8. The Fancy Hat

a.n. : Judulnya ganguatin kampret 😂 Abaikan saja 😂 Saya bingung mau ngasih judul apaan 😥

.

.

.

.

.

"Sudah siap?"

"Kapanpun..."

"Dalam hitungan ketiga, mari kita buat keributan."

"Yokai!"

"Ichi..."

"Hoi Dazai, apa kau yakin dengan rencana ini?"

"Ni..."

"Hoi. Apa kau mendengarku?"

"San!"

Bats!

Aku berhasil. Berhasil berdiri tepat didepan seluruh mafia itu, dengan bakat teleportku. Tentu saja mereka semua berhenti melangkahkan kaki.

Rencana pertama.

Buat kerusuhan dengan bakat teleportasiku.

"Mari kita bersenang-senang, Mafia-san! ♥"
Aku memberikan seringaian, yang pernah kutunjukkan pada Atsushi-senpai, saat di bandara dulu.

"Akan kukabulkan permintaanmu." Jawab Ozaki Kouyou dengan gembira. Yah, kemungkinan besar, hanya kami berdua satu-satunya perempuan disini. Aku tidak melihat perempuan bersurai blonde, yang pernah kulihat beberapa hari yang lalu.

"Bagaimana kalau kita bermain petak umpet?" Ucapku, dengan nada berusaha agar terdengar seriang mungkin.

"Boleh saja. Dengan jumlah seperti ini, permainan petak umpet seperti apa yang ingin kau mainkan? Kau kalah jumlah loh."

"Aku akan menyembunyikan kalian semua satu per satu. Dan kalian harus menemukan anggota kalian kembali menjadi utuh. Baiklah, dalan hitungan ketiga!" Aku mengangkat tanganku tinggi-tinggi.

"Apa yang mau dia lakukan?" Gumam si 'topi konyol'.

"Ichi!!!"

"Mungkin dia memiliki rencana." Jawab si 'syal hijau, sekaligus kacamata konyol'.

"Ni!!!"

"Sebaiknya kita waspada."

"San!!!"

Bats! Bats! Bats!

.
.
.

' Berhasil! Aku menteleport mereka semua, ketempat yang berbeda-beda. Sekarang tidak ada satupun orang didepan mataku. Aku juga berhasil menteleport Atsushi-senpai ketempat Kunikida-senpai, dan Dazai-senpai yang berada lumayan jauh dari tempatku berdiri. Perasaanku sedikit lega sekarang. Meskipun jantung ini sepertinya berdetak 100 kali per detik. '

.
.
.

Harusnya begitu...

Tidak. Pernyataan diatas, hanyalah sekedar hayalan belakaku saja.

Mataku membelalak kaget. Tubuhku terasa kaku. Aku merasa tak percaya, melihat apa yang ditangkap pandangan mataku di depan ini.

"Kau terkejut?" Tanya 'yukata merah muda' dengan seringaian.

Semua orang-orang Port Mafia didepanku tadi, memang sudah menghilang karena kuteleport. Tapi, 'topi konyol', 'yukata merah muda', dan 'si tukang batuk' itu masih ada didepan mataku. Apa yang terjadi?

"Kau pasti sedang bertanya-tanya, mengapa kami masih disini." 'si topi konyol' membenahi topinya yang miring.

"Sialan kau..." Aku menggeram sebal.

Rencana kedua.

Teleport Atsushi-senpai dengan aman.

Setidaknya, Atsushi-senpai sudah berhasil kuteleport ke tempat Kunikida-senpai, bersamaan dengan kutelepot orang-orang Port Mafia tadi.

Rencana ketiga.

Kembalilah dengan selamat.

Bagaimana aku bisa kembali dengan selamat, kalau masih ada tiga mafia berbahaya didepan mataku?

Baiklah. Melakukan teleportasi? Jangan bercanda. Baiklah, aku jujur. Aku perlu membutuhkan setidaknya beberapa detik, atau beberapa menit untuk memulihkan bakatku ini. Aku tidak bisa langsung begitu saja melakukan teleportasi kembali, setelah melakukan beberapa kali teleportasi sebelumnya.

