[39] Ponsel Orang Tampan

"Hagakure, selfie yok!"

Dan ya... ketika Yaomomo sama Todoroki sibuk muter-muter kepala buat nolongin itu anak blangsak. (Name) malah dengan polosnya ngajak Hagakure--yang udah kita tahu enggak keliatan--buat selfie.

Tapi Hagakure tidak mengambil hal tersebut sebagai bahan ejekan atau semacamnya. Dia mendekatkan tubuhnya kepada (Name).

"Mana?" tanya (Name), memberi kode kalau selfienya pakai hp Hagakure aja.

"Pakai handphonemu aja, handphoneku lagi diservis," balas Hagakure.

(Name) langsung mengarahkan matanya pada handphone melayang yang (Name) yakin dipegang oleh Hagakure. "Lah itu? Hp siapa? Masa satpam asrama."

"Ini hp orang."

"Lah siapa? Kok kayaknya hpnya bagus banget." (Name) mengucapkan hal itu sambil menyodorkan tangan, meminta izin buat meminjam ponsel Hagakure yang katanya punya orang asing. "Ga kubuka aneh-aneh kok, mau liat luarnya aja."

Hagakure pun memberikan ponsel tersebut. (Name) mengecek fisik ponsel di tangannya dengan seksama. Ini jenis ponsel gaming. Warnanya hitam tapi tidak mengilap. Gak kayak ponsel gaming pada umumnya yang biasa menunjukkan kesan gahar, ponsel itu malah terlihat elegan, tapi tetap kelihatan kemahalan dan masih ada unsur keganasan khas ponsel khusus gaming. Itu sih udah pasti spesifikasinya tinggi, layarnya bagus, baterainya bisa buat ngidupin listrik sekabupaten, dan kencang banget dibuat main game.

Ya ampun, kalau (Name) punya ponsel sekeren itu, pasti dia milih gak sekolah dan hidup no life buat ngepush game sampe peringkat global, terus ngulang push lagi soalnya reset season. (Name) memang lumayan suka main game, tapi kalau ditanya game favoritnya apa, dia jawabnya sih Solitaire.

"Kok ada sih orang yang mau ngasih hp mahal gini ke orang yang bahkan ga bisa dia lihat?" kata (Name) sambil menampilkan senyum jahilnya.

"(Name) jahat!!! Apa maksudmu dengan orang yang ga bisa dilihat!" sungut Hagakure sambil menggembungkan pipinya kesal.

"Aku bercanda hehehe. Jadi darimana kau dapat ponsel ini? Ini kameranya bagus banget loh, mending kita selfie di sini aja daripada pakai hpku. Ya ampun hpku dibuat main tetris aja, balok tetrisnya belum sampai bawah udah restart sendiri," gerutu gadis itu yang sontak membuat Hagakure ketawa. Menurut Hagakure (Name) itu celetukannya aneh banget.

Hagakure pun menceritakan asal-muasal dan bagaimana dia bisa dapat ponsel bagus tersebut. Sambil nyari-nyari di mana kamera, Hagakure nyeloteh.

"Jadi kan kemarin tuh pas aku pulang sekolah, aku balik ke asrama buru-buru banget, takut ketinggalan acara tv. Terus aku nabrak orang, cowok, ganteng banget kyaaa!!!" Hagakure sampai jejeritan sendiri.

Duh, dia inget banget detail cowok tampan itu. Matanya jelas bukan mata orang jepang. Biru dengan semburat hijau yang sempurna, waktu itu sore hari, pendarannya jadi indah banget. Rambut hitamnya yang disisir setengah rapi, terhentak saat mereka bertubrukan, mengekspos dahi cowok yang sebenarnya lebih muda dari Hagakure. Nyaris aja Hagakure mimisan.

