[31] Satu Kali Pakai

Keadaan berubah semakin tegang. (Name) masih senyum-senyum. Padahal tidak ada bukti bahwa dia adalah werewolf, selain Koji yang menerawangnya, tentu saja. Namun, Koji sudah lama mati dan dia tidak bisa membeberkan penemuannya. Kelihatannya juga, Ojiro--satu-satunya penyihir yang tersisa--tidak memikirkan adanya kemungkinan untuk membangkitkan Koji.

Di lain sisi, Tokoyami dan Tsuyu bertukar pandang, sama-sama cemas. Namun, burung hitam itu menutupinya dengan tersenyum sinis sambil berkata, "Wah, pekerjaan kalian jadi sangat mudah. Werewolf-nya telah ketahuan dua orang dalam waktu yang sama. Aku dan Tsuyu."

"Tenanglah Tokoyami, mereka tetap akan menggantung diriku," ucap (Name) sembari turut tersenyum nakal.

"Oi! Kaminari mengapa kau tidak menerawang (Name) semalam?" protes Mina. Itu memang pilihan yang cukup bodoh sebenarnya. Delapan puluh persen warga, mungkin sudah yakin bahwa (Name) adalah werewolf, tetapi jika dikuatkan oleh hasil terawang Kaminari, segalanya akan jadi lebih mudah.

"Aku pikir kalian memang percaya bahwa (Name) adalah werewolf, jadi aku menerawang Tokoyami. Aku tidak terlalu yakin dengannya," balas Kaminari.

Yaoyorozu pun menengahi. "Tapi tidak ada salahnya. Setidaknya kita jadi tahu bahwa selama ini kita salah terka. Werewolf benar-benar mempermainkan kita."

"Tokoyami aku tidak menyangka kau berbakat menjadi penjahat," kata Todoroki dengan nada datar.

"Aku cuma menjalani peranku," balas burung hitam itu sambil berdehem. Sekarang masalahnya, bagaimana cara agar seluruh pemain memilih (Name). Sebagai bentuk balas dendam bahwa sebelumnya mereka gagal memangsa, maka para warga juga harus gagal dalam menggantung (Name).

Semua orang dalam lingkaran itu tampak kebingungan terhadap siapa yang perlu di-voting.

"Waktu rapat tersisa satu menit lagi," kata Dark Shadow.

Mereka pun berubah panik. Yaoyorozu masih tetap larut dalam pikirannya. Padahal ini cuma permainan, tapi terasa sangat intens. Midoriya sendiri merasa menyesal karena telah menolong werewolf sebelumnya. Yang jelas, saat ini mereka harus menggantung Tokoyami, (Name), atau Tsuyu.

"Siapa yang akan kita gantung lebih dulu?" tanya Hagakure.

"Uh ... mengapa kita tidak bisa menggantung mereka bertiga sekaligus?" tanya Uraraka dengan polosnya.

"Hoi wajah bulat! Kalau begitu permainannya akan berakhir terlalu cepat!" sungut Bakugou. Dia melirik tajam antara (Name) dan Tokoyami. Dia pun mengingat-ingat penjelasan dari Midoriya sebelumnya.

Midoriya bilang, (Name) adalah Shaman. Namun, bagaimana jika sebenarnya situasinya berbeda? Bagaimana jika ternyata yang menjadi penerawang di antara para werewolf adalah ....

"Waktunya habis. Silahkan tunjuk pemain yang ingin digan--"

"BRENGSEK CEPAT SEKALI! AKU INGIN MENJELASKAN TEORIKU!" Geram Bakugou. Dia menunjuk-nunjuk Dark Shadow dengan sangar.

Dia gak sadar kalau semua orang udah milih tersangka masing-masing.

"Bakugou, narator tidak bisa digantung," peringat Todoroki.

"Aku tahu sialan!" balas Bakugou sama galaknya.

"Kalau begitu cepat pakai suaramu, Bakugou!" Kirishima ikut nasehatin Bakugou.

