Sepuluh: Cewek Lain Lagi??
Nata dan Vespa sampai dari "acara" di puncak absurd itu menjelang malam. Vespa bersin-bersin sepanjang perjalanan. Nata nyengir. Suara ingus Vespa "srot-srot" gitu, tapi Nata nggak illfeel, kok! Bahkan dia makin bangga saat Vespa mengusap ingusnya di jaket Nata. Nata bangga, tapi pura-pura menjerit jijik sambil tertawa. Bahkan Nata juga komentar ala badass evil kayak biasanya.
"Mas...! Jangan ingus doang, dong..! Sekali-kali sama air liur juga gitu! Jilatin.. jilatin..." Nata ngakak. Ucapan absurdnya itu membuat Vespa makin merinding jijik hingga dia memberikan pukulan sadis di kepalanya.
"Perlu mas ludahin?" Vespa menjawab sarkas. Nata nggak peduli dengan ucapan masnya. Dia masih ngakak. Baginya, mas-nya itu kayak duren. Keras luar, lembut di dalem. Nata masih sibuk bernyanyi sepanjang perjalanan. Vespa bosan mendengar nyanyiannya. Bete. Nata tetapa bernyanyi riang.
"Mas mau request lagu apa?" Nata masih semangat memandang wajah Vespa dari spionnya. Vespa cuek. Nata terus menatapnya, meski dia harus fokus pada jalan. Baginya, Vespa itu sudah luar biasa. Iya, Nata sudah sering membahasnya. Vespa itu lucu. Meski dia agak galak. Cuek. Introvert. Dan juga.. akhir-akhir ini jadi galak. Jadi suka ngomong pedes. Padahal Nata suka kalau mas Vespa-nya sedang dalam mode pedes begitu. Lucu. Wajahnya jadi imut menggemaskan.
Nata sempat kepikiran untuk melupakan mas Vespa-nya dan menganggap kakaknya itu hanya sebatas saudara. Namun sayangnya Nata gagal. Benar-benar gagal. Usahanya untuk melupakan Vespa dengan cara yang aneh itu nggak berhasil. Dia jadi sering keluyuran sama cewek-cewek, tapi justru dia makin kepikiran soal mas Vespa-nya di rumah. Nah, serba salah, kan? Apalagi... tadi....
Kalau diingat lagi, Nata spontan melakukannya. Dia reflek. Wajah Vespa imut banget tadi. Agak ketus, agak kesal, agak arrrgggghhhhh.... tangannya tiba-tiba saja menyentuh kedua pipi kakaknya. Saat bibir itu mengerucut imut, pikiran Nata blank. Nata nggak tahan untuk merasakan bibir itu. Tapi sekilas. Sebentar. Karena dia kaget. Kaget dengan sensasi asing yang belum pernah dia rasakan. Dia sempat mau khilap lagi, sih awalnya... tapi karena kakaknya itu menatapnya dengan raut aneh, dia sadar! Dia baru sadar apa yang sudah dia lakukan. Dia benar-benar nggak tahu apa yang sudah membuatnya jadi kehilangan kesadaran begitu! Selain wajah imut mas Vespa tentunya!
Mereka sampai di depan gerbang rumah. Vespa turun lebih dulu lalu membuka pintu gerbangnya. Nata masuk setelahnya dan memarkirkan motor di garasi. Vespa melangkah mendahului Nata. Namun Nata cukup tanggap untuk menyadari kalau Vespa ingin kabur darinya. Nata turun terburu-buru dari motornya, lalu menarik tangan Vespa. Vespa yang nggak sempat menghindar akhirnya harus pasrah. Iya, karena Nata sudah menggendong Vespa dan membawanya masuk ke dalam rumah. Vespa meronta dalam gendongannya dan berteriak kencang. Vespa juga terus memukul wajah Nata.
"Turunin mas, Nata!" Vespa meronta dan berteriak kencang. Nata nggak mau kalah. Dia terus membawa paksa kakaknya dan menendang pintu kamar mandi. Oke, Nata membawa Vespa ke kamar mandi. Ini mulai berlebihan dan nggak normal. Gay syndrome detected!
Pintu kamar mandi tertutup dan di dalam sana...
