[13] Paranoid

11.00
.
.
Para calon pahlawan dari kelas 1-A berbaris kembali di tengah lapangan. Keributan yang (name) ciptakan langsung teredam saat Aizawa-sensei kembali dengan kertas absensi di tangannya.

Di barisannya Todoroki menunduk dalam-dalam. Ia menatap telapak tangan kanannya. Todoroki bisa merasakan kekuatan yang dialirkan (name) saat perkelahian tadi benar-benar kuat. Ia masih tidak mengerti dengan quirk yang dimiliki anak baru itu.

Saat itu Todoroki baru selesai mencuci muka dan ia memilih kembali menuju lapangan. Namun ia langsung disambut oleh pemandangan ricuh bercampur dengan rengekan (name) dan teriakan marah Bakugou.

(Name) sedang di kejar-kejar oleh petasan kesurupan dan mereka berlarian di tengah lapangan, sungguh kekanak-kanakan dan tidak elit, pikir Todoroki.

Manusia heterokom itu tentu saja bersikap apatis dan tidak peduli. Ia memutuskan untuk berjalan ke arah bangku kosong sambil berpura-pura tidak melihat kejadian itu.

Sialnya radar (name) menyadari keberadaan Todoroki. Dan suara teriakan (name) mengintrupsinya.

"SHOTOOOOO!!!"

Yang dipanggil menoleh. Ia terkejut saat (name) tengah berlari ke arahnya dengan selisih jarak kurang dari 10 meter. Matanya melebar saat mendapati Bakugou mengejar (name) dengan kekuatan penuh. Yang membuatnya khawatir adalah telapak tangan Bakugou sedang menumpu banyak ledakan.

Todoroki tahu betul, kalau ledakan itu dilepaskan habis sudah seluruh lapangan U.A.

Padahal Todoroki sudah bersiap-siap kabur dan tidak ingin ikut campur dalam pertarungan tidak menguntungkan ini...sampai tiba-tiba (name) bersembunyi di belakang punggungnya, menjadikan Todoroki sebagai tameng hidup. Gadis itu menggenggam erat lengan kanannya.

"Todoroki Shoto tolong aku!" lirih (name), dari nada bicaranya ia terlihat benar-benar ketakutan.

(Name) membenamkan kepalanya di punggung Todoroki, berusaha menghindari mata Bakugou.

"KATSUKI AKU MINTA MAAAAF!!!" teriak (name) panik saat jarak antara Todoroki dan Bakugou semakin terkikis. Tentu saja Bakugou bukan orang yang akan menerima kata maaf semudah itu. Ia sudah sangat siap untuk merubah (name) menjadi adonan mochi.

Sebelum Bakugou sempat meledak-ledak, (name) reflek mengggerakkan lengan kanan Todoroki dan dinding es tinggi muncul dari tanah, membatasi jarak antara Bakugou dan kedua orang itu.

Todoroki terkejut. Ia menatap gadis yang sedang bersembunyi di belakangnya. Apa yang gadis itu lakukan? Padahal Todoroki sama sekali tidak mengerahkan kekuatannya. Tetapi darimana es di depannya berasal? Tidak salah lagi. Di sini cuma dia yang bisa mengeluarkan es. Bagaimana bisa quirknya aktif tanpa izin?

"(Name) apa yang kau..." Todoroki berhenti bertanya saat ia merasa bajunya dicengkram dengan erat oleh gadis itu.

"Shoto terima kasih sudah menolongku. Bakugou serem banget sumpah!"

Hah? (name) tidak menyadarinya?

Todoroki menghembuskan napas panjang. Ia kembalikan fokusnya pada Bakugou. Kini manusia heterokom itu mengerahkan quirknya dengan benar, mencoba membantu (name) sedikit. Tidak ikhlas sebenarnya karena ia berani bertaruh setelah ini pipinya akan diterjang oleh Bakugou.

