24 Batlle in The Underground

"Hmm... ayo kita mencari tempat itu." ajak Feyn.

"Dengan sangat terpaksa aku menerima ajakanmu itu." jawab Celine tersenyum kecut.

Keduanya pun berjalan dengan posisi Feyn yang di depan dan Celine yang mengekori dari belakang. Mereka mencari tempat arena yang sudah di beritahukan kepada suara misterius di balik eraphone.
.
.
.
.
.

Sesampainya kedua wanita itu di tempat yang telah diberitahukan. Hanya ada lapangan kosong saja dan beberapa pohon yang berdiri tegak di pinggiran area tersebut.

"Tidak ada apa-apa." ujar Feyn kesal.

"Apa mungkin kita telah dibohongi?" tanya Celine melihat-lihat sekitar.

"Tch! Aku tak sabar ingin membunuhmu!" sahut Feyn menatap Celine dengan tajam.

"Heh! Akulah yang akan membunuhmu terlebih dahulu!" balas Celine tak kalah sengit.

Tiba-tiba lapangan kosong yang mereka pijaki bergetar. Keduanya nampak panik.

Crakk!!

Muncul beberapa retakan hingga semakin besar. Mereka pun terjatuh ke bawah.

"Ahhh!" seru keduanya histeris.

Gelap. Itulah yang tergambar dari tempat mereka sekarang.

Kedua mata Celine membuka secara perlahan. Ia mengerjap-ngerjap hingga terbuka lebar.

"I-ini dimana?" tanya Celine pada dirinya sendiri.

Ia merasakan pusing di kepala dan badan yang terasa sakit. Ia melihat sekeliling tempat tersebut.

Feyn juga mulai tersadar. Ia bangkit berdiri, segera membersihkan diri dari debu yang menempel.

"Inikah arena yang dimaksud?" tanya Feyn.

"Mungkin...," jawab Celine seadanya.

Sebuah suara menggema di tempat mereka berdiri.

"Welcome to The Area Battle, Celine Lynne Elmer and Feyn Scarletta!" serunya. serunya.

Blaarr!!

Blaarr!!

Tempat yang awalnya gelap, kini sudah terang benderang di terangi oleh obor-obor api yang tergantung di sudut arena. Mereka sudah berdiri di sebuah arena bawah tanah yang bawahnya terdapat tanah lembab.

"Dingin...," gumam Celine memeluk dirinya mencari kehangatan. Udara yang lembab membuat ia sedikit merasakan dingin.

"Dasar lemah!" cibir Feyn.

Celine benci dikatakan lemah. Ia mengeluarkan beberapa alat mekaniknya. Feyn pun sudah terlebih dahulu mengeluarkan cambuk berdurinya. Keduanya sudah siap bertarung.

Suara robot kembali menggema.

"Battle one! Celine Lynne Emer VS Feyn Scarletta!"

"One...

Two...

Three...

Start!!!"
.
.
.
.

Di Markas Stray Hunter...

Eviuren yang tengah mengawasi layar monitor di buat terkejut dengan pecahnya gelas yang ia bawa.

"Perasaan apa ini?" gumamnya lirih.

Ia segera membersihkan pecahan gelas tersebut. Tak sengaja jari telunjuknya terkena pecahan gelas.

Ia mengemut jari telunjuk dengan perlahan. Ia semakin berperasaan negatif tinggi.

"Semoga kalian baik-baik saja," ujarnya pelan.

Srek!

Pintu besi terbuka secara otomatis. Wanita bersurai lavender yang juga memakai kacamata mendekati Eviuren. Ia adalah Seyna.

"Ketua, ada apa ini?" tanya wanita itu.

"Aku tak sengaja menyenggol gelas ini hingga terjatuh ke bawah." jawab Eviuren menyembunyikan perasaan negatifnya.

"Aku tahu kalau kau sedang menyembunyikan sesuatu." batin Seyna curiga.

Ia pun membatu membersihkan pecahan gelas. Setelah selesai keduanya berbincang sejenak.

"Bagaimana kabar mereka berlimanya?" tanya Seyna ada perasaan khawatir.

"Aku tidak tahu. Belum ada kabar terbaru dari permainan neraka itu." jawab Eviuren emosi.

Ia teringat kembali beberapa tahun yang lalu saat ia dan teman-teman sekelasnya terjebak di sana. Mereka di suruh untuk mengikuti permaianan yaitu saling bunuh membunuh.

Ting!

Sebuah berita yang mengejutkan membuat keduanya hening sesaat.

"Salah satu pemain dari game yang di selenggarakan oleh pihak sekolah SAA kini semakin memanas. Diberitahukan beberapa waktu yang lalu, seorang wanita dari kubu Stray Hunter telah tewas terbunuh saat duel melawan salah satu kubu. Kondisinya saat ini cukup mengenakan dengan beberapa luka di tubuh dan kepala yang terpisah dari badan. Nama pemain tersebut ialah Xaviera Yuri yang memiliki julukan Mantan Super Akja Singer. Sekian berita yang saya sampaikan, sampai jumpa!"