Lelaki itu memakai hoodie berwarna putih berbahan tipis, kemudian ditimpa seragam smp jepang yang kancingnya dibuka semua. Tangan kanannya menyampir tas sekolah dari kulit di bahu. Gayanya sih milenial banget, mana tampangnya juga cakep. Hagakure yang ngeliat itu kan langsung salting.

"YA AMPUN CEPAT BUKA GALERINYA!!! PASTI ADA SELFIENYA KAN? AKU PENASARAN NIH MAU LIAT!!! KALAU SEGANTENG ITU MAU KUCETAK JADI PHOTOCARD TRUS DIJUAL AHAHAHAHA!" (Name) ikutan histeris sambil goyang-goyangin badan Hagakure heboh.

Todoroki yang lagi sibuk overthinking di bangku belakang kan jadi terganggu. Iya sih ini jam kosong dan orang-orang emang pada sejatinya berisik. Misal Midoriya yang sibuk ngejelasin hal-hal soal pahlawan favoritnya selain All Might ke Uraraka sama Iida. Uraraka sih ngangguk-ngangguk aja, gak ngerti. Bakugo sibuk marahin Mina yang berisik karena merasa terganggu. Tumben banget anak mercon itu buka buku buat ngulang pelajaran. Biasanya sih dia cuma kelihatan "nerd" begitu di safe space-nya sendiri.

Balik ke Todoroki yang terganggu, anak itu dengar jelas banget teriakan (Name) soal cowok tampan. Yah, semua perempuan memang suka lelaki tampan sih. Berarti (Name) begitu juga kan? Menyukai lelaki tampan maksudnya.

Todoroki pun memegangi dagunya, naik ke bibir, hidung, mata kirinya yang terkena bekas luka bakar, kemudian dahi. Semacam menilai sendiri bentuk wajahnya.

Ia pun menoleh ke arah Yaoyorozu. Gadis di sebelah bangkunya itu masih sibuk dengan ponselnya, tampak seperti menganalisis sesuatu dengan dalam dan Todoroki jelas tahu apa itu.

"Yaoyorozu!" panggil Todoroki dengan nada sekenanya, berusaha terdengar oleh Yaomomo, tapi tidak menambah kadar kebisingan di kelas.

Bersyukurlah Todoroki karena Yaomomo adalah anak paling peka di kelas. Gadis itu langsung menoleh.

"Ya?"

"Apa wajahku tampan?"

Yaomomo berubah kaget, agak ke depan Jiro kesedak minumannya sendiri. Uraraka sontak menjerit, "TODOROKI GA SALAH NANYA?"

"Kenapa kalian bisa dengar?" Todoroki ikutan kaget. Seluruh orang di kelas tiba-tiba natap dirinya. Emangnya seaneh itu nanya wajah kita tampan atau enggak? Menurut Todoroki sih meminta pendapat temannya--Yaoyorozu--ya normal-normal aja.

"Tadi terjadi semacam kau tahu silence, situasi di mana keadaan tiba-tiba hening padahal sebelumnya berisik banget. Sampai saat ini ilmuwan belum bisa memecahkan misteri soal kenapa kita menjadi diam secara aneh, padahal tadi ramai. Yah intinya kau tiba-tiba bicara di momen itu," jelas Mineta. Udah jelas ngasal ya. Penikmat film dewasa macam Mineta ga mungkin tertarik sama penelitian ilmuwan kan? Yah, tapi terima kasih Anggur Cabul atas penjelasannya.

Sontak, wajah Todoroki semerah bekas luka bakarnya. Dia malu, dan belum sempat menundukkan wajahnya, (Name) nyambar dari depan.

"Cakep banget tahu. Kau kan masuk top tier U.A. Di sekolah ini kau salah satu yang paling tampan menurutku," kata (Name) enteng. Dan secepat kilat ia balik ke fokusnya terhadap cowok yang ditemui Hagakure, "jadi gantengan mana dia sama Todoroki? Ayok kita bandingin! Aku taruhan burger kantin kalau gantengan Todoroki!"

