[15] Poin Dosa
11:41
.
.
Yuga menyalakan laser di perutnya. Cahaya itu berhasil menembus jangkauan yang cukup panjang dan solid. Tetapi serangan seperti itu terlalu mudah untuk dihindari bagi pahlawan sekelas Endeavor. Bahkan mungkin jika Endeavor hanya berdiri, bisa jadi serangan itu tidak akan mengenainya.
Endeavor menghindar ke kiri kemudian melesat cepat ke arah Yuga dan memukul perut anak itu. Walau kekuatan pukulannya ia tahan tetap saja terasa menyakitkan bagi Yuga.
"AKHH KOSTUM PAHLAWANKU!" pekik Yuga histeris. Anak itu sama sekali tidak mengkhawatirkan keadaan perutnya. Ia lebih panik jika seragam super berkilaunya itu lecet karena pukulan murah Endeavor.
Aoyama Yuga tersungkur di pasir. Pukulan itu berhasil menumbangkannya. Kini perutnya terasa sangat nyeri, efek samping quirknya bercampur dengan rasa diremas-remas bekas pukulan pemberian ayah Todoroki, membuatnya meringis kecil menahan sakit.
"Kau harus lebih meningkatkan akurasi dan timing tembakanmu, nak. Quirk dengan pemakaian solid seperti milikmu justru adalah yang paling sulit dikendalikan." Endeavor mengoreksi kekurangan Yuga sambil mengulurkan tangannya meminta anak itu untuk bangkit. Pahlawan tidak seharusnya terlihat lemah.
Di sisi lain Todoroki mengamati pertarungan itu sambil menghangatkan dirinya dengan sisi 'api'-nya.
Pemandangan pertarungan antara Yuga dan Endeavor membuatnya benar-benar sakit kepala. Belum lagi perkataan ayahnya--yang brengsek itu--pada Yuga terdengar sangat bijak seperti guru yang baik. Bertolak belakang seperti saat ia masih kecil. Tidak ada perkataan bijak dan nasehat. Hanya ada bau busuk ambisi untuk mengalahkan All Might. Ambisi yang melukai Todoroki Shoto, juga ibunya.
Todoroki menghela napas. Ia lelah, ia benar-benar tidak ingin berada di sini.
.
Melihat Aoyama terkapar, Hagakure ganti melancarkan serangan. Endeavor merasakan sebuah pukulan yang menggigit di bagian bawah perutnya. Selanjutnya ia merasa sakit dibagian tengkuk, sepertinya ditendang oleh si gadis tak terlihat.
Endeavor membiarkan Hagakure menyerang bertubi-tubi sambil merasakan keberadaan wanita tersebut. Ia mendapati pakaian anak itu ada di sebelah Todoroki. Sebenarnya Endeavor lumayan kebingungan, sejak kapan anak itu melepas bajunya? Tunggu...bukankah itu artinya Hagakure sedang...
"Kau benar-benar perempuan yang berani ya, nak!" tukas Endeavor sambil terkekeh kecil. Sebuah tamparan di pipi langsung menyambutnya sepersekian detik setelah ia mengatakan hal itu. Apa yang baru saja Endeavor pikirkan?
Endeavor mulai memanaskan tangannya, membuat api. Si gadis bening menghindari menyerang tangan Endeavor karena di sanalah sumber rasa panasnya. Hagakure mulai kelelahan dalam penyerangan karena sebanyak apapun pukulan ia kerahkan pada Endeavor, pahlawan pro itu sama sekali tak bergeming. Bisa saja sih Hagakure tendang 'itu'-nya supaya cepat tumbang sekaligus sebagai pembalasan karena perkataan tidak senonoh dari Endeavor. Tapi...em...kayaknya enggak, deh. Tidak elit!
Endeavor ganti menyerang. Ia menyalakan api di sekujur tubuhnya sekaligus meningkatkan suhunya. Membuat Hagakure mau tidak mau mundur dari pertarungan bahkan sebelum Endeavor sempat melayangkan pukulan ke pasir untuk membuat pasirnya berhamburan dan menandai Hagakure.
"Panas! Panas!" lirih Hagakure sambil melompat-lompat kecil. Kalau saja kelihatan, yang sedang ia lakukan adalah mengibas-ngibaskan tangannya yang tak sengaja terjilat oleh api Endeavor saat ia melompat menjauh.
Endeavor memadamkan apinya. Dan menatap sebuah jejak kaki di pasir.
