13 Penyerangan (2)
Gaku dan Teguh saling baku hantam. Wajah keduanya sudah babak belur. Gaku mengelap darah di bibir.
"Baru kali ini aku mendapatkan lawan yang menyenangkan." Ucap Gaku.
"Kau pun tak lebih dari seekor semut kecil." Ejek Teguh.
"Cih! Sombong sekali!" Balas Gaku.
Ia menyerang dengan berputar menggunakan kaki kanan sebagai tumpuan. Ia berputar dengan sangat cepat.
Teguh tersenyum kecil. "Trik murahan!"
Ia mengepalkan kedua tangan kuat. Lalu berjalan santai ke arah lawan yang berputar.
Bugh! Bugh!
Kedua pipi Gaku terkena pukulan maut dari Teguh. Dua sama tiga gigi pun terlepas.
"Arghh!!" Jerit Gaku kesakitan. Wajahnya yang tampan kini menjadi mengerikan.
"Sial kau!" Geramnya.
Ia mulai menyerang dengan membabi buta. Teguh dapat menghindari serangan itu dengan mudahnya.
Ia menedang perut Gaku hingga menabrak pohon besar sampai tumbang.
Keadaan Gaku saat ini cukup mengenaskan. Teguh berjalan santai. Ia menjambak rambut lawan.
"Perlu seratus kali untuk bisa mengalahkanku." Ucap Teguh sombong.
Gaku menatap tajam. Ia berusaha bangkit, tapi cengkraman di rambutnya semakin kencang. Rasa perih menjalar di kepala.
.
.
.
.
Mayumi berada di belakang gedung tua. Ia melangkah dengan santai.
Ia merasakan sesuatu aura yang berbeda. "Sepertinya aku telah ketahuan." Ujar Mayumi.
Tap! Tap! Tap!
"Selamat datang di markas The Killers." Sapa Vero. Ia melipat kedua tangan di dada.
"Well... Ku kira ini kandang sapi." Ejek Mayumi.
Vero menyeringai lebar. "Fufufu... Aku sangat tersanjung sekali." Balasnya.
Keduanya saling melempar ejekan. Mayumi menyerang pertama kali.
Ia mengeluarkan sebuah senjata trisula berukuran sedang. Ketiga mata pisau trisula yang tajam mampu mencabik-cabik isi perut.
"Hiatt!" Seru Mayumi.
Ia menyerang ke kanan, kiri, samping hingga bawah. Vero sendiri memiliki reflek yang bagus. Ia mampu menghindari setiap serangan Mayumi.
"Sudah lelah kah?" Tanya Vero santai.
"Tidak! Aku pasti akan menusukmu!" Jawab Mayumi geram.
Ia kembali menyerang. Namun, kali ini trisulanya dapat di tahan oleh Vero menggunakan satu tangan.
"Akan kutunjukan cara menggunakan senjata ini yang benar." Ujar Vero. Ia menarik trisula itu hingga terlepas dari tangan Mayumi.
Mayumi sendiri langsung mundur ke belakang. Tetapi, Vero sudah menyelang dahulu dengan menggunakan pegangan trisula mengenai perut.
"Ughh!" Lirih Mayumi.
Ia memegang perutnya. Walau hanya serangan kecil tapi membuat dirinya merasakan kesakitan.
"Bagaimana?" Tanya Vero. Ia menaruh trisula itu ke pundaknya.
"Ka-kauu!!!" Geram Mayumi.
.
.
.
.
Yùki berada di sebelah kanan. Ia tak menemukan hambatan apapun.
"Ini aneh..." gumam Yùki.
Ia mempertajam pandangan untuk melihat adakah hal yang mencurigakan di sekitarnya.
"Apakah aku terjebak atau mereka yang tak menyadari kehadiran kami?" Tanya Yùki berpikir keras.
Tiba-tiba sebuah pintu terbuka. Nampak seorang wanita berambut biru yang di kuncir dua dan memakai kacamata.
"Hoamm... Segar sekali udara pagi." Ucap Sheila. Ia merenggakan kedua tangan dan menghirup udara pagi yang sejuk.
Saat kepalanya menoleh ke samping. Ia melihat seorang wanita yaitu Yùki tengah siap menyerang dirinya menggunakan pedang kayu.
"Eeehh!" Jerit Sheila kaget.
Ia segera bergeser ke kanan untuk menghindari serangan.
"Siapa kau?" Tanya Sheila tajam.
"Tch! Aku adalah Yùki, yang akan memberantas para pembunuh sepertimu!" Jawab Yùki yang mengacungkan pedang kayu ke arah sang lawan.
"Ternyata kubu pemberontak." Ujar Sheila.
"Berani melangkah ke tempat ini, sama saja menggali kuburannya sendiri." Lanjutnya.
"Cih! Kalianlah yang akan mati!" Sahut Yùki.
Ia kembali menyerang menggunakan pedang kayu. Ia mengeluarkan semua jurus-jurus kendo dengan baik.
Sheila dibuat sedikit kewalahan. Lalu ia memikirkan suatu cara untuk menyerang balik.
"Hmm..." gumamnya.
Yùki terus menyerang. Ia berhasil mengenai lengan kiri Sheila.
"Berhasil!" Seru Yùki antusias.
Sheila tak menunjukkan wajah kesakitan, tapi sebuah senyum tipis. Ia memejamkan mata sesaat.
"Gaya gravitasi merupaka gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang mempunyai massa di alam semesta." Ucap Sheila masih memejamkan mata.
Ia mulai mengambil ancang-ancang untuk melompat. Ia gunakan kaki kirinya sebagai tumpuan gravitasi.
Ia sudah melompat cukup tinggi. Lalu dibukanya kedua mata. Seringai tipis ia tunjukkan kepada sang lawan.
"Terimalah ini!" Seru Sheila.
Ia melakukan lompatan dan memutarkan tubuh 360°. Tendangan pada kakinya berhasil mengenai wajah Yùki.
Bugh!
"Arrghh!" Rintih Yùki kesakitan.
Hidung dan mulut keluar cairan merah kental. Ia menatap geram Sheila.
"Beraninya kau!" Geram Yùki.
"Hmm... Itu adalah gaya gravitasi. Jadi, kau harus mempelajari hal-hal itu dengan baik." Balas Sheila.
"Cih!" Decak Yùki sambil meludah yang berisi cairan darah.
.
.
.
.
.
Bersambung... 😂
Fufufu! 😈
Happy New Years!!!! 🎉🎉🎉🎉
Selamat membaca! 😎 😉
Thanks to Yuuki_honomiya03 yuuri_ndin02 Yume_Night 😁
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top