Aku menyesal, karena tidak memberitahukan salah satu kelemahan bakatku ini, pada seluruh anggota agensi.

"Aku akan kembali menangkap harimau itu. Tidak akan kubiarkan, mangsaku diambil kembali dari tanganku." 'yukata merah muda' memasang aura seram disekitarnya, kemudian dia mulai berjalan menuju tempat dimana para seniorku berada.

"SENPAI!!! CEPAT PERGILAH TANPAKU!" Teriakku sekeras mungkin.

"TAKKAN KUBIARKAN!" 'yukata merah muda' melancarkan serangannya dengan kemampuannya, namun Dazai-senpai berhasil menetralkannya dengan mudah.

Sialan... Mengapa aku tidak bisa mengandalkan bakatku disaat seperti ini? Mungkin, memang benar apa yang dikatakan Dazai-senpai. Aku berpikir terlalu lamban.

Apakah aku harus menunggu waktu, agar bisa menyelamatkan kami semua?

Tidak! Aku tidak akan menunggu waktu! Aku harus segera bertindak dengan apapun yang bisa kulakukan!

Aku tidak boleh hanya terus menunggu waktu, sedangkan aku sendiri tidak mau berusaha mencari jalan keluar!

Masih ada rencana tambahan

Rencana keempat

Jika Port Mafia berusaha menyerang balik, usahakan tidak melawan mereka bagaimanapun caranya.

Dan juga, hindari pertarungan dengan Akutagawa Ryunosuke, Ozaki Kouyou, dan yang paling utama. Jangan berurusan dengan si 'topi konyol'. Ah, maksudku Nakahara Chuuya.

Sialnya, yang tersisa disini justru malah mereka bertiga.

Kulihat Atsushi-senpai sudah kembali sadarkan diri. Ternyata rumor itu benar. Bahwa Atsushi-senpai, dapat beregenerasi begitu cepat.

Bukan itu yang ingin kukatakan.

'si tukang batuk' dan 'yukata merah muda' melancarkan serangan-serangan pada Atsushi-senpai. Meskipun disana ada Kunikida-senpai dan Dazai-senpai, tetap saja mereka sedang kualahan.

Dan menyebalkannya lagi, disini hanya tersisa aku, dan 'topi konyol'. Dia menyeringai kearahku. Ingin sekali kuhajar wajahnya itu.

!!!?

Heh!?

Sebuah tinjuan? Eh? Ada seseorang yang meninjuku.
Aku sedikit terpental ke tanah. Memang tinjuannya tidak terlalu kuat. Tetapi, untuk perempuan sepertiku, tentu saja akan terasa sedikit menyakitkan. Hanya sedikit.

Aku mencoba melihat orang yang meninjuku itu, dengan tetap mempertahankan posisiku yang masih terkapar ditanah.

Cih.. Ternyata si 'topi konyol' itu rupanya.

Dia menyeringai. "Akan kuhapuskan keberadaan agensi, saat ini juga."

Aku mendecih kesal, lalu kembali berdiri. Sekarang kedua mata kami saling menatap tajam.

"Kenapa kalian tidak dapat kuteleport?" Tanyaku datar.

"Sudah kubilang bukan? Kau itu terlalu meremehkanku. Lebih tepatnya meremehkan Port Mafia"

Dia itu mau pamer, atau apa?

Baiklah. Sekilas aku menjadi teringat dengan perkataan Dazai-senpai.

Jangan berurusan dengan Nakahara Chuuya.

Baru saja beberapa detik yang lalu dia meninjuku, dia kembali muncul didepan wajahku hanya dengan sekejab mata. Dia cepat sekali.

Sebuah tinjuan kembali diarahkan kepadaku. Tapi, ups, aku tidak akan pasrah begitu saja, menerima tinjuannya yang mendarat dipipiku dengan mulus, untuk kedua kalinya.

Aku menangkap kepalan tangannya yang hendak meninjuku itu, lalu segera membanting tubuhnya ketanah sekeras mungkin.

