Tempat Kenangan

5 tahun lalu

Bunyi lonceng yang terhubung dengan pintu pun terdengar seiring dengan dibukanya pintu. Aroma kopi mulai memasuki indera penciuman. Sepasang remaja lengkap dengan seragam musim dingin pun memasuki kedai kopi dan menghampiri seorang pria paruh baya yang sedang membuat kopi.

"Konnichiwa, tenchou" sapa salah satu remaja itu.

Pria paruh baya itu menoleh dan tersenyum tipis. "Konnichiwa, Mitsuki-kun. Tumben sekali kamu membawa seseorang kesini. Temanmu?" sang pria paruh baya itu sudah selesai membuat kopi dan menyerahkan kopi itu ke karyawannya agar diantarkan ke pelanggan yang memesan kopi itu.

Sepasang remaja itu duduk di kursi yang berada di hadapan sang pria paruh baya. "Ahh, kenalkan, ini teman sekelasku, Mizunashi Mizuru" ucap sang remaja yang dipanggil Mitsuki sambil menunjuk orang yang berada di sampingnya. Remaja yang dipanggil Mizuru pun menunduk sebagai tanda salam. Sang pria paruh baya pun membalasnya dengan anggukkan singkat. "Tadi kami diberikan tugas kelompok dan tugasnya harus dikumpulkan besok. Tapi hari ini jadwalku part time. Jadi aku membawanya kesini agar ia bisa menyicil tugas sambil menungguku istirahat. Apakah boleh jam istirahatku sedikit lebih lama, tenchou?" tanya Mitsuki.

Sang tenchou pun kembali tersenyum hangat. "Tentu saja. Sebenarnya kamu juga boleh izin tidak masuk kalau kamu ada tugas sekolah. Prioritaskan sekolahmu saja"

Mitsuki menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa, tenchou. Tidak perlu sampai izin tidak masuk. Terima kasih, tenchou"

Sang tenchou kembali membuat kopi pesanan lain sambil sesekali memperhatikan gestur dari sepasang remaja ini.

"Jaa, aku akan mulai part time. Mizunashi tolong cicil sebagian tugasnya ya. Nanti sisanya biar aku kerjakan" Mitsuki berdiri dan meninggalkan Mizuru untuk mengganti baju. Mizuru mengeluarkan laptop dan buku-buku yang dibutuhkan untuk referensi. Sambil menunggu laptopnya menyala, gadis itu memperhatikan sang tenchou yang sedang membuat kopi dengan lihai.

"Apa kamu tertarik untuk mencoba secangkir kopi?" tanya sang tenchou untuk memecah keheningan. Mizuru terkejut mendengar ucapan sang tenchou.

"Ahh, aku tidak suka kopi" Mizuru menolak tawaran sambil menggeleng.

Sang tenchou tersenyum ramah. "Alasannya? Apa karena pahit? Atau membuat perutmu tidak nyaman?"

"Dua-duanya. Aku tidak suka sesuatu yang pahit atau membuat perutku tidak nyaman"

"Tapi sepertinya kamu tipe orang yang suka pedas. Bukannya makanan pedas juga membuat perutmu tidak nyaman?"

"Kenapa dia bisa tau?" batin sang gadis. "Mungkin karena tidak terbiasa?"

"Orang yang menyukai kopi juga sudah terbiasa dengan sensasi yang dibuatnya, sehingga rasa tidak nyaman di perut diabaikan. Akan kubuatkan kopi susu dengan perbandingan lebih banyak susunya, tertarik untuk mencobanya? Aku rasa kamu akan menyukainya"

Mizuru menimang-nimang tawaran sang tenchou. Akhirnya ia mengangguk menerima tawaran sang tenchou. Tanpa menunggu lama, sang tenchou mulai membuatkan pesanan untuk Mizuru. Sambil menunggu, Mizuru mulai mengerjakan tugas bagiannya. Kopi susu pesanan Mizuru pun datang. Sang tenchou meletakkan cangkir itu disamping laptop Mizuru tanpa suara, takut mengganggu sang gadis yang sedang serius mengetik. Mitsuki kembali dari ruang staff sudah memakai seragam cafenya. Tadinya ia ingin menyapa Mizuru, tapi ia urungkan karena sang gadis yang sedang serius, akhirnya ia pun mulai bekerja.

