5. Port Mafia?


"Apa yang sedang kau lakukan disini?" Tanya seorang pemuda yang berdiri dihadapanku. Aku sedikit terkejut karenanya. Aku kira hantu.

Aku tidak terlalu bisa melihatnya dengan jelas, karena tubuhnya yang membelakangi cahaya bulan.

Suara gonggongan anjing gila itu, sontak membuat pandangan kami teralihkan. Anjing itu sudah terlihat di belokan, yang tak jauh dari tempat kami berada.

"Sialan. Sampai kapan dia mau mengejarku?" Gumamku kesal, sambil tetap mempertahankan posisiku yang masih duduk di tanah.

"Jadi kau dikejar oleh anjing ya? Orang aneh." Pemuda itu berjalan kearah anjing tadi yang sedang berlari kearahnya.

"Hei! Apa yang mau kau lakukan!?" Tanyaku sedikit terkejut.

Anjing itu berlari kencang. Tetapi, jari telunjuk orang itu lebih dulu menyentuh dahinya. Anjing itu terbang, lalu kembali terjatuh ke tanah dengan pelan.

Aku hanya bisa melongo melihatnya.

"Pergilah." Ucap orang itu lembut, sambil memandang anjing tadi yang terlihat diam ketakutan. Dan segera meninggalkan tempat ini.

Dia membalikkan badannya, dan berjalan kearahku. Lalu mengulurkan tangannya kepadaku.

"Kau tidak apa-apa?"

Aku memandanginya sejenak, sebelum aku menerima uluran tangannya, dan berdiri.

Cahaya bulan menerpa wajahnya. Membuatku dapat melihatnya dengan jelas sekarang.

Surai rambutnya bewarna oranye, dengan sebuah topi yang menurutku sedikit konyol. Dia tidak terlalu tinggi. Mungkin hanya berbeda beberapa senti denganku? Dan warna maniknya... Bewarna biru cerah nan indah. Sepertinya aku jatuh cinta pada pandangan pertama.

Pada matanya. Bukan orangnya.

"Maaf, apakah kau tau kemana arah menuju kantor dektektif agensi bersenjata?" Tanyaku tanpa ragu. Dia sedikit terkejut mendengar pertanyaanku. Dia terdiam beberapa saat, sebelum kemudian balik mengajukan pertanyaan.

"Kau apanya agensi? Anggota?" Tanyanya datar.

"Apanya agensi?"
Aku sedikit berpikir. Mungkin kalau aku bilang anggota, sepertinya terlalu berlebihan. Lagi pula, aku masih baru disana.

"Aku adalah asisten baru disana. Aku berasal dari Kyoto, dan belum pernah ke kota ini. Alhasil sekarang aku tersesat." Jawabku sedikit berbohong, dengan wajah datar.

"Asisten baru ya?"

Dia terdiam sejenak, dan terlihat sedang berpikir.

"Siapa namamu?" Tanyanya, dengan ekspresi yang masih datar.

"Hah?"

"Aku hanya ingin tau namamu. Apakah itu salah?"

"Namaku? Eto.. Fu, Fujizawa Aika. Tunggu dulu, kau belum menjawab pertanyaanku!"

"Ah iya. Kau terus ikuti saja jalan ini. Nanti kau akan menuju jalan raya. Soal kantor yang kau maksud, cari saja sendiri." Jawabnya sambil menunjuk kearah jalan yang masih berupa gang kecil.

"Oh, terima kasih. Dan sampai jumpa." Jawabku datar, lalu membalikkan badan dan berjalan kearah yang dia tunjuk. 'cari saja sendiri' ? Enak sekali dia bilang.

"Pasti kita akan bertemu lagi. Fujizawa Aika."

Suara gumaman seseorang, sontak membuatku menoleh kebelakang dan menghentikan langkahku. Orang tadi sudah menghilang. Lalu, suara apa tadi? Aku seperti mendengar suara samar-samar? Apakah itu hantu?

Tubuhku mulai merinding, lalu dengan cepat segera kembali berjalan.

Kukatakan sekali lagi. Aku masih berjalan mengikuti arah dari jalan kecil ini.