Bakugou terus meledakkan es tersebut bersamaan dengan sumpah serapahnya. Tapi sebanyak apapun ledakan Bakugou keluarkan sebanyak itu jugalah dinding es kembali menebal. Dan dinding es tak bercelah itu entah bagaimana sama sekali tidak membuat Todoroki terserang hipotermia.

Setelah meregenerasi dinding es puluhan kali Todoroki menurunkan tangannya, dan melepas genggamannya dari (name). Sementara murid baru itu masih tetap menempel pada Todoroki seperti bayi koala.

"OI SETENGAH-SETENGAH BRENGSEK, JANGAN IKUT CAMPUR ATAU KAU JUGA AKAN AKU HABISI!" kata Bakugou yang dengan ledakannya ia berhasil berdiri di puncak dinding es. Mengintimidasi Todoroki dan (name) yang jauh di bawahnya.

Todoroki menatap Bakugou dengan tenang. "Aku sama sekali tidak ikut campur," katanya.

"APA MAKSUDMU? JELAS-JELAS KAU MEMBENTENGI SI BRENGSEK ITU!"

Todoroki menatap telapak tangannya sekilas kemudian menatap mata (e/c) (name) yang tampak meredup karena mengantuk.

"Aku tidak memakai quirkku, quirk (name) yang memaksaku mengeluarkan kekuatanku."

"APAAA?!!!" Seluruh orang yang mendengar itu terkejut.

Anak-anak 1-A mulai mengerumuni Todoroki dan (name). Di sisi lain, Todoroki memutuskan menggunakan sisi kirinya untuk mencairkan dinding es yang terbuat karena paksaan kekuatan (name).

Ia sendiri tidak menyangka, kekuatan asli quirk (name) bisa membuat Todoroki melampaui batas kekuatannya. Ia tahu betul, jika ia membuat dinding es tebal itu sendirian ia pasti sudah mati membeku.

"Oi (name), kenapa kau ikut teriak juga!" sambar Mineta yang kini ada di antara mereka.

"Tentu saja aku terkejut. Aku kira Shoto melindungiku," balas (name) dengan wajah herannya.

Bakugou segera memotong kerumunan dengan aura membunuhnya. Ia langsung menarik kerah baju (name), berhasil membuat gadis itu melayang beberapa centi dari tanah. "Apa maksudmu sialan?"

(Name) nyengir. Sama sekali tidak merasa berdosa. "Habisnya aku sudah tiga tahun tidak menggunakan quirkku. Bagaimana aku tahu kalau ternyata aku sekeren itu."

"Contoh orang bodoh yang menyianyiakan bakat," kata Mineta dalam hati. Teman-temannya yang lain memikirkan hal yang sama dengan wajah datar.

Telinga Bakugou hampir berdarah rasanya. Narsis sekali si Brengsek ini. Ia segera melepas (name) dan membuat anak itu jatuh terduduk.

"Aduh, jangan kasar dong!" protes (name).

"Kau melempar kepalaku dengan sepatu! Kau butuh cermin sebesar apa, hah?" balas Bakugou tak kalah kesal.

(Name) mengusap bokongnya yang terasa panas setelah menghantam tanah dengan tidak elit. Ia menatap seluruh teman-temannya yang berkumpul.

"Apa? Kalian mau melihat aku dan Katsuki duel?" sambar (name). Ia badmood banget jadinya.

"Kau menantangku, hah?" Ini Bakugou masih aja meladeni (name). Ia langsung disegel oleh Kirishima dan Kaminari.

"Apa? Maju sini!" tantang (name) sambil memasang kuda-kuda. Kalau Bakugou disegel oleh Kirishima dan Kaminari, kali ini (name) disegel oleh Midoriya.

"Izuku, jangan halangi aku! Mau ku hajar juga?" (Name) meronta-ronta saat diseret anak berambut hijau itu. Tapi apa daya kekuatan Midoriya tidak bisa diremehkan.

Aizawa-sensei sudah datang dan seluruh anak-anak berbaris rapi termasuk Bakugou--setelah menerjang wajah milik Todoroki tentu saja.

