[02] Kelas Tambahan
13:45
.
.
.
Kelas 1-A sedang melangsungkan kelas tambahan. Murid-murid terpisah mengikuti kelas yang mereka inginkan. sebagian besar anak perempuan mengikuti kelas memasak atas ajakan Hagakure, mereka sih memang selalu kompak. Tapi Mina Ashido apes minggu ini, dia harus mengikuti kelas tambahan bersama Aizawa-sensei, mengingat nilainya yang terjun bebas saat ujian kemarin.
Kebanyakan pejantan mengikuti kelas pengembangan bakat bersama All Might. Bakugou, Todoroki, dan Midoriya, tak pernah absen dari kelas ini. Minggu ini Iida, Kirishima, Mineta (yang hoki banget enggak remedial), dan Tokoyami juga hadir.
Sisa anak yang lain mengikuti kelas bela diri. Pengecualian untuk Kaminari dan Yuuga, yang nilainya ambruk kayak gedung yang habis jadi TKP perang. Mereka bertiga harus fussion di kelas yang sama bersama Ashido dibimbing oleh Aizawa-sensei.
Ga tau kenapa, Kirishima hoki banget ujian kemarin enggak gagal. Ya kalau gagal paling dia digebukin sama Bakugou, soalnya udah capek-capek diajarin terus gagal. Bisa marah besar itu LoRD eXplOSsiON mURdeR.
Di kelas memasak, para calon pahlawan yang nantinya juga menjadi ibu itu diterangkan soal kopi. Sayaka-sensei memilih menu kopi untuk diterangkan minggu ini alasannya ya...karena dia maniak kopi. Di kelas tambahan memasak minggu sebelumnya ia juga menjelaskan tentang kopi. Minggu-minggu kemarinnya juga sama. Untung ini adalah kelas memasak pertama para betina 1-A bersama Sayaka-sensei. Seenggaknya mereka cuma mabok kafein minggu ini.
Sayaka-sensei memulai pelajarannya dengan menjelaskan soal definisi kopi—yang tentu saja membosankan—terlebih dahulu. Semua siswa yang kebanyakan adalah perempuan memperhatikan sensei dengan antusias. Mereka harus lulus kelas memasak minggu ini.
Itu karena, di setiap kelas tambahan akan ada ujian di akhir pertemuan. Dalam seminggu ada dua kelas tambahan, yaitu pada hari ini (rabu) dan jumat. Apabila mereka lulus ujian tambahan minggu itu, minggu selanjutnya mereka bebas untuk memilih kelas tambahan lain. Rencananya minggu depan girls squad 1-A akan mengikuti kelas All Might. Jadi minggu ini mereka harus lulus bersama.
"Baiklah juniorku sekalian. Tugas kalian sekarang adalah membuat serbuk kopi menggunakan mesin yang sudah disediakan. Tetapi sensei akan membagi kalian dalam kelompok," jelas Sayaka-sensei.
Guru perempuan dengan tinggi 150 cm itu mengambil kertas absen di mejanya. Ia membaca nama-nama siswa yang ada di kelas memasaknya hari ini. Dalam kelas tambahan umumnya kelas akan bercampur dengan kelas lain. Misalnya kelas memasak Sayaka-sensei hari ini. Kelas hero 1-A bergabung dengan kelas general 1-A.
"Karena setelah ini aku juga akan memberikan tugas kelompok di luar kelas pada kalian, jadi aku membagikan kelompok sesuai kelas masing-masing supaya kalian lebih mudah untuk berkumpul. Untuk kelas hero 1-A, kelompok pertama ada Tsuyu Asui, Toru Hagakure, dan Kyoka Jiro. Kelompok kalian bernama Arabican."
Nama-nama yang disebut langsung kumpul bersama dan melakukan tos. "Mohon kerjasamanya kawan," kata Jiro sambil menepuk punggung kedua temannya.
"Bukankah nama kelompok kita terdengar lucu?" komentar Asui.
"Arabican itu jenis kopi tahu, wanginya sangat enak!" balas Hagakure.
"Benarkah?" Asui tampak terkejut. "Sensei apa tugas kami selanjutnya adalah untuk mencari kopi sesuai nama kelompok kami?" tanya Asui antusias.
