27. (a) SUNSHINE
Tidak pernah terasa perkembangan yang Mahes alami bisa secepat ini. Delapan bulan anak itu genap bertambah usia, dan genap pula kebahagiaan yang Mayang serta Jevi rasakan. Inilah kebahagiaan mereka sebagai orangtua. Mahes dan segala perkembangannya. Mahes yang datang setelah empat tahun lamanya. Mahes yang mereka cinta sebagai putra pertama. Mendengarnya saja Mayang yakin Mahes akan tumbuh menjadi sosok yang menjaganya dengan sekuat tenaga.
"Kita rayain genapnya Mahes delapan bulan, yuk, Yang!" usul Jevi dengan senang yang mengembang.
"Mau rayain? Dengan cara apa?" tanya Mayang mengamati interaksi suami dan anaknya itu.
"Kita jalan-jalan. Kita jadi jarang ke mal setelah kamu deket sama mini market dan pasar, Yang. Aku pengen gendong Mahes pake gendongan lagi."
Mahes tertawa dalam pelukan Jevi. Dengan cepat dia mengoceh dan meminta dilemparkan ke atas seperti yang Jevi sering lakukan.
"Jangan dilempar terus gitu, Jev!" Khawatir adalah kebiasaan Mayang semenjak putranya aktif sekali untuk diajak bermain. Bahkan Mahes sudah belajar untuk duduk meski masih sering terjatuh kembali ke belakang.
"Mahes-nya seneng, Yang."
Mayang menghela napasnya pelan. "Ya, jangan diturutin teruslah."
Jevi memilih menurut. Tak mau jika Mayang mengeluarkan jurus lainnya yang bisa membuat Jevi sakit telinga.
"Mama nggak kasih izin, Sayang. Udahan, ya?" tanya Jevi pada putranya.
Mulanya anak itu memprotes dengan tangisan, lalu ketika Mayang berdiri dan mengeluarkan kain gendongan dengan model baru anak itu seolah tahu dan mulai antusias hingga melupakan rengekannya tadi.
"Loh? Kamu udah tahu, ya? Mau pergi ke mana, sih? Anak mama udah paham kalo mau jalan-jalan, ya? Seneng jalan-jalan?"
Tawa ceria Mahes membuat Jevi dan Mayang juga ikut tertawa. Semangat mereka kembali untuk benar-benar merayakan hari ini sebagai perayaan genap delapan bulan usia Mahes.
"Yeeeey! Jalan-jalan sama mama sama papa, ya, Nak? Seneng Mahes-nya papa?" Jevi menciumi pipi anak itu. Dan tawa Mahes semakin menguar, menularkannya pada orangtuanya yang bangga bisa melihat tawa Mahes itu.
*
Berjalan dengan tangan kanan memastikan menggandeng sang istri dan tangan kiri memastikan gendongan anaknya tetap kuat tanpa kendur, Jevi sudah terlihat sangat gagah. Tiada pria yang lebih dikagumi selain saat siap siaga menjaga anak dan istrinya. Ah, begitu saja sudah mampu membuat banyak orang iri terhadap mereka.
"Biasanya kita bawa Mahes pake keretanya, ya, Jev? Sekarang kamu beneran mau capek gendong dia terus selama jalan-jalan? Badannya makin gembul, lho."
Mayang mengamati putranya yang digendong menghadap ke depan dengan mata yang menyisir ke sana ke mari. Begitu takjub dengan dunia luar, hingga membuat siapa saja gemas dengan mata anak itu yang melebar dan bibir membentuk bulatan dengan air liur yang menetes karena tak bisa anak itu tahan.
"Mahes ini nggak ada berat-beratnya buat aku. Lebih berat angkat beban yang aku lakuin setiap minggu di pusat kebugaran, Yang."
Mayang mencibir dengan bibir yang dimiringkan pertanda tak percaya sepenuhnya dengan ucapan sang suami. "Bohong banget! Lihat aja nanti kalo kamu dapet anak kembar kayak si triplets yang di acara Korea itu. Kembar tiga, depan ada belakang ada. Bawa jalan-jalan, aku yakin kamu gempor!"
Jevi tertawa. "Ah, kamu terlalu banyak nonton drakor, Yang!"
"Ih! Itu bukan drakor, Jev. Itu acara variety gitu. Bukan drama yang dibikin asal. Anak yang ada di acara itu anak si bapaknya asli."
Dianggukinya penjelasan sang istri. "Hm. Terus kamu yakin itu nggak di-setting? Semua yang ada di televisi itu udah direkayasa, Sayang. Nggak ada yang murni selucu itu."
Mayang mengakui kebenaran yang terkandung dalam ucapan suaminya itu. "Bener juga, sih. Tapi seru aja lihat mereka bisa ngatasin anak kembar begitu. Mana umur mereka udah nggak lagi muda. Pantesnya jadi kakek kalo di Indo, mereka malah baru punya anak dan main sama anak-anaknya itu."
Jevi berdeham, lalu membisikkan sesuatu di telinga Mayang. "Jadi intinya kamu mau punya anak kembar, ya?"
Perempuan itu langsung menatap ke arah suaminya. Menatap sekitar yang ramai. Dia tak ingin ada yang mendengar kalimat Jevi dan menjadi salah sangka hingga mengira mereka pasangan mesum.
"Jev! Ngomongnya suka asal, sih? Ini tempat umum tahu!"
"Aku cuma nanya, kok, Yang."
Tawa Jevi timbul dari wajah gugup istrinya. Namun, yang paling penting adalah bukan anak kembar lagi. Mereka memilih santai saja untuk apa yang Tuhan percayakan pada mereka. Selama ada Mahes, maka anak itu yang akan menjadi pusat dunia untuk keduanya.
"Jev."
"Ya?"
"Beli baju Mahes lagi, yuk!"
"Hah? Bajunya masih banyak, Yang."
Mayang tersenyum penuh harapan. Manis seperti malaikat yang belum pernah Jevi lihat wujudnya, tapi sudah diyakini keindahannya.
"Buat ngerayain delapan bulan Mahes. Beli baju yang lucccuuuuu gitu, Jev."
Jevi mengangkat kedua tangannya sesaat. "Semua yang kamu mau, mama sayang dari kesayanganku."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top