Masih berjalan..

Terdapat sampah dimana-mana. Menjijikkan.

Klontang

Suara kaleng jatuh, membuat jantungku berhenti berdetak karena kaget.

Tidak ada siapa-siapa...

Pasti itu hantu. Aku sedikit berjalan cepat meninggalkan tempat itu. Tiba-tiba, ada sesuatu yang merambat dikakiku. Dan membuat langkahku terhenti.

Mataku membelalak. Yang merambati kakiku...

Kecoaakkk!!!

Aku sedikit berteriak, dan berusaha menyingkirkan kecoak itu dari sepatuku. Bukannya segera lepas, dia malah terbang dan ganti menempel dihidungku.

Saking kagetnya, aku terpeleset, dan jatuh. Kecoak itu akhirnya terbang, dan pergi meninggalkanku.

"Astaga... Wajahku dihinggapi kecoak. Dan bajuku... Kotor..." Gumamku sebal, sambil berusaha berdiri. Namun, Belum berdiri sepenuhnya, aku kembali tergelincir oleh lumpur. Pantatku menyentuh tanah dengan keras, dan kepalaku terbentur dinding.

"Sialannnn...."

Aku merintih kesakitan, sambil mengusap usap kepalaku. Sekarang aku terlihat seperti orang gila yang berada ditumpukkan sampah. Dan tubuhku sangat kotor.

Srak srak srak

Suara aneh terdengar disekitar tempatku duduk. Sudah kuduga, ada hantu disini.

Keringat dingin mulai mengalir didahiku. Aku segera berdiri, dan sedikit berlari kecil tanpa menghiraukan kepalaku yang kesakitan.

Sruuukkk, Bruaaak!!!

Aku kembali tergelincir, dan tekapar di tanah. Dengan dahiku yang terbentur tanah, dengan sangat keras.

"itaaaiiii...."

Cit cit

Sekarang seekor tikus berjalan melewati wajahku. Aku hanya diam, sebelum akhirnya kembali berdiri.

Klooontang!!!

Jantungku hampir copot. Aku segera berlari secepat mungkin. Jujur saja...

Aku takut dengan hantu.

Diujung jalan terdapat sepercik cahaya, dan suara keramaian kota. Syukurlah!

Hampir sampai...

"Aaaa iiii kaaa - chaan."

Suara seseorang disampingku. Aku menoleh kekanan, dalam posisi masih berlari. Seakan-akan waktu berjalan melambat.

Jantungku berhenti berdetak. Benar benar berhenti berdetak.

Seseorang dengan surai abu-abu, dan berpakaian putih. Dengan cahaya yang mengenai wajahnya dari bawah.

"GYAAAAAAAAAA!!!!!"

Aku berlari sekencang mungkin, dan berhasil sampai ke jalan raya.

"Taskete... Dare ka..." Gumamku dengan nafas terengah engah. Aku benar-benar melihat hantu!

"Aika-chan? Kau kah itu?" Suara seseorang yang memanggilku. Aku mengenal suara itu. Sangat kenal.

Pandanganku teralihkan pada seseorang yang berdiri tak jauh dari tempatku. Air mataku sedikit menetes. Perasaan lega dan kembali tenang tanpa panik, memenuhi hatiku.

"Dazai-senpai!!!" Aku berlari, lalu memeluknya.

"A, Aika-chan? Kau dari mana saja?" Tanya Dazai-senpai, membiarkan tubuhnya dipeluk olehku yang sedang ketakutan. Orang-orang melirik kami dengan wajah heran. Mungkin pikir mereka, aku seperti orang gila yang sedang memeluk pejalan kaki. Spontan aku langsung melepaskan pelukanku.

"Gomen.. Aku tadi... Tersesat..." Jawabku malu-malu. Bagaimana tidak malu? Aku dilihat oleh seniorku dengan penampilan yang berantakan seperti ini.

"Aika-chan!" Sekali lagi, suara seseorang yang sangat kukenal.

"Atsushi-senpaiii!!!" Jawabku gembira, melihatnya yang sedang berlari kearah kami.