"Kau sangat cocok untuk pertarungan diam-diam dan menjalankan misimu dalam bayang-bayang. Tapi ruangan terbuka seperti ini kurang cocok untukmu sekalipun kau tidak terlihat, kau harus lebih bisa transparan lagi, kalau musuhmu memiliki quirk deteksi tingkat tinggi kau bisa kewalahan," nasehat sang pahlawan api. Hagakure mengangguk mengerti.
Endeavor ganti menatap Todoroki, anaknya yang sedari tadi cuma melihat pertarungan. Dua diantara peserta pelatihan kelompok di kelasnya sudah melakukan latih tanding dengan baik. Hanya Todoroki yang masih duduk di pinggir gurun.
Endeavor menghampiri anaknya. "Sekarang giliranmu untuk latihan dan aku akan menilai--"
Satu ledakan mendarat di punggung Endeavor dengan kasar, menyisakan rasa panas yang menggigit. Saat laki-laki itu selesai melepaskan tembakannya pasir di gurun tampak berhamburan.
"AKU MASIH DI SINI!" seru Bakugou sambil mengusap keringatnya.
Endeavor menoleh kemudian menyeringai. "Oh, bagus Bakugou Katsuki, tidak buruk juga terbangun setelah 20 menit pingsan. Apa kau belum cukup terbakar?"
Endeavor berhasil menghajar Bakugou saat anak itu menantangnya setengah jam yang lalu. Bakugou tentu saja melawan dan tidak membiarkan tiga orang temannya ikut campur. Pertarungan berlangsung sangat alot dan Bakugou dengan cepat ditumbangkan. Satu pukulan keras di area vital dan beberapa luka bakar kecil membungkam anak itu selama 20 menit. Dan saat ia terbangun, ia sama sekali tidak melupakan tujuannya untuk menempeleng kepala Endeavor.
"Aku tidak akan kalah dari All Might. Sudah pasti aku akan mengalahkanmu!" teriak anak itu sambil melayangkan ledakan berikutnya.
Endeavor langsung mengurungkan niatnya untuk 'mendidik' anak kandungnya--Shoto. Ia akan lebih dulu memberi pelajaran untuk Bakugou, menidurkannya selama 40 menit kemudian ganti menghajar Todoroki di 'ruang privat' nanti.
"Bakugou aku harap pecundang di sana mencontoh sedikit sifatmu ini," kata Endeavor sambil membuat perisai api. Yang disindir terlihat tidak peduli. Ia sibuk menatap Bakugou dengan tatapan sendu. Sebenarnya apa yang dilakukan si Bodoh itu sih?
Endeavor melayangkan sebuah bola api. Dengan cepat Bakugou menghindar dan menembakkan ledakan dari tangannya. Kalau saja latihan kelompok menggunakan baju pahlawan, ia pasti sudah menghasilkan ledakan yang besar dan ia tidak akan pingsan di pertarungan sebelumnya.
Bakugou ganti ke posisi menyerang. Dengan cepat ia tumpu sebuah ledakan besar di telapak tangannya. Tidak hanya kekuatannya, emosinya sendiri sudah terkumpul di sana. Dengan timing yang tepat ia lepaskan ledakan itu ke pelipis Endeavor, sayangnya meleset dan malah mengenai lengan pahlawan satu itu.
"Kau memang pahlawan yang baik! Tetapi kalau kau memperlakukan anakmu seperti sampah. Kau bahkan tidak bisa disebut sebagai lelaki!" teriak Bakugou. Ia melayangkan sebuah tendangan. Endeavor yang kepanasan setelah mendengarkan kalimat itu menangkap kaki Bakugou, memutarnya, dan membanting anak itu ke tanah.
"AKH!" pekik Bakugou. Ia merasakan suara seperti kayu patah di punggungnya saat dibanting barusan.
Endeavor menapakkan kakinya di atas dada Bakugou.
"BAKUGOU!!!" Hagakure hendak mendekat tetapi tangannya lebih dulu ditahan oleh Todoroki. Anak heterocom itu menempelkan jari telunjuk di depan bibirnya lalu berbisik dengan pelan. "Shht! Aku tidak bisa melihat perkelahiannya dengan tenang."
"Todoroki apa yang kau katakan?" kali ini Aoyama protes. "Kita harus menolong Baku--"
DUARRR!!!