Anak-anak yang lain langsung natap (Name) datar. Ini secara ga langsung dia ngakuin kalau Todoroki ganteng banget ga sih? Terus taruhan burger kantin? Apa-apaan coba?

"Tapi aku punya ini." Todoroki menunjuk luka bakar di area mata sebelah kirinya. Kala Todoroki menanyakan hal itu, sekelas dapat merasakan kepedihan mengambang yang mungkin selama ini tidak pernah Todoroki katakan. Dengan bekas luka sebesar itu siapa pula yang akan dengan mudahnya melangkah kaki kemana-mana. Todoroki pun pasti melewati masa sulit untuk menerima diri bahwa wajahnya tidak sama dengan Bakugo, Kirishima, dan Kaminari.

"Kau tetap terlihat indah, dengan atau tanpa luka itu," kata Yaomomo berusaha mencairkan keadaan. Gadis itu tersenyum dan menatap Todoroki lekat.

(Name) ikut menatap Todoroki, lebih tepatnya menatap luka bakar di mata kiri itu. Dia pun tersenyum miring dan kembali menghadap Hagakure. Gadis itu tertawa kecil sebelum akhirnya berkata, "Luka itu sejujurnya membuatmu terlihat lebih keren?"

"Apa?" Hagakure kaget.

"Bestie, he's hot. Right?"

"Agree," balas Hagakure, ikut-ikutan pakai bahasa inggris.

Todoroki terdiam. Dia tidak sanggup mengatakan apapun lagi. Jujur kata-kata (Name) barusan seperti penghiburan untuknya. Ternyata dia tampan? Aneh juga, pikir anak itu.

Saat ini teman sekelasnya sibuk mengerumuni lelaki berambut dwiwarna itu, semacam meyakinkan Todoroki bahwa dia terlihat sempurna bagaimanapun dirinya dibentuk. Yang lain menghampirinya untuk memeriksa Todoroki apakah ia baik-baik saja, karena tumben sekali pertanyaan semacam itu keluar dari lisan Todoroki.

Di sisi lain Hagakure sibuk ngedebatin (Name).

"Ih, gak boleh loh! Ini ponsel orang! Ga boleh ngestalk sembarangan!" sungut Hagakure. Ya dia bener sih. Meskipun Hagakure dikasih akses buat minjam itu ponsel karena miliknya rusak, sebisa mungkin Hagakure ga mau ganggu privasi orang lain, gak sopan.

"Yaudah deh, ga jadi dibikin photocard. Kita cek aja galerinya bentar!" (Name) masih batu. Susah banget ini orang dibilangin.

Hagakure menepuk jidatnya yang ga kelihatan. Duh, maksud Hagakure ngelarang (Name) ngecek galeri ponsel itu bukan hanya sekedar pelanggaran privasi tapi juga.... "Gimana kalau misalnya kita ketemu file harta karun?"

"Hah?" (Name) natap Hagakure bingung. Baru beberapa detik kemudian dia ngeh apa yang dimaksud dari harta karun itu. "Oh, tenang aja, biasanya cowok nyimpan koleksi yang begituan di file rahasia. Ada sandi khususnya, kalau ga percaya coba aja tanya Mineta sama Kaminari," jelas (Name), sama sekali gak ada beban. Yang digibahin langsung noleh dari belakang. Kok bisa-bisanya itu cewek tahu?

"Ih tapi, tetap ga boleh!" sungut Hagakure.

(Name) mulai malas dengan perdebatan ini dan rasa penasarannya itu udah ngepul banget. Dia pun mengambil ponsel tersebut dari Hagakure sambil memberikan penawaran, "aku bantuin kerjain tugas dari Pak Aizawa seminggu."

"Dua minggu!"

"10 hari!"

Hagakure menghela napasnya. "Deal! Tapi kita cuma liat galeri dari kamera aja ya! Kalau yang lain gak boleh. Gimana?"