Diluar yang kuduga. Belum ada setengah detik dia kubanting ke tanah, kaki-kakinya yang lincah itu terangkat di udara, dan hampir mengenai kepalaku. Dia memanfaatkan kesempatan itu untuk membalikkan keadaan.

Hei, aku belum menyerah semudah itu. Sebelum dia kembali menyerangku, aku segera menendang rahangnya sekeras mungkin menggunakan sepatuku. Tidak sampai satu detik, kepalan tanganku melayang dan mendarat di wajahnya dengan mulus. Tubuhnya sedikit terpental kebelakang. Catat. Hanya sedikit. Malahan lebih tepatnya, dia hanya mundur beberapa langkah kebelakang.

'si topi konyol' itu mulai berdiri tegap, dengan perlahan. Apakah aku kurang keras meninjunya? Padahal, aku berharap wajahnya sudah babak belur saat ini. Mungkin tubuhnya memang kebal terhadap serangan.

"Lumayan. Selama ini, belum ada yang berhasil meninjuku sampai sedikit mudur beberapa langkah seperti ini." Ucapnya dengan seringaian.

Oh, aku kelupaan sesuatu. Alasan mengapa ada rencana 'jangan berurusan dengan Nakahara Chuuya' adalah karena, dia memiliki kemampuan bela diri yang melebihi dari yang lain.

Dan satu lagi. Sejauh ini, aku sama sekali belum mengetahui seperti apakah bakatnya itu. Sedari tadi, dia hanya menggunakan serangan fisik saja. Aku jadi penasaran.

Tiba-tiba dia mengambil sebilah pisau, dan berlari kearahku. Aku yang (pastinya) tidak bisa menandingi kecepatan orang ini, langsung dengan mudahnya dijatuhkan olehnya.

Posisiku sedang tertidur di tanah, menghadap ke atas. Sedangkan si topi konyol berada diatasku sambil berusaha menancapkan pisaunya itu di wajahku. Tetapi, aku menahan tangannya yang hendak menusukku menggunakan pisau miliknya itu, sekuat yang kubisa. Jujur. Posisi ini benar-benar memalukan.

"Kenapa Port Mafia bermusuhan dengan agensi?!" Tanyaku, dengan masih menahan tangan pria itu.

"Kau hanyalah anggota baru. Kau tidak perlu mengetahuinya." Jawabnya, masih berusaha ingin menancapkan pisau itu di wajahku.

Aku mulai kesal, lalu sengaja membuat tanganku sedikit melemah. Akhirnya, pisau itu berhasil menancap ke tanah, bersebelahan dengan telingaku. Sialnya, pisau itu berhasil membuat goresan kecil di wajahku.

"Tentu aku berhak mengetahuinya, bodoh! Aku juga bekerja di agensi!" Teriakku penuh kesal, bersamaan dengan kulepaskan sebuah tinjuan keras padanya. Detik itu juga,  aku mengambil kesempatan dengan segera menggelinding ke samping untuk menyelamatkan diri dari posisi menyebalkan tadi. Dengan waktu yang terhitung begitu cepat, aku langsung berdiri dan sedikit menjauh darinya. Melihatku berhasil kabur dari 'kunciannya', ia juga langsung berdiri ditempatnya, dan mengambil pisau yang menancap di tanah sebelumnya. Sebuah tatapan tajam ditunjukkan padaku, tak lupa diiringi dengan decihan kesal yang keluar dari mulutnya.

Aku melirik kearah Dazai-senpai dan yang lainnya. Mereka sedang menangani si 'yukata merah muda'. Tak terkecuali dengan Atsushi-senpai, yang kembali kejar-mengejar dengan rashomon milik Akutagawa.

Atsushi-senpai, dapat beregenerasi begitu cepat yah? Irinya. Kalau aku punya kemampuan seperti itu, aku pasti sekarang tidak akan merasakan rasa sakit yang luar biasa di jantungku ini. Yah, meskipun terasa sangat sakit, aku harus tetap menahannya.

