yang Bakugo pahami. Dia mungkin tidak pernah melawan Hagakure satu lawan satu, tapi seperti Midoriya dia cukup memperhatikan teman-temannya. Gaya bertarung yang begitu brutal dan kasar ini, bukanlah Hagakure. Gadis itu umumnya cukup ceroboh saat bergerak dan tidak terlalu cepat dalam berpikir. Hagakure harusnya seratus tahun lebih lambat dari Bakugo.

Sampai lelaki pemarah itu kehabisan napas dan kehilangan kesadaran, ia masih tidak menemukan jawaban mengenai hal memalukan yang dia alami pukul sebelas siang ini.

*****

Setengah kelompok yang ada di lapangan sibuk latihan dengan tanding satu lawan satu. Tapi (Name) dan Todoroki berbeda. Gadis itu malah sengaja menggunakan quirknya kepada Todoroki dan meminta lelaki tampan itu membuat banyak manusia salju.

"Lihatlah kekerenan quirkku, Shoto! Aku membuat quirkmu menjadi lebih presisi sehingga kau bisa membuat manusia salju sesuai permintaanku. Ahahahahahahaha!" Ketawa (Name) kedengaran satu lapangan, bikin anak-anak yang lain mikir. Bisa-bisanya itu Todoroki manut cosplay jadi Elsa Frozen atas permintaan Anna laknat alias (Name).

"Kita nggak butuh latihan sama sekali Shoto! Berdua denganku saja kita akan jadi yang paling hebat!" seru (Name) lagi. Ia menggenggam tangan Todoroki lebih erat.

"Tidak (Name), kita butuh latihan!" balas Todoroki sambil melepaskan jemarinya dari tautan dengan (Name). Dia melihat gadis itu dengan serius. "Memang, berdua denganmu saja bisa membuatku menjadi lebih kuat dari siapa pun, tapi di lapangan segala hal sering terjadi di luar perkiraan. Kau tidak mungkin selalu berada di sisiku."

(Name) terdiam. dia menatap kedua bola mata milik Todoroki yang selalu terlihat indah itu. "Gak salah sih. Bertarung sambil menggenggam tangan juga sulit, dan mungkin di misi akhir nanti aku diperlukan untuk menyembuhkan orang kan? Jadi kombo apa yang cocok untuk kita?" tanya (Name) sambil ikut berpikir. Gadis itu meraup segenggam salju dan membuat bola-bola salju.

Berdasarkan quirknya sendiri, dia mudah dicocokkan dengan siapa saja. Namun, sentuhan ajaibnya memiliki kekurangan sendiri. Kewajiban untuk terus bersama orang yang akan didukungnya, membuat pertarungan menjadi tidak efisien. Yang dikatakan Todoroki benar, dia tidak akan selalu ada untuk teman-temannya. Dan sialnya, kata-kata Todoroki membawanya terlalu jauh.

Bagaimana jika di dalam misi, Todoroki berada terlalu jauh darinya dan terluka parah? Dia akan telat datang dan ketika sampai semuanya telah terlambat. Namun, jika dia selalu bertarung bersama teman-temannya mungkin orang lain yang akan mati. Korban sandera, atau semacamnya.

"AAAAHHHH!!!"

"(Name) kenapa kau teriak?"

(Name) melempar bola saljunya ke salah satu manusia salju dengan keras, berhasil merobohkannya.

"Kau benar Shoto! Seberapa kuatnya pun aku, aku tidak akan bisa untuk selalu ada untuk orang lain. Bukankah itu yang terjadi dengan Paman Sanjiro di kafe kemarin? Aku terlalu jauh darinya jadi aku tidak bisa menyelamatkannya. Bagaimana kalau di misi nanti aku tidak menyelamatkan siapa pun? Ah! Itu mungkin kemungkinan terburuknya!" (Name) menatap Todoroki panik. Tangannya yang bergetar menggerak-gerakkan tubuh lelaki berambut dwi warna itu, membuatnya khawatir.

"(Name)? Kau berpikir berlebihan!"

Gadis itu terkejut. Dia menarik tangannya dari bahu Todoroki dan menyembunyikannya di belakang. Diaturnya napasnya yang berantakan dan membaringkan tubuhnya ke lantai lapangan.

"Shoto sialan! Kata-katamu membuatku takut."

"Maaf kalau begitu!"

"Jadi, ada ide untuk latihan kita?" (Name) kembali bertanya.

Todoroki ikut membaringkan tubuhnya di samping (Name). Dia menatap langit-langit gedung yang jelas membosankan. Entah apa yang begitu menarik bagi mereka berdua mengenai hal itu. Namun, melihat sesuatu yang tinggi selalu berhasil membuka pikiran.