Suara ledakan yang memekakkan telinga memotong kalimat Aoyama. Tampak di tengah gurun Endeavor tengah mencekik Bakugou, mengangkat tubuh anak itu puluhan centi dari tanah. Laki-laki tempramental itu segera meledakkan tangan Endeavor membuat genggaman di lehernya terlapas. Ia segera mundur beberapa langkah.
Tangannya sudah cukup sakit saat ini. Ia banyak mengeluarkan ledakan selama hampir 7 jam ia terbangun dari tidurnya. Mulai dari mengejar (name) sampai pertarungan setengah mati dengan Endeavor. Tapi ia harus ambil resiko, tidak mungkin ia bisa memukul kepala Endeavor tanpa membuat otot-ototnya menegang dan tangannya terasa seperti digiling dari dalam.
Bakugou mulai mengumpulkan tenaga lagi. Membuat jurus yang sama seperti saat ia mengalahkan Todoroki di festival olahraga. Hotzwizer Impact. Sekali saja, sekali saja...ia ingin memukul wajah pahlawan menyebalkan di hadapannya ini.
Memang bukan gaya Bakugou ikut campur urusan orang lain. Tapi kalau sampai Todoroki yang notabenenya adalah rivalnya melemah karena Endeavor, ia tidak akan segan-segan. Ia tidak peduli bahwa Endeavor adalah posisi 1 pahlawan terkuat saat ini, ia tidak peduli bahwa Endeavor adalah ayah Todoroki, ia tidak peduli sekuat apapun lawan dihadapannya Bakugou pasti menang. Pasti...setidaknya begitulah arti menjadi pahlawan untuknya. Dan menerima kemenangan menjijikkan seperti festival olahraga kemarin, ia tidak mau. Ia ingin melawan Todoroki dengan kemampuan terbaiknya dan orang di depannya ini terus-terusan membuat rivalnya tertekan.
Bakugou melompat ke udara dengan tinggi sementara hotzwizer impact-nya hampir sempurna. Di sebrang Endeavor mengumpulkan banyak bara api di kedua sisi tangannya, siap untuk menumbangkan salah satu anak paling bermasalah di U.A. Endeavor terlihat jelas tengah menumpuk kekuatannya, bahkan pasir yang ia pijak sudah meleleh sebagian, tak kuat menahan panas dari pahlawan api.
Telapak tangan Bakugou terasa amat panas. Hawa mengerikan berputar-putar di lengannya, udara yang terus memadat dan memuai menghasilkan asap hitam yang mengikuti anak itu saat akan melayangkan serangannya. Ia melepaskan bunyi dentuman keras ke seluruh pelosok U.A. cukup besar untuk menutupi suara bel yang menggema.
"HOTZWIZER IMPACT!!! SHINEEEEE!!!"
Ledakan besar itu mengundang awan tebal untuk tercipta, menutupi seluruh gurun selama belasan detik. Bakugou merasa kedua lengannya mati rasa. Napasnya sesak berada di antara gulungan asap bercampur pasir, seperti berada di tengah-tengah badai. Keringat sebesar biji jagung terus membasahi rambutnya.
Tubuhnya terasa panas setelah melepaskan tembakan itu, tapi suhu pasir ini dan suhu di luarnya terasa begitu dingin dan menusuk. Membuat perkelahian jenis lain antara saraf-saraf Bakugou yang sulit menerjemahkan suhu beku yang dirasakan dari luar dan suhu panas yang membuncah dari dalam.
Samar-samar Bakugou dapat melihat sesuatu jarak beberapa meter dari hadapannya. Seperti sebuah tirai, asap-asap menepi dan menampilkan sebuah dinding es besar dan kokoh setengah hancur berdiri tegak melindungi Endeavor. Dinding es itu menjadi jawaban mengapa suhu di gurun terasa amat menusuk. Ledakan Bakugou sama sekali tidak mengenai pahlawan api itu, karena di sana, Todoroki tengah melindungi ayahnya sendiri.
"Sekarang pukul 12 lewat 43 detik. jam pelatihan kelompok sudah habis. Ayo kembali." Todoroki keluar dari dinding es. Ia berjalan dengan dingin melewati seluruh manusia yang ada di gurun itu.
Bakugou terhenyak saat mendapati punggung anak itu terdapat luka bakar besar yang masih segar. Satu yang Bakugou tahu, Todoroki tidak hanya melindungi ayahnya, Todoroki juga melindungi diri Bakugou dari ledakan besar yang lain.