Kulihat 'si topi konyol' itu sedang mengancang-ancang, mencari sasaran yang tepat untuk kembali menyerangku.

Dan, yak. Dia kembali muncul dihadapanku secepat kilat, lalu mengarahkan kakinya menuju telingaku. Aku menahannya menggunakan lengan tanganku, dengan cekatan. Sebelum aku balas balik menyerangnya, dia segera mencekikku menggunakan kedua tangannya yang kuat itu, dan memojokkanku ke tembok. Licik sekali. Ini tidak seimbang! Benar-benar pertarungan yang tidak seimbang! Yang kuhadapi didepanku ini adalah orang yang memiliki ahli seni bela diri terkuat diseluruh Port Mafia. Keparat. Apakah dia tidak memiliki belas kasih pada wanita? Oh jujur, aku memang bisa mengalahkan pria bertubuh kekar sekalipun, menggunakan serangan fisikku. Hanya saja, orang yang sedang kuhadapi didepan mataku ini memang benar-benar diluar kemampuanku.

Tapi kurasa... Dia sedang tidak serius untuk melawanku.

Aku yakin, pasti kekuatannya jauh lebih mengerikan dari pada saat ini.

Dia mengambil sebilah pisau yag tadi, dan menodongkannya dileherku. Aku benar-benar terpojok saat ini. "Apakah ada kata-kata teakhir?" Dia memberikan seringaian tajam kearahku.

"Ya! Topi konyol-mu itu membuatku muak! Tidak hanya topi itu, gayamu, sifatmu, sikapmu, wajahmu, rambutmu, sampai sarung tanganmu yang menyentuh leherku ini! Semuanya! Aku benar-benar muak dengan semua hal di-dirimu!" Aku berteriak sekeras mungkin, berharap agar telinga orang ini bisa pecah mendengar teriakanku.

Dia mendecih, dan menatapku penuh kesal. "Kau dengan mudahnya mendeskripsikanku begitu saja. Padahal, kita baru beberapa kali bertemu."

Aku menatap matanya sejenak, kemudian beralih menatap ke sepatunya. "Yah. Aku muak dengan semua tentang dirimu. Kecuali, iris matamu itu, dan juga sepatumu." Aku masih menatap kebawah. Lebih tepatnya menatap ke-arah sepatunya.

"Oh ya?" Dia juga ikutan menatap kebawah, mengamati sepatunya. Dia bodoh sekali. Dia sedang lengah. Inilah kesempatanku.

Kutendang--ehm---alat vitalnya sekeras mungkin, menggunakan sepatu kesayanganku. Dengan cepat, aku segera mengambil alih pisau bergeriginya itu. Selagi dia masih kesakitan, kutendang kembali rahangnya untuk kedua kalinya, kemudian meninju pipinya sekeras mungkin. Aku suka dengan teknik ini.

"Teme!" Di menggeram. Tapi aku tau, kalau dia masih merasa kesakitan. Aku beruntung karena dilahirkan sebagai perempuan. Lupakan.

Aku tidak memperdulikan rasa sakit yang luar biasa dari jantungku. Aku ingin menjadikan orang ini sebagai bahan percobaanku. Bahan percobaanku, untuk mengetes seberapa kuatnya diriku.

Aku mengarahkan pisaunya tadi didepan matanya, dalam jarak beberapa sekitar beberapa meter darinya. "Bersiaplah!"

"Ha!?"

Aku mulai berlari kencang kearahnya. Seringaianku terkembang. Dia terlihat bersiaga. Ahh, kau bodoh sekali onii-sama bertopi konyol. Aku berlari kearahmu bukan untuk melanjutkan pertarungan.

Ketika aku melewatinya, dia terlihat ingin melancarkan serangan. Namun sebelum dia melakukan itu, aku menyambar topi konyolnya itu--dan berlari secepat kilat kearah Atsushi-senpai dan yang lainnya. Malang sekali nasibnya Atsushi-senpai. Dia masih sibuk kejar kejaran dengan 'si tukang batuk' itu. Lupakan. Pokonya, kami semua harus segera pergi dari sini.

