Sequel Nata : I Love Him Sooooo.....
Aku nggak tahu harus mulai cerita ini darimana. Ada banyak kisah yang nggak mungkin aku ceritakan pada kalian. Ada banyak adegan yang terpaksa terpotong, seperti sebuah rekaman yang mungkin nggak ingin kalian dengar. Aku nggak tahu. Benar-benar nggak tahu. Seyogyanya, aku sudah mulai menghadap desktop PC-ku. Menatap tampilan depan yang terpampang fotoku dan mas Vespa. Aku hanya bisa bungkam. Bisu. Menatap sosok dalam foto itu tersenyum sangat manis meski terpaksa. Dia narsis. Aku bersyukur sekali dia bisa narsis begini. Jadi tampilan fotonya jadi lumayan menawan. Ah, nggak.. dia tetap menawan di mataku bagaimanapun caranya menatapku. Bengis. Jijik. Benci. Tapi lebih dari itu aku sangat mencintainya. Sangat. Dia itu seperti oksigen. Sangat kubutuhkan kalau aku ingin hidup. Oke, ini emang lebay. Alay! Mas Vespa bilang aku freak. Aku nggak freak, kok! Aku hanya seorang cowok yang sedang tergila-gila. Iya, aku tahu! Aku tahu! Rasa cintaku terlalu berlebihan. Kenapa? Apa karena dia kakakku? Kenapa memangnya?
Kejadian beberapa bulan yang lalu membuatku putus asa. Ayah "mengadili"ku. Aku ditanya panjang kali lebar kali tinggi hingga menjadi volume. Oke, maaf aku mulai freak lagi. Beberapa bulan yang lalu... mas Vespa membelaku di depan Ayah. Dia seolah menarik hatiku lagi. Awalnya tali layang-layangku hampir putus, tapi mas Vespa berhasil menariknya kembali. Aku sedikti berharap padanya. Walaupun aku yakin, mas Vespa nggak akan menyerah semudah itu untuk menerima perasaanku.
Jadi ada kejadian apa saja beberapa bulan terakhir ini?
Cukup klise, tapi aku akan menceritakannya pada kalian....
#Satu
Mas Vespa akhirnya jadi mas Vespa yang manis padaku. Mas Vespa manis sekali. Dia jadi perhatian. Mengirimiku SMS tiap hari. Bertanya aku ada dimana, bersama siapa. Tuhan, kalau memang ini mimpi... tolong jangan bangunkan aku. Aku memang sudah mulai gila. Nggak gila, sih! Orang bilang itu namanya ge-er. Baper. Bawa perasaan.
"Mas perhatian banget, ya akhir-akhir ini?" Aku tersenyum senang. Mas Vespa mendelik ke arahku lalu menggusak rambutku.
"Mulai sekarang, mas yang akan mengawasi kamu. Mas takut..."
"Mas takut kalau aku... menjajakan diri buat cari homo laen?"
Mas Vespa diam. Mungkin dia merasa bersalah sudah ngomong begitu padaku. Aku hanya nyengir lalu menggeleng.
"Nggak, lah! Kalaupun aku pengen bikin yang iya-iya, aku pengennya sama mas aja.."
Mas Vespa melotot dan sukses memukul lenganku lagi. Aku nggak tahu harus bereaksi seperti apa. Mas Vespa cemas padaku. Nggak mau aku jadi nakal dan mencari jajan di luar sana. Ya ampun, mas! Aku memang suka cowok, tapi aku cintanya sama mas. Melihat mas di depanku aja sudah cukup, kok! Nah, aku mulai baper lagi, kan?
Itu catatanku yang nomor satu.