Kenapa? Mikir macam-macam lagi? Nata nggak bertingkah macam-macam, kok! Dia hanya sibuk memegang sabun, sementara Vespa sudah menjerit sadis. Vespa kan tipe mas-mas traumatik.
"Mas bisa mandi sendiri, Nata!! Lepasiiinnn...! Pergiii...!" Vespa menjerit kencang, sementara Nata masih sibuk dengan baju Vespa. Bahkan Nata sudah memegang tubuh Vespa, memaksa kakaknya itu melepas bajunya. Nata terdorong karena Vespa menendangnya dengan sadis. Tapi Nata nggak akan mundur. Dia ingin memandikan kakaknya. Nah? Gila, kan? Vespa berkali-kali memukul wajah gantengnya, namun sekali lagi... Nata nggak akan pernah menyerah. Dia freak. Iya. Mesum? Tentu! Eh? Nggak.. nggak...!
"Aku nggak percaya kalo mas bakalan mandi! Bisa aja mas ketiduran di sini..."
"Mas bukan bocah, dan bukan orang gila!"
"Tapi mas pernah gosokin kamar mandi sambil basah-basahan dan menampakkan puting menggoda!"
Shit!! Sejak kapan Nata jadi begini? Itu kan sudah dulu, saat Vespa dihukum oleh Ayah untuk menguras kamar mandi. Nata nyengir. Dia menatap wajah Vespa lagi. Vespa begidik geli menatapnya. Nata masih nyengir. Dia masih ingin mengganggu Vespa. Juga... nggak tahu kenapa sepertinya wajah mas kesayangannya itu sedikit pucat.
"Mas makin jijik dengerin omongan kamu! Mas tahu kamu homo, tapi nggak perlu nunjukin ketertarikan mesum nggak normal itu ke mas!" Vespa menatapnya. Vespa lucu, ya saat berteriak kesal begitu. Nata ingin sekali memandikan mas kesayangannya, tapi karena Vespa masih keras kepala dan nggak mau... Nata nyerah dan keluar dari kamar mandi.
Vespa bersin saat Nata melangkahkan kakinya keluar. Nata berhenti dan menoleh.
"Apa?" Vespa bertanya datar. Nata berdehem dan menggeleng sambil tersenyum. Kakinya melangkah ke kamarnya sendiri dan diam-diam mengintip Vespa yang sedang mengusap-usap hidungnya. Lalu perlahan pintu kamar mandi pun tertutup.
"Mas! Kalo udah mandi ntar pake baju anget, ya! Aku keluar dulu!" Nata keluar. Benar-benar keluar rumah. Dia tahu bagaimana kondisi dan keadaan Vespa meski hanya dengan menatapnya. Kakaknya sedang dalam keadaan nggak baik. Karena Nata sayang Vespa. Meskipun.. mas Vespa itu nggak pernah peka! Vespa menganggapnya sebagai adik, ah nggak.. bahkan bisa saja lebih parah dari itu! Vespa menganggapnya musuh bebuyutan yang bahaya dan harus dijauhi!
Saat Nata kembali dengan obat flu di tangannya, Vespa sudah terbaring di kasurnya. Seperti biasa, Nata langsung nyelonong masuk ke kamar Vespa. Vespa membuka matanya perlahan dan merasa terganggu ada orang yang mengganggu tidurnya.
"Ayo makan dulu.." Bukan hanya obat, ternyata Nata sudah membawa makanan. Vespa menurut. Selain karena dia nggak minat berdebat, kepalanya sudah pening dari tadi. Hidungnya sudah memerah dan ingusnya mengalir dari kedua lubangnya. Bukan hanya itu, sejak tadi dia disibukkan dengan bersinnya.
Vespa menyuapkan makanannya. Meski nggak ada nafsu makan, dia masih terus menyuapkan makanannya. Dia nggak mau dibilang manja dan juga sok lemah. Vespa memaksa menelan makanan meski tenggorokannya sakit. Setelah itu dia meminum obatnya. Nata masih menatapnya dengan tatapan lembut hingga Vespa bersuara.
"Kamu bisa nggak kalau ngeliatinnya nggak gitu amat?" Vespa risih.
