Kyoto Lautan Api

Kapten Markus dari Kompi kelima Korps Marinir Indonesia terlihat melamun di suatu kapal pengangkut, saat ini dia sedang berlayar bersama ratusan kapal lainnya menuju Kekaisaran Jepang.

Markus mendengar berita tentang jatuhnya semenanjung Korea dan mundurnya Kekaisaran Jepang dari wilayah Korea mereka dan memperkuat pertahanan mereka di Tanah Air mereka. Namun nampaknya semua itu sia-sia.

Karena pada tanggal 7 Juli 1998, sekitar 200.000 Nodian berhasil mendarat di Kitakyushu, Kyushu. Walau awalnya sempat dicoba dihadang sebelum melakukan perjalanan laut oleh Armada Keenam Kekaisaran Jepang yang dipimpin IJN Izumo, namun karena malam itu sedang terjadi badai hebat sekaligus cuaca yang terus memburuk, membuat bala bantuan angkatan laut tidak dapat memberi dukungan bombardemen, akibat hal itu, para Nodian tidak mengalami kerusakan yang terlalu signifikan. Semuanya karena senjata pengubah cuaca Nodian yang ada di HIVE-Chongqing.

Nodian dapat mendarat di Kitakyushu walau sudah dihujani roket, artileri, bombardemen kapal perang, dan ratusan MBT milik Kekaisaran Jepang. Para Nodian dengan cepat membelah pasukan mereka menjadi dua, yang satu menuju Shikoku sedangkan tang satunya lagi tetap terus merangsek maju menguasai Kyushu.

Lima B-52 yang diterbangkan dari pangkalan udara gabungan dekat daerah Honshu sempat menjatuhkan beberapa bom yang merekawa bawa, sebelum akhirnya tiga dari lima B-52 tertembak jatuh oleh kelas Laser sedangkan yang dua lainnya mengalami kerusakan Cukup parah.

Armada Ketujuh Amerika yang berbasis di Manila, Filipina, langsung otw ke Jepang untuk membantu mereka, walaupun begitu tetap saja gempuran Nodian sangatlah dahsyat sampai-sampai Kyushu harus jatuh ke tangan Nodian pada tanggal 9 Juli setelah membantai sekitar 5 juta penduduk Jepang yang tidak sempat dievakuasi karena cuaca buruk dan macetnya jalan tol, penuh akan mobil orang-orang Jepang yang mau kabur ke Honshu.

Nodian berlanjut ke timur laut, menyeberang ke Chugoku dan mendorong pertahanan lebih jauh. Perintah evakuasi diberikan untuk semua pusat populasi besar hingga Kobe dan Kyoto. Komando tertinggi Amerika Serikat menyarankan menarik mundur semua pasukan dan meluluhlantakkan kota Hiroshima, Nagasaki, Kumamoto dan Yamaguchi dengan senjata strategis seperti Nuklir strategis dan G-Bomb. Pimpinan militer Jepang tertinggi pada waktu itu, Shogun Adachi Mei, menolak dengan keras saran tersebut.

Lalu pasukan Utama Nodian bergerak ke arah Himeji pada tanggal 12 Juli dan bersama-sama dalam serangan menjepit dengan Nodian yang telah membelah wilayah Shikoku menjadi dua, menyerang pasukan yang ditempatkan di Kobe pada tanggal 13 Juli. Pada saat ini, sudah ada lebih dari 36 Juta orang yang mati setelah seminggu pertarungan nonstop.

Pemerintah Indonesia yang pada saat itu masih terkena efek Dellinger baru saja mendapatkan kabar mengenai penyerangan Nodian ke Kekaisaran Jepang dari frekuensi radio Filipina yang secara samar-samar memberikan berita mengenai betapa kacaunya situasi di Jepang saat ini. Saat Pemerintah Indonesia menyadari apa yang terjadi, mereka langsung membentuk Pasukan Ekspedisi yang terdiri dari Divisi Infanteri kelima Indonesia yang baru diciptakan ulang setelah mereka dibantai di Semenanjung Malaysia, Beberapa batalyon lapis baja, enam divisi Mecha, sepuluh Milisi yang digabungkan dengan militer dan juga Armada kelima Indonesia.