#Dua
Ini kejadian kedua yang harus kuceritakan. Nggak penting banget, sih tapi daripada kalian salah paham soal cerita yang gantung ini... Ehem! Duo cabe itu nggak mengganggu hidupku lagi. Maksudku mbak Leva dan Fanysa itu. Kok bisa? Bisa, lah! Aku ancam mereka. Kejam? Biar! Memangnya aku pikirin? Mereka juga yang jadi otak pembullyan mas Vespa beberapa bulan yang lalu. Itu lho pas mas Vespa terkunci di kamar mandi. Aku bilang aja kalau aku punya rekaman CCTV pas mereka menistakan masku. Padahal nggak ada. Hahaha... Nggak apa, lah! Itu namanya bohong demi kebaikan. Mereka segitu takutnya sama ancaman cabe begini? Iya, lah! Kedua orang itu kan lumayan kaya, orangtuanya terkenal. Jadi kalau anak-anaknya tercoreng gitu kan ntar orangtuanya yang susah. Juga sih Fanysa itu lagi ngebet pengen ngejar beasiswa kuliah ke luar negeri. Kalau pamornya jelek kan ntar dia juga yang susah.
Trus soal kak Billy. Aku nggak tahu ya mau bahas ini darimana. Kak Billy itu nggak sejahat kelihatannya. Dulu sih kelihatan kayak monster di depanku. Tapi nyatanya kak Billy itu bijaksana banget. Dia ikhlasin mas Vespa buatku! Cihuuuuyyyy...! Buktinya dia sudah adem ayem di Singapura. Sempet juga sih aku kepoin akun facebook-nya. Ternyata... dia sudah punya pacar di sana! Yeeeessss..... pengganggu, pergilah!
Bagian ini adalah bagian yang paling aku suka. Kan bagian ini dipersingkat gitu ceritanya!
#Tiga
Ini bagian paling sensitif!
Tapi aku senang bagian ini.
Yah, gitu deh...!
Kenapa kalian kepo?
Kepo?
Jadi ceritanya.... mas Vespa pernah khilaf. Eh, aku sih yang khilaf. Aku bikin masku nista. Tapi untungnya dia nggak membenciku setelahnya. Jadi... eng.... ah, skip aja apa ya? Oke, oke.. aku akan cerita! Mas Vespa pernah bikin aku marah. Banget! Mas Vespa pernah foto berdua sama cewek. Di HPnya. Mas bilang itu temen kerjanya. Tapi kan ya nggak usah sok nempel-nempel gitu sampe teteknya si cewek nemplok dada masku. Kayak yang masku doyan aja ih!
Lalu aku tanya dia...
"Ini siapa?"
"Temen kerja mas..."
"Kenapa foto pake pose kayak gini? Menantang gini?"
"Oh, ya? Untungnya mas nggak tertantang...!"
Waktu itu jawaban mas Vespa santai banget. Aku kan nggak percaya! Siapa tahu aja tuh cewek menaruh rasa ke masku! Nggak boleh! Mas Vespa hanya milikku!
Malam harinya aku beneran nggak bisa bobok. Masih kepikiran soal siapa cewek itu. Inget, intensitas kebersamaan mas Vespa kan nggak sebanyak dia. Malemnya mas Vespa sering tidur lebih awal. Mukanya juga capek banget gitu. Makanya, aku iri. Cemburu buta. Nggak suka.
Karena pikiranku agak kacau, aku niat banget mengunjungi masku. Lagi. Aku melihatnya di atas kasurnya. Lagi bobok dengan posisi lucu. Mulutnya sedikit terbuka. Kakinya mengangkang gitu seolah bilang, "Nata, masuki aku!" Lah, aku mesum kan? Lalu aku yang merasa tertantang ya khilaf... awalnya aku kecup kening masku. Dia menggeliat nggak nyaman. Aku masih kepo. Lalu turun ke pipinya. Ke hidungya. Ke bibirnya. Lidahku mulai nggak nyaman buat statis di sana. Lidahku kan dinamis. Jadi aku telusuri lehernya. Dan... sialnya tiba-tiba mas Vespa terbangun. Dia kaget, mundur dan memukul kepalaku. Aku tergoda. Apalagi saat kancing baju masku sudah terbuka begitu. Aku benar-benar gila. Tanpa mendengarkan umpatannya, aku menarik kedua kakinya. Aku duduk di atas tubuh mas Vespa dan... mengikat kedua tangannya di atas ranjang dengan selimut. Oke, aku emang freak! Setan sudah menguasaiku, karena aku sudah mulai menelusuri dada dan perutnya dengan lidahku. Mas Vespa diam. Nggak meronta. Aku mendongak menatapnya, curiga.