Lelaki itu pun langsung menunjuk (Name) telak. Yaomomo inisiatif menghitung suara yang tersisa. (Name), Tsuyu, dan Tokoyami tidak menggunakan suara untuk siapa pun. Tampaknya para werewolf memilih untuk menahan suaranya mengingat mereka tidak menemukan kambing hitam untuk dijadikan tameng.

Pemain yang tersisa ada lima belas orang. Jika suara para werewolf disingkirkan hanya ada dua belas suara. Masalahnya, suara terbagi dua. Yaomomo, Bakugou, Hagakure, Ojiro, Aoyama, dan Kirishima menunjuk (Name). Midoriya, Todoroki, Uraraka, Kaminari, Sero, dan Mina menunjuk (Tokoyami).

"Wah aku selamat, kero," ucap Tsuyu penuh rasa syukur.

"Jangan kau pikir kau bisa memangsa siapa pun setelah ini, Muka Katak!"

"Bakugou, bahasamu!" Iida masih sempat-sempatnya teriak buat memperingatkan Bakugou kalau anak itu mulutnya lebih-lebih dari mercon banting.

Bakugou cuma berdecih.

"Wah, jangan ribut begitu dong teman-teman. Kalian terlalu panik ya sampai suaranya seri," kata (Name) sambil menguap.

Para warga pun saling bertatapan menyadari suaranya pecah dengan seri tanpa ada seorang pun yang menunjuk Tsuyu.

"Mengapa tidak ada yang menunjuk Tsuyu?" tanya Mina.

"Kau sendiri kenapa?" sahut Kaminari.

"Aku merasa Tokoyami itu berbahaya jadi aku menunjuknya."

"Semua werewolf berbahaya dan mereka tenggelam dalam kegelapan. Aku akan menyinari mereka dengan laser-ku," kata Aoyama yang sukses membuat (Name) tersenyum paksa.

"Jadi, bagaimana ini?" tanya Ojiro kepada Dark Shadow.

"Kita harus lakukan voting ulang," usul Midoriya.

"Beri kami waktu rapat lagi," tambah Todoroki.

Dark Shadow pun memutuskan untuk memberikan waktu rapat tambahan. Tiga belas orang itu pun berembuk kembali, sementara tiga werewolf diberi kacang. Gak berguna juga mengajak mereka rapat. Karena merasa bosan, (Name) memanas-manasi suasana.

"Jangan vote aku guys, nanti kalian nyesal, percaya deh," ujar (Name) dengan nada bicara super ngeselin.

"Vote Tokoyami aja. Ingat teman-teman dia udah nipu kalian." Hasutannya semakin kencang dan berujung (Name) mendapat jitakan dari Ojiro dengan ekornya.

"Kau itu satu-satunya orang yang menipu kami tahu!" sungut Ojiro.

"Belum ada bukti aku werewolf!" balas (Name) sambil menjulurkan lidahnya.

"Tapi auramu seperti werewolf," timpal Hagakure.

"LAH MEMANGNYA BISA BEGITU?!" teriak (Name) gak terima dan berujung dia mendapat bentakan "ssh!" dari teman-temannya.

Di sisi lain, para warga masih tetap bingung.

"Midoriya, mengapa kau menunjuk Tokoyami sekarang?" tanya Uraraka.

Midoriya menatap teman-temannya penuh keyakinan. "Sekarang aku yakin bahwa dia yang merencanakan semuanya. Aku memilihnya, karena aku yakin dia adalah werewolf yang bisa memangsa," jelas Midoriya.

Bakugou berdecih kesal dan membantah pendapat itu. "Kita harus menggantung (Name). Bagaimana jika sebenarnya posisinya terbalik?"

Midoriya dan segenap pemain lumayan terkejut, karena Bakugou gak ngegas padahal tidak satu pendapat dengan Midoriya. Biasanya kan dia yah ... begitu.

"Wah aku ga nyangka Bakugou bisa tidak ngegas," celetuk (Name).

"APA? MAU AKU LEDAKKAN KAU!"

"Idih ... kalemnya hilang." (Name) menguap lebih dulu sebelum akhirnya berkata, "Padahal kalau kau tenang begitu jadi lebih--"

"LEBIH APA?!" potong Bakugou.