Pasukan Ekspedisi Indonesia ini langsung otw ke Kekaisaran Jepang dan Markus, adalah satu dari ribuan prajurit Indonesia yang menawarkan diri mereka untuk membantu Jepang melawan Invasi Nodian. Saat ini dia berada di salah satu kapal pengangkut dan sudah diperintahkan untuk memasuki Helikopter. Dia masih saja termenung sambil mengecek persenjataannya, FN FAL yang menjadi senjata khas Marinir Indonesia ini sangatlah efektif dalam pertempuran.

Helikopter yang ditunggangi oleh Markus dan timnya mulai terbang diikuti puluhan helikopter lainnya, puluhan LCAC dan kapal sejenis RHIB digunakan untuk menurunkan prajurit Indonesia serta perlengkapan tempur mereka.

Markus dapat melihat dari kejauhan ledakan besar dan juga peluru tracer yang membelah langit malam, cuaca sangatlah sejuk namun terasa sangat panas bagi semua orang, ini adalah momen krusial, mereka tidak boleh ceroboh apalagi saat ini, pasukan Markus ditugaskan untuk membantu Batalyon kelima Garda Kekaisaran Jepang yang menjaga Pangkalan logistik Arashiyama.

Helikopter mendarat dengan lembut diikuti ratusan prajurit Indonesia yang berhamburan keluar dan sesegera mungkin membangun pertahanan dengan dibantu Garda Kekaisaran. Markus nampak kini mengamati Pangkalan logistik Arashiyama yang jaraknya tidak jauh dari Garis depan pertempuran, apalagi Nodian sudah memasuki wilayah luar Kyoto.

"Sangat kacau." Gumam Markus.

"Kau Kapten Markus?" Markus mengalihkan pandangannya ke belakang dan melihat sosok wanita dengan pakaian pilot sedikit ketat dengan lambang Garda Kekaisaran Jepang.

"Ya, itu aku. Kamu?"

"Aku adalah Kapten Isumi, pemimpin pasukan Garda Kekaisaran disini. Mari." Kapten Isumi berjalan dengan sedikit cepat kearah pangkalan, diikuti Markus yang heran.

Kapten Isumi ternyata membawa Markus ke ruangan rapat, dan sudah ada beberapa perwira tinggi negara lain di sana, salah satunya adalah seorang Kolonel Uni Soviet.

"Baiklah, semuanya, biarkan saya menerangkan apa yang sebenarnya terjadi. Beberapa hari yang lalu, garis pertahanan Yanagida berhasil dibobol oleh Nodian yang menyebabkan pertahanan absolut Kyoto harus bolong dan menyebabkan ribuan Nodian membanjiri Ibukota lama. Di dalam kota itu masih terjadi proses evakuasi dan pertempuran terus saja memukul mundur garis kita, para pimpinan menduga kita akan bertempur di Kyoto dalam waktu dekat." Ujar Isumi menjelaskan secara singkat apa yang terjadi.

"Jadi, tempat ini ada sebagai..?"

"Tempat ini menjadi salah satu tempat yang penting untuk dijaga, karena suplai makanan dan peluru untuk pasukan di garis depan berasal dari sini. Kita tidak boleh membiarkan tempat ini jatuh begitu saja, Kolonel Igor, itulah alasan saya meminta Batalyon lapis baja anda untuk berpartisipasi melindungi tempat ini." Ujar Isumi menatap sang veteran perang di Afganistan dengan tatapan keras.

Sang Kolonel menganggukkan kepalanya.

"Aku mengerti tugasku, Kapten. Aku akan mulai mengoordinasikan para tank-tank ke posisi mereka masing-masing." Kolonel Igor langsung mengambil alat komunikasi nya dan mulai mengoordinasi pasukannya.

