4. SUNSHINE
Amore menatap Mayang dengan keterkejutan yang tidak berusaha ditutupi. Jujur, ini permintaan yang aneh bagi Amore karena selama ini teman yang sudah dikenalnya sejak masa kuliah itu tidak terlihat sedang bermasalah dalam pernikahannya. Apa saja yang sudah Amore lewatkan hingga begitu bingung mendengarkan ucapan Mayang ini?
"Ini beneran, May? Nggak ada yang bisa membuat gue langsung setuju untuk minta suami gue ngurusin ini, kalo alasannya jelas membuat keadaan jadi buruk."
Mayang terkekeh pelan. "Ngomong apa, sih, Mo? Gue mau beli rumah buat gue sendiri itu satu langkah buat investasi juga. Kita nggak pernah tahu apa yang bakalan terjadi ke depannya, jadi sebelum gue bener-bener jadi pengangguran, gue mau uang tabungan dan pesangon gue nggak numpuk di rekening aja. Gue mau investasi juga dikit-dikit. Rasanya punya tempat tinggal sendiri, terus bangun kos-kosan atau kontrakan atau ruko bisa jadi opsi."
Amore mengusap dadanya dengan cepat. "Glad to hear that. Gue kira elo sama Jevi ada masalah rumah tangga sampe mau cari rumah segala."
Mayang tersenyum simpul. Tidak mengiyakan, juga tidak menolak keras. Dia tidak ingin Amore membaca apa yang sedang terjadi. Pergulatan batin Mayang tentang sesuatu, yang ada hubungannya dengan kisah cinta sekaligus rumah tangganya.
"Kenapa nggak bikin rumah di deket mama elo tinggal? Kenapa Bandung? Sedangkan mama elo di Jawa Timur?"
Mayang mengernyit guna memikirkan apa yang Amore bagi tahu.
"Jawa Timur, ya? Gue nggak mikir ke sana, sih, Mo. Karena mama di sana juga karena ikut ayah Broto. Jadi gue nggak tertarik. Gue pengen aja tinggal di Bandung, kayaknya sejuk gimana gitu."
Amore mengibaskan tangannya. "Kata siapa? Bandung tetep aja macet! Tetep polusi! Apalagi kalo banyak wisatawan yang makin menuhin jalanan kota."
"Makanya, gue pengen suami lo cariin rumah yang jauh dari kota. Rumah yang sejenis vila gitu. Pokoknya harus sejuk, Mo."
"Ish! Kalo mau liburan, mending sewa vila sana! Ngapain malah nyari rumah, sih?!" kata Amore senewen.
Mayang kembali tertawa. "Ya, suka-suka gue-lah, Mo! Pokoknya gue pengen punya rumah yang sejenis itu."
Amore mencibir. "Itu namanya bukan rumah buat sendirian lagi, tapi rumah buat liburan sendiri!"
"Ya, apa pun itu. Bantuin cariin, ya? Kabarin ke gue kalo Anom nemuin yang bisa menarik hati gue."
Amore mengetuk kening Mayang gemas. "Heh! Suami gue manajer marketing, kenapa malah sibuk ngurusin lo doang, sih?"
Mayang memajukan wajahnya. Memasang ekspresi sok imut yang dia miliki.
"Gue termasuk klien menjanjikan buat suami lo dan pekerjaannya. So," Mayang menangkup dagunya dengan kedua tangan. "perlakukan klien suamimu ini dengan baik, ya, Amo!"
Amore memutar bola matanya malas. "Whatever."
*
Jevi menatap istrinya yang sudah rapi dengan pakaian tidurnya di depan televisi. Biasanya, ketika Jevi pulang pada jam yang lebih cepat dari pegawai kantor lainnya, rumah masih sepi. Namun, sekarang Mayang ada di rumah.
"Yang?"
"Ya." Mayang menoleh.
"Ini beneran kamu?" tanya pria itu, sangat takjub.
"Ya, Jevi Nugraha. Mana ada aku yang kamu panggil ini hantu jadi-jadian."
Jevi mendekati sang istri yang duduk dengan sepiring penuh pasta dengan keju dan daging yang penuh sebagai pendamping saus. Diciumnya bibir Mayang yang masih asyik mengunyah pasta.
Sontak saja perempuan itu memukul Jevi karena merasa terganggu.
"Iya, ini beneran kamu." Kata Jevi seraya menjilati sisa saus yang menempel di bibirnya.
"Apaan, sih, Jev! Kamu ganggu aku, ah!" Kesal, Mayang mendorong suaminya untuk tidak mendekatinya.
"Aku mandi dulu. Aku bakalan interogasi kamu setelah mandi."
Mayang menggeleng pelan. "Ya, terserah kamu, deh, Jev."
*
"Jadi, apa yang bikin istriku ini bisa pulang lebih cepet dari suaminya?" Jevi menagih jawaban pada Mayang.
Yang ditanya malah menginstruksikan Jevi untuk tidak bersuara apa pun.
"Jangan berisik, Jev! My favourite lagi main, tuh!"
Jevi memang tidak akan pernah memang jika menyangkut tokoh kesayangan Mayang. Taylor Lautner yang memerankan Jacob, si serigala bertubuh kejar dengan kulit kecokelatan adalah favorit Mayang.
"Sambil jawab bisa kali, Yang." Kata Jevi sembari mengikuti jalan cerita yang diulang berulang kali oleh sang istri. Sejak sebelum menikah, hingga sah menjadi istripun tidak lekang oleh si Jacob itu.
"Ash!!" seru Mayang. Perempuan itu sontak menggigit bibirnya karena mengamati Jacob yang seksi.
"Seksi, ya?" tanya Jevi sengaja memancing.
Perempuan itu mengangguk antusias. "Seksi bangettt!" sahutnya tak bisa mengontrol diri.
"Kalo aku, nggak seksi, Yang?"
"Lebih seksi! Karena aku bisa rasain sendiri keseksian kamu di ranjang."
Itu jawaban yang jujur. Meski begitu, Jevi merasa pipinya memanas. Tak pernah digoda perempuan, hanya Mayang yang bisa berucap seolah merayunya.
Karena senang, Jevi menciumi pipi Mayang. Sengaja mengganggu dengan caranya sendiri.
"Jev, ah! Nanti Jacob—"
Mayang tak selesai dengan kalimatnya, karena Jevi sudah lebih dulu merangkum bibir istrinya.
"Jev ...." desah Mayang disela ciuman itu.
"Kamu harus merasakan keseksian aku, di depan seksinya Jacob kamu itu."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top