"Aku cuma lagi mikir, mas.. Kok bisa ya aku sayang sama mas? Sayang banget..." Nata tersenyum lembut. Iya, ya... sejak pertemuan pertama mereka, Nata merasakan sesuatu. Saat mata besar itu mengerjap, suara lembutnya yang waktu itu belum puber, dan juga... senyum Vespa. Indah sekali! Entah sejak kapan Nata begitu egois. Dia nggak mau siapapun merebut Vespa. Dia ingin Vespa untuk dirinya sendiri. Bahkan Nata pernah bercita-cita mematahkan kedua tangan dan kaki Vespa agar kakak tersayangnya itu nggak bisa kemana-mana dan hanya bersama dirinya. Nata kecil saja sudah psikopat begitu! Ya ampun!
"Nih, upil! Makan!" Vespa berdecih. Nata terkekeh geli. Meski dia bersikap dingin begitu, God! Nata gemes banget dengan ekspresinya! Apa ini cinta? Apa ini obsesi? Kekaguman? Nata nggak peduli apa itu namanya, yang jelas dia hanya mau satu hal! Vespa!
"Ya udah, mas bobok ya!" Nata menarik selimut Vespa lalu menyelimuti tubuhnya. "Nice dream..." Bibir Nata juga lancang mencium kening Vespa. Vespa melongo, ingin menghujat, namun tenaganya sudah habis untuk berteriak. Dia akhirnya hanya mencoba terpejam. Merem.. Terpejam... Tapi... matanya terbuka lagi. Nata mengangkat alisnya.
"Kamu bisa pergi, nggak? Mas mau tidur!" Vespa berdecih. Nata cengengesan.
"Kan aku mau nemenin mas..."
"Mas bukan anak kecil! Kamu di sini makin bikin nggak bisa tidur, tau nggak?"
"Kan aku cemas, mas! Sekarang malah gantian mas yang sakit. Kalo dipikir lagi, aku lebih rela kalo aku yang sakit daripada mas..." Nata menggeser badannya dan sukses berada di samping Vespa. Masih dengan sikap nggak tahu dirinya, dia malah membaringkan tubuhnya lalu menghadap Vespa. Mulutnya masih tersenyum.
"Homo sialan!"
"Makasih, I Love You..."
"Mas nggak bisa tidur kalo kamu kayak gini!"
"Aku ada di sini, aku nggak bakalan kemana-mana dan ninggalin mas sendirian!" Nata tetap tersenyum.
"Flu mas nular! Sana pergi!"
"Dada mas sakit juga, nggak?"
"Sana pergi!"
"Aku tahu, mas pasti sulit tidur.." Tangan Nata menyentuh kepala Vespa lalu mengelus keningnya lembut. Ketika Vespa sakit, kebiasaan buruknya adalah mengunci diri di kamar. Vespa nggak suka ada yang menyentuhnya saat sakit. Iya, kan badannya sakit semua! Siapa yang ingin ada yang menyentuhnya? Ibunya bahkan menengok dan merawatnya dalam diam. Vespa nggak pernah mengatakan kalau dia sakit. Dia nggak suka merepotkan orang.
Perlahan mata Vespa terpejam, sementara tangan Nata masih mengelus keningnya. Vespa tertidur dengan tangan Nata yang masih menemaninya. Mata Vespa benar-benar terpejam. Kantuk menderanya, entah karena efek obat tidur atau karena elusan Nata yang begitu menenangkannya. Bahkan Nata juga bernyanyi...
Sleep baby sleep
What are you waiting for?
The morning's on its way
You know it's only just a dream
Oh sleep baby sleep
I lie next to you
The beauty of this mess is that it brings me close to you
(Broods – Sleep Baby Sleep)
Nata terus bernyanyi sambil menatap wajah Vespa. Saat tidur, Vespa manis sekali. Wajah cantiknya terlihat damai dan polos. Bulu matanya, hidungnya, bibirnya... Nata menelan ludahnya. Dia sudah pernah merasakan bibir itu. Meski seklias, meski sebentar, tapi efek yang ditinggalkannya luar biasa. Nata lagi-lagi menelan ludahnya gugup. Lalu... dia khilaf. Kepalanya beringsut maju, lalu mengecup bibir Vespa. Saat otak sadarnya mengingatkannya untuk segera berhenti, namun sayang sekali... otak bawah sadarnya terus memaksanya agar tetap seperti itu. Bahkan lebih! Nata mencium Vespa. Di bibir! Dengan lumatan kecil, bahkan lidahnya sesekali menjilat ujung bibir dan perpotongan bibir Vespa. rasanya manis. Nata sudah benar-benar kehilangan kendali atas dirinya. Akan tetapi Vespa mengganggunya. Vespa terusik meski matanya masih terpejam. Nata melepaskan bibirnya dengan nggak rela. Sekali lagi dia menatap mas Vespa-nya. Mengecup keningnya lembut, lalu turun ke kedua mata, hidung, pipi... dan ketika hampir sampai di bibir Vespa, Nata segera tersadar! Dia harus segera pergi kalau nggak mau kecanduan bibir itu lagi! Harus pergi! Akhirnya dia segera bangkit dari kasur dan beranjak meninggalkan masnya di kamar dengan mata masih terpejam.
