20. (b) SUNSHINE

Aurora histeris.

Orangtuanya sudah terlalu biasa mendengar dan melihat putri semata wayangnya bersikap demikian. Sejak kecil, perilaku Aurora memang terlalu ekstrem dalam berubah. Hal ini sudah pasti sering dikonsultasikan pada ahlinya. Namun, Aurora adalah Aurora yang memiliki karakter uniknya sendiri. Hal semacam itu tidak dengan mudahnya dapat diubah dan dihilangkan. Satu-satunya cara orangtua Aurora mengatasinya adalah dengan menerima dan berdamai. Dan tentu saja orangtua itu menginginkan pasangan yang bisa menerima karakteristik putri mereka. Jelas saja, di mata orangtua Aurora orang itu bukan Jevi Nugraha.

"Mau kemana, Aurora?" tanya Liane yang mendapati sang putri sudah membawa tas kecil dan kunci mobil.

"Apartemen."

"Rumah kita masih sebesar ini. Kamu kurang puas dengan fasilitas yang ada?"

Aurora menarik napas panjang dan menghelanya. Kentara sekali mengonfrontasi Liane.

"Mama mau aku diam di rumah selamanya? Rapunzel, huh? Mama dan papa maunya aku begitu, ya? Jadi princess yang hidupnya cuma di kastil, oh, maksudku istana memuakkan?"

Liane memejamkan matanya sesaat. "Mama dan papa nggak mau ada laporan aneh-aneh dari pemilik tower. Jangan sampai kamu membakar unit kamu karena patah hati."

Ya, segila itu Aurora jika dirinya tidak bisa memiliki apa yang diinginkan. Termasuk tidak bisa menggapai seorang pria. Saat putus dengan Jevi saja, ada masalah yang anak itu timbulkan dengan membakar mobil di lapangan luas dan menyebabkan keributan di negara orang. Risikonya, Liane dan Harris mempertanggungjawabkan biaya ganti rugi dan menunduk maaf karena ulah putrinya yang diluar kendali.

"Ide bagus. Tapi aku juga tahu, Ma. Kalo aku mau melampiaskan sesuatu, aku nggak akan mengorbankan unit orang lain terbakar."

Lalu Aurora meninggalkan Liane yang sudah rapuh hatinya dan semakin rapuh melihat putrinya. Dia tak tahu apa yang salah dengan didikan, kasih sayang, atau perkembangan karakter putrinya sendiri. Tapi Liane dan Harris jelas harus berlapang dada.

"Sayang, mama dan papa nggak mau kamu tersakiti karena lelaki yang nggak bisa menerima kamu."

*

Selain buruk dalam melampiaskan emosi, Aurora juga buruk dalam bergaul. Dia pembuat onar, betul kata Orissa. Sama seperti sekarang, Aurora menimbulkan keributan dengan mengajak bertengkar seorang perempuan dengan menyenggolnya di salah satu kelab malam. Kegiatan itu akhirnya membuat sang pemilik turun tangan dan menghentikannya.

"Tolong minggir! Saya akan membawa perempuan ini pergi." Kata pria itu dengan keras.

Seperti hanya angin lalu, begitu Aurora dibawa pergi, masalah memang selesai. Si lawan Rora juga tidak membawa masalah itu pada ranah hukum. Karena jika begitu kelab malam tersebut juga sibuk menyuap mulut para pejabat hukum.

"Kamu masih cinta aku, Jev! Kamu cuma cinta aku!"

Racauan Aurora tidak bisa dihentikan sama sekali. Si pria dengan tegap menggendong tubuh perempuan mabuk yang lebih berat dari biasanya itu.

"Kalau saya nggak kenal dengan keluarga kamu, saya nggak akan membawa kamu pergi dari sana!"

"Sialan. Kamu bukan Jevi!" kata Aurora memaki si pria.

"Memang. Saya nggak kenal siapa Jevi itu. Kamu harus berterima kasih kepada saya untuk ini. Karena kalau tidak, wajah kamu sudah hancur bertengkar dengan si besar tadi."

Aurora mendorong tubuh si pria hingga terjatuh. "Arghhh! Dasar laki-laki brengsek!"

Aurora menangis. Membuat si pria berjongkok dan mengamati sikap perempuan itu.

"Kamu nggak ingat saya?"

Rora menyipitkan matanya dan menatap dengan lebih dekat pada si pria.

"Gara?"

Pria itu tersenyum. "Kamu belum benar-benar mabuk. Ayo, bangun! Sana, bersihkan tubuhmu." Gara berdiri dan meninggalkan Aurora di lantai.

Dia membuat sesuatu untuk dirinya dan Aurora. Membiarkan si perempuan meracau sedikit demi sedikit, hingga tubuhnya dipeluk dari belakang.

"Apa kurangnya aku? Kenapa aku ditolak? Kenapa aku yang dicampakkan?"

Tangisan yang meraung itu memenuhi telinga Gara. Mereka bukan teman dekat. Namun, Gara juga tak bisa mengabaikan orang yang sedang bersedih. Karena dia tahu rasanya tak memiliki siapapun untuk berbagi kesedihan.

"Kamu Gara, kan? Apa kamu bisa menghibur wanita yang kesepian? Kamu bisa memastikan wanita merasa aman dan senang bersama kamu?"

Gara membalikkan tubuhnya. Memaksa Aurora untuk berdiri tetap tegap.

"Maksud dari ucapan kamu ini apa? Saya mengenal orangtua kamu dengan baik, jadi jangan macam-macam atau saya bisa mengadukan--"

Gara tidak melanjutkan ucapan. Bibirnya sengaja dibungkam oleh Aurora. Ciuman yang datang dari rasa putus asa dan kecewa, membawa mereka pada cerita lainnya yang tidak pernah disangka. Aurora memejamkan mata, membayangkan itu adalah Jevi-nya. Ya, hanya Jevi dalam kepalanya. Dia akan meraih Jevi apa pun caranya. Termasuk berbuat curang tanpa siapapun tahu hasilnya.

"Let me have your baby." Jevi.

Semuanya akan kacau pada waktunya. Itu yang Aurora janjikan tanpa sadari.

((( PROMO )))

Aku posting cerita baru di KBM yang bakalan bikin baper juga. Judulnya The Wedding Knot. Aku up prolog dulu. Ikutin, ya!





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top