11. (a) SUNSHINE
Mada duduk di atas pangkuan Mayang yang entah kenapa terlihat sedikit aneh di mata Amore. Saat makana sudah berada di depan mereka, Mayang tidak lelahnya bertanya apa yang sekiranya membuat Mada suka serta nyaman dengan makanannya. Padahal biasanya Amo tidak pernah mempermasalahkan apa yang Mada mau. Anak itu biasanya justru selalu dipaksa oleh Amo untuk emmakan jenis makanan yang memiliki banyak asupan untuk gizi baik bagi Mada. Termasuk memakan sayur yang jelas tidak disukai oleh anak itu.
"Mo, ada makanan yang bikin Mada alergi nggak?" tanya Mayang.
Itu sudah sangat mendetil sekali. Sejauh yang Amo pahami, anaknya tidak pernah mengeluh dengan segala jenis makanan sejauh itu tidak berhubungan dengan sayur mayur.
Amore menggelengkan kepala. "Seinget gue nggak ada, sih." Jawa Amo tak melepaskan tatapan dengan mata memicing terhadap temannya itu.
"By the way, May. Berapa kali kita pernah makan bareng sama Mada, emangnya?" Amo mulai melayangkan tanya.
Mayang berpikir dengan kening berkerut. "Cukup sering, sih, Mo. Sampe gue juga nggak menghitungnya."
Amore mengangguki. "Terus sejauh kata sering itu, apa elo pernah lihat anak gue alergi dengan sesuatu gitu?"
Sekali lagi Mayang berlagak seperti berpikir dengan keras. Padahal jelas sekali, dia tahu apa yang Amo sedang singgungkan melalui pertanyaan tersebut. "Nggak ada, sih, Mo."
Amo memutar bola matanya dengan malas. "Itu! Kenapa masih nanya ke gue soal Mada alergi apaan, kalo elo juga sering tahu kebiasaan makan anak gue?"
Mayang mulanya diam, lalu mengangkat kedua bahunya. "Gue juga nggak ngerti, Mo. Kayak ... apa, ya? Pengen aja gitu, mastiin kalo makanan yang ada sekarang nggak bikin alergi MAda. Gue pengen aja gitu memastikan makanan ini aman buat Mada."
Amore semakin memicing. "I'm his mother, if you don't remember."
Mayang tertawa. Dia bisa merasakan getaran cemburu dari suara yang Amore layangkan barusan. Kecemburuan seorang ibu pada orang lain yang membuat anak mereka nyaman. Hal itu bisa sangat jelas terbaca dan Mayang seperti senang melihatnya. Kikik yang keluar itu membuat Amore menatap ngeri.
Semua ekspresi yang muncul dari wajah Amore memang selalu bervariasi dan memuaskan untuk dilihat. Mungkin itu yang membuat diri Mayang senang sekali menggoda ibu dari Mada itu.
"May, lo yakin there's nothing happen with your ...." Amo menggantungkan kalimatnya, berharap semoga Mayang langsung paham apa yang coba Amo sampaikan.
"Apa?"
Begitu mata Amore mengenai perut Mayang, helaan napas gusar yang malah keluar dari bibir Mayang.
"Gue nggak mau terlalu berharap dengan semua mood gue yang kacau ini. Beberapa hari lalu aja gue bikin perut suami gue sakit gara-gara sengaja gue paksa buat makan ceker pedes buatan gue."
Amore meringis dengan penjelasan itu. "Gue yakin Jevi tersiksa banget, ya. Karena gue pernah lihat sendiri gimana Jevi mencret gara-gara makan saos mie goreng. Itu cuma saos bumbu biasa, gimana kalo makan ceker pedes. Selain sakit perut dia ngerasain apa, tuh?"
"Ya, demam. Lemes, makan susah, manja. Yang jelas gue bawa dia akhirnya ke klinik karena takut dehidrasi. Kasihan, deh, Mo. Tapi nggak tahu kenapa gue seneng banget lihat dia kepedesan."
Amore sejujurnya ingin menekan temannya untuk mengecek kondisi rahimnya. Karena memang Mayang terlihat berbeda belakangan ini.
"Mada. Sini duduk di kursi sendiri." Amore tidak bisa dibantah dengan nada seperti itu. Mada yang tahu ibunya seperti apa menuruti ucapan sang ibu. Anak itu selalu disiplin jika bersama Amore, beda jika ada sang ayah yang terlalu kalem dalam menghadapi Mada yang suka banyak mau.
"Yah! Kenapa, Mo? Biarin dia duduk dipangku gue aja."
Amore menggeleng dengan tegas. "Gue nggak mau, ya, nanti elo yang ceroboh karena nggak nurut ucapan gue malah ada kejadian yang nggak enak gara-gara mangku Mada yang ... berisi." Amore melirik anaknya yang tidak terganggu dengan kata berisi yang diucapkannya.
"Apaan, sih, Mo. Jangan ngelantur kalo ngomong, gue nggak mau kacau gara-gara ucapan elo ini."
Amore dengan begitu gemas hanya mendengus. "Terserah, deh. Elo yang nggak percaya, ya. Gue udah bilangin, pokoknya."
Mayang terdiam. Dia menatap Mada yang begitu lucu di matanya. Apa iya? Bisa saja dia hanya terbawa suasana karena baru saja jadi pengangguran. Mayang juga sedikit meyakini bahwa ada hubungannya dengan hatinya yang sedikit gundah karena Jevi yang mengaku bertemu kembali dengan mantannya hingga Mayang lebih ingin mengalihkan dengan keras.
"Dulu gue waktu hamil Mada nggak banyak aneh-aneh. Paling banter, tuuh, mau sayur gudeg asli Jogja. Terus apa, ya ... oh, nyuruh Anom makan belimbing wuluh yang asemmm banget. Orang hamil emang suka aneh-aneh, sih. Makanya--"
"Mo!"
"Oke-oke. Gue diem."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top