28 Pertemuan yang Menyebalkan
Langkah kaki pria berambut merah terhenti. Pasalnya ia melihat pemandangan yang tidak senonoh.
Di depannya terdapat seorang wanita tengah mandi di pinggir sungai. Dan parahnya lagi, wanita itu tidak mengenakan sehelai apapun.
Tetsu, ialah pria tersebut. Ia membeku di tempat.
"Sial! Aku bisa...,"
Hidungnya telah mengeluarkan cairan kental berwarna merah bukannya hijau. Ia mengelapnya hingga tak tersisa, namun cairan merah itu terus mengalir.
"Yang tidak aku inginkan terjadi...," ucapnya.
Brak!
Tetsu pun pingsan. Cairan merah yaitu darah terus mengalir walaupun ia tak sadarkan diri.
Wanita yang tengah asyik membersihkan tubuhnya di buat terkejut. Ia melihat seorang pria tak jauh darinya tersungkur di tanah.
"Kyaaahhh!!!" jeritnya keras.
Burung-burung yang sedang bertengger di pohon berterbangan tak karuan setelah mendengar suara lengkingan yang mematikan kapanpun.
.
.
.
.
Rena berjalan seorang diri. Rambut panjangnya berkibar tertiup angin.
Suasana di pagi hari yang sejuk membuat dirinya bersemangat. Terdapat sebuah alat musik yaitu gitar bertengger jelas di punggung.
"Hah! Aku tak sabar untuk melawan musuhku." ucapnya semangat.
Rena memilih duduk di salah satu pohon rindang. Ia menatap langit yang begitu cerah.
Namun, raut wajahnya menjadi sendu. Ia teringat akan wajah saudari kembarnya yang telah mati terbunuh setahun yang lalu.
Rasa rindu dan dendam terpampang jelas di hati. Ia berjanji akan membalaskan dendam kepada seseorang yang telah membunuh saudarinya.
"Ferena... sampai nyawaku menghilang. Aku takkan membiarkan orang itu bebas di luar sana." kata Rena ambisius.
Tiba-tiba terdengar suara kegaduhan di dekat Rena. Ia langsung memasang kuda-kuda waspada.
"Musuh telah muncul," ujarnya menyeringai tipis.
.
.
.
.
Plak! Plak!
Suara tamparan yang keras menggema di sekitar hutan. Dan pelaku yang melakukan hal itu adalh seorang wanita.
Ia kembali menampar seseorang yang terikat di pohon besar sebanyak 2 kali. Kedua pipi orang tersebut yaitu pria berambut merah terlihat bengkak.
"Terimalah ini! Baka Hentai!" serunya.
"Ugh!"
Akhirnya pria itu alias Tetsu terbangun. Pertama yang ia rasakan adalah rasa nyeri di kedua pipi.
Setelah kedua bola mata terbuka lebar. Ia sedikit terkejut dengan sosok wanita berambut hitam di depannya.
Wanita itu sudah siap untuk menampar kembali. "Hentikan!" seru Tetsu kencang.
Sang wanita menghentikan aksinya. Ia menatap tajam wajah pria tersebut.
"Sudah bangun kau rupanya, Baka Hentai!" kata wanita itu.
"Baka Hentai?" tanya pria beramnut merah tak mengerti.
Lalu beberapa kejadian di memorinya berterbangan di pikiran. Cairan kental berwarna merah berhasil lolos dari hidungnya.
"Ahhh! Kau pasti sudah berpikiran mesum!"
Bugh!
Satu pukulan berhasil mendarat di perut sang pria. Tak lama pria itu merintih kesakitan.
"Sakit woii!" umpat Tetsu marah.
Saat ia ingin menggerakan badan. Ternyata ia baru sadar seluruh tubuhnya terikat.
"Cepat lepaskan!" seru Tetsu.
"Tidak akan! Kau adalah musuhku dan... kau juga telah melihat aset berharga seorang wanita!" bentak wanita itu penuh dendam.
"Aku takkan membiarkanmu hidup begitu saja," lanjutnya menyeringai kecil.
Tetsu menatap wanita itu marah. Saat sang wanita akan memukul kembali.
Dengan cekatan Tetsu berhasil menghindar. Ia juga telah berhasil terbebas dari ikatan tali.
"Ba-bagaimana bisa?" tanya wanita itu terkejut.
Tetsu menyeringai kecil. Ia mengeluarkan sebuah gunting kecil dari balik tangannya.
"Kau takkan bisa mengalahkan aku semudah itu, nona brutal." jawab Tetsu.
Wanita itu geram. Amarah yang menumpuk siap kapanpun untuk di keluarkan.
.
.
.
.
Kenzo sedang memukul sebuah pohong besar. Terlihat kondisi pohon itu hampir roboh.
Brukk!!!
Dengan sekali pukulan, pohon itu pun tumbang. Ia menatap hasilnya bangga.