"Aika-chan, kau dari mana saja? Dan juga, kenapa tadi kau berlari dan bertetiak ketika melihatku?" Tanyanya dengan wajah khawatir. Tunggu dulu. Berlari dan berteriak?

"Senpai... Jangan-jangan kau..."

"Hmm?"

"Tidak apa-apa. Ayo kita kembali ke asrama."

Jadi yang kulihat tadi adalah Atsushi-senpai? Kukira hantu.

Tiba-tiba Dazai-senpai memakaikan jaketnya ditubuhku.

"Pakailah. Kalau kau kembali dengan penampilan seperti itu, nanti orang-orang akan mengira, aku sedang berjalan dengan orang aneh."

//Bluuush

Wajahku memerah menahan malu. Aku memang terlihat sedikit kotor. tetapi, tidak bisakah dia mengatakan hal yang tidak diperlukan?

"Ba, baka! Aku mau kembali!"

---°•°•°---



Next day



---°•°•°---

"Dazai-senpai! Hentikan itu! Kau membuatku takut!"

"Dazai-san, turunlah."

"Tidak akan! Sampai aku menemukan wanita yang mau bunuh diri ganda denganku!"

Maniak bunuh diri itu sedang duduk diatas pohon. Dengan seutas tali yang terikat di dahan, dan terhubung dengan lehernya.

Apa-apaan orang ini? Dia monyet apa?

Dazai Osamu. Dia adalah orang gila--yang paling gila--yang pernah kutemui. Bukan gila dalam arti mental. Dia masih kategori normal kok-menurutku. Dia kusebut gila---karena dia gemar sekali melakukan percobaan bunuh diri.

Dia menyebutnya sebagai hobi. Gila bukan?

Hobi teraneh, yang pernah kuketahui. Entah apa sebabnya, aku tidak tahu. Dia selalu saja mencoba untuk bunuh diri, tetapi tidak dengan cara yang menyakitkan. Maunya apa coba? Bukankah yang namanya meninggal itu pasti akan menyakitkan? Beberapa belakangan ini, dia juga selalu mencari seorang wanita yang mau diajak bunuh diri ganda dengannya. Heh. Siapa juga yang mau?

Mungkin, memang ada beberapa dari mereka yang hendak bunuh diri. Entah itu karena memang ingin mengakhiri hidupnya, atau karena depresi dengan segala masalah yang dideritanya.

Oke, jujur. Dulu, aku pernah beberapa kali mencoba melakukan percobaan bunuh diri. Alasannya, karena aku depresi dengan segala masalah yang kuderita. Jangan ditanya mengapa. Aku tidak ingin membicarakannya. Tapi, yang jelas itu dulu. Ketika aku tidak menemukan jalan keluar, dari segala permasalahanku itu. Dan semua percobaan bunuh diri itu gagal. Kalau berhasil, mana mungkin aku masih hidup sampai saat ini?

Aku menghela nafas panjang. Ternyata, memang ide buruk mengajak orang ini menemaniku. Sebenarnya, tadi aku meminta Atsushi-senpai menemaniku berbelanja kebutuhan sehari-hari. Karena aku tidak ingin tersesat lagi seperti kemarin.

Sebenarnya, memang ide buruk mengajak laki-laki menemaniku berbelanja. Harusnya, aku mengajak Naomi-chan, atau Yosano-sensei. Tetapi, mereka memiliki urusan sendiri-sendiri. Kyouka-chan? Uhmm, aku tidak terlalu yakin. Dia gadis yang pendiam. Setiap kali bersama dengannya, aku merasa canggung. Aku tidak suka dengan suasana seperti itu.

Dan juga, ide buruk ini bertambah lebih parah. Saat aku dan Atsushi-senpai hendak berangkat, Dazai-senpai mengekori kami dari belakang. Tentu saja kami menyadarinya. Dazai-senpai bilang ingin ikut, dengan alasan lagi menganggur dan tak ada kerjaan. Merasa terpaksa, akhirnya aku juga mengajaknya.