5 menit berlalu. Mizuru mengalihkan pandangannya sebentar dari laptop. Ia melihat cangkir kopi yang asapnya masih mengebul disampingnya.

"Tenchou-san, kenapa tidak memberitahuku kalau kopinya sudah jadi?"

Sang tenchou yang lagi-lagi sedang sibuk dengan pembuatan kopinya tersenyum ramah. "Kamu sangat serius mengerjakan tugasmu. Aku tidak ingin mengganggu. Tenang saja, kopinya masih panas untuk dinikmati. Berhati-hatilah kalau seandainya kamu berlidah kucing"

"Iie, daijoubu desu. Lidahku tahan panas kok"

Mizuru mengambil cangkir kopi itu. Ia memperhatikan kopi itu sebelum akhirnya ia memberanikan diri untuk meminumnya. Sensasi sedikit pahit dan manis memenuhi mulutnya dan kopi itu langsung turun ke tenggorokan. Mizuru tersenyum sampai rona merah tipis tercetak di pipinya karena puas dengan rasanya.

"Enak sekali. Rasanya tidak terlalu pahit dan manisnya susu terasa. Bagi orang yang tidak suka sepertiku, aku menyukainya"

"Aku senang mendengarnya"

Mizuru kembali meminum kopinya sampai tersisa setengah sebelum ia melanjutkan pekerjaannya.

1 jam kemudian. Cafe sudah terlihat lebih sepi daripada sebelumnya. Mitsuki memutuskan untuk beristirahat. Ia menghampiri Mizuru yang masih berada di tempat sebelumnya dan duduk disampingnya. Mizuru yang sedang membaca buku menoleh karena kursi disampingnya digeser sehingga menimbulkan suara.

"Maaf membuatmu menunggu. Bagaimana tugasnya?" tanya Mitsuki.

Mizuru memindahkan laptopnya kehadapan Mitsuki lalu ia kembali membaca bukunya. Mitsuki mulai membaca kata per kata dari tugas yang dibuat temannya itu.

"Ini sih hampir selesai tugasnya" batinnya.

"Mizunashi, kenapa kau malah mengerjakan hampir semuanya?" tanyanya.

"Apa kamu keberatan? Kan tadi kamu bilang aku menyicil tugasnya kan?" jawab Mizuru tanpa mengalihkan pandangan dari buku yang ia baca.

"Tapi harusnya hanya setengahnya kan. Kalau seperti ini kenapa kau tidak kerjakan semuanya saja? Ini kan tugas kelompok"

Mizuru mengakhiri kegiatan membacanya dan menatap Mitsuki datar. "Walau namanya tugas kelompok, aku juga yang mengerjakannya sendiri. Semua orang di kelas seperti itu. Jadi aku tidak keberatan"

"Jangan samakan aku dengan mereka. Aku tidak ingin melempar tanggung jawab ke orang lain" Mitsuki mulai meninggikan suaranya karena kesal.

"Yasudah kamu kerjakan saja sisanya. Kenapa harus repot dengan pembagian tugas sih" Mizuru juga mulai meninggikan suaranya.

Seorang wanita muda bersurai coklat pun menghampiri mereka dan menjitak kepala orange dan babyblue.

"Kalian ini... kalau bertengkar jangan disini. Ini juga si kepala oren. Mau ku keluarin kau dari cafe ya" ucap sang wanita itu.

Sepasang remaja itu pun memegang kepalanya yang habis dijitak. Mitsuki pun semakin kesal karena kepalanya malah dijitak. "Risa-san, bisa tidak tidak menjitak kepalaku? Sakit tau. Dan berhentilah memanggilku si kepala oren"

Wanita yang dipanggi Risa tersenyum mengejek sang pemuda. "Lalu mau kupanggil apa? Si pendek?"

Mitsuki dan Risa pun saling menatap tajam satu sama lain. Mizuru speechless melihatnya, padahal awalnya harusnya Mizuru dan Mitsuki yang bertengkar, malah orang lain dengan Mitsuki yang bertengkar.

Sang tenchou pun ikutan speechless melihat pertengkaran itu. Ia pun bergerak dari tempatnya dan menjewer telinga kedua manusia itu, membuat mereka meringis kesakitan.