"Pukulan karate milikku memang tak tertandingi." ujar Kenzo percaya diri.
Ternyata beberapa pohon di sekitarnya juga dalam kondisi yang sama. Pria berambut biru itu tak sabar untuk mengalahkan kubu lawan.
"Saatnya untuk berburu ikan." ucap Kenzo memegang perutnya yang sudah berisik.
Ia pun menuju ke arah sungai, dimana hewan bernapas insang hidup. Hanya ada satu jenis ikan saja yang tinggal di sana.
Kenzo menarik napas sejenak. Ia juga memejamkan kedua mata untuk berkonsentrasi.
"Hiatt!!!" serunya.
Satu sampai dua ikan sudah mengambang di permukaan sungai. Hanya sekali jurus karate miliknya, ia dengan mudahnya membunuh ikan.
Beberapa menit kemudian...
Kenzo membakar hasil ikan yang di dapat. Kepulan asap dan api yang membakar sudah membuat ikan cepat matang.
"Ini baru nikmat," gumam Kenzo. Ia memakan dengan lahap sekali.
.
.
.
.
Di Markas The Killers...
Seorang gadis berambut ungu tengah asyik menonton televisi. Ia sedang menonton sebuah tayangan yang sedang hits.
Masing-masing perwakilan dari empat kubu saling berkumpul untuk membunuh satu sama lain. Sebuah popcorn dan coca cola menjadi temannya.
"Hmm... si Feyn memang paling lemah. Jadi, sudah sepantasnya ia mati." kata gadis itu santai.
Seseorang datang dari belakang, lalu duduk di sebelahnya. Ia langsung mengambil popcorn tanpa meminta izin terlebih dahulu.
"Huh! Jangan ambil popcorn milikku sembarangan!" seru gadis itu kesal.
"Terserah aku! Lebih baik kamu, Ai tidur siang dulu sana!" sahut orang itu santai.
Ai tak terima di perlakukan seperti anak kecil. Ia langsung menyerang orang tersebut menggunakan pisau kecil.
Namun, dengan mudahnya serangan itu di gagalkan. Pisau kecil sudah berada di tangan orang tersebut.
"Kau masih harus belajar sepuluh tahun lagi untuk menyerang, apalagi membunuh diriku." ucap orang itu menyindir.
Ai mengembungkan kedua pipi kesal. Ia memang belum pantas untuk mengalahkan orang di sebelahnya.
"Huh! Tunggu saja lima tahun yang akan datang. Ai pasti akan membunuh Raka secepatnya." kata Ai yakin.
"Hahaha... kita lihat saja nanti," balas Raka tersenyum tipis.
.
.
.
.
Kembali lagi ke hutan. Tetsu masih berhadapan dengan seorang wanita dari kubu lawan.
"Sebelum aku mengalahkanmu nona. Aku akan mempekenalkan diri terlebih dahulu." ucap Tetsu sopan.
"Aku tak peduli!" seru wanita itu tajam.
"Namaku adalah AkazawaTetsuya. Saya berasal dari kubu The Killers. Salam kenal." kata Tetsu mengabaikan wanita tersebut.
Sang wanita langsung menyerang Tetsu. Namun, hal itu dapat di hindari dengan mudah.
"Kau tak sopan, Liana von Deerland dari kubu SAA. Atau ku sebut hanyalah seorang cadangan dari lima monster di SAA." ujar Tetsu telak. Sebenarnya ia sudah mengetahui siapa wanita yang akan menjadi lawannya.
Liana merasa sangat marah. Ia tak suka harga dirinya diinjak-injak oleh kubu pengkhianat.
"Cih! Tahu apa kau tentang diriku, sampah!" seru Liana.
Tiba-tiba sebuah suara robot menggema di sekitar keduanya.
"Aku sudah menyiapkan arena pertarungan yang cocok untuk kalian." kata suara robot.
Tanah sedikit berguncang. Danau yang berada di dekat mereka juga ikut bergetar.
Danau tersebut tiba-tiba terbelah menjadi dua. Sebuah arena pertarungan muncul di antara belahan danau yang semakin timbul.
Jreng!
Sebuah danau di tengah hutan telah di sulap menjadi arena pertarungan. Suara robot kembali menggema.
"Silahkan kalian memasuki arena pertarungan!" serunya.
Tanpa berpikir lama, keduanya melangkahkan kaki masuk ke dalam arena pertarungan. Semangat untuk saling membunuh terpancar jelas dari wajah mereka.
.
.
.
.
.
Jeng! Jeng! 🎉🎉🎉
I'm back! 🙄
Selamat malam readers... 😊
Sudah hampir dua bulan atau lebih cerita ini berdebu. Dan akhirnya saya kembali melanjutkan cerita ini hehe... 😄😁😅
Oke! Selamat membaca! 😎
Thanks to Ki_Liya07 pandumelo masyanaayumi anime_manhua1398 Ikuya_Yuu
(20/08/2018)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top