"Kau tahu (Name) Ayahku mengundangmu ke rumahku," ucap Todoroki tiba-tiba.

"Apa maksudnya itu? Dia mau menculikku? Dijadiin istri kedua? Bilang gak dulu. Aku belum berminat mengganti nama keluargaku jadi Todoroki!" balas (Name). Saking emosinya, anak itu ngomong kayak ngerap.

"Kau terlalu cepat menyimpulkan."

Duh dia kan jadi ingat tawaran Bapak Shoto soal senjata angkatan militer apalah itu. ribet banget sih. Emangnya tentara negara ini lemah banget apa sampai membutuhkannya? Padahal dulu mereka semua yang menjalankan operasi untuk membunuh keluarga (Surename). Sekarang malah meminta satu-satunya yang tersisa untuk menolong mereka. (Name) bahkan tidak mengerti siapa yang akan dilawannya. Cewek aneh yang suka pakai pisau itu?
(Name) lebih mahir darinya 5 kali lipat. tapi dia belum tahu quirk cewek serem itu sih.

"Ya habisnya apa lagi? Dia menawarkanku sesuatu beberapa hari yang lalu dan aku menolaknya. Bisa jadi kan dia menyuruh dirimu untuk membujukku ikut?" Gadis itu mengubah posisinya, menghadap Todoroki. Ia memberikan lelaki itu tatapan tajam, tidak suka. "Mana dia nawarinnya habis bikin aku pingsan lagi."

"Ya dia memang menyuruhku untuk membawamu ke rumah, tapi mungkin bukan itu maksudnya. Dia cuma memintamu untuk ikut makan malam bersama. Dan sebenarnya pun, aku punya tujuan lain untuk mengajakmu datang," jelas Todoroki, berusaha meluruskan.

(Name) gak terima. "Dih, dia membujukmu pakai apa? Soba?"

Hening  beberapa detik.

"Murah!" cibir (Name).

"Kalau kau datang ke rumahku, aku akan meminta ayahku mematikan jenggotnya dan kau bisa melihat bagaimana wajah ayahku tanpa jenggot apinya." Todoroki ingat (Name) pernah berniat menyiram janggut ayahnya dengan air kelapa. Mungkin hal ini bisa membujuknya. Dan tokoh utama kita memang lebih manjur kalau dibujuk pakai hal tidak berguna.

"Shoto, kalau ayahmu mencukur janggutnya, apakah dia bisa menyalakan api di wajahnya. Maksudku kalau rambut janggut aslinya hilang, api itu bakal muncul atau enggak?"

Todoroki memutar badannya, menghadap (Name). Jadi ikut mikir. "Benar juga! Tidak pernah terpikirkan olehku."

"Lalu kalau ayahmu punya bulu dada, apakah dadanya akan berkobar juga?"

"(Name) saat ini kita tidak latihan dan malah membahas bulu dada ayahku!"

"Mungkin setelah ini kita akan membahas bulu ayahmu yang lain!"

"(Name)!"

Gadis yang diprotes malah tertawa lebar. Ia sampai terbangun dari posisinya tidurnya dan memegangi perut. Kalau dibayangin emang lucu sih. (Name) udah mikir gimana bentukan Endeavor kalau gak pake baju terus dadanya terbakar.

Todoroki yang melihat itu hanya bisa terpukau. Baginya (Name) itu makhluk paling aneh yang pernah ia temui, selain Bakugo yang gak bisa kalem. Namun, gadis itu seperti berkilau dengan cara yang sulit dilupakan.

"Ohiya tadi kau bilang kau punya tujuan sendiri mengajakku ke rumahmu. Apa memangnya?" tanya (Name) setelah mengusaikan tawanya.

"Mengajakmu latihan bersama. Di rumahku ada banyak barang olahraga dan lapangan luas yang bisa digunakan."

(Name) mengangkat sebelah alisnya. Wah, menarik juga. Rumah Todoroki kayaknya besar banget, dan dipenuhi peralatan latihan lengkap serta lapangan luas. (Name) jadi teringat akan rumah lamanya yang terhampar berhektar-hektar di dalam hutan yang pohon-pohonnya begitu rapat. Bahkan saat siang pun, cahaya matahari sulit menembus. Karena itu juga dulunya keluarga (Name) mempekerjakan banyak pemandu tamu, mengingat banyaknya kasus tamu tersesat.

Dan di rumah yang besar begitu, tidak menjamin kebahagiaan yang sama besarnya dapat tersimpan. Melihat bagaimana tatapan lelaki di sebelahnya menjadi selalu dingin, membuat (Name) sadar akan sesuatu. Mereka sama-sama terkurung di penjara yang indah. Yah, setidaknya (Name) sudah keluar sih.

"Ternyata kita memang agak mirip ya?"

"Hah? Mirip dari segi apa?" Todoroki jadinya bingung.