"(Name), apa maksudmu dengan kau tidak menggunakan kekuatanmu selama tiga tahun?" tanya Midoriya sambil menyeret (name) untuk berbaris.

"Ga tau, malas jawab, ngantuk," balas (name). Ia kemudian menguap panjang.

Setelahnya Midoriya tidak mendengar celotehan (name) lagi. Saat ia melirik gadis itu, ia malah tertidur. Gila! Padahal Aizawa-sensei sudah datang.

Midoriya ganti menggendong (name) di pundaknya. Ia berbisik. "(Name) bangun, kau tidak takut dihukum Aizawa-sensei? Nanti kau disuruh mencari cacing alzheimer."

(Name) belum benar-benar tertidur, ia masih mendengar Midoriya tetapi mengabaikannya. Mata (name) meredup, kesadarannya juga hampir tinggal kenangan. Ini adalah efek jika (name) mengeluarkan quirknya berlebihan. Dan pintarnya, ia sama sekali tidak sadar sudah mengerahkan quirknya. Yang (name) pikirkan ia cuma kelelahan karena tadi malam tidur terlalu larut setelah membereskan kamarnya.

"Biarkan aku tidur sebentar Midoriya. Jangankan cacing alzheimer, ulat rematik juga aku bisa cari," balasnya ngawur, selanjutnya gadis itu benar-benar tertidur.

°°°°°

Ctak!

"BRENGS–oh halo Aizawa-sensei!"

(Name) yang terlonjak dari tidurnya langsung tersenyum riang. Padahal dalam hatinya ia menangis, "mampus...mampus...mampus!" batinnya.

Aizawa-sensei memergokinya tertidur. (Name) sedang bersender dengan pulas di pundak Midoriya. Bahu Midoriya rasanya turun sebelah. Setengah tubuhnya keram.

Aizawa-sensei membangunkan (name) dengan cara menyentil jidatnya yang dibalut perban. Dan sialnya area yang Aizawa-sensei sentil ternyata adalah luka (name). Karena itulah bangun-bangun (name) hampir mengumpat.

"Sensei! Kau menyentil lukaku! Belum sembuh tahu!" protes (name) sambil mengusap dahinya.

"Kau terlalu berisik untuk orang yang baru bangun tidur," komentar Aizawa-sensei.

"(Name) memang berisik sensei. Waktu di rumah sakit juga sama, kok!" kata Kirishima.

"Eijiro, itu rahasia, jangan buka kartu!" (Name) gelagapan. Aduh, malu rasanya.

Aizawa menghela napasnya kemudian mengecek kertas yang ia bawa. "Kau sekelompok dengan Tokoyami, Asui, dan Kirishima."

(Name) mengusap matanya. "Hah?"

"Detailnya, tanyakan mereka. Harusnya kau tidak tertidur." Aizawa-sensei menjauh dari tempat (name). (Name) menatap bingung teman-temannya yang kini mulai berkumpul berkubu-kubu.

"(Name)-chan, aku harus ke kelompokku. Kau juga sebaiknya ke kelompokmu," kata Midoriya yang kemudian menghampiri Mineta, Uraraka, dan Ojiro.

(Name) yang masih linglung akhirnya menghampiri kelompoknya. Ia menatap Tokoyami, Asui, dan Kirishima bergantian. Diam-diam ia bersyukur tidak sekelompok dengan Bakugou. (Name) mendoakan semoga siapapun yang sekelompok dengan Bakugou hari ini selamat, hidupnya sejahtera, dan sehat selalu.

Saat (name) mata (name) memutari lapangan, mencari informasi  ternyata yang sekelompok dengan Bakugou adalah Todoroki, Hagakure, dan Aoyama. Gadis itu hampir menangis. Tuhan, tolong selamatkan Todoroki! (Name) tersenyum kecut saat melihat sebelah pipi Todoroki merah. Apa-apaan itu? Apa yang ia lewatkan selama tertidur?

(Name) kembalikan atensinya pada teman sekelompoknya dan berbisik, "pipi Todoroki, kenapa?"