Sementara itu, Vespa bermimpi. Dalam mimpinya, Nata mencium bibir Vespa! Nah, loh?
***
Vespa membuka matanya pagi ini. Sinar matahari menerobos lewat jendela kamarnya. Vespa membuka paksa matanya. Dia bete. Dia masih ingat mimpi semalam. Badannya sudah lumayan fit pagi ini.
"Pagi, sayang..." Nata menguap dan mengucek matanya. Vespa menoleh dan mendapati Nata terbaring di sebelahnya.
"Kamu kenapa masih ada di sini?," tanya Vespa nggak suka.
"Pas jam tiga dini hari suhu tubuh mas naek lagi. Kan aku panik. Mas juga ngigau..." Nata tersenyum penuh misteri. Vespa memijat pelipisnya. Mimpi semalam membuat mood-nya jelek pagi ini.
"Sorry, mas cuma lagi mimpi buruk aja semalem!"
"Mimpiin aku?"
"Akhirnya kamu sadar kalo kamu adalah keburukan di hidup mas..."
"Mimpi apa? Mimpi aku diembat cewek laen?"
"Itu bakalan jadi mimpi terbaik di hidup mas kalo emang terjadi!" Vespa mendengus. Nata tersenyum. Senyumnya sama dengan apa yang Vespa lihat dalam mimpinya. Dia merinding. Nata hanya mengangkat alisnya. Dia masih... deg-degan kalau mengingat keberaniannya mencium Vespa semalam.
"Emang mas mimpi apaan, sih?"
"Kenapa kamu mau tau?"
"Kan aku penasaran..."
"Penting ya buat kamu?"
"Mas mimpi aku grepe-grepe badan seksi mas?"
"Ih, najis!! Baru juga ciuman!" Vespa berteriak sadis, lalu bungkam seketika. Apalagi saat ekspresi Nata berubah jadi menyebalkan. Nata benar-benar senang, apalagi saat wajah Vespa merah begitu saja. Nata benar-benar gemas, tapi dia masih ingin menggoda masnya.
"Hooo.. jadi ciuman, ya?" Nata menatapnya senang.
"Homo sialan!"
"Cuma mimpi aja mas ribut, mau yang beneran?" Nata mendekati Vespa. Masih dengan senyuman menakutkannya. Dia hanya ingin tertawa. Dia nggak tahu kalau kejadian semalam sampai masuk dalam mimpi Vespa. Lalu...
"Minggir kamu!!" Vespa menendang Nata sadis. Nata hanya bergulingan di kasurnya hingga sprei kasur Vespa berantakan. Akhirnya pagi itu... mereka kembali berdebat lagi untuk yang kesekian kalinya. Rupanya Vespa sudah sembuh. Buktinya, dia bisa kembali berteriak seperti biasanya!
***
"Permisi... Apa benar ini rumah kak Nata?"
Vespa menoleh seketika saat melihat suara sopan seorang cewek. Nggak biasanya ada cewek yang sopan begini bertamu ke rumahnya. Cewek itu tersenyum sopan. Rambutnya sebahu, dan wajahnya manis sekali. Tumben banget ada cewek dengan penampilan baik-baik begini yang mencari Nata. Biasanya cewek yang bertamu ke rumahnya itu.. kalau nggak cewek model cabelita ya cewek bedak great wall. Tebel.
Vespa kembali tersadar dan tersenyum. Dia tersenyum ramah. Ini, nih cewek baik-baik pertama yang dia terima di rumah ini.