"Otou-san/tenchou, berhentilah menjewer kami" ucap mereka kompak.

Sang tenchou pun berhenti menjewer mereka. Mitsuki maupun Risa mengusap telinga yang mereka rasa sudah memerah akibat jeweran dari pria paruh baya itu.

"Kalian ini malah mencari keributan. Risa, kamu kembali bekerja. Mitsuki-kun kembalilah kerjakan tugasmu. Waktu istirahatmu jadi terbuang percuma. Kalau kalian bertengkar lagi, gaji kalian akan kupotong" titah sang tenchou dengan senyum ramah andalannya, membuat mereka kicep. Akhirnya mereka kembali ke pekerjaan masing-masing.

Tak membutuhkan waktu yang lama, Mitsuki sudah menyelesaikan tugas bagiannya. Ia menembalikan laptop ke pemiliknya.

"Tugasku sudah selesai. Kalau nanti kita sekelompok lagi, tolong biarkan aku mengerjakan bagianku dengan adil. Jangan membuatmu terbebani dengan tugas kelompok ya" ucap Mitsuki dengan senyum cerahnya.

Mizuru menunduk, tidak membiarkan siapapun melihat wajahnya saat ini. "Maafkan aku. Kupikir karena Izumi-san sedang part time, aku tidak ingin membebanimu dengan tugas kelompok. Jadi aku hanya ingin membantu mempermudah pekerjaanmu"

"Tentu saja tidak. Tugas sekolah sudah menjadi tanggung jawabku. Jangan berpikir seperti itu, oke? Maaf tadi aku sudah berlebihan membentakmu" ucap Mitsuki menyesal dengan sikapnya tadi.

Mizuru menggeleng. "Aku juga minta maaf atas sikap tidak sopanku" Mizuru menatap sang tenchou dan membungkuk "Maaf atas keributan tadi, tenchou-san"

"Aku juga minta maaf, tenchou" Mitsuki melakukan hal yang sama seperti Mizuru.

"Tidak masalah" ucap sang tenchou sambil tersenyum.

"Kopinya juga sangat enak. Aku akan membuat cafe ini menjadi langgananku" ucap Mizuru sambil tersenyum tipis.

"Datanglah kapanpun kamu mau. Ahh, kamu tidak perlu membayar kopi itu"

"Ja-jangan. Aku merasa tidak enak hati menerimanya. Aku bawa uang kok"

"Tenchou memang seperti itu kalau dengan pelanggan barunya. Terima saja, percuma kau menolaknya, tenchou pasti akan bersikeras" ucap Mitsuki, sang tenchou pun mengangguk tanda setuju.

Mizuru pun akhirnya pasrah. "Terima kasih, tenchou-san" Mizuru membereskan buku dan laptop yang berserakan di meja. "Kalau begitu, aku pamit pulang dulu"

"Ahh, tunggu. Tidak baik malam-malam gadis pulang sendirian. Biar kuantar, tapi jam part timeku belum selesai, jadi kau harus menungguku"

"Tidak perlu. Aku sudah terbiasa, jangan khawatir"

"Kau yakin?"

Mizuru mengangguk.

"Baiklah, hati-hati di jalan"

"Aku pamit dulu" Mizuru menunduk singkat lalu keluar dari cafe. Mitsuki tersenyum melepas kepergian Mizuru.

Risa yang melihat Mitsuki yang senyum senyum sendiri pun merinding. "Wahh si pendek kesambet keknya"

Mitsuki yang mendengar ucapan Risa langsung kesal. "Woii berhentilah memanggilku pendek?!"

Mereka mulai bertengkar lagi, sang tenchou pun hanya bisa menghela napas. Untung saja cafe sedang sepi, karena itu tidak khawatir  akan mengganggu pelanggan.

.
.

Sejak kedatangan pertama itu, Mizuru selalu menyempatkan waktu untuk mengunjungi cafe hanya untuk sekedar minum kopi sambil berbincang dengan karyawan lain, ataupun memakan makanan pencuci mulut yang tersedia disana. Tak lupa ia sering mencuri pandang kearah Mitsuki yang sedang melayani pelanggan ataupun membuatkan kopi.