Namun, (Name) yang baru saja membuka mulutnya tidak jadi menjawab. Suara ledakan yang cukup besar mengalihkan perhatiannya. Area latihan bagian Bakugo terlalu mencuri atensi. Dua orang itu yang sama-sama terkejut lantas berlari ke sana.

Di tengah berlari ponsel Todoroki berbunyi. Lelaki tinggi itu berhenti sebentar. Membiarkan (Name) lebih dulu sampai untuk mengecek keadaan Bakugo. Dia membuka ponselnya dan mendapati pesan dari si Anonim aneh. Isinya foto, pasti clue.

"Kau tidak menerka dimana diriku selama jam pelajaran ya? Hah.... Wajar sih kan kau murid sekolah. Oke deh aku maklumi, tapi aku tetap mengirim clue sebagai bonus karena kau anak sekolah yang rajin. Ehehehe."

"Oh ini fotonya! Selamat mencari🥺"

Todoroki jijik banget ngeliat emot terakhir yang di pasang orang itu. Mencoba ga peduli, dia langsung ngeliat foto yang dikasih. Kali ini hanya menampilkan sebuah nakas berwarna beige. Di atasnya terdapat lampu tidur yang desainnya cukup mewah dengan ukiran-ukiran emas. Todoroki mungkin tidak mengenali nakas, lampu cantik, dan gorden mewah di foto itu. Tapi warna dindingnya mengingatkan otaknya pada kamar asrama yang membosankan. Kalau asumsinya benar, ini berbahaya sekali!

"Hei... kau ada di sini?"

"Woah akhirnya kau mengirim pesan selain terkaan bodoh yang diperintahkan cewek cantik itu."

"Em... Ada di sekolah ini nggak ya? Menurutmu gimana?"

"Sebenarnya nggak sih, tapi aku tahu kalau si Cowok Tukang Marah kalah duel sama si Cewek Tukang Ghosting. Ternyata metode pembelajaran U.A memang menarik ya? Kalau udah lulus aku harus masuk sana nih!"

"Rekomendasiin aku dong! Quirkku keren loh."

Tidak, jangan masuk ke sini! Batin Todoroki berkata begitu dengan kesalnya. Ia pun langsung mengirim foto tersebut ke Yaoyorozu. Tidak langsung dijawab karena Momo ninggalin ponselnya di loker tepi lapangan. Berbeda dengan Todoroki yang lupa letakin ponselnya dan tetap bertengger di kantung celana. Beruntungnya dia dan (Name) gak berantam tadi. Kalau iya, pasti ponselnya hancur.

Setelah selesai dengan urusannya Todoroki kembali mengejar ke sumber keributan. Namun, suara ramai ternyata sudah hilang. Hanya ada (Name) yang berlari kecil ke arahnya dan dia melihat Iida dan Midoriya membopong Bakugo keluar lapangan.

"Bakugo tidak kau bangunkan?"

"Aku sembuhkan lukanya saja, kata Izuku aku harus menyimpan kekuatanku untuk berlatih denganmu. Meski luka Katsuki kubuat sembuh, dia tetap butuh istirahat ekstra."

Todoroki hanya mengangguk tanpa bertanya lagi. Seluruh kelas pun kembali melanjutkan latihan dengan perasaan ganjil. Hagakure yang tidak memiliki partner memilih untuk beristirahat di ruang ganti dengan sebotol air mineral. Sambil duduk ia menatapi kaca yang dia gunakan untuk menggores dagu Bakugo, kemudian menyimpan benda yang masih kotor itu ke dalam kantung plastik dan ia kunci di loker.

"Wah, aku harus minta maaf nih. Aku terlalu semangat melawannya huh."

*****

Woah aku ga nyangka udah 40 bab aja. Wew emejing. Tbh waktu yang aku laluin bersama ini ff lama juga ya. I wanna say thank you buat semua pembaca yang masih setia nungguin ini ff abal-abal. Aku mau minta maaf juga soalnya sering telat update😭. Kadang idenya ada, tapi aku bingung eksekusinya, soalnya takut garing. Tapi aku senang kalau kalian suka dan selalu nantiin cerita ga jelas ini😭🖐🏼

Aku harap ceritanya bakal makin bagus ke depannya. Oh iya untuk arc yang ini kan berjalannya adalah Todoroki dan si Anonim misterius dan latihan kelompok. Apa kalian punya teori unik mengenai hal ini? :>

Terus kalau misalnya (Name) ke rumah Todoroki, reaksinya bakal gimana ya waktu ketemu others Todoroki?

Aku ga mau mikir ini sendirian hehe.

Btw, jangan lupa jaga kesehatan kalian. Tidur yang cukup juga ya.

Salam cingtahhh❤❤❤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top