"Kalo udah selesai, buruan pergi!" Datar. Mas Vespa menanggapi dengan datar. Aku kacau! Aku nggak suka ya kalau ada orang yang meremehkanku begitu! Aku marah. Tersinggung. Aku mulai menelusuri lagi tubuhnya. Hingga akhirnya mas Vespa menjerit. Dia nggak nyangka kalau aku akan berani berbuat seperti ini. Aku kan sudah latihan lewat JGV. Iya, jadi.... aku tahu kalau harus melakukan pekerjaan tiup-tiup begini. Oh, come on... pekerjaan yang kumaksudkan itu pasti kalian tahu. Bukan tiup. Tapi kulum. Emut. Gitu, deh! Habisnya, bahasa inggrisnya kan blow. Blow the balloon. Niup balon. Ah, oke, lanjut!
Tapi sayangnya.... aku nggak pernah berani melanjutkannya. Aku nggak berani "memasuki" mas-ku. Katanya... pasti sakit. Berdarah. Aku nggak mau lihat masku pingsan karena shock di pantatnya keluar darah. Nggak, nggak! Jadi aku berhenti sampai mas-ku tepar dengan wajah merah menawannya itu.
Oke, kalian bisa bilang aku gila! Tapi... aku benar-benar sayang masku!
#Empat
Ini gimana ya? Intinya Ayah sudah mulai bisa tenang. Karena aku sudah kuliah dengan wajar dan mengerjakan tugas-tugas dengan ceria. Iya, ceria. Soalnya aku suka mengerjakan tugas itu di kamar masku. Sengaja ambil jurusan yang sama, biar bisa minta bantuannya. Hihihi... aku modus? Biar!
Ayah dan bunda bilang, "Jangan pacaran dulu! Fokus sama studi! Masa depan! Cita-cita!"
Hoho, tenang Ayah! Bunda! Aku fokus pada satu orang kok! Nggak pacaran, kan? Aku nggak pacaran sama mas-ku. Meskipun aku menganggap masku bagian terpenting dari hidupku. Nah, aku emang puitis. Mas Vespa sih yang mulai. Emang mas Vespa salah apa, ya?
#Lima
Cerita ini bukannya berakhir, kok! Tapi baru saja dimulai. Aku nggak tahu ya harus stop ceritaku darimana. Yang jelas, aku harus berhenti. Semua hal yang terjadi selanjutnya terserah imajinasi kalian. Bisa saja kan kalau mas Vespa mau aku ajakin nikah. Eh, tapi ntar Ayah dan Bunda nggak punya cucu? Atau bisa aja kan kalau Ayah dan Ibu insomnia. Eh, salah ya? Ah, iya.. amnesia. Amnesia dan menganggap mas Vespa itu cewek. Jadi kami dinikahkan. Itu suka-suka kalian saja, lah! Intinya... saat ini... kami bahagia! Mas Vespa pasti bahagia, kan?
NB : Jangan baca diary nih cowok freak! Penuh kutukan dan kebohongan publik di dalamnya. – Vespa-
TA TO THE MAT
Nih, sequel nih...! udah kan jelas, kan? Ayo mup on! Kita pasti bisa... ! ke Zain kan bisa, masa ke mas Vespa nggak???
ibcF
Cek cerita absurd series laen, ya... judulnya "Hello, Boy!" juga oneshoot laen
Ceritanya nggak bagus, sih... makanya coba liat... baca... hujat kalo perlu... <= maso
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top