Risa yang menyadari gelagat Mizuru pun tersenyum jahil. "Wahh kayaknya ada yang suka sama si pendek nih"

Mizuru yang sedang meminum susu pun tersedak minumannya sendiri. Ia pun terbatuk. Sementara Mitsuki yang merasa dipanggil si pendek pun naik pitam.

"Hoi, rambut gimbal, bisa tidak sehari saja tidak memanggilku pendek? Mulutmu minta disumbat cangkir ya. Dan apa maksudmu ucapanmu hah?!"

"Cowo itu emang gak peka. Padahal udah ada yang ngodein, tetap aja cowonya kek orang bego"

Mitsuki dan Risa mulai bertengkar.

"Risa, jaga kosakatamu. Otou-san tidak pernah mengajarkanmu berkata kasar" ucap tencho dengan aura hitam.

"A-ampun..." Risa pun ngibrit dari tempatnya.

Mizuru sudah tenang dari rasa terkejut. Wajahnya sudah memerah karena ucapan Risa.

"Risa-san meresahkan" batinnya.

Saat ini Mizuru hanya bisa menahan malu yang luar biasa. Tapi, ia tidak mengelak kalau ia menyukai Mitsuki. Walau begitu, gadis babyblue itu memutuskan untuk memendam perasaannya sampai ia siap untuk mengutarakannya.

.
.
.

Masa kini

Bunyi lonceng terdengar seiring dibukanya pintu. Aroma kopi yang ia kenal pun tercium. Ia memasuki cafe itu, tersenyum begitu melihat orang yang sangat ia kenal berada di counter.

"Konnichiwa, tenchou-san" sapanya.

Sang tenchou tersenyum begitu melihat sang gadis babyblue yang ia kenal.

"Konnichiwa, Mizuru-kun. Kau sendirian? Dimana Mitsuki-kun?"

"Sepertinya akan telat"

"Begitu ya. Mau secangkir kopi?"

Mizuru mengangguk. "Onegaishimasu"

Sang tenchou mulai membuat kopi pesanan Mizuru. Mizuru sangat suka memperhatikan saat tenchou meracik kopi, penuh kehati-hatian. Baginya, tenchou sudah seperti ayahnya sendiri, karena ia bijaksana layak ayahnya. Seorang wanita bersurai coklat yang sedang menggandeng anak kecil berusia 5 tahun pun tersenyum melihat kehadiran sang gadis bersurai babyblue.

"Yoo, Mizuru. Menunggu si pendek ya?" sapanya.

Mizuru speechless mendengar panggilannya ke sang kekasih yang tidak berubah. "Risa-san, selalu saja memanggil Mitsu dengan panggilan si pendek."

"Emang kenyataan kok" ucapnya sambil tersenyum jahil.

"Dasar rambut gimbal" ucap seseorang di belakang Mizuru. Mizuru menoleh, menemukan sang kekasih yang sudah datang dengan penyamaran.

"Cih, mentang-mentang sudah terkenal, harus banget make penyamaran begitu"

"Iri bilang"

"Siapa yang iri"

Seperti biasa 2 manusia ini bertengkar. Mizuru yang sudah terbiasa dengan pertengkaran ini hanya bisa menghela napas.

"Dasar kalian ini"

Mereka sudah selesai bertengkar, Mitsuki pun menghampiri Mizuru dengan senyum puas.

"Gimana pergeludannya?"

"Si rambut gimbal kalah"

Mizuru menatap datar Mitsuki. Tak mau ambil pusing, Mizuru pun meminum kopi pesanannya.

"Kau sudah kecanduan kopi ya"

"Tidak juga. Aku malah jarang memesan kopi, lebih sering vanilla milkshake"

"Hee, setidaknya tidak anti seperti dulu kan?" ucap Mitsuki terkekeh

"Kamu benar"

Tenchou memberikan secangkir kopi lagi untuk Mitsuki.

"Padahal aku belum memesan, tenchou"

Tenchou hanya tersenyum mendengar ucapan Mitsuki. Akhirnya Mitsuki meminum kopinya.

Hari ini cafe tutup karena kedatangan pasangan ini. Mereka pun menghabiskan waktu hari ini dengan berbincang banyak hal.

.
.
.

TO BE CONTINUE

Happy reading minna. Semoga gak ngecewain hehe

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top