"Oke!" tukas (Name) semangat.

Dengan perasaan menggebu-gebu (Name) langsung nyari keberadaan galeri di ponsel itu. (Name) sendiri ga ngerti kenapa dia semangat banget urusan cowok ganteng begini. Ya ampun, diam-diam dia bersyukur banget masuk U.A. Banyak lelaki buat cuci mata, hehehehe. Todoroki sama Bakugo misalnya.

Yap, akhirnya (Name) ketemu galeri di ponsel. Dia langsung buka dan senyuman penasaran gadis itu langsung hilang.

"Apa-apaan ini? Masa isi fotonya cuma satu?" protes (Name) agak gak terima. Orang macam apa yang nyimpan foto cuma sebiji di ponselnya?

Oke, mari positif thinking mungkin ini hp baru. Ya kan? Bisa jadi kan?

Meski kecewa (Name) tetap memeriksa satu foto di galeri itu. Dan saat ia memerhatikan foto itu, rasa kecewanya semakin besar, tapi kali ini digabungkan dengan perasaan takut.

Di tangannya ia menggenggam sebuah ponsel mahal yang menampilkan sebuah foto burung nuri berwarna kuning. Kakinya patah, (Name) yakin itu melihat posisinya yang abnormal. Sayap kirinya terbentang dengan banyak darah. Kepala burung tersebut terputus, dan darahnya mengucur banyak, mengotori kain putih tempat burung tersebut berbaring. Di kaki kanannya terdapat sebuah penanda, dililit dengan benang merah sebanyak tiga kali. Namun, mata (Name) lebih sibuk memerhatikan bunga-bunga yang dijejalkan di leher putus burung tersebut. Foto ini benar-benar mengganggu. Yang lebih membuat (Name) tidak habis pikir adalah itu benar-benar diambil dengan kamera.

Orang gila macam apa yang memiliki ponsel ini? Dan Hagakure.... Astaga! Pikiran (Name) melayang jauh. Jangan-jangan Hagakure sedang ditargetkan untuk sesuatu oleh si pemilik handphone. Perasaan khawatir dan curiga langsung memenuhi hati gadis blangsak itu. Firasatnya buruk banget terkait Hagakure.

"Jadi (Name) gambarnya apa?"

Dengan secepat kilat, (Name) reflek menghapus foto barusan, menutup ponsel tersebut dan berbohong. "Tadi ada satu, pas aku buka file-nya corrupt, jadi ga bisa diliat deh." (Name) menyerahkan ponsel itu kembali kepada teman bangku belakangnya itu.

Setelah melihat foto barusan, mana mungkin (Name) mau selfie di ponsel milik orang asing gak jelas begitu. Ia bahkan mulai berpikir kalau benda tersebut dipasang penyadap atau semacamnya.

"Mending kita pakai hp yang lain aja buat selfie," usul (Name).

"Iya ya! Bener juga! Ayo ajak Mina!"

(Name) mengangguk setuju. Akhirnya, mereka yang harusnya selfie berdua, malah beramai-ramai. Tiba-tiba Jiro, Asui, sama Uraraka ikutan. Ga beberapa lama, anak laki-laki juga ikut masuk frame. Ada Todoroki yang dipaksa Mina, Midoriya yang diseret Uraraka, sampai Bakugo yang muka aibnya gak sengaja dapet.

Tadi dia lagi nguap, dan sialnya filter pita dan kuping kucing ikut bertengger di kepala anak itu. Orangnya sih enggak tahu. Nanti malam pasti Mina dan anak-anak cewek lain sibuk gibahin muka aib Bakugo. (Name) sih udah dapat ide jahil! Ganti foto profil grup kelas pakai muka aib Bakugo. Keren kan idenya?