Bakugou berdecih. Ia marah, marah besar. Bakugou segera mengejar Todoroki dan akan menghajar anak itu untuk yang kedua kali tapi langkahnya ditahan oleh Hagakure. "Bakugou, kau bisa bertengkar kapanpun kau mau. Sekarang berkumpul dulu."
"Mana mungkin aku membiarkan pertarungan ini berakhir seperti ini. Lepaskan tanganmu Hagakure!" sambar Bakugou sambil meronta-ronta. Tetapi Hagakure mengeratkan cengkramannya bahkan kali ini Aoyama ikut membantu. Mereka berdua menyeret Bakugou untuk berbaris karena bel tanda kelas khusus sudah berakhir, sudah sejak tadi berbunyi.
Tanpa mengucapkan salam keempat murid itu pergi meninggalkan Endeavor yang masih terpaku di posisinya. Ia mengamati dinding es lain di hadapannya. Dinding es yang lebih tipis daripada yang Todoroki buat untuk memblok serangan Bakugou. Es tipis di hadapannya ini berhasil ia hanguskan dengan sekejap namun efek serangannya berhasil ditekan. Tetap saja serangannya lolos dan melukai anaknya sendiri. Ia hanya membuat Todoroki semakin membenci dirinya. Namun di antara suara ledakan dan kepulan asap telinganya masih jelas berfungsi. Ia mendengar Todoroki berbisik dengan lirih.
"Aku masih menghormatimu, Ayah."
°°°°°
Di waktu yang bersamaan di kelas pahlawan kecintaan semua orang, kelas All Might.
.
.
"Aaaakh!" Kirishima mengerang dengan suara yang memilukan membuat Asui sedikit khawatir.
"Ada apa Kirishima? Apa kau tidak kuat?" tanya gadis itu yang kini tengah susah payah mengangkat batu sebesar 8 kali kepalanya. Harusnya ia mengkhawatirkan dirinya sendiri juga. Tangannya seperti akan patah.
"Keringatku membasahi perban di kepalaku dan lukaku jadi terasa pedih," jawab Kirishima dengan suara yang lemah, seperti sedang sekarat. "Dan All Might itu berat sekali!" Kirishima hampir saja goyang dan membuat All Might merosot ke tanah. Tapi ia harus membuktikan bahwa ia kuat! Dan tentu saja, mana mungkin kan ia membuang pahlawan idolanya ke tanah?
Di kelas All Might, tidak ada pertarungan yang memekakkan telinga. Karena dari setiap sudut U.A banyak sekali suara berisik bersahut-sahutan. Tentu saja beberapa kelompok harus banyak menguras kekuatan dan bakat. Yah, di sini juga menguras kekuatan sih tapi dengan versi yang berbeda.
Kalau menguras kekuatan di kelompok lain adalah dengan latih tanding. Di sini Tokoyami, Kirishima, dan Asui cuma diminta untuk mengangkat batu sampai bel tanda kelas berakhir dibunyikan.
Batu besar di ruangan itu cuma ada dua. Satu sebesar dua kali lipat batu yang diangkat Asui. Tokoyami mengangkatnya dengan enteng, em...baiklah dia tidak mengangkatnya karena Dark Shadow mati-matian menahan batu itu supaya tidak menyentuh tanah. Lalu ada Asui yang juga susah payah membuat batu besar di atas kepalanya tidak turun satu mili-pun. Nasib sial harus diterima Kirishima. Karena tidak ada benda berat lain yang setara dengan batu besar yang diangkat kedua temannya jadilah Kirishima harus menggendong All Might sampai bel berbunyi.
Dan All Might dua kali lipat lebih berat daripada batu milik Tokoyami. Mungkin setelah kelas, Kirishima akan pergi ke tukang pijit. Terhitung sudah tiga kali punggungnya bersuara dengan aneh.
Sebenarnya mereka bisa saja me-request jenis latihan lain pada All Might. Tetapi All Might menjanjikan hadiah yang besar. Jika mereka berhasil bertahan dengan batu di atas kepala mereka sampai bel berbunyi, All Might akan mentraktir mereka menonton bioskop! Menonton bioskop bersama simbol perdamaian. Siapa yang akan menolak?
All Might mengecek arlojinya sambil bertengger di punggung Kirishima. "Anak-anak bertahanlah 2 menit lagi, kalau tidak meleset belnya akan berbunyi tepat jam dua belas," kata All Might dengan senyum lebarnya, berusaha menyemangati anak-anak muridnya yang entah bernyawa entah tidak.