"Lebih ngeselin."

(Name) langsung loncat tinggi ketika Bakugou mau menendangnya. Di sofa Iida langsung marah-marah. "Jangan berisik teman-teman!"

"Bakugou aku bercanda! Sudah cepat selesaikan rapat kalian. Aku mengantuk nih!"

"Kalau mengantuk tidur saja lebih dulu," sahut Todoroki, "aku akan mengantarmu ke dorm."

"Kau manis sekali kepada (Name)." Mina menatap Todoroki penuh selidik. Kan jadinya gadis pink itu menemukan bahan gibah untuk gc khusus anak cewek. Kebetulan (Name) belum diundang. Apakah akan ada kapal berlayar baru di asrama?

"Aku tidak mengerti maksudmu Mina. Bisakah kita kembali ke rapatnya saja?"

"Todoroki benar, waktunya akan segera habis," timpal Yaoyorozu.

(Name) sudah memasuki mode malas. Dia jadi lebih kalem dan duduk santai. Dia menonton para warga melanjutkan rapat. Mereka saling melempar pendapat. (Name) sih gak begitu paham apa yang mereka omongin soalnya kesadarannya udah tinggal setengah-setengah.

Gadis itu mengantuk, tetapi dia tetap berusaha terjaga. Kesadaran (Name) yang tadinya levelnya sama rendah dengan otak mesum Mineta tiba-tiba jadi setinggi nada suara Bakugou, karena keputusannya diambil dengan cara paling terduga.

Para warga sedang gelut pendapat dan suaranya masih seri. Mereka semua tetap ego untuk menggantung antara (Name) dan Tokoyami sampai akhirnya Yaoyorozu mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan berkata, "Aku akan menggunakan kemampuanku sebagai King untuk menggandakan suara milikku. Aku memilih (Name) untuk digantung."

Sontak, (Name) duduk dengan tegak. Dia menatap tidak percaya dengan kejadian di depannya. Bukan, dia sama sekali tidak peduli bahwa dirinya yang dipilih. Namun, para warga dungu itu terlalu egois sampai-sampai Yaoyorozu yang memiliki peran penting sebagai King juga menajamkan keegoisannya.

(Name) sama sekali tidak melihat sekelompok calon pahlawan. Terutama ketika mereka sibuk mengecam Yaoyorozu atas keputusan itu.

"Yaomomo mengapa kau menggantung (Name)?"

"Itu adalah pilihan terlogis. Benar apa yang dikatakan Bakugou! Selama ini kita telah ditipu. (Name) bukan shaman, yang shaman adalah Tokoyami. Sudah berapa kali (Name) menjorokkan kita dalam perangkap yang sama. Dia membuat kita menggantung orang-orang yang salah!" jelas Yaoyorozu. Wakil ketua kelas itu kini ganti menunjuk (Name). "Kali ini kita yang akan menggantungnya."

(Name) hanya bertepuk tangan dengan kejelian para warga. "Kau benar Momo, aku memang melakukan rencana personal untuk membuat kalian memberikan suara sesuai rencanaku. Namun, langkah kalian kali ini pun juga aku rencanakan." Gadis itu tersenyum lebar. Ditunjukkannya kartu yang menjadi perlindungannya kali ini. Kartu yang membuatnya tidak bisa digantung. Kartu itu berhasil menghempaskan ekspektasi seluruh warga.

"Aku beruntung sekali, kan?"

•°•°•°•

Tiga belas warga yang tertampar dengan kenyataan itu tertekan oleh ketakutan yang lebih mengerikan dari biasanya. (Name) terlalu pintar, bahkan untuk orang yang baru pertama kali bermain werewolf.

Tidak hanya menipu Midoriya dan membuat anak itu memakai kekuatannya, dia juga memanfaatkan wewenang sekali pakai Yaomomo. Dia berhasil membuat dua peran paling penting dalam permainan lumpuh. Tambah lagi, dia juga mempermainkan Bakugou dan membuat hunter itu menjadi penyebab semua kekacauan.

