30. Malaikat Pencabut Nyawa VS Wanita Ahli Strategi
Tetsu menendang perut Liana cukup kuat hingga tubuh wanita itu terdorong ke belakang. Tak sampai di situ, ia memberikan beberapa luka di kedua lengan.
"Aww!" rintih Liana kesakitan.
Ia memandang tajam Tetsu. Ia harus mengatur strategi untuk mengalahkannya.
"Aku akan menggunakan strategi ninja." batin Liana.
Whuss!!
Tiba-tiba sosok Liana menghilang dalam sekejap. Entah dimana ia akan muncul.
Tetsu menajamkan indera perasa dan penglihatan. Ia menyeringai kecil.
Trang! Trang!
Tetsu dapat menahan serangan beberapa kunai yang tiba-tiba muncul. Ia melakukan gerakan memutar dengan keempat gunting di tangan.
Crash!
Serangan Liana berhasil menusuk bahu Tetsu. Ia kembali menghilang.
"Kau sudah salah besar nona dengan membangunkan malaikat pencabut nyawa." kata Tetsu menyeringai.
"Aku tak peduli!" seru Liana.
Ia sudah berada di sebelah kanan Tetsu. Dengan pisau lipat dan beberapa kunai, ia berhasil melukai punggung dan lengan lawan.
Tetsu hanya membiarkan darahnya menetes. Ia mencolek darahnya, lalu menjilat seperti memakan permen.
"Menjijikan!" ejek Liana.
Kini ia muncul di sebelah kiri Tetsu. Tapi kali ini Tetsu tak tinggal diam.
"Akan kutunjukan kekuatan dari sang malaikat pencabut nyawa." ujarnya.
Whuszz!
Jleb! Jleb!
"Uhuk!"
Tiba-tiba Liana memuntahkan darah segar. Ia tak percaya dengan apa yang barusan terjadi.
"Dia tidak main-main dengan ucapannya." gumam Liana merasakan nyeri di perut.
Kedua kalinya bagian perutnya menjadi korban tusukan gunting besi. Ia pun memutuskan untuk menjaga jarak.
Ia lepas syal miliknya, lalu melilitnya di perut untuk menghentikan perdarahan.
"Hai, nona brutal," sapa Tetsu.
Bugh!
Satu tendangan telak mengenai bagian wajah Liana. Kembali wanita itu memuntahkan darah segar.
Tetsu melakukan gerakan salto. Lalu ia menendang pohon sebagai tumpuan.
Bugh!
Lagi-lagi ia berhasil menendang kaki kiri Liana. Liana pun harus terjatuh.
"Hahaha... aku sangat menikmati wajah kesakitanmu." ujar Tetsu senang.
"Sial! Kakiku rasanya sakit sekali." keluh Liana merintih.
.
.
.
.
Di lain sisi hutan...
Rena memandang tajam seorang pria di depannya. Sedangkan sang pria malah terlihat santai.
"Mari kita bertarung!" seru Rena semangat.
"Hmm... nanti sajalah," balas pria itu cuek.
Pria tersebut mengenakan pakaian ala bangsawan negeri Eropa. Ia menyandarkan tubuh di pohon besar di dekatnya.
Semilir angin menerbangkan rambut Rena maupun pria itu. Rena yang merasa bosan langsung menyerang sang pria.
"Terima pukulanku ini!" serunya.
Namun, pukulan milik Rena dengan mudahnya di tangkap. Sang pria lalu menghempaskan tangan Rena kasar.
Ia tak membalas. Ia masih terlihat santai menatap Rena yang wajahnya sedang menahan kesal.
"Lucu juga wajahmu saat kesal begini," puji sang pria tersenyum tipis.
Rena melangkah mundur beberapa meter. Ia merasa aneh dengan sikap pria di depannya itu.
"Cih! Aku tak butuh pujian busukmu itu!" seru Rena sinis.
"Hmm... tambah manis," ucap pria itu.
Rena tak berbuat apa-apa. Ia pun memilih untuk pergi meninggalkan sang pria. Ia tak mau melawan musuh yang tak memiliki niat atau semangat.
"Mau kemana manis?" tanya sang pria.
"Bukan urusanmu!" jawab Rena tanpa menolehkan kepala. Ia terus melangkah menjauh.
.
.
.
.
Liana mengelap darah yang menempel di bibir. Baru saja ia mendapatkan serangan dari lawan.
"Cih!"
"Hahaha... mana kepercayaan dirimu yang tadi." kata Tetsu mengejek.
Liana mundur perlahan. Ia harus menyusun strategi baru untuk mengalahkan pria berambut merah di depannya.
