9: I love him so much, it hurts

Naura mengembuskan napas lega setelah Resya pergi ke kantin bersama Nata dan Rezki. Namun, kenapa Bima tidak ikut? Nata padahal sudah repot-repot datang untuk bertemu Bima, tapi Bima malah memilih tidur dengan posisi yang cukup aneh.

Ketika Naura sedang tidak sengaja memperhatikan Bima, mata cowok itu tiba-tiba terbuka. Mengejutkan Naura, hingga novel yang sedang ia pegang sampai terjatuh. "Astaga."

"Eh, lo serius kaget karena kepergok lagi ngeliatin gue? Kenapa? Baru kali ini liat cowok jelek tidur?" tanya Bima bertopang dagu. Tempat duduk mereka hanya terhalang satu kursi, sedangkan meja mereka bersebelahan.

"Jelek? Lo ... nggak jelek," ujar Naura tanpa sadar. "Eh, maksud gue—"

"Nggak mungkin. Kalau gue nggak jelek, kenapa nggak ada cewek yang naksir sama gue? Kenapa?!"

Naura terkejut, karena tidak menyangka Bima ternyata sebawel itu. "Mana gue tau."

Bima terkekeh. "Bercanda. Gue nggak sefrustrasi itu, kok. Malah, gue harap sampai lulus ... nggak ada cewek yang suka sama gue."

"Kenapa?"

"Cewek itu ... merepotkan."

Naura mengernyit. "Kalo cowok, suka?"

"No! Maksud gue, gue belum siap menjalin hubungan sama seseorang. You know, hobi gue main dan malas-malasan. Kasihan kalo jadi pacar gue, pasti akan terbengkalai."

Naura mendengus. "Tapi, kalo lo suka banget sama orang itu, lo nggak akan bisa mengabaikan dia."

"Really? Hah, tapi gue belom pernah merasa kayak gitu."

"Bima, lo deket sama Nata?"

Bima mengangkat bahu. "I don't know. Tapi, dia sering manfaatin gue."

"Hah?"

"Ada, deh." Bima tiba-tiba tertawa tidak jelas, malah seolah meledek Naura. "Menurut lo, Nata orangnya gimana?"

"Nyebelin, sok tau, gampang emosi, tapi kadang baik. Kadang-kadang, nggak sering. Bahkan bisa dihitung jari." Naura menjawab tanpa ragu tapi ekspresi Bima benar-benar seperti mengejek.

"Hmm, begitu?"

"Bima, kok lo mau ngobrol sama gue? Biasanya, lo kayak nggak pernah lihat gue."

"Makanya itu. Kenapa sebelumnya, gue nggak bisa lihat lo, ya? Aneh."

"Lo yang aneh. Kenapa? Kenapa baru sekarang?"

"Pertama, karena gue jarang masuk sekolah. Kedua, sejak lihat 'drama' Lo tadi pagi sama Resya ... gue merasa nggak bisa mengabaikan lo."

"Lo ternyata baik, ya."

"Kalo gue jahat, gue akan milih ikut Nata ke kantin dan ninggalin lo sendirian."

"Hah?"

"Nothing." Bima menyengir. "Lo suka sama Nata, nggak?"

Pertanyaan tiba-tiba Bima membuat Naura terkejut. "Hah? Nata?"

"Iya, suka atau benci? Yang mana?"

Naura menggeleng. "Nggak suka, tapi nggak benci juga. By the way, gue sukanya sama cowok lain."

"Whoa, siapa cowok lain itu? Apa terkenal?" tanya Bima terlihat penasaran.

"Rahasia. Kita belum seakrab itu, Bima. Sorry."

"Huuu, pelit. Kalo gitu, kasih tau ciri-cirinya! Mulai!"

"Eh? Hmm, dia cowok terbaik hati yang pernah gue kenal. Dia ramah, manis banget setiap tersenyum. Suaranya ... merdu dan bikin gue merasa nyaman. Terus—"

"Kayaknya gue kenal ciri-ciri tersebut," ujar Bima tersenyum jail.

"Serius? Argh, kenapa gue kasih ciri-ciri dia sebanyak itu ke lo?!" Naura langsung menutupi wajahnya yang merah.

"Lo ada niat buat nyatain perasaan ke dia? Kakak kelas, kan?" tanya Bima sambil menaik-turunkan alisnya.

"Nggak, lah. Maksud gue, nggak sekarang. Gue seneng banget karena bisa kenal lebih deket sama dia, tapi ... gue yakin bakal ditolak mentah-mentah kalo nembak dia. He's too perfect for me."

"Kenapa lo seyakin itu?" tanya Bima menaikkan satu alis.

"Lo nggak ngerti? Dengan fisik gue yang kayak gini, mana mungkin dia mau sama gue...."

Bima pindah duduk, bahkan menarik kursi dan duduk di dekat Naura. "Memang fisik lo kenapa? Kalo dia nolak lo karena fisik lo, berarti dia bukan cowok yang tepat buat lo."

Naura menghela napas. "I know, dia terlalu baik buat gue."

"Maksud gue, kalo dia nolak lo dengan alasan fisik, berarti dia nggak sebaik yang lo banggakan."

"Ha-ha, makanya gue lagi berusaha diet biar lebih cantik. Tapi, kayaknya walau gue kurus, gue tetap nggak bisa secantik Resya."

"Kenapa harus secantik Resya?"

"Hmm, menurut hampir semua cowok, definisi cantik itu kayak Resya. Itu yang sering gue denger...."

"Hampir semua? Yea, dia cantik. Tapi, kalo hatinya nggak baik, menurut gue kecantikannya jadi sia-sia."

"Really?"

