Chapter 01
Tahun 2019...
Saat ini kota Tokyo tengah memasuki musim panas. Semua orang lebih banyak menghabiskan waktu liburan di rumah. Cuaca panas yang cukup ekstrim membuat mereka bermalas-malasan.
Namun, tidak bagi sekelompok remaja yang memilih untuk berjalan kaki menuju ke suatu tempat. Dimana mereka akan melakukan kegiatan yang wajar pada umumnya yaitu... sekolah.
.
.
.
.
"Huahh... Panas sekali..."
Suara keluhan berasal dari wanita berambut hitam kelam. Ia sudah tak sanggup berjalan kaki melawan terik matahari yang menyengat. Pakaian yang ia kenakan hampir basah akibat keringatnya sendiri.
"Kau berisik sekali," sahut pemuda berambut pirang. Ia pun tak segan memukul pelan kepala wanita tersebut.
"Sakit..." ringis wanita itu memegang kepalanya yang sedikit benjol.
Seorang pemuda lainnya hanya berjalan santai. Ia tak merasa terganggu akan keributan yang di buat oleh kedua rekannya di belakang.
"Hiro-kun... Aku tersakiti oleh pria yang tak bertanggung jawab itu." ucap wanita mencari pembelaan. Ia sampai menunjuk ke arah pemuda di sebelahnya.
"Kalian berisik sekali!" seru wanita lain berambut hitam panjang. Sebagian rambutnya menutupi mata kirinya.
Pemuda berambut pirang tersenyum masam. Ia terkadang bingung kenapa harus memiliki teman yang menurutnya aneh.
"Tch! Kau diam saja, Eviuren!" umpat wanita berambut hitam kelam kesal.
"Kau yang lebih baik diam! Karin!" seru Eviuren tak mau kalah.
Keduanya saling menatap tajam. Seakan ada aliran listrik yang muncul di bola mata mereka.
"Sebaiknya pertengkaran ini kita hentikan dulu sejenak, karena ada yang telah menunggu kita." kata Hiro berhenti berjalan.
Pemuda berambut pirang dan kedua wanita juga berhenti. Mereka menatap segerombolan preman yang membawa berbagai macam senjata.
"Ahh... Kau benar sekali Hiro." sahut pemuda pirang.
"Aku merasakan hawa membunuh yang cukup besar darimu... Raka." kata Eviuren lembut. Nada bicaranya berubah ketika hanya dengan Raka saja. Entah apa alasan Eviuren, tidak ada yang tahu.
"Hahaha... Aku tak sabar untuk melakukan pemanasan di pagi hari yang cerah ini." balas Raka menyeringai tipis.
Salah satu dari preman maju selangkah ke depan, sepertinya ia merupakan sang ketua. Ia memandang remeh keempat remaja di hadapannya.
"Cepat serahkan uang kalian dan kedua wanita itu." ucap ketua preman. Ia menjilati sebagian bibirnya sambil menatap tubuh Karin serta Eviuren.
"Ayo serahkan sebelum ketua kami mengamuk." sahut anggota preman berkepala botak.
Karin melangkah ke depan. Tatapan matanya begitu terlihat menjijikan kepada para preman.
Ia melirik ke kanan dan kiri. Untung saja lingkungan di sekitar mereka cukup sepi.
"Kami menolak!" seru Karin tegas.
Senyum ketua preman semakin lebar. Ia melihat kedua benda kenyal milik Karin penuh nafsu.
"Aaa... Wanita cantik sepertimu berani juga. Aku jadi semakin tak sabar untuk mencicipi tubuhmu itu." kata sang ketua preman.
"Menjijikan!" ejek Eviuren sambil melipat kedua tangan di dada. Gayanya begitu angkuh dan arogan.
Para preman terlihat geram. Mereka pun satu persatu mulai maju ke depan. Di antara mereka ada yang membawa celurit, pisau hingga kapak.Wajah keempat remaja itu tidak takut, malah berekspresi senang.
