16 Undangan

Super Akja Academy...

Sekolah ini masih berdiri dengan kokoh setelah beberapa tahun di bangun. Sekolah yang merupakan dimana para anak berbakat dari seluruh dunia berkumpul.

Mereka mendapatkan langsung undangan dari sang Kepala Sekolah. Lantas setelah masuk ke dalamnya, sekolah ini berbeda dengan yang dibicarakan semua orang.

Banyak pembunuhan sadis terjadi di sini, hanya untuk mencari yang terbaik dari masing-masing siswa. Kini Super Akja Academy tengah merencanakan sesuatu hal yang membuat keempat kubu berkumpul.

Kepala Sekolah yaitu Key, sudah merencanakan ini sejak lama bersama para guru maupun senior/alumni. Semua telah menyetujui, tinggal mengundang ketiga kubu lainnya untuk datang kemari.

Di ruang Kepala Sekolah...

Nampak sebuah boneka berwarna hitam di bagian kanan dan putih di bagian kiri. Boneka yang berbentuk seperti beruang dengan seringai merah yang menyeramkan. Boneka itu di taruh di atas meja kepala sekolah sendiri.

"Hmm... Hari yang di tunggu akan segera tiba." Ujar Key sang Kepala Sekolah.

Ia duduk di kursi panasnya. Terdapat sebuah laptop di atas meja. Ia membuka laptop itu dan nampak data-data dari mantan murid-muridnya.

"Fufufu... Kalian takkan bisa melawanku." Ucap Key menyeringai.
.
.
.
.

Di Markas The Killers...

Sebuah amplop berwarna cokelat tergelatak di atas meja. Huda sang pemimpin mengambil amplop tersebut.

"Hahaha... Masih seperti dulu tak berubah." Komen Huda.

Ia membuka amplop tersebut. Di sana terdapat sebuah kertas berupa undangan dan lima buah tiket berwarna emas.

"Hmm... Pasti dia membuat sebuah rencana licik." Ucap Huda.

Srek!

Sheila dan Fiki masuk ke dalam ruang pribadi Huda. Keduanya menatap penasaran isi undangan tersebut.

"Undangan dari sekolah itukah?" Tanya Fiki.

"Ya! Dan kita menemukan sebuah tiket undangan." Jawab Huda.

"Hmm... Apakah ini sebuah jebakan?" Tanya Sheila akhirnya.

"Maybe yes... maybe no..." jawab Huda santai.

"Aku akan memilih siapa saja yang akan pergi ke sana." Lanjutnya.

"Hah! Kau ini!" Ujar Fiki lelah.

"Semoga kau tak salah memilih..." sambung Sheila.

"Sudah pasti aku akan memilih yang sempurna tentunya." Sahut Huda tersenyum tipis.
.
.
.
.

Di Markas Stray Hunter...

Brak!!

"Cih! Sekolah itu selalu saja berbuat seenaknya." Geram Eviuren membanting sebuah amplop cokelat.

"Ada apa?" Tanya Yùri yang baru saja masuk.

"Kau lihat saja sendiri!" Jawab Eviuren kesal. Ia mengatur napas pelan.

"Baiklah, aku yang akan membaca." Sahut Kenzo tiba-tiba.

Ia membuka amplop itu. Ekspresinya berubah menjadi keras.

Karena penasaran Yùri mengambil amplop itu paksa. "Horohoro! Mereka seperti menantang kita dengan mengirim ini!" Kata Yùri.

"Lalu apa yang akan kau lakukan?" Tanya Kenzo.

"Mau tidak mau kita harus mengikuti permainan mereka." Jawab Eviuren pelan.

"Kau serius?" Tanya Yùri.

"Iya! Dan aku sudah memilih siapa saja yang akan ke sana..." jawab Eviuren kembali. Ia sudah memikirkan hal ini matang-matang.

"Bisakah kau memilihku?" Ucap sosok pria tiba-tiba.

Semua pun menoleh ke arahnya.
.
.
.
.

Di Markas Hero Fantasy...

Amplop warna cokelat dan lima buah tiket emas terpajang di atas meja. Beberapa orang tengah berkumpul di ruangan.

"Jadi, apa kau akan menerimanya?" Tanya Vein.

"Sebaiknya pikirkan hal ini baik-baik." Ujar Celine memperingati.

"Hmm..." gumam Erix.

"Cepat katakan!" Bentak Aoki tak sabaran.

"Please! Jangan membuat kekacauan." Ucap Alina.

"Aku telah memikirkan ini matang-matang." Kata Erix.

"Kurasa kau akan menerimanya." Komen Aiman.

"Iya! Dan aku memohon biarkan aku pergi." Sambung Rena.

Suasana menjadi sedikit canggung dan tegang. Erix mengambil napas sejenak.

"Aku akan mengikuti permainan ini. Kuyakin kedua kubu lainnya juga ikut." Jelas Erix.

Aoki menyeringai tipis. "Jadi, kau akan mengorbankan anggotamu sendiri setelah insiden penangkapan Gaku, Mayumi dan Yuki." Ujar Aoki menantang.

"Huh! Si pemberontak berulah kembali." Cibir Vein.

"Cukup!! Aku tak ingin mendengar perdebatan tak jelas ini!" Teriak Aline menatap garang keduanya.

"Aku sendiri yang akan pergi!" Kata Erix mantap.

"Aku bersedia ikut denganmu, ketua." Ucap Rena memohon.

"Baiklah!" Jawab Erix.

"Terima kasih banyak..." balas Rena senang. Ia sampai meneteskan air mata.

"Tersisa tiga orang lagi yang akan pergi..." ujar Celine.

"Hmm... Pemilihan yang rumit." Sambung Aiman.
.
.
.
.

"Bagaimana jawaban dari ketiga kubu itu?" Tanya Key tak sabaran.

"Tenang saja. Ketiga kubu sudah menyetujui undanganmu itu." Jawab Tsuna santai.

"Fufufu... Luar biasa!" Seru Key senang.

"Apa kau sudah menyiapkan lima orang terbaik dari sekolah ini?" Tanyanya kembali.

"Iyaa... Tanpa di suruh pun aku sudah memilih lima orang terbaik." Jawab Tsuna tersenyum tipis.

"Fufufu... Kau memang bisa diandalkan!" Balas Key memuji.

"Aku tersanjung sekali mendapat pujian dari anda." Sahut Tsuna memberikan hormat.

"Siapkan segera permainan yang telah kuciptakan ini!" Perintah Key.

"Baik!" Jawab Tsuna. Ia pun menghilang di balik bayangan.

Key menyeringai lebar. Ia akan menciptakan permainan yang luar biasa yang akan melibatkan keempat kubu terkuat.
.
.
.
.
.

Bersambung... 😂

Hai-hai...

Maaf saya baru bisa update. 😁 Oke, tanpa-tanpa berbasa basi! 😏

Selamat membaca! 😎😉

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top