"Ya, itu tugas rumah kalian. Tapi untuk saat ini kalian cuma perlu belajar menghaluskan biji kopi," jawab Sayaka-sensei dengan senyuman.
"Aku suka kelas hari ini, kero!" seru Asui.
Sayaka-sensei tersenyum puas melihat salah seorang murid menyukai kelas yang diadakannya. Soalnya minggu kemarin anak-anak yang masih melanjutkan kelas memasak tampak muak dengan kopi. Wajah mereka seperti baru turun dari kapal hantu padahal mereka cuma berkutat dengan bubuk kopi dan air panas.
Sayaka-sensei melanjutkan pembagian kelompok. "Kelompok selanjutnya bernama Jamaican, dari kelas hero 1-A. Momo Yaoyorozu dan Uraraka Ochaco." Yang ditunjuk langsung mengangguk mengerti. Mereka berdua berkumpul di meja dapur tepat di sebrang meja kelompok pertama.
"Kalau saja Ashido ikut, kita pasti lengkap tiga orang," gumam Uraraka.
"Kau benar. Tapi sayangnya dia harus mengikuti kelas tambahan Aizawa-sensei," balas Jiro dari sebrang. Ia memeluk sekantung biji kopi.
"Aku berdoa untuk keselamatan Ashido," timpal Uraraka.
"Uraraka, tidak pernah ada yang mati setelah keluar dari kelas Aizawa-sensei. Dia kan tidak suka banyak bergerak. Lagi pula daripada mengkhawatirkan Ashido. Bukankah Kaminari lebih patut didoakan?" Momo tertawa renyah sambil menyolok kabel mesin penggiling kopi ke switch yang ada pada ruangan.
Sembari mereka membuat serbuk kopi dan Sayaka-sensei membagikan kelompok, mereka berdiskusi tentang bagaimana mendapatkan biji kopi untuk tugas lusa.
"Kita akan pergi kemana untuk mendapatkan biji kopi arabica?" tanya Asui pada kedua temannya. Gadis dengan mata besar itu tengah sibuk memasukkan biji kopi ke dalam mesin.
"Nee...Momo-chan, apa kau bisa membuat biji kopi dengan quirkmu?" Hagakure memunculkan kerah bajunya, ia sedari tadi menunduk untuk mencari suatu barang di bawah laci dapur.
"Aku tidak bisa membuat biji kopi dengan ciri khusus seperti tugas kita. Aku harus memahami molekul penyusunnya. Kopi yang menjadi jenis untuk tugas kita tak bisa aku ciptakan," jelas Momo yang langsung disambut dengan deru kecewa teman-temannya.
"Padahal tadinya aku juga berpikir untuk menyuruhmu menciptakan biji kopi jamaican," tukas Uraraka.
"Haah...sebaiknya kalian tidak memanfaatkan quirkku untuk sesuatu seperti itu." Momo memasang wajah letihnya. Quirk Momo memang sering digunakan untuk hal yang banyakan gak bergunanya daripada yang benar-benar berfaedah. Waktu festival olahraga kemarin misalnya. Ia ditipu Mineta dan Kaminari demi memuaskan nafsu terselubung mereka, alhasil dia menciptakan baju cheers untuk teman-temannya yang sebenarnya tidak diperlukan sama sekali dalam festival itu. Mengingatnya saja membuat Momo miris sendiri.
"Semuanya tolong fokus ke depan." Sayaka-sensei sontak menarik semua perhatian muridnya. Ia berdehem kecil. "Nah, untuk tugas hari jumat. Kalian bisa membeli biji kopi tersebut di cafe yang ada di kota. Ujian hari jumat adalah, kalian cuma harus membuat kopi yang enak dengan biji yang kalian bawa. Mengerti?"
"Hai' sensei!" seru seluruh murid serempak.
Momo menyikut lengan Uraraka. "Ke cafe mana?"
"Verdent lah. Memangnya ada cafe yang menu kopinya lebih lengkap daripada di situ?" jawab Uraraka. Matanya masih fokus pada mesin yang sedang mengkompres biji kopi.
"Aku tak enak dengan pelayan kemarin," balas Momo
"Oh pelayan yang hampir bertengkar dengan Bakugou? Tapi aku tidak tahu cafe lengkap lain selain di situ." Uraraka menatap Momo, meminta idenya.