"Serang dan bunuh mereka!" seru ketua preman marah.
Salah satu preman berlari ke arah Hiro. Hiro dengan tatapan dan wajah yang santi tak terlalu memperdulikan keadaan nya yang saat ini terancam.
Preman itu mengayunkan celurit miliknya. Ia sudah tak sabar untuk membunuhnya.
"Kau sudah berurusan dengan orang yang salah." kata Hiro tenang. Ia mengeluarkan sebelah tangan yang berada di balik blazer.
"Matilah kau boc--,"
Dor! Dor!
Dua peluru tepat menancap ke dahi dan dada preman. Tubuh preman langsung jatuh ke tanah dengan berlumuran darah.
Hito meniup asap yang berada di ujung pistol miliknya. "Satu tikus tewas." ucapnya.
Beberapa preman yang melihat kejadian itu terdiam. Mereka tak menyangka rekannya akan terbunuh dengan bocah remaja yang memiliki sebuah pistol.
"Kalian lihat kemana!" seru Eviuren.
Ia berlari sangat cepat, lalu sebilah pedang berhasil menebas tiga badan preman. Pedang Eviuren sudah berlumuran darah segar.
Tak sampai di situ, Raka mengeluarkan kapak merah kesayanganya. Hanya dua kali ayunan kapak. Kedua kepala preman sudah terpisah dari badannya.
"Hmm... Hanya dua saja." ujar Raka kecewa.
Kini tersisa lima preman termasuk sang ketua. Dalam beberapa menit saja para anggotanya sudah tewas bersimpah darah dalam keadaan yang mengerikan.
"Ka-kalian mo-monster..." ucap ketua preman terbata-bata. Keangkuhan dan kesombongnya telah sirna begitu saja.
"Lari!" seru para preman kompak. Mereka sudah mulai berlari menjauhi keempat remaja.
Namun, hal itu takkan dibiarkan begitu saja. Karin yang belum beraksi menatap mereka tajam. Ia berlari kencang hingga pisau berukuran cukup besar berhasil menancap tepat di kepala ketua preman.
Karin tak berhenti. Ia menusuk satu preman ke area jantung. Warna merah membanjiri pakaian preman.
Dor! Slash! Syutt!
Ketiga preman yang tersisa telah menyusul teman-temannya. Ada yang kepala dan tangannya terpisah. Ada tubuh yang terbelah menjadi dua serta beberapa lubang di area vital tubuh preman.
"Hah! Aku jadi harus mandi lagi kan!" umpat Karin kesal.
"Tch! Kau begitu terlihat lebih cocok!" cibir Eviuren.
"Aaa... Aku hanya membunuh tiga saja." keluh Raka.
"Tembakan milikku masih harus di perbaiki lagi." ucap Hito.
Keempat remaja kembali menlanjutkan perjalanan menuju ke sekolah. Mereka tak peduli dengan penampilan yang sudah bercampur darah.
Nasip para preman yang niatnya merampas barang berharga serta mencicipi tubuh kedua wanita harus di batalkan. Jalanan sudah menjadi lautan darah dan tubuh para preman yang tergelatak dengan kondisi cukup mengenaskan.
.
.
.
.
"Fufufu... Murid-murid ku memang sangat hebat, Kuma!" kata seekor beruang berwarna hitam putih. Ia menyeringai lebar setelah menonton aksi pembunuhan keji keempat remaja tersebut.
"Mari kita menyambut mereka... Kuma."
.
.
.
.
.
Holla!!!
Saya Raka telah kembali lagi dengan cerita terbaru yang berjudul "Super Akja Academy Reborn"
Cerita ini mengisahkan sekumpulan remaja berbakat yang diharuskan saling bunuh membunuh demi bertahan hidup.
Jadi, bagi yang sudah pernah membaca pasti sudah tahu ceritaku ini.
Sampai jumpa...
#LoveKuma
Thanks to AhmadRizani Zushieysha
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top