Di sisi lain, Kaminari merasa tidak berguna karena terus-terusan menerawang orang yang salah.

Ketika mereka semua sedang stress, Dark Shadow menghampiri Rikido Sato. Mereka melakukan semacam percakapan dan akhirnya mengutuskan sesuatu. Setelahnya, barulah bayangan itu menghampiri (Name) yang duduk dengan memeluk kedua lututnya dan wajah dibenamkan. Mirip seperti orang yang sedang menangis.

Dark Shadow sedikit mendelik saat mendengar napas (Name) yang teratur. Saat dia panggil namanya pun gadis itu tidak menyahut. Dark Shadow menggoyang sedikit tubuh (Name), tetapi dia tetap tidak bergerak.

"(Name) ... kartu perlin--"

Tiba-tiba (Name) mendongak masih dengan mata tertutup dan menepis sayap Dark Shadow. "Biarkan aku tidur sebentar. Panggil aku ketika rapat werewolf."

"Kau tidak memindahkan kartumu?"

Telat, tidak ada jawaban. Gadis itu sudah kembali ke alamnya dan Dark Shadow memutuskan secara sepihak bahwa (Name) tidak mengoper kartu perlindungan. Dalam catatannya dia segera mencoret panjang nama (Name), kemudian terbang ke pemain-pemain lain.

Dark Shadow mengumpulkan banyak informasi tentang orang-orang yang dilindungi oleh guardian, keputusan penyihir, dan Kaminari yang memutuskan untuk menerawang (Name). Dia benar-benar menyesal karena tidak menerawang anak itu lebih awal. (Name) benar-benar werewolf yang licik.

Setelah lengkap, Dark Shadow pun terbang menuju Bakugou. Dibangunkannya hunter satu itu.

"Kenapa kau membangunkanku sialan? Aku kan sudah tidak bisa memakai kekuatanku!" kata Bakugou. Dia menatap garang si burung hitam itu.

Dark Shadow kembali mengecek catatannya dan berkata, "Kau sekarang adalah werewolf."

"Hah?" Bakugou mengusap telinganya lebih dulu. Dia tidak mungkin salah dengar, 'kan? Role-nya berubah menjadi werewolf? Bagaimana bisa coba? Perasaannya, baru tadi dia memakai kekuatannya untuk menembak serigala. Lalu, kenapa tiba-tiba dia jadi serigala? Konspirasi macam apa ini?

"Rikido Sato adalah Alpha Werewolf. Jika dia mati, dia bisa menunjuk warga secara acak untuk menjadi werewolf pengganti. Dia memilihmu," jelas Dark Shadow, sukses membuat Bakugou kehilangan kata-kata. Tadinya dia mau ngegas, tapi nanti kedengaran sama warga yang lain. Demi ala pun sial banget nasib Bakugou di permainan ini.

"Bergabunglah bersama Tokoyami dan (Name) untuk rapat," ucap Dark Shadow. Dia menunjuk sudut ruangan di mana Tokoyami sedang menunggu. Namun, serigala betina satu lagi malah masih duduk di tempatnya dalam posisi yang sama.

"Tampaknya (Name) ketiduran." Dark Shadow melayang menuju tempat (Name). Namun, Bakugou mencegahnya.

"Biarkan saja dia tidur. Aku mau mengagetkannya," bisik Bakugou.

Bakugou pun melewati sosok (Name) yang masih tertidur dan menghampiri Tokoyami. "Mengapa aku yang jadi werewolf sialan!" sungutnya.

Tokoyami hanya mengembuskan napas pelan. "Aku dengar (Name) tertidur, jadi langsung saja kita rapatkan siapa yang harus kita gantung. Keputusan ada di tanganmu karena aku adalah Shaman."

"Tunggu burung hitam! Apakah Tsuyu adalah orphan? Si katak hijau itu tidak ikut rapat," tanya Bakugou. Tokoyami hanya membalasnya dengan anggukan. "Kau adalah Shaman. Memang si berengsek itu pintar sekali memainkan kepercayaan orang lain!" Bakugou melirik tajam (Name) yang masih tertidur.