"Tak apa kita ke sana saja, toh sudah langganan, kan?" Tadinya Momo mau menyarankan untuk meminta salah seorang sepupunya yang ada di Jamaika untuk mengirim biji kopi. Tapi ia tahu, usulannya itu pasti langsung ditolak oleh Uraraka.
"Siapa tahu kita diberi diskon." Uraraka tertawa kecil. Momo cuma tersenyum menanggapinya.
Sementara di kelompok Arabican. Mereka tertolong dengan paman Jiro yang merupakan penyuplai kopi di daerah Kansai, tempat pamannya tinggal. Ia bisa meminta pamannya untuk mengirim beberapa bungkus biji kopi arabican.
°°°°°
Melompat ke kelas tambahan pengembangan bakat, All Might mengakhiri kelasnya 30 menit lebih cepat.
"Anak-anak, sensei mendapat panggilan untuk rapat bersama kepala sekolah. Kalian bisa meneruskan latihan kalian sendiri. Ingat ajaran yang sensei berikan tadi, PLUS ULTRA!!!" ucapnya sambil tersenyum lebar dengan efek berkilau di ujung giginya. Ia juga mengacungkan jempolnya mantap. All Might kemudian melompat-lompat dengan dramatis dari satu tiang ke tiang lain dan akhirnya menghilang di pintu ruang latihan.
"Tumben ada rapat mendadak," komentar Iida yang langsung disahut oleh Midoriya yang mengangkat bahunya. Mereka Berdua kemudian lanjut berlatih. Iida melatih kecepatannya dan Midoriya berlatih meningkatkan kekuatan yang bisa dipakainya ke seluruh tubuh. Targetnya adalah menggunakan 10% kekuatannya.
Di pojok kanan ruang latihan ada area bebatuan keras dan berpasir. Di sana terdapat—seorang jabrik bodoh—Bakugou, dan Kirishima. Mereka sedang melakukan latih tanding.
"Bakugou kekuatanmu melemah loh!" seru Kirishima kemudian melayangkan tinjunya ke pelipis Bakugou. Dengan sigap ia langsung menangkis tinju keras milik Si Rambut Merah.
"TEMEE...MANA MUNGKIN AKU MELEMAH, RAMBUT ANEH SIALAN!!!" Bakugou melompat menggunakan ledakannya dari tangan kiri sementara tangan kanannya melancarkan serangan di punggung Kirishima.
Kirishima hanya meringis kecil. Jujur ledakan itu lumayan melukai kulitnya yang keras. Tapi Kirishima tahu betul ledakan Bakugou yang biasanya lebih kuat dari ini. Biasanya kalau dia melemah begitu, pasti ada yang dipikirkan atau lagi kebetulan ga fokus aja. Tapi untuk seorang Bakugou tidak fokus dalam bertengkar kemungkinannya 1 banding 1 juta.
"Lumayan Bakugou, tapi sejujurnya seranganmu minggu lalu lebih menyakitkan," ujar Kirishima. Bakugou berdecih. "Kau mau benar-benar aku ledakkan huh?"
"Habisnya aku sudah mengeluarkan seluruh kemampuanku. Harusnya kau menghormatiku loh Bakugou!!!" Kirishima berlari menghampiri Bakugou. Ia memusatkan pengerasan tubuh pada ujung jarinya.
Bakugou melompat ke udara kala Kirishima sudah sedekat satu hasta dengannya. Telat, Kirishima juga melompat dan meraih kaki Bakugou kemudian membanting anak itu ke tanah. Bakugou buru-buru berdiri dan mengeluarkan ledakan dari kedua tangannya untuk menjauh dari Kirishima.
Todoroki menyaksikan duel itu dari sisi lain ruangan. Tak biasanya Bakugou menghindar dari musuhnya. Apalagi dia adalah tipe orang bar-bar yang ga mikir dua kali buat melakukan serangan. Jadi Todoroki cukup keheranan.
Bakugou menghentikan pelariannya di sebuah bukit batu. Kirishima menyeringai, "akhirnya kau berhenti kabur juga," ucapnya dengan tangan mengepal siap membidik hidung Bakugou. Bakugou juga mengepalkan tangan kanannya sedang tangan kirinya menyiapkan ledakan. "Aku tak mungkin kabur darimu, KIRISHIMA!!!"