"Disambar Bakugou," jawab Kirishima enteng. (Name) shock berat.

"Kok bisa?" tanya anak itu lagi. Kirishima, Asui, dan Tokoyami menatap (name) datar. Dasar tidak peka! Tentu saja karena Todoroki membantu (name).

"Ngomong-ngomong, apa yang akan kita lakukan?" (Name) banting setir pertanyaan. Dari tatapan temannya (name) tahu mereka tidak ingin membahas hal itu.

"Kau murid baru, jadi aku akan jelaskan gero. Selanjutnya adalah pelatihan dengan kelompok. Masing-masing kelompok akan diawasi dan dilatih oleh guru yang berbeda dan mendapat jenis latihan yang berbeda juga, gero," jelas Asui lengkap. (Name) mengangguk mengerti.

"Lalu guru kita siapa?" tanya (name) lagi. Kini mereka tengah berjalan. Entah ke arah mana, (name) cuma mengikuti kemana tiga orang itu pergi.

Kali ini Kirishima yang menjawab, "kalau itu, selalu kejutan. Kita cuma disuruh untuk pergi ke lokasi yang diminta dan guru kita akan berada di sana. Setiap pelatihan gurunya akan beda-beda."

(Name) ber-oh ria. Ia berjalan dengan gontai. Masih setengah ngantuk. Oh, Tokoyami juga bilang, mereka disuruh ke gedung pelatihan yang tak begitu jauh dari lapangan. Ruangan nomor P-03. (Name) berharap ia bisa menyelesaikan pelatihan dengan cepat karena ia merasa sangat lelah sekarang.

"Sebenarnya apa sih yang aku lakukan? Perasaan aku tidak mengeluarkan quirk deh?" gumamnya sambil menguap, lagi.

Mereka kini sudah sampai di depan pintu ruang latihan. Pintu itu terbuat dari logam mengilap yang tampak kuat. Pintu setinggi tiga meter itu dimahkotai sebuah papan nama bertuliskan P-03. Jelas sekali, ruangan yang mereka tuju.

(Name) meregangkan tubuhnya sedikit mencoba mamanggil rasa senangatnya yang tertidur. "Minggir kalian semua, biar aku yang buka!" seru (name) sambil menyeringai. Teman-temannya yang lain cuma bisa tersenyum pahit. Mereka sudah lelah dengan sifat (name) hari ini. Biarlah gadis itu melakukan apa yang dia suka.

(Name) segera membuka pintu kembar itu dengan keras, justru lebih mirip seperti membanting, berhasil mengeluarkan suara yang menggema. Memang tipikal manusia bar-bar minim sopan santun.

(Name) tersenyum lebar sambil berseru riang.

"OHAYOU SENSE--"

Untuk beberapa detik (name) tidak bisa merasakan detak jantungnya. Tenggorokan (name) tercekat dan menahan kalimatnya di ujung lidah. Rasa kantuknya menghilang entah kemana. Matanya belum sempat mengeksplorasi ruang latihan U.A, dan sosok itu lebih dulu tertangkap. Ia memang rabun, tapi kali ini matanya tidak salah.

Sosok berbadan kekar itu sedang berdiri, memunggungi pintu ruang latihan. Walau begitu dari postur tubuhnya (name) tahu betul itu siapa, apalagi jambul kuning yang mendongak itu. Penduduk jepang mana yang tidak tahu dia?

Sosok itu berbalik memamerkan senyum khasnya pada murid-muridnya yang berdiri di ambang pintu.

"Selamat pagi anak-an--" Orang itu menghentikan sapaannya saat ia melihat sosok familiar di ambang pintu. Ia berusaha menahan senyumnya dengan penuh rasa bersalah.

"Maafkan aku (name)-shojo."

"ALL MIGHT!!!" seru kelompok itu girang seraya berjalan masuk. Mereka sangat senang mendapat kelas dari guru terfavorit di U.A. Cuma (name) yang tidak meneriaki nama itu. Dan hatinya menerjemahkan kehadiran All Might bukan sebagai kebahagiaan melainkan ketakutan.

