14 Tertangkap
Pertarungan di sebelah kiri sisi gedung tua. Gaku tergelatak tak sadarkan diri. Pertarungan ini dimenangkan oleh Teguh dari pihak The Killers.
"Satu tikus telah dibereskan." Ucap Teguh. Ada sebuah chip kecil di kerah bajunya.
"Drrttt... Baik, sepertinya dua tikus lainnya telah dikalahkan oleh Vero dan Sheila." Balas suara di balik chip itu.
"Sheila? Yang menjadi lawannya pasti kewalahan melawannya." Sahut Teguh.
"Yeahh... Dia itu merupakan terkuat di organisasi ini. Tapi, kalian semua juga memang hebat." Jawab suara itu lagi.
"Kau selalu memujinya. Aaa... Jangan-jangan ka-"
"Sampai jumpa!" Potong suara itu.
"Hahaha... Indahnya jatuh cinta lagi." Ucap Teguh lirih.
Ia pun membawa tubuh Gaku di pundak. Ia seperti memanggul sebuah karung beras saja.
.
.
.
.
Di sisi belakang gedung...
Mayumi mulai terpojok. Posisinya saat ini terdapat trisula yang tengah mengarah padanya tepat di leher.
"Bagaimana?" Tanya Vero dengan nada mengejek.
"Cuih!" Jawab Mayumi meludahi wajah Vero.
Vero menatap tajam. Ia tancapkan ujung trisula yang tajam mengenai kulit leher. Di tusuk secara perlahan-lahan. Cairan kental merah mengalir keluar.
"Arghh!" Jerit Mayumi kesakitan.
Bugh!
Vero menyikut perut Mayumi menggunakan lutut. Mayumi pun pingsan seketika.
"Cuih!" Vero membalas meludahi wajah gadis itu.
"Jangan pernah menyerang lawan kuat kalau masih lemah!" Cibirnya.
Ia jauhkan trisula tersebut. Tubuh Mayumi jatuh perlahan menyandar tembok.
"Satu tikus telah kubereskan!" Lapor Vero menggunakan chip kecil.
"Fufufu... Kau memang hebat." Balas suara di balik chip. Suara itu mirip dengan yang berbincang dengan Teguh sebelumnya.
"Cepat bawa dia ke dalam!" Perintah suara itu.
"Tch! Merepotkan!" Decak Vero kesal.
"Fufufu..." tawa suara itu lalu menghilang.
Vero menarik kerah baju Mayumi. Ia menyeret tubuh yang tak sadarkan diri itu dengan kasar masuk ke dalam gedung.
.
.
.
.
"Ka-kau he-bat sekali..."
Bruk!
Yùki pun pingsan setelah terkena tendangan gravitasi milik Sheila.
"Huh! Hanya 10 detik saja." Decak Sheila.
"Ini terlalu cepat!" Lanjutnya kesal. Ia mengembungkan kedua pipinya.
Mau tak mau kini Sheila harus membawa tubuh Yùki yang pingsan. "Kerja yang bagus." Puji suara di balik chip.
"Sama-sama!" Balas Sheila cepat. Wajahnya sudah memerah sempurna.
Sheila membawa tubuh Yùki dengan membopong secara perlahan-lahan. "Tidak terlalu berat." Ujarnya.
.
.
.
.
Di dalam gedung tua...
Sosok Huda tengah melihat banyak monitor berukuran kecil di hadapannya. Banyak rekaman yang menunjukkan gambar di sekitar markas.
"Hmm... Tiga tikus berhasil ditaklukan dengan sangat mudah." Ucap Huda.
Ia memasang wajah puas. Ia mengambil sebuah botol pepsi, lalu meneguknya hingga habis.
"Ahh! Nikmatnya..." gumam Huda lega.
Kini ia melihat bagaimana tiga anggota Hero Fantasy yang menyusup ke dalam markas sudah ada di penjara yang berbeda. Mereka di ikat menggunakan rantai di kedua kaki. Masing-masing penjara di pasang aliran listrik 5 juta volt.
"Fufufu... Berani masuk ke kandang singa, sama saja mencari mati!" Kata Huda menyeringai lebar.
.
.
.
.
Di markas Hero Fantasy...
Suasana di ruang rapat sangatlah tegang. Atmosfir yang dirasakan begitu mencekam.
Beberapa wajah petinggi maupun anggota kini berkumpul. Tak ada satupun yang mengeluarkan suara. Hinga...
Prangg!!
Erix membanting sebuah vas bunga ke lantai hingga pecah. Ia tak peduli dengan tanaman hias miliknya.
Ia menjambak rambutnya frustasi. "Kenapa ini bisa terjadi?" Tanya Erix kencang.
Tak ada yang berani menjawab. "Hah! Tolong jelaskan kepadaku, sekarang!!!"
Aiman mengangkat tangannya tinggi. Ie menegakkan kepala mantap.
"Maaf, aku tidak tahu harus menjelaskan seperti apa." Ucap Aiman setengah gugup. Erix diam saja tak menanggapi.
"Hmm..." gumam Alina.
"Hah! Tak ada perlu dijelaskan di sini." Ujar Aoki santai.
Semua pandangan kini mengarah padanya. "Apa?" Tanyanya bingung.
Sebuah pisau kecil melesat cepat ke arahnya. Untungnya ia segera mengetahui dan menghindar dengan cepat.
"Fiuh..." hela napas Aoki.
Ia menatap tajam Erix, sang ketua. "Kau sudah berani rupanya..." ucapnya.
"Hei, hentikan!" Lerai Celine.
"Sudahlah lebih baik kita mendinginkan pikiran dulu." Ucap Alina bijak.
"Iya, aku setuju!" Sambung Rena.
Vein hanya menatap bosan. "Kalau tak ada lagi yang diinginkan. Aku pamit dulu untuk mengurus kasus peneroran. Permisi!" Kata Vein.
Tanpa menunggu jawaban, ia pergi meninggalkan ruangan.
"Selalu saja bertindak sesuka hati." Komentar Celine jengah.
Erix juga pergi meninggalkan ruangan dengan membawa tanaman hias kaktus kebanggannya. Ia tak peduli dengan anggota lainnya.
"Huh! Aku lama-lama merasa tak betah di sini." Gumam Rena pelan.
"Shishishi... kehancuranmu sudah ada di depan mata." Batin Aoki menyeringai lebar. Ia melihat punggung Erix yang sudah menghilang dari pandangan.
"Baiklah! Pertemuan kali ini cukup sampai di sini dulu." Ujar Alina.
"Besok pagi kita akan berkumpul kembali untuk membahas ini lagi." Lanjutnya bersikap tenang.
"Sampai jumpa..." pamit Aiman sopan. Diikuti oleh Celine di belakang. Ia mengekori kemanapun Aiman sang kekasih pergi, kecuali ke toilet.
Semua pun satu persatu bubar meninggalkan ruang rapat. Mereka menuju ke kamar masing-masing.
.
.
.
.
.
Bersambung... 😂
Happy New Year 2018 🎉🎉🎉🎉
Semoga kalian tambah berkarya dan menuangkan ide-ide kreatif di watppad #aminn... 😇
Selamat membaca! 😎😊
Thanks to Para Anggota Hero Fantasy.... 😊😀
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top