Satu penyesalan yang tak akan kulupakan. Yaitu, mengajak orang gila ini bersamaku. Bagaimana tidak gila? Setiap kali ada perempuan cantik yang melewatinya, dia berhenti, dan mencoba menggodanya. Tentu itu membuat waktuku tersita. Oke, aku tahu. Sebelumnya, aku sudah menyebutnya gila.

Dan sekarang? Hanya karena melihat pohon besar yang indah, dia langsung memanjat pohon itu dengan sangat cepat. Dan keadaan sekarang inilah yang terjadi. Ada satu pertanyaan yang sedikit menggangguku. Sejak kapan dia membawa tali itu?

"Dazai-san! Turunlah." Ucap Atsushi-senpai, seraya mencoba membujuknya dengan menarik-narik jaket Dazai-senpai.

"Tidak akan!"

Dia benar-benar menyebalkan. Aku menoleh kesana kemari. Jalan disini lumayan sepi. Aku sedikit lega. Karena jika ada orang yang melihat kami, aku benar-benar akan malu. Bagaimana kalau aku dikira seperti sedang menurunkan orang yang sakit jiwa, dari pohon?

"Senpai, tipe perempuan seperti apa kau suka? Ah, maksudku perempuan yang ingin kau ajak bunuh diri ganda." Tanyaku datar.

"Aku menyukai semua perempuan! Terutama, mereka yang mau bunuh diri ganda denganku. Siapa saja!" Jawabnya, yang masih diatas pohon.

"Hmm, siapa saja ya? Bagaimana kalau Obaa-san? Kalau mau, aku bisa membantumu mencarikannya." Ucapku sedikit bergurau.

"Aika-chan, maksudku wanita yang masih muda." Jawab Dazai-senpai, dengan raut wajah yang sedikit kecewa.

"Masih muda ya? Bagaimana kalau anak-anak?"

"Aika-cha--- UWA, UWOOAAAAHH!!" Dia berteriak kaget. Tentu saja, karena sebelum dia menyelesaikan kata-katanya, aku segera menarik jaketnya sampai jatuh. Dan dengan cepat memotong tali itu dengan cutterku, sebelum dia benar-benar tercekik.

"Hidoi na Aika-chan!"

"Kalau aku tidak segera bertindak, sampai malampun, kita akan terus berada disini." Jawabku sedikit kesal.

"Oh iya Aika-chan. Mengapa ketika kau tersesat, kau tidak menggunakan kekuatanmu?" Tanya Dazai-senpai heran.

"Hmmm, kenapa yaaah? Kalian akan tau nanti." Jawabku dengan wajah jail.

Tiba-tiba terdengar suara tembakan, yang sontak membuat kami terkejut.

"Kita bertemu lagi, jinko." Beberapa orang mendatangi kami dengan berpakaian serba hitam, lengkap dengan senjatanya. Salah satu dari mereka yang berdiri paling depan, terlihat terbatuk kecil. Mereka...

Dare?

"Apakah kau berusaha menculik Atsushi-kun lagi? Kalian tidak ada henti-hentinya ya?" Dazai-senpai terlihat menyeringai kecil.

"Culik!? Maksudnya? Sebenarnya mereka siapa?" Tanyaku sedikit terkejut.

"Kudengar ada asisten baru di agensi. Jangan-jangan kau ya?" Tanya gadis bersurai kuning, dibelakang orang tadi.

"Asisten baru? Maksudmu Aika-chan? Dia adalah angota baru kami. Bukan asisten." Jawab Dazai-senpai. Aku menoleh kearah Atsushi-senpai yang sedari tadi hanya diam, dan menatap tajam tidak suka pada mereka.

"Hanya penetral bakat, target, dan seorang pemula. Ini lumayan mudah." Ucap laki-laki bersurai hitam dan putih itu. Tiba-tiba, Beberapa dari mereka menembakkan pelurunya kearah kami. Spontan karena terkejut, aku menganktifkan bakatku, dan meneleportnya kembali kearah mereka. Mereka juga terlihat terkejut, karena peluru yang mereka tembakkan, malah balik menembak kearah mereka.