Bakugou yang langsung paham dengan situasi menggunakan otaknya untuk berpikir cepat. Di situasi kali ini jelas para werewolf sedang sangat diuntungkan. Para guardian telah lumpuh dan dua pemain dengan kekuatan paling penting telah menghabiskan kekuatannya. Sebenarnya pun setelah ini akan berakhir dengan sangat jelas. (Name) akan digantung di pagi hari. Werewolf pemangsa pun hanya tersisa dirinya seorang.

Mulai besok, Bakugou akan memangsa sendirian sebagai werewolf. Dia harus berhadapan dengan warga yang tersisa.

Keputusan paling cepat yang bisa diambil adalah membunuh orang tua orphan, sehingga Tsuyu bisa menjadi werewolf sungguhan dan memangsa. Masalahnya belum ada petunjuk siapa orang tuanya. Dia ingin menghabisi Midoriya atau Yaoyorozu. Akan tetapi, kedua orang itu akan dilindungi oleh guardian. Untuk itu hal yang paling mudah adalah menghabisi guardian terlebih dulu.

Guardian selalu melindungi orang-orang. Namun, siapa yang akan melindungi mereka? Bakugou melirik ke kumpulan teman-temannya. Instingnya mengatakan bahwa Uraraka perlu disingkirkan malam ini.

"Habisi Uraraka." 

Tokoyami mengembuskan napasnya dengan pelan dan tersenyum tipis. Dia tahu besok (Name) akan digantung dan tanpa saran yang membantu pun Bakugou langsung bisa menemukan mangsa yang tepat.

Mereka berdua kembali ke tempat duduk masing-masing. Para warga segera dibangunkan dan Dark Shadow telah siap dengan pengumuman mencengangkannya.

"Pagi ini (Name) ditemukan mati bunuh diri, karena tidak menyerahkan kartu perlindungan. Di sisi lain, Uraraka mati dimangsa oleh serigala."

"Sebentar!" Kaminari berteriak. "Hah? Gimana? Kok bisa? (Name) mengapa kau menyerahkan diri begitu?"

Tidak ada jawaban dari (Name). Gadis itu masih dalam posisi memeluk lututnya. Mina, yang duduk di samping (Name) segera mengguncang tubuh gadis itu.

"(Name) kau tidur ya?"

Bakugou itu pengen banget marah-marah. Dia kira (Name) itu ketiduran udah menyerahkan kartu perlindungan. Jadi dia bisa menikmati anak itu digantung sama warga. Eh ternyata matinya lebih konyol. Bunuh diri, ketiduran pula.

Bakugou gak tahu harus puas atau kesal. Cuma satu yang pasti. Setelah ini dia akan berjuang sendirian untuk memangsa, karena pasti yang digantung adalah Tokoyami.

Mina masih berusaha membuka lipatan tangan (Name) di lututnya. Ketika tangan itu sudah merenggang, (Name) malah tersungkur dan kepalanya jatuh di paha Mina. Wajahnya yang tertidur pulas pun terlihat oleh seisi kelas.

"Dia seperti kucing."

"Apa Todoroki?"

"(Name) seperti kucing." Todoroki masih terpana dengan wajah polos (Name) ketika tidur. Napas gadis itu tampak teratur dan sesekali dia mengernyit dalam tidurnya.

"Wah, apa permainannya kita akhiri saja? Lihat sudah ada yang tertidur. Kalian tidak mengantuk?" tanya Uraraka.

"Uraraka, kau berbicara begitu karena kau sudah mati, 'kan?" cibir Kaminari. "Aku masih belum mengantuk tahu," sambungnya.

Iida pun menghampiri teman-temannya dan melihat jam di dinding ruangan. Waktu sudah hampir menunjukkan pukul setengah dua belas. "Sepertinya memang perlu diakhiri saja."

"TIDAAAK!"

Keputusan Iida sebelumnya langsung disambut dengan teriakan Bakugou, Kirishima, Kaminari, Sero, dan Mina. Tak disangka-sangka Midoriya pun ikut menentang Iida.