Bima terus mengajak ngobrol Naura, seolah mereka sudah mengenal sejak lama. Murid-murid yang berada di kelas juga cukup heran melihat Bima mau banyak bicara dengan Naura, padahal biasanya Bima tidak mau bergaul dengan yang lain.

Mereka tidak tahu, bahwa Bima memang banyak bicara jika bersama orang yang bisa membuatnya nyaman. Contohnya dengan Nata dan Rezki, Bima bisa menghabiskan waktu bicara seharian dengan mereka. Namun, biasanya Nata dan Rezki yang tidak mau bicara dengan Bima. Menyedihkan, bukan?

Saat pembagian kelas, kedua temannya itu tidak terlihat kecewa karena berbeda kelas dengan Bima. Hanya Bima yang merasa kecewa.

***

Di kantin, Nata terus menggerakkan kakinya dengan tidak tenang. Bahkan sampai membuat meja bergetar dan mengganggu ketenangan orang yang ada di sebelahnya.

Rezki terpaksa memukul paha Nata dengan kencang, hingga Nata meringis kesakitan. "Bisa diem? Lo kenapa? Kebelet?"

"Gue takut Bima ngajak Naura ngobrol," bisik Nata, padahal Resya sedang membeli makanan untuk mereka bertiga.

"Naura? Who's that?"

"Itu loh, cewek yang sekelas sama Resya."

Alis Rezki mengernyit. "Hah? Cewek yang mana? Penjelasan lo nggak jelas, anjir."

Nata menggaruk belakang kepalanya. "Pokoknya, Resya nggak suka sama tuh cewek karena keliatan akrab sama gue."

"Lo deket sama Naura? Terus, kenapa Resya marah?"

"I know, dia padahal udah jadi adek gue. Tapi, dia jadi lebih protective kayak pacar."

Mendengar keluhan Nata, Rezki cukup terkejut. "Terus, lo nggak nyaman? Bukannya lo juga suka sama Resya? Harusnya lo seneng, kalo dia cemburu sama cewek lain."

"Hah?" Nata bingung.

"Apa perasaan lo ke dia udah hilang?"

Benar juga. Sejak kapan Nata menganggap Resya benar-benar sebagai adiknya? Selama ini, dia terus mencari pacar agar bisa move on dari Resya, kan?

"Is it weird? Kayaknya gue udah nggak suka sama Resya. Yang ada di pikiran gue malah...." Tunggu, siapa yang ada di pikiran Nata?!

Saat wajah cewek itu muncul tiba-tiba di pikiran Nata, ia pun berteriak sambil mengacak rambutnya. "No way!"

Rezki mendengus geli. Nata begitu mudah ditebak. "Oh, jadi lo suka sama Naura?"

"Nggak! Nggak mungkin...." Nata menempelkan kepalanya di meja. "Dia kan ... galak, nyebelin, dan sok berani padahal penakut."

"Gue jadi semakin penasaran, wajahnya kayak gimana? Menurut lo kan wajah itu segalanya. Jadi, dia secantik itu?"

Nata membenturkan dahinya di meja sebanyak tiga kali. "Menurut gue, iya. She's cute."

"Hah? Jadi, menurut orang lain, nggak?"

"I don't know, tapi dia selalu bilang kalau dirinya nggak cantik. Parah, ya?"

"She just hate herself? Really?"

"Yep." Nata mengangkat kepalanya, lalu menepuk pundak Rezki. "Menurut lo, gimana?"

"That's kinda sad. Not cute at all."

"Yea, tapi dia lagi berusaha buat lebih baik demi seseorang yang dia suka. Lo bisa tebak siapa?"

Rezki mengangkat bahu. "Entah, mungkin ketua OSIS?"

"KOK LO TAHU?!"

"Memangnya, ada cewek di sekolah ini yang nggak suka sama Si Ketua OSIS?"

"Sesempurna itu kah Kak Angga?!" teriak Nata tanpa sadar, hingga beberapa murid yang sedang makan jadi menoleh ke arahnya.

Termasuk, orang yang Nata sebut-sebut dengan kencang.

"Gue lagi kebetulan lewat, dan lo nyebut nama gue. Kenapa, ya?" tanya Angga tersenyum canggung berdiri di belakang Nata. Otomatis Nata berbalik badan.

"Kak Angga! Lo panjang umur!" seru Nata bangkit berdiri. "Nice to meet you!"

"Yah, syukurlah. What's wrong?" tanya Angga semakin bingung, karena senyuman Nata terlihat tidak tulus.

"Lo mau ke mana, Kak?" tanya Rezki cukup akrab.

"Ke kelas Naura."

"WHY?!" tanya Nata panik.

"Disuruh Pak Sugiman. You know, gue sering dikasih tugas buat jadi mata-mata kalau ada murid yang bermasalah. Katanya, Naura mau pindah kelas. Berarti dia ada masalah, kan? Pak Sugiman nyuruh gue nyari info."

Nata mendengus. "Memangnya, kalau lo yang nanya, dia bakal mau cerita?"

Angga mengangguk. "Tenang aja, gue dan Naura cukup akrab, kok."

Mata Nata menyipit. "Oh, ya?"

"Iya. Ya udah, gue mau ke kelasnya dulu, ya...."

"Oke, hati-hati, Kak. Dia galak, awas digigit." Candaan Nata berhasil membuat Angga tersenyum, tapi tidak terlihat takut sama sekali. Tentu saja.

"Lo takut, Naura bakal jadian sama Kak Angga?" tanya Rezki tenang.

"Nggak. Kenapa takut? Dari wajah dan penampilan, gue jelas lebih keren."

"Jangan takut. Kak Angga ... udah punya pacar."

[]

A/n:
Waduh, kenapa Angga punya pacar? 😭😭😭

Gimana reaksi Naura ya nanti?

See you next time! Xxp

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top