"Apa itu tadi!? Bagaimana bisa!?" Tanya gadis bersurai kuning tadi.

Dazai-senpai sedikit tertawa, dan menarik perhatian kami semua. Dia menepuk kepalaku, dengan pandangan lurus kedepan, dan senyuman yang biasa ia tunjukkan itu.

"Anggota baru kami ini, mungkin kalian tidak akan bisa menghadapinya. Seperti ketika kalian gagal menculik Atsushi-kun. Selama Aika-chan berada didekatnya, kalian sama sekali tidak bisa menyentuh kami sedikitpun. Dia sangat bisa dimanfaatkan. Jadi, menyerahlah."

"Hah!? Dimanfaatkan katamu!? Jadi selama ini, kalian selalu memanfaatkanku!?" Tanyaku sambil menyingkirkan tangan Dazai-senpai dari kepalaku.

"Mungkin kali ini kami gagal. Tapi selanjutnya, kami pasti akan berhasil. Dan aku juga akan membunuh anggota baru itu."

"Demo, Akutagawa-senpai?"

"Diamlah Higuchi. Akan kujamin, kalau anggota baru itu akan mati ditanganku." Ucap orang yang disebut Akutagawa itu. Mereka membalikkan badan, dan kembali masuk kedalam mobil hitam yang entah dari mana.

"Coba saja kalau bisa! Bweeeek!!" Ucapku sambil menjulurkan lidah.

—–—°•°•°—–—

"Jadi, bisa kalian jelaskan seperti apakah itu Port Mafia?" Tanyaku sambil duduk santai di cafe langganan agensi ini, bersama dengan Dazai-senpai dan Atsushi-senpai.

"Mereka adalah organisasi gelap, di kota ini. Mereka selalu saja berusaha menculikku. Entah mengapa mereka melakukan itu." Jawab Atsushi-senpai sedikit gelisah.

"Organisasi gelap? Seberapa mengerikanya mereka? Ada hubungan apa organisasi itu dengan agensi?" Tanyaku sambil menyeruput minumanku.

"Port Mafia itu sangat mengerikan. Mereka itu sering membunuh tanpa ampun. Mereka memiliki banyak pasukan---banyak sekali pokoknya. Tidak bisa dihitung. Port Mafia juga merupakan organisasi yang bermusuhan dengan agensi... Makanya... Begitulah..." Jawab Dazai-senpai, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop.

"Aku heran. Mengapa agensi bermusuhan dengan Port Mafia?" Selang beberapa detik, tidak ada yang menjawab pertanyaanku. Kurasa, mereka memang tidak bisa menjawabnya.

"Aika-chan, akan kutunjukkan beberapa dari mereka. Kemarilah." Ucap Dazai-senpai sambil mengotak atik laptopnya. Akupun berjalan mendekat.

Dia menunjukkan beberapa foto anggota Port Mafia, melewati laptopnya. Termasuk foto orang-orang tadi.

Aku mengamati foto-foto itu, dan berusaha mengingatnya. Tiba-tiba, salah satu foto membuat mataku terbelalak kaget. Dan foto itu teralihkan oleh foto yang selanjutnya.

"Matte! Matte! Coba kembali ke foto yang sebelumnya!" Dazai-senpai mengembalikan ke foto yang sebelumya. Orang yang sangat tak asing dimataku.

"Dia... Siapa namanya?" Tanyaku masih menatap layar tajam.

"Dia? Namanya Nakahara Chuuya. Dia merupakan petinggi Port Mafia. Memangnya ada apa?" Jawab Dazai-senpai heran.

Aku terdiam sejenak, kemudian menoleh kearah mereka berdua.

"Aku pernah bertemu dengannya."

To Be Continued...

.

.

.

.

.

Notes

Aku sengaja update 2 chapter sekaligus.

Karena, ehemmm...

Karena menurutku kedua chapter ini lumayan membosankan 😏

Tapi nanti di chapter berikutnya genre actionnya agak banyak, semoga tidak membosankan lagi 😌😅

Voment??? 😉

Salam kecoak terbang 😂🐛

- Aika -

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top