Mereka berdua kemudian melakukan adu tinju, mengakibatkan ledakan yang sangat kuat di ruang latihan. Semua murid sontak menoleh ke sumber suara. "Mereka berdua bersemangat sekali hari ini," komentar Mineta.
"Aku rasa emosi Bakugou lebih buruk dari biasanya," timpal Tokoyami yang langsung disahut oleh anggukan siapapun yang mendengarnya.
Setelah asap yang membungkus dua makhluk itu sirna tampak di sana Bakugou berdiri dengan gagah dan penuh keringat, kepanasan. Sedangkan Kirishima duduk terkulai di bawahnya. Ia tersenyum puas. "Tuh kan, kau memang sedang kesal. Aku akan mentraktirmu soba di warung Nenek Giko. Kau harus menceritakan kekesalanmu sebagai bayarannya," kata Kirishima yang kemudian berdiri.
"SIALAN! AKU ENGGAK MAU SOBA!!! MANA MAU AKU MAKAN MIE MENJIJIKKAN ITU LAGI!!!" sambar Bakugou penuh emosi.
"Bahkan setelah pertarungan melelahkan ia masih sempat berteriak sekencang itu," gumam Midoriya dalam hati dengan wajah herannya.
Kirishima heran, Soba buatan Nenek Giko kan favorit Bro Squad. Apa yang membuat Bakugou tiba-tiba menolak ajakan Kirishima ke warung itu. Ini sih fiks banget beneran kesal.
"Hai' baiklah aku, Kaminari, dan Sero akan pergi tanpamu!" Kirishima melompat dari sana dan meninggalkan Bakugou.
"TERSERAHMU SAJA SIALAN!" ketus Bakugou yang juga turun dari bukit itu. Bakugou berjalan dengan kasar menuju ruang ganti. Ia harus mengganti bajunya yang penuh keringat.
Sambil jalan ia mendengar sayup-sayup suara Kirishima yang mengajak Sero untuk ke warung soba sepulang sekolah. Bakugou berdecih, ia jadi teringat cewek sialan di cafe itu. Yang entah bagaimana ia jadi iritasi dengan apapun yang menyangkut soal soba, padahal itu salah satu makanan favoritnya.
"Temeeee...mana mungkin aku menyesal menolak ajakan Kirishima," gumamnya gusar sambil menendang sebuah batu yang kemudian menghantam rongsokan kaleng. Suara yang ditimbulkan langsung menggema ke seluruh ruangan, sekali lagi Bakugou berhasil menarik perhatian.
Kirishima malah memanas-manasi anak itu. "KALAU KAU MAU DATANG NANTI SORE, GAK PAPA KOK! KAMI BAKAL MENUNGGUMU LOH!" teriak Kirishima yang langsung membuat kepala Bakugou berapi-api.
"MANA MUNGKIN AKU DATANG RAMBUT ANEH!!!" sambar Bakugou dari ujung sana. Ia kemudian keluar dari ruang latihan sambil membanting pintu dengan keras.
"Nee...Midoriya apa kau tahu apa yang terjadi dengannya? Bukankah semalam kalian pergi kerja kelompok?" tanya Sero.
Midoriya menghela napasnya sebelum akhirnya bercerita.
°°°°°
Aizawa-sensei memasuki ruang rapat dengan muka kusut dan tatapan malasnya. Walau biasanya wajahnya memang selalu begitu, tapi kali ini lebih buruk.
Momo bilang, daripada mengkhawatirkan Ashido lebih baik mengkhawatirkan Kaminari. Tapi menurut beberapa murid 1-A, Jiro dan Tokoyami misalnya, mereka lebih mengkhawatirkan keadaan sensei yang mengurus dua makhluk bebal itu.
Aizawa-sensei langsung menempati kursi yang kosong. "Apa aku terlalu telat?" tanyanya dengan nada lemah.
"Sepertinya murid-muridmu berhasil membuatmu kelelahan lagi ya, Aizawa," komentar Midnight. Aizawa cuma membalasnya dengan tatapan sendu, tak berniat menjawab, adu argumen atau apalah.