Setengah badannya seperti dicabik. All Might, dia melihat orang itu lagi setelah belasan tahun. Otaknya seperti bekerja terbalik. Ingatan busuk di otak (name) berubah liar dan menghujam kepalanya dengan ketakutan. Tubuh (name) tanpa ia sadari bergetar.

"Ibumu, sudah terbunuh di medan perang, All Might yang melakukannya. (Name) kau harus membalaskan dendam ibumu dan menyelamatkan keluarga (Surename)!"

Napas (name) berubah tidak beraturan. Rasanya seluruh oksigen di ruangan itu direnggut darinya. Ia masih ingat betul suara ledakan yang silih berganti, bau hangus yang menyengat dari kejauhan, gesekan besi yang beradu, dan bau amis darah segar. Suasana khas kekacauan perang.

"(Name) kenapa kau tidak masuk?"

Siapa yang bicara itu?...Kirishima Eijiro? Siapa Kirishima Eijiro? Lalu orang itu mana mungkin salah kan? All Might ada di hadapanku. Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus membunuhnya seperti yang seluruh anggota keluargaku bilang? Tapi aku...aku...aku kan sendirian sekarang?

"Tenang saja semuanya! Aku akan menyelamatkan semua orang!"

Lalu...lalu bagaimana dengan aku? Siapa yang akan menyelamatkanku?

(Name) juga ingat persis senyuman itu. Senyuman saat simbol perdamaian menyelamatkan seluruh warga sipil. Saat All Might mengangkat ibu jarinya pertanda keadaan akan membaik padahal ia baru saja membunuh orang lain sambil menyelamatkan orang lainnya. Sebenarnya apa yang All Might lakukan?

"Ayahmu tidak bisa ditemukan. Beliau tidak ada dimanapun. Nona, mulai saat ini kau adalah kepala keluarga (Surename)."

"Jangan manja! Kau harusnya turun dan balaskan dendam orang tuamu!"

Mengapa aku harus melakukannya? Itukan urusan orang dewasa?

(Name) menggeleng kuat. Menyadarkan dirinya sendiri dari pentas ingatan mengerikan yang digelar oleh otaknya. Gadis berambut (h/c) itu mundur beberapa langkah kemudian berlari menjauh dari ruangan latihan. Ini adalah pelariannya yang kesekian. (Name) selalu begitu, lari dari masalahnya. Seakan jika masalahnya ia tinggal di belakang akan selesai dengan sendirinya.

Dadanya terasa sakit. Air matanya entah sudah turun sejak kapan. Ia bisa mendengar Kirishima memanggil nama (Name) di belakang. Ia harap anak itu tidak mengejarnya.

Ketakutannya membawa kaki (name) berlari tanpa arah. Kalau ada satu hal yang paling (name) benci dan takuti di dunia ini. Itu adalah mantan pahlawan nomor satu. Pahlawan yang berhasil mengacak-acak keluarganya dan membuat sisa usianya penuh dengan kesialan.

All Might.

°°°°°

11:26
.
.
Todoroki harus puas mendapat tendangan di pipinya dari Bakugou. Sialnya ia satu kelompok dengan anak itu. Lebih parahnya lagi. Di gurun terbuka ini, guru yang akan mengajarnya adalah ayahnya sendiri, Endeavor.

Ada apa sih dengan minggu ini? Rasanya kesialan yang Todoroki dapat tidak bisa dihitung dengan jari, walaupun sudah dibantu jari kaki sekalipun.

Bukan hal mustahil bagi U.A untuk meminta pahlawan manapun untuk mengajar. Tapi tetap saja, Endeavor dengan sejuta jadwalnya sebagai pahlawan nomor satu saat ini, membuat terkejut kelompok Todoroki.

"Aku akan kembali ke asrama. Tidak ada yang perlu dipelajari bulan ini," kata Todoroki sambil berbalik dan menjauh dari gurun buatan itu.