"Masuk aja, Nata di dalem!" Vespa menoleh. Cewek itu menunduk malu. Hari minggu yang indah. Kuliah libur, Nata sibuk sendiri sejak tadi dan nggak ada waktu merepet seperti biasa. Juga... hari ini ada cewek manis yang menyantroni rumahnya. Tunggu! Bisa jadi... She is the one? Dia cewek satu-satunya yang mungkin bisa membuat perubahan baik pada diri Nata. Jadi Nata nggak akan homo dan mengganggunya lagi. Vespa akan mencoba memaklumi, kok soal pengakuan homo sepihak Nata waktu itu! Dia akan menganggap Nata hanya sedang mencari jati dirinya. That's it!
Nata masih nggak nongol juga. Vespa gemas sendiri. Lalu tersenyum canggung pada cewek yang sedang berdiri gugup itu. Vespa melangkah dan langsung masuk ke dalam kamar Nata.
"Ada temen kamu tuh di luar!" Vespa menendangnya sadis. Nata yang sedang sibuk dengan HPnya hanya menoleh malas.
"Siapa?"
"Mana mas tahu!"
"Suruh masuk aja ke sini!"
"Dia bukan cewek begituan!"
"Ha?" Nata membuka matanya. "Maksud mas apa?"
"Dia bukan kayak temen kamu yang dandanannya alay! Baru pertama kali ini mas lihat temen kamu yang wajar..."
"Gimana tampilannya?"
"Cewek, rambut sebahu, manis, manggil kamu kakak, dan agak pemalu..."
"APA?!!" Nata bangun dan langsung berteriak kencang. Dia gelagapan.
"Kenapa?" Vespa bertanya santai. Nggak biasanya Nata panik kayak gini. Pasti ada sesuatu antara dia dan cewek manis itu!
"Bilangin aku nggak ada, ya!"
"Ha? Mas udah terlanjur bilang kamu ada di kamar!" Vespa angkat bahu. Nata menatapnya dengan pandangan nggak enak. Lagi. Ada apa dengan Nata? Kenapa dia? Karena nggak mau ikut campur urusan Nata yang baginya nggak penting itu, Vespa memutuskan untuk pergi. Namun sebelum kakinya melangkah keluar kamar, Nata menarik lengannya.
"Apa lagi?" Vespa menghembuskan nafasnya kesal. Nata menatapnya memohon.
"Bantuin aku, dong mas!"
"No, thanks!"
"Maaasssss...." Nata merepet lagi kayak biasanya. Vespa menatapnya jijik.
"Kamu aja nggak pernah menghormati mas, kenapa mas harus bantuin kamu?"
"Oke! Oke!" Nata mengangkat tangannya. Menyerah. Oke, Vespa! Nata akan mengikuti permainan kamu sekarang!
"Jangan suka masuk kamar mas sembarangan! Ketuk pintu dulu!"
"What the..."
"Kenapa? Mas kan lebih tua daripada kamu!" Vespa menaikkan alisnya, menantang. Akhirnya Vespa tahu apa yang menjadi kelemahan anak ini. Cewek manis itu! Cewek itu mungkin kelemahan Nata. Apa Nata naksir padanya? Ah, mana mungkin! Lah, kenapa Vespa yang ribut? Oke, Vespa! Cuekin dia! Abaikan dia! Itu bukan urusanmu!
"Oke! Oke...!" Nata berkata pelan, berbisik. Vespa menyunggingkan senyum sinisnya.
"Apa? Mas nggak denger.. kamu ngomong apa?" Vespa pura-pura tuli. Oke, Vespa mulai senang membuat anak itu kesal. Ternyata sensasi menjahili Nata itu seperti ini... Seru dan juga... menyenangkan! Sangat!
"Iya, mas!! Aku nggak akan masuk kamar mas sembarangan!!" Nata emosi.
"Pake nada manis..." Vespa menaikkan alisnya.
"Sialan! Oke! Mas Vespa, aku nggak.... akan masuk ke kamar mas tanpa izin!"
"Di.sam.bung..."
"Mas Vespa, aku nggak akan masuk ke kamar mas tanpa izin...!" Nata menunduk malu sambil menggaruk tengkuknya gusar.
"Mulai sekarang dan seterusnya, harus tetep kayak gitu!"