Tak lama bel istirahat pun berbunyi. (Name) langsung menggenggam tangan tidak kelihatan milik Hagakure dan mengajaknya jalan bersama menuju kantin. Ketika koridor agak sepi, gadis itu bertanya, "Jadi untuk sementara ini kau menggunakan handphone itu dulu untuk berkomunikasi?"

Hagakure mengangguk. "Iya, soalnya kan kemarin pas aku pulang ke asrama buru-buru banget tuh. Trus aku nabrak dia, hpku pun melayang indah dan jatuh bebas terus pecah. Dia ngerasa bersalah dan mau perbaiki itu hp burik. Duh kenapa gak ganti baru aja sih?" cerita Hagakure.

"Dih minta jantung," cibir (Name), pengen banget nabok.

"Ya intinya gitu, sebagai jaminan dia pinjemin ponselnya dulu. Jadi aku menautkan emailku di sini untuk sementara waktu. Tugas dan grup kelas bisa kukendalikan dari sini. Setidaknya untuk tiga hari. Orang itu akan kembali dalam tiga hari katanya."

(Name) berpikir dengan singkat. Dan hasilnya, seratus persen berbahaya. Ini gimana ceritanya Hagakure bisa percaya banget ponselnya bakal diperbaiki coba? Apa wajah ganteng itu emang beneran ngaruh ya buat bikin orang ngikutin omongan kita? Atau anak smp itu punya quirk tipe hipnotis? Duh pusing!

Bagaimanapun caranya (Name) harus mencegah Hagakure menggunakan ponsel tersebut tanpa membuatnya curiga. Jujur, (Name) sendiri ingin melihat-lihat lagi hp mahal itu. Rasanya mencurigakan banget. Dan... anak smp mana yang memoto burung kenari mati mengenaskan begitu. Lagipula kalau matinya begitu, bukan kematian yang alami. Pasti dia dibunuh dengan keji oleh manusia. Kalau yang ditemui Hagakure benar psikopat seperti itu, (Name) benar-benar harus melakukan segalanya.

"Nanti waktu dia mau kembaliin hpnya aku ikut ya!" seru (Name) dengan senyuman lebar yang palsu. "Aku mau lihat wajah tampannya hehehe. Siapa tahu aku bisa punya pacar ya kan."

"Tapi, pas ketemu kemarin dia pakai seragam smp loh," balas Hagakure, langsung bikin harapan (Name) luluh lantak.

"Yah, aku gak suka berondong, maunya yang seumuran." (Name) mengerucutkan bibirnya, sebal.

"Hahahaha, kasihan (Name). Gimana kalau kau nyoba sama Todoroki atau Bakugo?" Dih Hagakure ngasal banget. (Name) yang denger itu kagetnya udah kayak keselek batang pisang.

"Ya kali sama mereka, nggaklah. Semuanya itu teman!" balas (Name) tegas. Pikiran (Name)-pun melayang ke hal lain. Lagian, dia gak bakal yakin bisa hidup sampai menikah, punya keluarga, dan hidup bahagia. Kalau (Name) ingin lebih jujur kepada dirinya sendiri dia trauma banget dengan yang namanya keluarga.

"Tapi kalian semua kayak keluarga sih," sambung (Name) pelan. "Karena itu aku mau kalian semua bahagia!" (Name) pun melekungkan bibirnya, mengeluarkan senyumannya yang paling tulus sejauh ini. Ia menatap Hagakure penuh arti, kemudian memeluk gadis tanpa wujud itu.

(Name) membenamkan wajahnya dalam tengkuk Hagakure. Tanpa ragu Hagakure pun membalas pelukan hangat tersebut yang dia tidak mengerti untuk apa. Dari dalam dekapan yang hangat itu (Name) berbisik, "Toru kau mengganti parfummu kan? Aku lebih suka yang kemarin. Lebih manis." Gadis itu melepas pelukannya dan berjalan meninggalkan Hagakure sendirian, tanpa kata.

