25 Wanita Mekanik VS Wanita Bunga

"Kubunuh kau!!!" geram Feyn.

Ia sudah tak peduli dengan semuanya, yang ia inginkan hanyalah membalas perbuatan Celine. Ia memukul menendang memukul lalu mengayunkan cambuk duri bertubi-tubi tanpa henti.

Celine mulai kelelahan. Ia harus memikirkan cara untuk tak terkena serangan beringas Feyn.

Ia arahkan kembali mesin paku otomatis ke dada besar Feyn. Ia lepaskan pelatuknya.

Dorr!!
.
.
.
.
.

Tembakan yang dikeluarkan oleh Celine melesat cepat. Namun, serangan itu hanya mengenai pipi mulus Feyn.

Feyn mengayunkan cambuk durinya yang langsung melilit pergelangan tangan Celine yang tengah memegang senjata. Lalu ia melakukan gerakan memutar. Lilitan itu semakin erat dan berhasil melukainya.

"Arrghh!" rintih Celine kesakitan.

Ia berusaha melepaskan lilitan akar berduri tersebut. Tetapi Celine menarik lebih kencang hingga darah menetes keluar dalam jumlah banyak.

"Ini baru permulaan saja," ujar Feyn.

Ia melangkah dengan gagah dan langsung menendang perut Celine hingga terdorong beberapa langkah ke belakang.

"Ugh!"

Celine mulai terpuruk. Lilitan di pergelangan tangannya masih belum terlepas ditambah sakit di bagian perut akibat tendangan tadi.

Ia terduduk lemas. Ia berusaha untuk menggapai senjata di tas serbagunanya.

Ia berhasil mengambil sebuah karter. Lalu ia dengan sangat lihai memutuskan lilitan tersebut.

Celine menyelengkat salah satu kaki Feyn hingga terjatuh. Ia juga tak segan-segan menendang wajah cantik Feyn hingga tercetak sebuah bekas sepatu.

"Wanita jalang!!!" teriak Feyn mengeluarkan semua amarahnya.

"Kaulah wanita jalang itu!" sahut Celine.

Ia mundur beberapa langkah untuk menetralkan napasnya sejenak dan memikirkan cara untuk mengakhiri pertarungan ini.

"Aku harus menyelesaikan ini secepat mungkin," gumam Celine.

Feyn kembali bangkit. Mukanya sudah sangat merah karena menahan amarah yang menggebu-nggebu.

"Kau harus mati!" serunya.

Ia berlari kencang ke arah Celine. Ia juga mengayunkan cambuk berdurinya. Ia putar-putar dengan cepat.

Celine melirik ke arah penembak paku otomatisnya yang tak jauh dari tempat ia berdiri. "Semoga rencanaku ini berhasil," ujarnya yakin.

Ia menuduk lalu berguling ke arah kanan. Hap! Senjatanya berhasil ia dapatkan.

"Selamat tinggal," ucap Celine tegas.

Ia lepas pelatuknya. Beberapa paku besi melesat cepat ke arah Feyn.

Feyn mencoba menghindarinya dengan bergerak ke kanan kiri berulang kali.

Celine memejamkan mata erat. Ia lepas kembali pelatuk tersebut.

"Aku takkan mati hanya dengan serangan ini!" teriak Feyn.

Dor!

Dor!

Langkah Feyn terhenti seketika. Ia melirik ke arah dada besarnya yang mengeluarkan cairan kental berwarna merah. Cairan merah itu merembas membasahi pakaian yang ia kenakan.

"Uhuk!"

Feyn memuntahkan darah segar dari mulutnya. Lalu ia merasakan tubuhnya mulai lemas dan tak sanggup menahan beban tubuhnya.

Celine bangkit berdiri. Ia berjalan mendekati Feyn yang terlulai lemas.

"Semoga kau tenang di alam sana," ucap Celine terakhir kalinya sebelum melesat kembali paku besi tepat ke tengah kepala Feyn.

Dorr!!

Beberapa paku besi menancap indah di wajah cantik Feyn yang tak bernyawa lagi. "Se-ra-ng-ga," itulah kata perpisahan darinya.

"Selesai juga," gumam Celine senang.

Ia menjatuhkan dirinya dengan napas yang memburu hebat. "Aku menang, Aiman-kun...,"

Kedua mata Celine tertutup perlahan. Ia telah pingsan setelah kehabisan tenaga dan darahnya yang keluar dari  pundak kirinya. Feyn masih sempat melukai tubuhnya dengan cambuk berduri.

Tingg!!!!

"Pertarungan di area The Underground telah berakhir. Pemenangnya adalah Celine Lynne Emer!" kata sebuah suara di balik speaker.

"Game Over, Feyn Scarletta!" ujarnya lagi.

Gelang hitam yang terpasang di lengan Feyn terlepas dengan sendirinya. Cairan merah kental membanjiri area pertarungan di bawah tanah yang lembab.

Pertarungan dimenangkan oleh pihak Hero Fantasy, yaitu sang anggota Celine Lynne Emer.
.
.
.
.