"JANGAN KENDORKAN SEMANGAT MASA MUDA KALIAN! PLUS ULTRAAA!!!" seru All Might sambil mengangkat kepalan tangannya ke udara. Gerakan itu memang terlihat sangat kecil, tapi akan sangat besar jika dilakukan oleh All Might. Pahlawan satu itu selalu berlebihan saat meneriakkan semboyan sakralnya, PLUS ULTRA.
Dan tebak saja, karena gerakan kecil itu Kirishima oleng.
Ia miring ke kanan. "E..e..eee"
"KIRISHIMAAA!!!" All Might mencengkram bahu Kirishima dengan tidak santai. Ia panik! Badannya yang menegang membuat bebannya terasa lebih berat.
"Sensei jangan banyak bergerak!" Kirishima oleng ke kiri.
"ASUI AWAS!!!" pekik anak berambut merah itu saat ia hampir menumbangkan All Might ke tempat Asui berdiri.
Dengan susah payah Asui bergeser sedikit lebih jauh agar tidak tersenggol Kirishima. Kirishima masih mencoba mengembalikan keseimbangannya. Ia terlihat seperti sedang menari dengan All Might di punggungnya. Sesekali miring ke kanan, maju ke depan, mundur, kemudian miring ke kiri. Dan ia sama sekali tidak berniat menjatuhkan All Might. Padahal ia sangat menderita.
Kirishima tidak kuat lagi. Tanpa ia sadari ia sudah oleng ke kanan, dan Tokoyami sedang 'bermeditasi' di sana.
"KIRISHIMA KAU HARUS LEBIH TENANG LAGI!!!" Teriak All Might yang sebenarnya sangat panik. Orang tua satu ini juga, masih aja mempertahankan mode sangarnya. Kirishima hampir mati mengangkatnya.
"SENSEI TOLONG SANTAI!!!" balas Kirishima. Badannya bahkan lebih condong dari pada menara pisa.
"TOKOYAMI AWAAAS!!!"
"KIRISHIMA MENJAUH DARIKU!"
"TOKOYAMI AKU TIDAK KUAT LAGI!"
"BERTAHANLAH DARK SHADOW"
"KIRISHIMA-SHONEN LANGKAHMU MENYERAMKAN!"
"DIAMLAH ALL MIGHT!"
"AAAAAA!!!"
BRUK!
Seperti yang diharapkan mereka terjatuh dengan posisi yang tidak santai. Tokoyami sekarat karena Kirishima dan All Might menimpanya, rasanya organ dalamnya remuk. Mereka bertumpuk seperti sebuah pancake, setidaknya begitulah visualisasi yang ada di pikiran Asui.
Tepat setelah mereka terjatuh bel berbunyi dengan nyaring. Membuat Tokoyami dan Kirishima kesal setengah mati. Padahal sedikit lagi...
Asui melemparkan batu berat di atas kepalanya ke samping. Ia membantu dua orang temannya dan gurunya yang sedang dalam kondisi mengenaskan.
"Kalian terlalu cepat 10 detik untuk jatuh gero."
"Cepat bantu kami Asui, Tokoyami hampir mati!" balas Dark Shadow.
"Sensei apa kami tetap ditraktir nonton?" tanya Kirishima lemah. Naas yang ditanya sudah terkapar lebih dulu.
°°°°°
(Name) mengangkat rambut di belakang kepalanya. Ia meraba-raba ujung perban kemudian menempelkan plester di sana terakhir, (name) merapikan rambutnya di depan cermin.
"Sip, cantik!" ucapnya pd. meskipun sedang sakit harus tetap on point. Walaupun kepala diperban fashion tetap nomor satu. Ngomong-ngomong (name) tidak jadi membuat perban di kepalanya menjadi 50 lapis. Terlalu tebal ternyata dan tentu saja tidak menjunjung nilai ke-fashion-an.
Setelah (name) membuka laptopnya. Sewaktu insiden hari itu laptopnya masih sehat dan sejahtera karena ada di dalam kamar apartemen. (Name) sujud syukur sewaktu masuk ke dalam kamarnya dan mendapati laptopnya masih mulus. Aizawa yang melihat itu hanya bisa mengelus dada sambil berbisik, "semoga dia tidak jadi muridku." Tapi apa daya sepertinya takdir memang suka bermain-main dengan pahlawan pemalas itu.