🐦🐦🐦

"Penyesalanku akan mengikutimu hingga kau mati," lirih (Name) sambil mengusap kepalanya frustrasi.

"Bunga Asphodel kan?" itu suara Todoroki.

"ASTAGA!!! KAU DATANG DARI MANA?" (Name) kaget bukan main. Gadis itu menghabiskan lima belas menit hidupnya untuk overthinking di samping lemari gedung olahraga, tiba-tiba aja disamperin sama makhluk ganteng bernama Todoroki. Apa nggak kaget.

"Sejak kapan kau di situ?" tanya (Name) menyelidik, dia menyodorkan tangannya ke leher Todoroki, semacam menodongkan ancaman. Dan ya, tangan gadis itu emang lebih bahaya dari pisau paling tajam di muka bumi.

"Sejak kau bergumam tentang arti bunga Asphodel barusan," jawab Todoroki tenang sambil menyingkirkan tangan (Name) agar tidak menyentuh kulit lehernya.

"Lebih baik kau cepat ikut berkumpul. Aizawa-sensei sudah datang," kata Todoroki lagi. Kali ini ia berlari kecil menuju tengah-tengah gedung olahraga. Tak lama (Name) menyusul setelah mengencangkan ikatan tali sepatunya.

Di tengah lapangan luas itu anak-anak 1-A sudah berkumpul membentuk kelompok-kelompok kecil. Barulah ketika Aizawa memberi interupsi, mereka berbaris rapi membentuk dua banjar.

"Hari ini kalian akan melakukan latihan mengolah quirk, sekaligus belajar meningkatkan kerja sama, dan aku ingin menilai bagaimana kalian memahami satu sama lain. Seperti yang kita tahu kalian semua memiliki quirk yang berbeda-beda. Namun, seberagam apa pun itu, kalian tetap harus berpikir bagaimana caranya bersatu dengan pahlawan lain yang bahkan mungkin quirknya bertolak belakang dengan milik kalian saat bekerja. Jadi kalian perlu untuk mengembangkan quirk agar semakin fleksibel," kata Aizawa panjang lebar sebagai pembuka kelas.

Guru laki-laki itu juga membawa dua kotak transparan yang terlihat isi di dalamnya adalah bola-bola dengan angka. Tampaknya kelas kali ini akan ditentukan dengan undian nasib. Dan seperti yang kita tahu, (Name) pasti buruk banget kehokiannya untuk hal yang begini. Dia bahkan sudah memandang malas dua kotak besar tersebut.

"Ugh, aku benci banget sama undian, jadi keingat memori buruk," gumamnya di barisan.

Aizawa lanjut menjelaskan, "Pelatihan ini mirip seperti sewaktu kalian ujian dulu di mana kalian dibentuk kelompok dua orang untuk melawan seorang guru agar lolos dari ujian."

"Apa? Kalian pernah melawan guru kalian yang superhero tingkat tinggi begitu untuk lolos dari ujian?!" (Name) kaget, tapi dia mengatakan itu sambil berbisik di samping Jiro.

"Iya, dan itu ujian paling mengerikan sejauh ini. Telingaku berdarah karena quirk Present Mic, Uraraka nyaris tersedot ke lubang hitam, punggung Midoriya nyaris patah, Bakugo pingsan, pokoknya mengerikan!" balas Jiro bisik-bisik juga.

"Guru U.A ga waras?"

"Gak gitu!"

"(Name)!" Ini kayaknya Aizawa denger waktu gadis itu bilang guru U.A gak waras. Tapi kan gak salah-salah banget juga.