Pengumuman bahwa pihak The Killers telah kehilangan salah satu pemain langsung menjadi viral. Banyak para wartawan maupun pemburu berita penasaran akan informasi penting tersebut.

"Telah diumumkan kembali, bahwa pemain yang bernama Feyn Scarlleta telah tewas terbunuh. Tak disangka-sangka ia merupakan salah satu pereakilan dari The Killers yang terkenal dengan pembunuhan di balik layar." ucap seorang wanita membacakan berita di tempat langsung kejadian di gedung SAA.

Azriel yang tengah asyik memakan takoyaki harus memuntahkan kembali. Ia terkejut sekaligus marah atas berita tewasnya Feyn.

"Ti-tidak mungkin...," kata Azriel tak percaya.

Ia lekas berlari menuju ke arah gedung SAA yang tak jauh dari tempatnya makan. Takoyaki miliknya pun terjatuh dan berserakan di lantai.

Seseorang menghalangi jalannya. Ia adalah seorang pemuda berkulit gelap dengan badan kekarnya.

"Kau tak boleh kesana!" ujar pemuda itu tegas.

"Tidak! Aku harus melihatnya dengan mata kepalaku sendiri!" bentak Azriel. Ia terlihat sangat frustasi yang terpampang di wajahnya saat ini.

"Cepat! Menyingkir dari hadapanku!" lanjutnya penuh amarah. Ia sudah melesatkan sebuah pukulan kuat.

Namun, pukulan itu dengan mudahnya di tangkap oleh sang pemuda. "Kau takkan bisa memukulku dengan emosi seperti ini," kata pemuda itu.

Azriel merosot ke bawah. Ia memukul -mukul kuat aspal hingga tangannya terluka. Ia sangat menyesal telah mengabaikan Feyn selama ini.

"Maafkan aku hiks... aku memang tak berguna hiks...," ungkapnya penuh haru.

"Lebih baik kau menenangkan diri terlebih dahulu," ucap pemuda itu.

"Hiks... baiklah, Teguh-san...," balas Azriel.

Ternyata sosok pemuda di depannya adalah senior di organisasi The Killers yang menyandang code name fifth, Yamada Teguh.
.
.
.
.

Di dalam hutan bagian terdalam...

Tampak dua orang berbeda jenis kelamin tengah bercumbu di bawah pohon rindang. Mereka sangat menikmati aksinya. Tak peduli akan lingkungan di sekitarnya.

"Ahh... kau memang pecium yang handal, Azra-kun...," ucap Misa setelah bercumbu penuh gairah.

Pakaian mikonya terbuka sebagian, menunjukkan lekuk belahan dada yang berukuran besar.

"Aku memang paling hebat," sahut Azra penuh bangga.

Ia mengelap sisa saliva yang menempel di area mulut. Pakaian yang ia pakai hanya kusut sebagian.

Krek!

Suara ranting pohon membuat keduanya menoleh serempak. Sosok pria bertubuh kurus terlihat jelas oleh mereka.

"Ah! Sepertinya aku telah ketahuan," ujar pria itu.

"Wah rupanya salah satu anggota Hero Fantasy sejak tadi mengintip permainan kita," kata Misa menyeringai kecil.

Ia merapihkan pakaiannya, lalu bangkit berdiri di susul oleh Azra.

"Apa yang akan kita lakukan sayang dengannya?" tanya Azra membelai pipi putih Misa.

"Ararara... aku sedang ingin bersenang-senang dengan seseorang," jawab Misa manja.

"Bagaimana kalau kita bersenang-senang dengannya saja?" tanya Azra kembali sambil menunjuk ke arah Aiman.

"Ahh! Aku rasa kalian ingin bertarung denganku rupanya," sahut Aiman.

"Tepat sekali!" seru Misa menatap genit.

"Ahahaha... seorang pengkhianat dari kubu SAA dan The Killers membuat tubuhku merinding." balas Aiman menyindir.

Misa sudah mengeluarkan ancang-ancangnya, sedangkan Azra memakan beberapa pil obat.

Tiba-tiba lingkungan sekitar mereka berubah. Muncul beberapa pagar besi berukuran sangat besar menjulang tinggi dari dalam tanah.

"Sepertinya ini adalah arena kita untuk bertarung," ucap Aiman.

Ia membetulkan sedikit kacamatanya. Ia sudah sangat siap untuk bertarung melawan kedua pengkhianat di depannya.

"Arararara... kau benar sekali," kata Misa senang.

"Mari kita mulai saja pertarungan ini," ujar Azra tak sabaran.

Suara berat menggema di arena pertarungan mereka. Tanda bahwa pertarungan antar ketiganya akan di mulai.
.
.
.
.
.


Bersambung... 😂😂😂

Eeeaaa!!! 😆😆😆🤗🤗🤗

Sudah lama juga ane tidak melanjutkan cerita ini yang mulai berdebu... 😁😊

So! Selamat membaca dan semoga terhibur! 😎😀

Thanks to Nativis18 Rine_lette M_Nawawi KillerFalls William_Most 😉

Sayonara... Rine_lette 😢😢😢

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top