"Hah? Kenapa? Bukan buat hari ini doang, ya?!"
Vespa menaikkan alisnya. Nata bungkam. Akhirnya mau nggak mau Nata menyerah. Kali ini giliran Vespa yang ingin mendengarkan alasannya.
"Dia.. adek kelasku. Dia bilang suka sama aku. Dia ngirimin aku surat! Emang di zaman sekarang masih ada gitu ya orang kuno kayak gitu?"
"Lalu masalahnya apaan?" Vespa benar-benar heran dengan adik badungnya ini. Nata menghembuskan nafasnya kasar.
"Aku nggak tega nyakitin cewek... It's mean... aku nggak mau bikin dia sedih..."
"Ya udah, kamu baikin aja dia!" Vespa angkat bahu. Nata mendengus kesal.
"Nggak segampang itu, lah mas..."
"Kenapa?"
"Pertama aku nggak mau ngasih harapan palsu ke dia dengan cara baik-baikin dia. Lalu yang kedua.. aku kan udah sayang sama orang lain.." Nata menatap Vespa nggak berkedip. Ingin sekali dia mengatakan kalau Vespa-lah orang itu. Vespa yang sudah mengambil dunianya. Vespa yang selalu menari-nari di otaknya, di pikirannya, di hatinya... Dia nggak pernah bisa menghilangkan kakaknya itu dari hidupnya.
"Kamu bilang aja ke dia! Selesai!"
"Seandainya aja semua cewek berpikiran kayak gitu...! Ah, itu makanya aku jatuh hati sama mas, sayang banget sama mas dan pemikiran mas, sama wajah mas, sama tingkah mas, sama semua yang ada dalam diri mas..."
"Homo sialan, diem kamu! Sana samperin dia!"
"Nggak! Mas bilang aja kalo aku lagi kesurupan gitu, atau aku lagi nggak waras.."
"Itu fakta, kan?," tanya Vespa lagi sarkastik. Nata menatapnya dengan pandangan memohon. Vespa menggeleng nggak setuju. Tiba-tiba alis Nata terangkat. Dia tersenyum senang.
"Aku ada ide! Dan mas harus bantu!" Nata mendekat ke arahnya lalu menempelkan pipi di pundak Vespa. Vespa bergidik jijik. Memukul kepala adiknya itu berkali-kali.
"Ya udah, cepetan! Mas mau makan!"
Nata cengengesan. Tanpa memberi tahu Vespa, dia segera menarik tangan Vespa dan mengajak Vespa menemui cewek itu. Vespa curiga. Bukannya tadi dia maksa untuk bilang kalau Nata lagi kesurupan dan nggak mau menemui cewek ini? Kok feeling Vespa nggak enak, ya?
"Halo, Fan!" Nata melambai ke arah cewek itu. Fanysa namanya.
"Kak Nata..."
"Kok kamu ke sini? Tumben..."
"Aku.. cuma.. pengen aja berkunjung ke rumah kak Nata..."
"Hem.. jadi kamu nekad datang ke sini? Udah tahu nggak siapa ini?" Nata menggandeng pinggang Vespa. Vespa menatapnya bengong. Oke, ini mulai aneh dan nggak waras! Vespa curiga dan kadarnya makin meningkat saat tangan Nata mulai menggerayangi tubuhnya. Vespa ingin memukul Nata sekarang, namun cengkeraman di tangan kanannya membuat dirinya nggak bisa berkutik.
"Abang kak Nata?"
"Iya, masku tersayang!" Lalu Nata mencium pipi Vespa mesra. Begitu. Iya. Cium. Bibir ke pipi. Iya, bibir Nata mencium pipi Vespa. Vespa masih bengong dan mencoba mencerna apa yang harusnya dia pikir saat ini. Lima detik... sepuluh detik... dua puluh detik...
"Nata, kamu apa-apaan?!!" Vespa sudah emosi di tempatnya. Fanysa menatapnya shock. Nata masih santai lalu mulai semena-mena lagi. Nata ganti memeluk tubuh Vespa yang lebih pendek darinya. Nata menenggelamkan kepala Vespa ke dadanya sendiri.