"Kali ini kupastikan kalian tidak ada yang patah tulang." Guru dengan rambut kusut itu mengatakannya dengan datar. Tapi hal itu benar, karena pelatihan kali ini berbeda. "Kalian dikelompokan dua orang dalam satu tim, bukan untuk mengalahkan siapapun, tapi untuk mengeluarkan kemampuan terbaik satu sama lain. Bisa dibilang kalian adalah murid dan guru di saat yang bersamaan untuk teman setim kalian. Penilaiannya? Ingat lemparan bola minggu lalu? Kalian harus berhasil melewati rekor kalian masing-masing. Kedua, aku menilai cara kalian mengajari dan mendukung teman kalian. Ketiga, masing-masing tim akan diberikan misi untuk minggu depan di agensi tertentu didampingi pro-hero. Sebaik apa kalian bekerja sama untuk menyelesaikannya, itu yang terpenting."

Seluruh anak 1-A mengangguk paham. Sebagian besar dari mereka begitu semangat untuk tugas ini. Mendukung satu sama lain itu kan keren banget! Apalagi di akhir kelas akan ada misi sungguhan bersama pro-hero!

"Karena hari ini aku ada kesibukan lain, aku akan bagi kelompoknya sekarang. Karena kelas ini siswanya ganjil, akan ada yang satu kelompok tiga orang. Banjar pertama silahkan sambil bola di kotak ini." Aizawa menyodorkan kotak di tangan kanannya.

Banjar pertama adalah banjar di mana (Name) berbaris. Barisan sebelas orang itu maju dengan beriringan. Masing-masing dari mereka mengambil bola sebesar genggaman tangan itu. Di dalamnya tertulis angka antara satu sampai sepuluh. Uraraka mendapat angka satu, Koji enam, Kaminari tiga, Mineta dua, dan (Name) mendapat angka sembilan.

Setelah banjar pertama selesai, banjar kedua mengambil bola random dari kotak yang satu lagi setelah dipersilakan. Ketika semuanya kelar Aizawa pun menutup pembagian kelompok. "Baiklah, yang angkanya sama dengan milik kalian berarti satu kelopmpok. Selamat bekerja, aku akan kembali ke ruang guru."

Setelah Aizawa pergi, sekelas langsung ribut, pada nyari pairing-nya. Bakugo sekelompok dengan Hagakure, sama-sama angka delapan. Bakugo langsung nyeret anak itu ke sisi lain lapangan buat latihan. Uraraka, Rikido Sato, dan Sero sama-sama dapat angka satu. Kaminari yang megang angka tiga sepasang dengan Midoriya. Kesialan (Name) kali ini lagi pindah ke Yaomomo karena gadis itu dapat angka dua. Artinya dia sekelompok sama si bocil anggur, Mineta.

Ketika semuanya sudah pergi dengan kelompoknya masing-masing, di tengah lapangan hanya tersisa (Name) dan Todoroki.

Gadis itu menyodorkan bolanya, menunjukkan angkanya. "Sembilan?"

"Sembilan," balas Todoroki.

"Kau harus bersyukur satu tim denganku! Aku ini hebat banget loh!" balas (Name) dengan senyum percaya dirinya yang ngeselin itu.

Todoroki mati-matian meredam jantungnya. Entah bagaimana satu kelompok dengan (Name) yang merupakan target dari seorang penjahat membuatnya ketakutan setengah mati. Todoroki hanya membalas perkataan (Name) barusan dengan senyuman tipis sedang tangannya yang memegang bola bergetar hebat.

(Name) menyadari hal itu dan berdecih. "Orang-orang keliatan aneh banget belakangan ini."

🐦🐦🐦

AAAAAA I'M BACCC.

Weh aku ga expect chapter ini kepanjangan banget. Akutuh tadinya mau post ini pas tanggal 11, waktu husbu sejuta umat kita a.k.a Mas Todoroki Shoto ultah. Tapi aku demam pas tanggal segitu, lanjut sampai beberapa hari. Aku baru bisa nulis lagi sekarang😭👍

Untung berhasil sembuh dan ga jadi suudzon kalau aku c word. Alhamdulillah. Hehehe.

Btw, happy reading.

Love ya!!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top