21. (a) SUNSHINE

"Kapan mau liburan, Mo?"

Amore langsung menatap ngeri pada Jevi yang memberikan pertanyaan dadakan itu.

"Ngomong ke Anom aja belum, mau liburan gimana?" balas Amore dengan begitu cepat.

Jevi jelas tidak ingin membentuk stigma menyebalkan yang bisa membuat Amore enggan untuk memberikan informasi lebih jauh mengenai Mayang.

"Gue aja yang ke sana gimana, Mo? Elo bentuk aja skenario, nanti gue yang berangkat."

"Jangan sinting, Jev. Gue nggak mau nambah masalah. Lebih baik elo hati-hati ngambil langkah mumpung Mayang udah makin tenang. Jangan sampe dia nekat mau cerai segala."

Jevi menghela napasnya dengan lelah. "Emang dia maunya cerai, Mo."

Amo semakin menatap ngeri pada suaminya teman yang dia sayangi itu. Luar biasa sekali mendengar gumaman pria yang terlihat kacau itu. Baru beberapa bulan ditinggal saja sudah kacau begini, apalagi jika ditinggal cerai.

"Gawat kalo gitu! Elo harus berjuang supaya Mayang nggak nekat. Gimanapun, gue dukung hubungan kalian, Jev. Gue suka lihat kalian yang serasi dan saling sayang. Jangan sampe kalian pisah, ya?"

"Itu juga harapan gue, Mo. Tapi gue bego banget dengan nggak menyadari perasaan gue sendiri sejak awal."

Amo begitu prihatin dengan kondisi keduanya. Maka dengan semangat dia akan membantu sahabatnya itu untuk kembali akur.

"Gue akan rayu Anom biar segera liburan ke sana. Elo tenang aja, Jev. Gue mau jadi malaikat kalian."

*

Anom tidak setuju dengan rencana istrinya. Sudah Amore katakan, suaminya adalah tipe orang yang sangat enggan berurusan dengan urusan orang lain. Bahkan dalam urusan keluarga saja, jika tidak terdesak, maka Anom tidak akan masuk untuk terlibat.

"Tapi, Mas..."

"Sayang, kita nggak pernah tahu hal apa yang akan terjadi ke depan. Bisa saja kita akan terlibat dalam situasi rumit rumah tangga mereka. Atau nantinya kita yang harus diseret dengan konflik lainnya. Jangan ikut campur, ya. Biarkan mereka menyelesaikan masalah sendiri. Kita sudah sangat berbaik hati menampung Jevi selama masa kalutnya. Jangan nambah hal yang akan memusingkan kita nanti."

Amore tidak bisa membantah. Ucapan suaminya adalah yang paling penting. Memang tidak akan pernah ada yang tahu seperti apa yang terjadi di kemudian hari nanti.

"Aku kasihan, Mas. Jevi itu mau berjuang, tapi kalo nggak dikasih akses, gimana mau berjuang?"

"Yaudah, perjuangannya sekarang adalah menunggu istrinya untuk mau menerimanya lagi. Kalau sudah waktunya, pasti akan ada saatnya."

Amore mengangguk. Dia jelas harus mematuhi itu. Karena yang sudah-sudah, ucapan Anom memang lebih mujarab ketika nantinya hal tak terduga terjadi dan Amp hanya bisa terbengong dan mengakui suaminya benar adanya.

Jadi, mengalah dan mengatakan pada Jevi bahwa dirinya tak bisa membantu menjadi malaikat dalam rumah tangga Jevi... itu keputusan finalnya.

"Lagi pula, Sayang. Ada yang harus aku fokuskan sekarang." Kata Anom.

"Apa itu, Mas?"

"Proyek Aurora gagal total. Mas Harris dan mbak Liane lagi pusing mikirin anak semata wayangnya itu."

Amore menatap suaminya dengan bingung. "Terus hubungannya sama kamu apa, Mas?"

"Proyek itu dialihkan ke aku, tapi aku nggak tahu apa bisa mengembannya atau nggak. Dari dulu aku nggak suka proyek semacam itu. Aku lebih suka kerja sederhana aja, nggak ingin muluk-muluk."

Sebenarnya Amo tidak enak hati mendengar kabar Aurora yang tidak stabil itu. Namun, sebagai seorang istri yang realistis dia menjadi begitu senang karena ada kemajuan dalam pendapatan sang suami nantinya.

"Ini rezeki, Mas. Kamu yakin mau menolak? Kalo kakak kamu itu melimpahkan ke kamu, berarti dia nggak bisa mengatasinya sendiri. Lagi pula, bisnisnya bang Harris udah banyak. Mau gimana ngatasinnya kalo bukan kamu yang urusin, Mas?"

Anom terlihat keberatan. Namun, Amo juga tak ingin memaksa lebih jauh. Itu hak suaminya untuk iya atau tidak mengambil amanah itu.

"Eh, Mas. Omong-omong, Aurora itu kenapa? Dari beberapa bulan lalu kayaknya heboh banget, Mas. Sampai masuk berita di sosmed, anak Harrison Sultanto terlibat perkelahian sama vlogger terkenal itu."

"Biasa. Soal laki-laki." Jawaban Anom yang kelewat biasa membuat Amore semakin penasaran.

"Lho? Laki-laki yang nggak direstui itu?"

Anom mengangkat kedua bahunya. "Itu kisah lama. Dulu memang nggak direstui karena si laki-laki nggak masuk kriteria mas Harris sama mbak Liane. Tapi kali ini bukan nggak direstui, sih. Jatuhnya, Aurora udah ditolak. Mantan pacarnya itu udah nikah, suami orang. Nggak paham gimana cerita lengkapnya, sekarang bikin ulah begitu."

Amore melebarkan matanya. "Pria beristri???" sahut Amore terkejut. "Aurora padahal nggak kelihatan bandel, Mas. Nggak kelihatan... ya kamu pahamlah maksudku."

"Obsesi, Sayang. Dia terobsesi sama laki-laki itu. Bukan hobinya untuk bandel, tapi dia nggak bisa menyikapi masalah dengan dewasa."

"Aurora seenggak dewasa itu?"

Anom mengangguk. "Aku nggak mau ikut campur keluarga mereka, Sayang. Yang jelas, aku mau kasih perhatian untuk anakku. Dengan nggak sibuk dengan nyari harta. Makanya... udahlah, aku nggak mau ambil proyek itu. Jadi manajer marketing aku udah banyak habisin waktu untuk kerja. Aku nggak mau Mada semakin kehilangan sosok ayahnya."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top