"Hei! Sialan! Mau kemana kau dengan topiku!?" 'si topi konyol' itu mengejarku dibelakang. Dia berteriak- teriak tidak jelas. Aku merasakan, bahwa kecepatan larinya tidak secepat sebelumnya. Entah itu karena dia kelelahan, kesal, marah, atau apapun itu. Aku sedang tidak ingin memikirkannya.

Aku memberikan aba-aba pada Kunikida-senpai, dan juga Dazai-senpai dari kejauhan, sambil masih berlari. Oh, tidak lupa dengan 'nii-san bertopi konyol' itu, yang masih berada dibelakangku. Yah, dan topi konyolnya sekarang sedang berada di kepalaku. Menjahili orang itu menyenangkan.

Aku berlari secepat kilat, menarik kerah belakang Atsushi-senpai, dan menggeretnya menuju mobil (Dasar junior kurang ajar 😓). Dazai-senpai, dan Kunikida-senpai juga sudah berada didalamnya.

"Pergilah. Aku akan mengulur waktu disini." Ucapku datar.

"Apa kau bodoh!? Cepat naik!!" Kunikida-senpai menaikkan suaranya.

"Cepatlah pergi! Apa aku perlu meneleport kalian ke agensi!?" Bantahku. Yah, walaupun aku sedang tidak bisa melakukannya sih. Hanya sebagai ancaman saja.

Sebelum Kunikida-senpai menjawab, Dazai-senpai menggelengkan kepalanya kearah pria berkacamata disebelahnya itu. "Percayalah padanya."

Atsushi-senpai yang duduk dikursi bagian dibelakang itu hanya diam, sambil melihatku khawatir. Aku membalas tatapannya dengan sebuah senyuman.

Kunikida-senpai mengumpat. "Jangan sampai mati!" Sepatah kalimat, dan dia langsung tancap gas dengan kecepatan yang diluar batas, meninggalkan tempat ini. Seperti apa kecepatannya, jangan ditanya lagi.

Aku menoleh kebelakang. Ketiga Port Mafia itu menatapku tajam. Dan oh, aku lupa. Topi konyol milik esekutif mafia itu, masih menempel dikepalaku. Aku jadi ingin melihat cermin sekarang. Melihat betapa konyolnya aku, ketika mengenakan topi ini.

Lupakan. Aku tidak mau membayangkannya. Aku langsung mengambil topi konyol itu dari kepalaku, dan hanya membawanya di tangan kiriku. Sedangkan tangan kananku, memainkan pisau bergerigi milik 'si topi konyol' tadi.

"Kenapa diam saja? Majulah!" Ucapku riang, sambil tersenyum.

"Kau tidak akan bisa kembali ke agensi hidup-hidup. Asal kau tau saja. Aku tadi belum mengeluarkan seperempat dari kekuatanku." Ucap si topi konyol, dengan penekanan disetiap kata.

Seringaianku semakin terkembang. Sepertinya mereka memang sama sekali belum mengenalku.

Bahkan, tadi itu aku belum mengeluarkan seperlima dari seluruh kemampuanku. Kalian kira aku hanya sekedar menteleport begitu-begitu saja? Jangan bercanda.

Pertarungan antara ketiga orang berbahaya di Port Mafia, dan satu anggota agensi, akan segera dimulai.

To Be Continued...

.

.

.

.

.

Notes

Dazai dan Kunikida kwalahan ngehadepin Kouyou sama Akutagawa?? Gak setuju~! 😵 Harusnya mereka bisa ngatasinnya~! 😵 (padahal saya sendiri yang bikin ceritanya gini 😑 *duaggh*)

Maaf juga, kalau cerita saya semakin abstrud saja -_-) Nih fanfic ceritanya juga ga mirip sama Bungou Stray Dogs juga -_-) Banyak cerita aslinya yang saya rubah -_-)

Gitu aja

Thank you for reading~ ♥

Sankyuu~♥

- Aika -

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top