Alhasil teriakan itu malah membangunkan (Name). (Name) mengerjap pelan sebelum akhirnya terkejut, karena dia sadar dia telah ketiduran.

"Mampus aku ketiduran!" pekik (Name). Dia langsung bangkit, tetapi kepalanya berubah pusing. Gadis itu memegang kepalanya dan melihat wujud teman-temannya yang masih kabur. Semuanya kelihatan dengan samar di matanya, kecuali Hagakure.

"(Name) kau sebaiknya kembali ke kamarmu," peringat Iida.

"Eh? Memangnya permainan sudah selesai?"

"Kau sudah mati bodoh!" sungut Bakugou.

Midoriya turut mengangguk dan berkata, "Kau tidak menyerahkan kartu perlindungan."

"Dark Shadow mengapa kau tidak membangunkanku?!" pekik (Name) tidak terima. Emosinya langsung naik dan kantuknya hilang.

Dark Shadow menatap gadis itu malas. "Kau yang tidak bangun-bangun."

(Name) pun membuang kartu amuletnya ke tengah lantai. "Idih idih kartu sial!" (Name) juga melempar kartu yang menunjukkan bahwa dia adalah serigala. "Idih idih! Padahal aku bisa menang!" sungutnya lagi.

Tokoyami hanya berdehem. "Serigala tidak akan menang. Kita sudah terpojok (Name)."

"Tokoyami benar. Sebaiknya kau kembali ke kamarmu (Name). Matamu merah. Kau harus tidur," kata Todoroki.

"Apa maksudmu serigala tidak bisa menang, hah? Aku memang tidak ikut. Tapi lihat saja kaumku akan menang hahaha!" ujar (Name) sambil menunjuk-nunjuk semua pemain.

Tiba-tiba Iida menarik leher gadis itu dan merangkulnya. Sang ketua kelas lebih dulu berpesan kepada anak 1-A. "Kalian bisa melanjutkan permainan. Aku akan mengantar (Name)." Mereka berdua pun menghilang dari pintu.

Di koridor (Name) misuh-misuh untuk keluar dari rangkulan Iida. "Aku bisa jalan sendiri, minggir!" Dia berhasil keluar dan berjalan dengan kedua kakinya.

Iida hanya bisa tersenyum pasrah. Dia pun berjalan di depan untuk menemani (Name) menuju asrama para gadis. Tadinya sih Iida yakin-yakin aja dengan (Name), tapi waktu dia menoleh ke belakang, gadis itu jalannya seperti orang mabok. (Name) sesekali menguap dan mengusap matanya. Gimana Iida gak khawatir coba?

"Jangan mengkhawatirkan aku, bodoh! Aku bisa ke asramaku sendiri--"

Iida segera menangkap tubuh (Name) yang tersungkur dengan cepat. "Kau terlalu banyak bergaul dengan Bakugou."

"Siapa yang bergaul dengannya? Hah!" gadis itu masih sempat-sempatnya protes walau nyawanya sudah melayang entah ke mana.

Dengan susah payah Iida memposisikan (Name) agar bisa dia gendong dengan punggungnya. Lelaki itu pun membopong (Name) menuju kamar asramanya. Satu yang Iida harapkan, semoga (Name) tidak menumpahkan cairan menjijikkan di bahunya.

Dan yah ... (Name) memang tidak melakukannya. Akan tetapi, gadis itu suka berbicara di tidurnya.

"Tenya-kun, Tenya-kun!"

Iida hanya melirik tipis wajah (Name) dengan ekor matanya. Dia perhatikan bulu mata lentik yang terkatup dengan rapi itu. Dia tetap lanjut jalan dan mengabaikan racauan (Name).

"Apa aku bisa menjadi pahlawan?"

Sontak Iida menghentikan langkahnya. Dia bernapas lama seakan menikmati udara malam yang memeluknya. Dia tersenyum dan berkata dengan yakin.