Tangan tak terlihat Hagakure menahan Todoroki. "Tapi, kau bisa dihukum kalau bolos!" peringatnya.

"Terima kasih perhatiannya Hagakure. Tapi aku lebih memilih hukuman ketimbang berdiri di sini," balas Todoroki dingin. Hagakure melepas tangannya dari lengan Todoroki. Aoyama tidak berani berkomentar takut dibekukan oleh Todoroki. Bakugou sendiri yang memahami situasi memutuskan untuk tidak membuat keributan. Ini bukan sesuatu yang bisa ia campuri. Lagipula ia sudah puas menghajar wajah Todoroki tadi--saat (name) tertidur.

Manusia heterokom itu berjalan menjauh. Mencoba mengabaikan celotehan orang yang entah bagaimana menjadi ayahnya.

"Shoto kembalilah. Aku harus mengecek perkembanganmu," kata Endeavor sambil berjalan mengikuti anaknya.

"Kalau kau menolak aku akan menghukummu."

Todoroki Shoto sudah lama bergelut dengan sesuatu yang lebih kejam dari hukuman. Ia tidak peduli lagi.

"Siapa gadis yang akan dihajar anak galak itu?" tanya Endeavor tak menyadari salah satu objek yang disebut ada di sekitarnya. Kalau Bakugou tidak paham situasi mungkin dia akan menantang pahlawan satu itu dan meledakkan kumisnya.

Todoroki Shoto mengepalkan tangannya. Mencoba tidak peduli tetapi...setengah dirinya merasa marah karena ayahnya membawa-bawa (name). Sebenarnya ada perlu apa ayahnya dengan (name)? Mengapa ia mencari gadis itu? Dan darimana ia tahu soal (name)? Tidak, itu bukan pertanyaan pentingnya. Pertanyaan paling tepat saat ini adalah...(name) itu siapa?

"Kau bilang kau tidak mengenalnya? Siapa dia? Mengapa kau berbohong padaku?" Endeavor masih menuntut penjelasan. Murid yang lain berusaha pura-pura tidak melihat pertengkaran aneh ayah dan anak itu.

"Orang-orang U.A itu membohongiku. Tapi aku tidak masalah karena ada kau. Shoto, dimana keberadaan (surename)(name)?" Kali ini tidak hanya Todoroki Shoto yang terkejut, teman sekelompoknya juga. Hagakure berdesis, "apa yang dimaksud oleh Todoroki-sensei?"

Bakugou melipat tangannya, ia mencoba memikirkan seluruh informasi yang ia dapat dan mengolahnya dalam otaknya yang sebenarnya sangat cerdas itu. Mengapa pahlawan nomor satu saat ini mencari (surename)(name)? Apa hubungannya? Padahal (name) murid baru satu hari di U.A dan dulunya ia cuma pekerja sampingan di cafe. Bagaimana mungkin ia bisa jadi cukup terkenal sampai ayah Todoroki tahu keberadaan gadis itu? Apa sebenarnya yang diinginkan Endeavor? Dan (surename)(name) itu siapa?

Shoto tetap menjauh dari gurun dan tidak menghiraukan ayahnya yang terus mengekor. Meskipun telinganya terasa jauh lebih panas daripada suhu di gurun buatan ini ia tetap berusaha tidak mendengarkan orang itu.

Sampai...

"Shoto mengapa kau mengabaikan Ayahmu? Mengapa kau berusaha melindunginya? Apa karena perempuan itu mirip ibumu?"

Satu jarum es berhasil menembus pertahanan Endeavor, melukai pipi sang pahlawan nomor satu. Darah segar mengalir dari luka tipis sepanjang tusuk gigi. Endeavor tersenyum penuh kemenangan.

"Kau terlalu berisik, Endeavor." Todoroki Shoto berbalik. Menatap tajam ayahnya. Ujung jari telunjuknya mengarah pada Endeavor, jari yang baru saja menembak jarum es kecil yang berhasil mengoyak pertahanan pahlawan termahsyur tahun ini.