(Name) masuk ke situs resmi U.A. Di websitenya ternyata tertera banyak data yang sangat lengkap. Mulai dari data siswa, data guru yang mengajar, jadwal kelas, dan ini dia yang (name) cari! Daftar Peraturan dan Sanksi Pelanggaran.
Gadis itu tersenyum miring. Ia mengklik tombol sub-menu yang ada di laman tersebut. Ada lebih dari 100 peraturan yang ditimpakan kepada siswa-siswi U.A. Parahnya lagi, setiap departemen memiliki peraturan yang berbeda. Dan mengapa Departemen Kepahlawanan memiliki peraturan terbanyak? Ternyata di sini sangat ketat.
Gadis itu cuma bisa menghela napas sabar.(Name) langsung menenggelamkan dirinya di bagian tata tertib Departemen Kepahlawanan.
"Baiklah, peraturan yang bisa membuatku langsung dikeluarkan dari sekolah dengan sekali pelanggaran..." (Name) bergumam sambil membaca peraturan tersebut satu-persatu. Matanya berhenti.
"Tawuran antar pelajar, sanksi...langsung dikeluarkan!" (Name) berseru senang sambil bertepuk tangan. Namun euphorianya hanya berlangsung sebentar. Karena...
IA MAU TAWURAN DENGAN SEKOLAH MANA COBA? SEDANGKAN LETAK U.A AJA TERPENCIL BEGINI DARI SEKOLAH LAIN!
Bahkan sekolah terdekat dengan U.A terpisah oleh jarak sejauh 6 km. (Name) memijit pelipisnya. Lagipula kalau dipikir-pikir sekolah mana yang mau mengajak anak-anak U.A tawuran coba? Mendengar nama U.A saja mungkin mereka udah kabur duluan.
(Name) kembali membaca tulisan digital di laptopnya. Ia langsung mencoret salah satu kemungkinan, hamil.
Ya...tidak mungkin kan (name) keluar dari U.A dalam keadaan perut besar. Gak! Nama baiknya bisa melebur.
Kemungkinan yang lain...merusak fasilitas sekolah. Tidak dikeluarkan, tetapi denda. Kalau ini sih malah membuat (name) semakin menderita bukannya keluar dari U.A dengan instan.
Lalu ada mencemari nama baik guru dan sekolah. Nggak, (name) gak mau dikeroyok pahlawan pro apalagi sebangsa All Might dan Aizawa. Thank you, next!
Hufft...mau tidak mau (name) hanya bisa melakukan pelanggaran-pelanggaran kecil seperti bolos, cabut pelajaran, tidak mengerjakan tugas, telat, membawa kartu judi, makan di kelas, salah memakai seragam, dan lainnya. Dengan mengumpulkan poin dosa sedikit demi sedikit, jika sudah melampaui batas 100 poin ia bisa keluar dari U.A dengan bahagia! Bodo amat mau caranya tidak terhormat, yang penting ia kembali ke cafe kesayangannya.
(Name) membuat catatan di diary miliknya. Plan A, keluar dari U.A dengan cara melakukan pelanggaran kecil. Plan B, kalau terdesak ajak anak sekolah lain tawuran. Note: apapun yang terjadi jangan sampai hamil!
"Yosh!!!" (Name) tersenyum lebar menatap catatan perencanaan dosa di diary-nya. (Name) membawa laptopnya ke ruang tengah. Entah kenapa ia ingin suasana yang lebih luas. (Name) kembali tenggelam dalam website resmi sekolahnya tersebut. Sebuah button menarik perhatian (name). Daftar nama siswa di U.A beserta penjelasan quirknya. Ia mengklik data siswa di kelas Hero 1-A, (name) penasaran dengan quirk teman sekelasnya yang lain.
(Name) membaca data-data tersebut dengan seksama. Alisnya mengerut.
Departemen Kepahlawanan
Kelas: Hero 1-A
Jumlah Siswa: 20
Wali kelas: Aizawa Shota
Nama siswa
|
|
(Name) terus membaca sampai akhir dan ia menyadari sesuatu. Namanya tidak ada di dalam daftar siswa kelas 1-A.
•••••
Tbc.
|
|
Hayoo...jadi murid hantu!!!
Btw untuk chapter depan full santai-santai. Mau masukin kelahi-kelahi tapi nanti bablas ges, dipisah deh jadinya.
Lov ya,
Charriot–.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top