"Apa aku harus menggunakan strategi itu?" batin Liana bertanya-tanya.
Ia memiliki satu strategi rahasia yang sudah diturunkan turun-menurun dari kakek nenek. Namun, ia masih terlihat ragu akan hal itu.
"Kenapa kau diam saja?" tanya Tetsu yang ternyata sudah berada di belakang Liana.
Jleb!
Ia menusukkan sebuah gunting besi tepat di punggung Liana. Ia semakin dalam menusuk benda tajam tersebut.
"Arghh!"
Liana mengerang kesakitan. Ia merasakan serangan itu sampai mengenai tulang punggungnya.
"Aku senang sekali dengan wajah menderitamu itu." bisik Tetsu.
"Diam!" seru Liana emosi dan kesakitan.
Ia langsung menyikut wajah Tetsu. Untungnya serangan itu berhasil membuat lawan menjauh.
Gunting besi Tetsu masih menancap bebas di punggung. Liana langsung mencabut benda itu dengan erangan yang keras.
"Aku... membencimu... sungguh membencimu." kata Liana tajam dan emosi.
Ia melemparkan beberapa kunai yang sudah di lapisi oleh racun di ujungnya. Ia melakukan serangan dengan lihai dan professional.
Tetsu menghindari setiap serangan kunai baik melompat maupun menunduk. Tetapi ia melewatkan satu hal, sebuah kunai yang memang sudah di lapisi racun berhasil mengenai paha kiri.
"Boleh juga," gumam Tetsu menyeringai. Ia langsung mencabut kunai itu dengan cepat.
Rasa sakit memang menjalar di area tersebut. Namun, ia mengabaikannya tanpa mengetahui racun yang mulai menyebar di seluruh tubuh.
Liana tersenyum misterius. Setidaknya ia berhasil mengenai Tetsu secara perlahan.
"Baik! Aku akan menggunakan strategi itu." kata Liana tegas.
"Hohoho... menarik," sahut Tetsu menyeringai kecil.
.
.
.
.
Trang!
Dor!
Suara dentingan besi dan tembakan peluru menggema di bagian hutan lainnya. Burung-burung berterbangan tak karuan di buatnya.
"Tembakanmu payah!" ejek Alice.
"Ahh, kau pun sama payahnya." balas pria yang seluruh tangannya di balut perban putih.
Alice tak mengubris perkataan sang lawan. Ia mengayungkan sabitnya cepat.
Sang lawan berhasil menghindari dengan melakukan roll depan. Ia mengacungkan sebuah pistol kecil. Di tariknya pelatuk itu.
Dor!!
Trang!
Lagi-lagi kedua senjata saling berbenturan menciptakan kilatan listrik kecil. Sang pria yang menjadi lawan Alice beranjak berdiri dengan santai.
"Alice dari kubu Stray Hunter," ucapnya.
"Hmm... Vein dari kubu Hero Fantasy." balas Alice.
Keduanya saling bertatap tajam. Seolah bagaikan benda tajam yang siap memotong dengan mudah.
"Mari kita lanjutkan lagi." ajak Vein.
"Oke, pertarungan sebenarnya akan segera di mulai." sahut Alice.
Masing-masing kubu lawan mulai memantapkan diri. Seoalah permainan bertarung saling membunuh adalah pandangan semata atau sekilas saja.
.
.
.
.
Liana melesat cepat. Ia mengerakan setiap badan dengan gesit.
Pisau kecil maupun kunai ia kerahkan untuk melukai lawan. Sedangan Tetsu berhasil menghindari maupun menyerang balik dengan antusias.
Kedua pertarungan ini semakin mendekati babak terakhir. Dimana hanya ada satu pemenang saja yang akan berdiri tegak penuh kemenangan.
Tetsu menunduk, lalu ia bergerak ke arah kiri. Namun, gerakannya dapat di baca dengan mudah oleh Liana.
Liana melesatkan pisau kecil sampai mengores lengan Tetsu cukup lebar. Tetapi Tetsu malah menikmati serangan itu.
"Kau cukup berhasil..." kata Tetsu santai.
"Cih! Kau terlalu banyak bicara!" seru Liana geram.
Saat ini kedudukan mulai seimbang kembali. Apalagi Liana sudah menggunakan strategi dari turun temurunnya.
Tetsu tak mau kalah. Jiwa seorang malaikat pencabut nyawa sudah di kerahkan sejak tengah pertarungan.
"Aku ingin memotong jari-jarimu dulu, baru mencokel kedua bola matamu." ucap Tetsu ala psikopat.
"Dia psikopat!" batin Liana agak terkejut.
"Aku takkan membiarkan itu terjadi!" seru Liana tegas.