Terpampang foto profil Xaviera Yuri dan keadaan dirinya saat tewas terbunuh. Keduanya sontak terkejut bukan main.

"Ti-tidak mu-mungkin... Yuri-chan," ujar Eviuren terbata-bata.

Air mata mengalir deras dari kelopak matanya. Seyna yang juga ikut mendengar berita tersebut menutup wajahnya.

"Hiks... Yuri-chan te-telah te-tewas...," ucap Seyna dibalik isak tangis.

Suasana menjadi berkabung setelah berita kematian Xaviera Yuri, salah satu dari kubu Stray Hunter terbunuh. Kubu ini sudah menganggap semua anggota adalah satu keluarga.

Brak!!

"Akan kubalas kematianmu ini, Yuri!" seru Eviuren setelah memukul meja keras. Pandangannya kali ini dipenuhi oleh rasa dendam, amarah serta benci.
.
.
.
.

Di Bawah Tanah...

Celine dan Feyn masih bertarung dengan sengit. Beberapa luka di tangan Celine akibat terkena pecutan dari cambuk duri milik Feyn.

Feyn sendiri juga dalam kondisi terluka. Tangan serta kaki mengeluarkan darah segar akibat terkena tembakan paku-paku dari senjata Celine.

"Sebaiknya kau menyerah saja, mekanik!" seru Feyn tersenyum sinis.

"Cih! Aku takkan menyerah dengan orang sepertimu!" balas Celine penuh benci.

Keduanya sedang mengatur napas sejenak. Dada serta pundak naik turun mengikuti irama napas.

Feyn mengenggam cambuk berdurinya erat. Ia tak peduli akan luka di telapak tangannya. Saat ini ia hanya ingin membunuh wanita di depannya tersebut.

Ia ayunkan secara acak hingga menyentuh tanah lembab.

Ctarr!!

Ctarr!!

"Mari kita bersenang-senang." ucap Feyn menyeringai lebar.

Celine tak mau kalah, ia mengarahkan mesin seperti pistol yang berisi beberapa jenis paku di dalamnya. Ia lepas pelatuknya dengan cepat.

Dorr!!

Dorr!!

Beberapa buah paku melesat cepat ke arah Feyn. Feyn terus mengibaskan cambuk berduri sampai mengenai paku-paku tersebut.

Celine mengambil sesuatu alat di tas serba guna. Ia keluarkan sebuah palu besi berukuran cukup besar.

"Terimalah ini!" serunya semangat.

Ia arahkan ke kanan kiri kanan kiri mengikuti arah gerakan Feyn yang menghindari serangan tersebut. Feyn mulai merasakan terdesak.

Feyn melakukan gerakan menunduk, lalu memukul keras perut Celine hingga terdorong ke belakang. Tak sampai di situ, ia mengibaskan cambuk berduri ke arah wajahnya.

Celine tentunya tak mau terkena serangan itu. Ia bergerak ke samping kanan, lalu ia ayunkan palu besinya ke arah pundak.

Crak!!

Terdengar suara retakan tulang di bahu kanan Feyn. "Arghh!" rintihnya kesakitan.

"Kubunuh kau!!!" geram Feyn.

Ia sudah tak peduli dengan semuanya, yang ia inginkan hanyalah membalas perbuatan Celine. Ia memukul menendang memukul lalu mengayunkan cambuk duri bertubi-tubi tanpa henti.

Celine mulai kelelahan. Ia harus memikirkan cara untuk tak terkena serangan beringas Feyn.

Ia arahkan kembali mesin paku otomatis ke dada besar Feyn. Ia lepaskan pelatuknya.

Dorr!!
.
.
.
.

Di Markas The Killers...

Dua pemuda berambut blonde tengah asyik bermain catur. Mereka terlihat sangat serius dan fokus pada pion-pion masing-masing.

"Skatmat!!" seru Raka. Ia menyeringai tipis.

"Hah! Kalah lagi!" keluh Huda pelan.

Ia menyandarkan diri di sofa empuk. Ia menghembuskan napas perlahan.

"Hahaha... kau harus menepati janji!" ujar Raka menaikkan sebelah alisnya.

"Iya-iya, tenang saja aku akan menepati janjimu itu." balas Huda pasrah.

Keduanya terdiam sejenak.

"Bagaimana jalannya permainan game itu ya?" tanya Huda tertarik.

"Jujur saja aku tak terlalu peduli dengan permainan tak bermutu itu!" jawab Raka menyeruakan pendapat.

"Kau selalu saja seperti ini...," ucap Huda menggeleng-gelengkan kepala.

Raka beranjak dari posisi duduknya. "Aku lelah! Mau tidur saja." katanya memberitahu.

"Terserah kau sajalah...," sahut Huda tak ambil pusing.

Ia segera membereskan catur dan menaruh di tempatnya semula.
.
.
.
.
.

Bersambung... 😎

Oke! Selamat membaca! 😀😉

Thanks to Nativis18 Rine_lette ZahraSyaharani 😁😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top