"Kak Nata..." Lihat ekspresi Fanysa sekarang. Dia gugup. Dia nggak tahu harus ngomong apa lagi. Dia ingin nangis. Dia nggak kuat dengan pemandangan di depannya. Nata... sudah menghancurkan hatinya. Tapi, Fanysa nggak mau percaya semudah itu!
"Kamu tau kan kenapa selama ini aku nggak punya pacar? Yap, karena ada orang yang aku sayang. Dia..." Nata bahkan sudah menempelkan pipinya di pipi Vespa. Vespa ingin sekali memukulnya, menonjoknya, menendangnya... Namun sayang sekali tubuhnya nggak berkutik dalam dekapan Nata yang jauh lebih besar darinya!
"Kak Nata gay...?"
"Kamu baru tahu? Terserah deh kalo kamu mau ngasih tau orang-orang, yang jelas inilah aku..!" Nata menjawab kekagetan Fanysa dengan santai. Sementara itu Vespa sudah ingin mengubur adik tirinya ini. Sekarang. Saat ini! Kalau bisa! Mengaku gay itu nggak segampang di luar negeri pakai acara sebar video di youtube. Apalagi kalau sampai Fanysa membocorkan semuanya karena dendam. Vespa nggak mau nama baik adiknya tercoreng. Eh, memangnya dia punya nama baik? Ah, lupakan! Nata? Nata sendiri nggak peduli, kok! Dia bahkan menikmati perannya kali ini. Bisa bebas peluk-peluk mas Vespa-nya, bisa bebas pegang-pegang mas Vespanya... Ah, lupa! Nata itu freak!
"Tapi dia kan..."
"Iya, dia kakakku. Lalu masalah kalo aku cinta dan sayang kakakku sendiri?"
"Kak.. Fanysa permisi dulu..." Lalu Fanysa pun pergi dengan raut sedih. Menyisakan Vespa yang masih bengong di pelukan Nata. Vespa masih belum bisa tersadar sepenuhnya saat ini. Nata memang sudah biasa bertingkah gila. Di depan Billy pernah! Di depannya, sering! Leva juga pernah jadi korbannya, kan? Lalu sekarang... Kenapa harus menunjukkan pada orang lain lagi? Vespa nggak mau dicap sebagai gay. Meski yang homo adalah adik tirinya sendiri, tapi saat ini Vespa mengaku masih suka cewek. Benar! Meski tampilannya meragukan begitu, dia masih lurus. Mencoba lurus selurus-lurusnya!
"Kamu..." Vespa memijat pelipisnya geram. Segera dipukulnya kepala Nata dengan emosi memuncak. Dia kesal. Marah. Semakin lama tingkah Nata semakin membuatnya pusing. Apalagi dia dengan percaya diri mengakui semua itu. Tunggu, itu nggak aneh kan? Dia kakaknya. Mungkin. Mungkin di mata orang itu nggak aneh, mengingat Nata adalah adiknya. Wajarlah kalau sayang kakak! Tapi semakin lama ini semakin nggak bisa dibenarkan!
"Pokoknya aku nggak mau deket-deket orang lain selain mas!" Nata melambai nista dan masuk ke kamar mandi. Vespa, sabaaarrrr....!! Sabar, Vespa! Iya, sabar Vespa! Vespa, sabaaarrrrr....!!!! SABAR!!
TBC
Hayo, yang baperan...! Maaf deh part kali ini agak kurang anu. Kurang, ya...! Jangan dulu lah..! Belom saatnya kan? Intinya pas kalian nanya, kenapa banyak cewek yang suka sama Nata? Gini, guys... Nata kan ganteng.. *uhuk* lalu temen ceweknya banyak, tapi ya gitu.. selera dia tetep satu. Makanya, kalau dikasih banyak cewek kayaknya nggak bikin efek gitu.. Kalo Vespa? Temennya Cuma si Billy doang, tapi... biar Cuma sebiji tapi ganggunya luar biasa. Kepo nih Billy mau ngapain? Leva dan Fanysa mau ngapain? Eh, masih ada si Leva, ya? Iya, lah! Ada! Kan Leva itu juga peran di sini, bukan cameo kayak om-om yang waktu itu menggoda Vespa. Well, part ini lagi-lagi harus absurd. Kenapa? Karena *mungkin* part besok akan Gaachan isi dengan sesuatu. Jangan kasih tau dulu deh bocorannya. Dosa..! huahahahahaa....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top