Kembali Liana menyerang terlebih dahulu. Ia melesatkan beberapa kunai, lalu juga menyerang menggunakan pisau kecil.
Serangan demi serangan di luncurkan oleh Liana. Namun, Tetsu masih bersikap tenang.
Tiba-tiba ia melewati setiap serangan dengan mudah. Sekarang ia berada di belakang Liana.
Duagh!!
Sebuah tendangan keras menghantam Liana hingga menabrak pohon. Tak sampai di situ, Tetsu menarik lengan lawan.
Krek! Crak!
Dua buah jari terpotong dengan cepat. Liana mengerang kesakitan. Darah bercucuran membasahi area terluka.
"Argghh!! Ja-jariku..." ucap Liana tak percaya.
"Hehehe... tinggal delapan jari lagi." ucap Tetsu menyeringai lebar.
Tiba-tiba ia merasakan sakit di area paha. Ternyata itu adalah luka tusukan kunai yang sudah dilapisi racun. Kulitnya mulai berwarna biru kehitaman.
"Ra-racun itu mulai bekerja..." gumam Liana.
"Ohh racun. Tetapi ini takkan membuatku mati, hahaha...." ujar Tetsu.
Ia menatap sejenak Liana. Lalu mulai beraksi dengan menendang kaki Liana hingga terjatuh. Di tariknya kembali tangan kanan.
Crekk!
Tiga buah jari terputus begitu saja. Liana kembali mengerang kesakitan. Kini ia sudah kehilangan lima jari tangan.
"Ka-kau psikopat!" seru Liana emosi.
"Hahaha... malaikat pencabut nyawa atau psikopat sama saja bagiku." sahut Tetsu senang.
Liana tak terima. Dengan sisa tiga jari kanannya. Ia menancapkan pisau kecil tepat di area perut. Lalu ia arahkan ke kanan membentuk sebuah garis.
Cairan merah kental membasahi seragam Tetsu. Tetapi tak memperdulikannya. Ia kembali berhasil memotong tiga jari kanan Liana hingga tak tersisa.
"Arghhh! Aku sudah tak memiliki jari... hiks!"
"Oke, akan ku kabulkan." ucap Tetsu.
Dua jari tangan tersisa di tangan kiri Liana pun tak luput di potong. Kini Liana benar-benar tak memiliki jari tangan. Ia tak dapat menggunakan senjata pisau kecil maupun kunai miliknya.
Air mata kesedihan dan kesakitan keluar dari balik bola mata indahnya. Sedangkan kondisi Tetsu juga cukup memprihatinkan.
Racun itu sudah menjalar di seluruh paha kiri Tetsu. Ia seakan mati rasa di buatnya.
"Walau racun ini sudah membuat salah satu kakiku tak bisa di gerakan. Tetapi aku masih bisa membunuhmu." kata Testu.
Ia melesatkan kedua buah gunting besi tepat di kedua bola mata Liana. Darah bercucuran membasahi wajah. Dan Liana tak bisa melihat dengan jelas.
"Mataku! Arghh! Sakit sekali!" jerit histeris keluar dari bibir Liana.
"Dan terakhir adalah... nyawamu." bisik Tetsu.
Jleb!
Gunting besi yang berlumuran darah menancap tepat di dada kiri atau jantung Liana berada.
"Ka-kau... psikopat... gila..."
Itulah kata terakhir Liana. Kini sosok wanita cantik itu sudah tak bisa bergerak lagi. Nafasnya terasa terhenti dan ia terjatuh tak bernyawa di atas arena danau.
"Hmm... tugas pencabut nyawa telah selesai... ugh!"
Racun itu sudah menjalar cepat. Ia pun harus merasakan mati rasa dan sakit yang amat terasa.
Tingg!!!!
"Pertarungan di area The Middle Lake telah berakhir. Pemenangnya adalah Akazawa Tetsuya!" kata sebuah suara di balik speaker.
"Game Over, Liana von Deerland!" ujarnya lagi.
Gelang hitam yang terpasang di lengannya terlepas dengan sendiri. Cairan merah kental membanjiri area pertarungan.
Pertarungan dimenangkan oleh pihak The Killers, yaitu Akazawa Tetsuya!
.
.
.
.
.
Pertarungan kesekianpun selesai... 😂
Dan salah satu karakter tewas 😈
Saya berharap semoga kalian terhibur dengan cerita ini 😊
Selamat membaca guys! 😎
Sayonara... anime_manhua1398 😁
Thanks to Ikuya_Yuu aliffia_mutia Ki_Liya07 Fumiko_Ayaka
(28/08/2018)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top