"Aku sudah bilang tidak ada hubungannya!" Es-es mulai bermunculan dari bawah tanah, mengakar dari kaki Todoroki. Dalam sekejap seluruh pasir di gurun buatan itu tertutup es. Udara semakin kering dengan suhu yang menusuk. Todoroki Shoto mengubah gurun itu menjadi kutub hanya dalam satu kedipan mata.

Ujung tangan anak itu tampak membiru, ia terlalu memaksakan kekuatannya karena marah. Ia mulai hipotermia sekarang.

"Puas?" tanya Shoto penuh penekanan.

Endeavor menyeringai. "Baiklah anak-anak. Latihannya adalah kalian harus membuat Todoroki tidak kedinginan!"

Tepat setelah Endeavor menyuarakan perintahnya sebuah ledakan besar memecah es di gurun itu menjadi dua. Ledakan kedua muncul dan menghamburkan pasir yang ada. Untuk menghindari matanya terkena pasir Endeavor melompat mundur beberapa langkah. Asap tipis yang tercipta dari ledakan itu memudar, memperlihatkan sosok murid paling tempramental di kelas 1-A tengah berdiri di depan Todoroki, tampak seperti melindungi anak itu.

"Aku tidak peduli kau adalah pahlawan nomor satu, atau Ayah manusia setengah sialan di belakangku ini. Tapi kalau kau mencoba mengusik teman sekelasku. Akan ku bunuh kau!"

Bakugou menatap Endeavor tajam. Mengancam pahlawan satu itu untuk menjauhi Todoroki atau perkelahian kedua hari ini akan dimulai.

•••••

Tbc
|
|
Aku potong di sini aja deh.
.
.
°Charriot's Note°

Btw aku sakit mata setelah baca chapter-chapter awal.
Udah aku rangkum dan catet sih mana-mana aja yang mau direvisi. Tapi kayaknya belum sempat deh. Jadi kalian sabari saja tulisan berantakan itu dulu :(
Malah aku bikin rencana revisi setelah ceritanya tamat.

Tapi setiap aku baca tuh kayaknya mataku bisa langsung berdarah//lebaykali// sangking buriknya chapter2 awal.

Tapi bentar lagi saya teh UN mana mikirin mau masuk univ ini, univ itu. Jadi nda sempat buat revisi.

Kadang lelah hayati
Bukan belajar buat UN malah nonton anime.gblk//jangan ditiru ya gais, aku tahu kalian bucin 2D tapi inget mereka ga nyata dan kehidupan asli kalian itu penting. Berdoa aja siapa tahu jodoh kalian karakternya mirip sama karakter bucin 2D kalian.ezzz

Maaf teman-teman...kalian harus menatap kenyataan.

Back...

Meski revisi besar-besaran akan diundur; bahkan mungkin nanti tunggu ceritanya tamat.

Update tetap berlanjut kok. Seperti biasa.

Soalnya aku nulis cerita ini semangat banget. Apalagi kalau kolom komentarnya dirusuhin. Setiap aku post satu chapter, di draf ada dua chapter udah fiks, dan satu chapter wop (work in progress).

Walau skill menulis aku masih kurang. Tapi kan salah satu cara berlatih menulis adalah dengan  terus menulis. Dan work ini adalah sarana aku berlatih. Jadi kalau kalian sakit mata membaca kisah ini, MAAFKAN SAYA HUHU.

Aku juga sedang berlatih lebih baik supaya kesehatan mata kita bersama tetap terjaga ya... :) jangan gara2 tulisanku kita ke dokter mata bareng2.

Btw...updateku memang berlanjut tetapi...aku nda tau sih kalau pas hari-h UN nih handphone disita dari peradaban. Auto vakum dulu sampai hp kembali, baru di-up.

Jadi kalau misalnya aku nda muncul 3 hari lebih itu artinya...

Handphoneku upgade ke iPhone 11 pro max.

Ngimpi sih tapi gapapa, Aamiin aja.
.
.
Last...
Ya Allah
Semoga lancar UN-ku, aamiin.

Lov ya,
Charriot–.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top