"Kau telat 32 detik," jawab Nezu, Sang Kepala Sekolah. "Tapi aku tak masalah, aku menghargaimu yang bekerja keras mendidik murid U.A. Baiklah sekarang aku akan masuk ke masalah utama mengapa aku mengumpulkan kalian." Nezu mengeluarkan sebuah berkas dari dalam jasnya.
"Angkatan Militer baru saja mengirimkan ini," katanya. "Isinya adalah identitas seorang anak remaja perempuan, mereka meminta kita untuk menjadikan anak itu murid U.A"
All Might mengambil berkas itu, membukanya dan mengambil sebuah foto usang yang ada di dalamnya. "Anak ini kan sudah lama meninggal di peperangan dahulu," ujar All Might keheranan.
Satu ruang rapat terkejut. "Kau pernah melihatnya?" tanya Cementos.
"Ya saat peperangan, tim medis mengurusnya tapi aku tak pernah melihatnya lagi sampai detik ini, apa yang ingin Angkatan Militer lakukan pada gadis manis ini?"
"Mereka menduga dia adalah The Lost Golden Hand. Angkatan Militer ingin merekrutnya untuk menjadi calon tentara. Dan mereka meminta kita untuk mendidiknya sebelum akhirnya diserahkan kepada meraka," jelas Nezu.
"Kemudian menjadikannya sebuah senjata perang..." lanjut Aizawa dengan nada malasnya yang malah memberi kesan dramatis.
"Angkatan Militer sudah gila!" protes Present Mic. Seisi ruangan cuma menghela napas. Memangnya apa yang bisa mereka lakukan? Bagaimanapun pro-hero juga ada di bawah telunjuk angkatan militer.
"Sebenarnya aku tak menyukai ide ini. Aku tak suka murid-muridku dijadikan alat Tapi jika benar quirk yang dijelaskan di dokumen itu benar miliknya. Aku yakin aliansi penjahat juga akan mengincarnya." Nezu mengambil salah satu berkas dari tangan All Might dan menunjukkan ke seisi ruangan.
"Anak itu berbahaya jika diasuh dengan salah, rasanya aku ingin melindunginya," tukas Thirteen, pro-hero pemilik quirk blackhole.
"Jika quirk itu benar-benar ada. Itu adalah quirk support paling berbahaya yang pernah ada," komentar Cementos. "Tapi The Lost Golden Hand itu kan cuma legenda. Tidak ada satupun dari kita yang pernah benar-benar melihat quirk itu. Darimana mereka mendapat informasi ini?" lanjut makhluk berkepala petak itu.
"Aku tidak tahu pasti, tapi Angkatan Militer sedang berpacu dengan waktu. Aliansi penjahat juga mengincar anak ini. Bagaimanapun kita harus melindunginya," tegas Nezu. Ia merapikan berkas tersebut.
"Midnight, cari anak bernama (surename)(name) ini. Dan laporkan padaku," perintah Nezu.
Midnight terlonjak kaget. "Jika ia benar memiliki quirk itu apa yang akan kau lakukan?"
"Kita didik dia di sini tanpa menjadikannya senjata militer, kekuatannya bisa membuat dia menjadi pahlawan yang bersinar," jawab Nezu.
"Pertemuan selesai. Kalian bisa bubar sekarang. Siapapun di antara kalian yang menemukan informasi soal anak ini segera beritahu aku." Satu persatu pro-hero di dalam ruangan itu keluar. Tersisa All Might dan Nezu di dalam ruangan gelap itu.
Nezu masih menyadari keberadaan All Might meskipun pandangannya fokus pada pemandangan dari jendela ruangan rapat. Tampak di sana lapangan luas, murid-murid U.A sedang melakukan olahraga di sana, ada juga yang sekedar menikmati makan siang.
Nezu berbalik, menatap orang kurus berambut kuning di hadapannya. "Apa ada yang ingin kau katakan All Might?"
"Anak itu..." All Might menghentikan sejenak pembicaraannya. Menghela napas dan mengumpulkan semua keberaniannya kemudian melanjutkan kalimat yang sempat terpotong itu.
"Aku mengenal orang tuanya."
•••••
Tbc.
|
|
Quirknya udah kebongkar sikit nih(´・з・`)
Selamat kalian punya Quirk tipe support. But jangan kecewa dulu. Kita akan bahas quirk kalian satu demi satu di chapter selanjutnya.
Lov yah.
Charriot—.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top