"Kau pasti bisa." Dia tahu (Name) tidak mungkin mendengar jawabannya, tetapi Iida ingin gadis itu tahu bahwa dia bisa dan selalu pantas menjadi pahlawan.

Selanjutnya tidak ada racauan aneh dan balasan tidak berarti dari Iida. Lelaki itu telah sampai di asrama gadis dan dia disambut oleh Jiro yang telah kembali ke asrama setengah jam yang lalu.

Jiro pun menuntun Iida ke kamar (Name) dan membantu ketua kelasnya menurunkan gadis itu.

"Maafkan (Name). Kau pasti kerepotan," kata Jiro sambil menutupi tubuh (Name) dengan selimut dan menyalakan AC di ruangan.

Iida menjawab kalimat Jiro dengan gaya formal khasnya. "Aku yang salah. Harusnya aku membatalkan permainan werewolf-nya."

"Anak kelas memang susah diatur, sih. Apalagi manusia tengilnya nambah satu."

Jiro dan Iida melirik lelah gadis yang tertidur dengan pulas itu. Mereka pun keluar dari kamar (Name). Sebelum pintu ditutup dengan rapat oleh Jiro, Iida lebih dulu menangkap satu pigura di nakas di samping tempat tidur (Name).

Di sana tergambar seorang gadis kecil dengan kimono panjang berwarna merah dan berambut (h/c). Persis seperti (Name), tetapi versi anak usia empat tahun. Gadis itu digendong oleh seorang lelaki bertubuh tegap yang mengenakan jas rapi. Wajah lelaki itu memiliki garis darah orang-orang Eropa. Matanya biru dan rambutnya pirang. Dia memiliki senyum yang menawan.

Di sampingnya berdiri seorang wanita dengan wajah yang amat cantik. Rambutnya disanggul dengan tinggi. Wajahnya tegas dan matanya menatap kamera dengan dingin. Kimono yang dikenakannya menjuntai hingga ke lantai.

Iida tidak terlalu tahu mengenai wajah wanita tersebut. Namun, dia tahu persis siapa lelaki yang menggendong (Name). Itu adalah lelaki yang mendirikan rumah sakit swasta ternama. Rumah sakit tersebut tersebar nyaris di seluruh dunia. Namun, sejak belasan tahun lalu kabarnya tidak pernah terdengar dan posisi kepala perusahaan telah diganti.

Satu yang seluruh orang tahu. Rumah sakit itu pernah tersandung kasus perdagangan anak. Namun, masalah itu tidak pernah meluap terlalu parah, karena dunia lebih sibuk dengan kejahatan-kejahatan lain di kota.

•••••

Tebeceeeeeee

Werewolf-nya lanjut jangan?🌝

Lanjutlah ya. Nanggung banget itu udah mau kelar.

Akhirnya aku selipin dikit soal orang tua (Name). Jadi ges mamaknya (Name) itu sebenarnya #piip# trus nikah sama bapaknya (Name). Bapaknya (Name) punya quirk #piip#, mamaknya (Name) punya quirk #piip#, makanya (Name) bisa punya quirk "kelipatan". Dan sebenarnya kedua orang tua (Name) itu #piip#.

Sampe sini paham, 'kan?

Nah gitu! Informasinya sudah aku transfer lewat telepati. Nyampe kan kan kan?

Trus ges aku mau curhat dikit. Ga penting sih skiv aja :(

Kemaren kan aku cap tiga jari buat ijazah sama ngambil sertifikat lsp. Trus namaku salah tulis. Astagfirullah tidak elit sekali :(

Jadinya aku kudu bolak-balik ke sekolah. Untung di ijazah bener. Kalau salah juga, dahlah :(

Di Jepang ada cap jari juga ga ya? Gak kebayang kalo pas cap jari nama Bakugou salah tulis :( auto diledaki satu sekolah/heh

Uwowo sekian episode kali ini. Aku akan kembali dalam waktu yang tidak ditentukan. Aku mau jadi mba toyib/woy

Love you all! 😣
Jangan sakit. Jaga kesehatan ya awh. Bahagia selalu kalian.

C H A R R I O T.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top