Sedangkan Markus sendiri masih terpaku akan layar LED besar yang menampilkan secara real-time peta pertempuran di Kyoto saat ini, mereka berhasil menembus dan mengapit mereka dari Utara, jika selatan juga ikut dibobol, maka pasukan aliansi di Kyoto akan terjebak dan kemungkinan terbantai, Satu-satunya cara adalah dengan kabur ke Danau Biwa, lokasi Armada kedua Jepang, Armada Ketujuh Amerika dan Armada Ekspedisi Indonesia, sebenarnya ada dua kapal Soviet, tapi mereka sudah diintegrasikan dengan TNI AL, jadi yah, tidak dihitung sebagai faksi lain.

Lamunan Markus terhenti tatkala Kapten Isumi secara tiba-tiba memanggil namanya.

"-Kapten Markus, kami meminta keahlian dan pengalaman anda. Mengingat negara anda telah berhasil mengusir Nod tidak hanya sekali atau dua kali, namun berkali-kali." Ujar Kapten Isumi dengan penuh harap..

Markus kembali terdiam sebelum akhirnya angkat suara.

"Kita butuh dukungan udara yang masif, semua personel baik itu kombatan ataupun non-kombatan harus membawa senjata setidaknya sejenis AK. Apa kita dapat dicapai oleh Angkatan Laut? Maka mintalah dukungan bombardemen kapal perang, jangan ragu dalam meminta misi penembakan, terlambat satu detik saja bisa berarti kematian untuk banyak orang." Ujar Markus dengan sangat serius.

Isumi dan perwira lainnya menganggukkan kepala mereka dan mencatat bagi yang bawa notepad.

"Juga, saya menyarankan setiap Mecha dipencar dan tidak berpaku pada doktrin maupun organisasi Mecha pada umumnya, perlakukan mereka seperti tank dengan beberapa infanteri yang menjaga para Mecha agar tidak di sergap oleh Nodian yang kecil seperti kelas Soldier maupun Warrior. Saya juga menyarankan untuk penggunaan helikopter serang yang intensif." Jelas Markus.

"Bagaimana dengan Kelas Laser? Kabar terakhirnya Kelas Laser dan Kelas Heavy Laser telah memasuki medan pertempuran." Ujar seorang Letkol marinir Amerika yang bernama Mitchell.

"Minta pada pilot helikopter serang untuk tidak terbang lebih dari 25 meter dan terus terbang sedekat mungkin di pepohonan, setidaknya berikan jarak 2-4 meter dari pepohonan, lalu bilang pada pilot baik itu Mecha, pesawat ataupun helikopter untuk menghitung setiap kali Kelas Laser menembak, kita semua tahu kan kalau mereka memiliki jeda waktu menembak sekitar 12 detik untuk Kelas Laser dan 36 detik untuk Heavy Laser." Ujar Markus sambil mengubah tata letak pasukan di meja.

"Oh iya, pelajaran itu nampaknya selalu dilupakan jika pertempuran terjadi, akan ku pastikan untuk para marinir ku untuk menghitungnya, ada tambahan lagi, Kapten?" Tanya Mitchell.

"Ada, pak. Berdoa saja untuk yang terbaik." Dengan itu Markus pun berjalan keluar dari ruang rapat sambil mengontak anak buahnya untuk meminta laporan.

Saat berada sampai di Hangar pangkalan suplai Arashiyama, Markus melihat beberapa mecha Jepang berupa Type-97 Fubuki dan lima unit F-4J Zuikaku. Markus cukup terkejut melihat kalau Fubuki juga ada disini.

"Apa-apaan ini? Kenapa Zuikaku berada disini? Aku kira mereka hanya unit khusus pelatihan! Apalagi... Bukannya benda ini sudah berumur lebih 20 tahunan?" Gumam Markus tidak percaya melihat sosok Mecha yang menjadi ayah dari segala Mecha yang umat manusia gunakan.

"Kami seputus asa itu, kapten." Markus mengalihkan pandangannya dan melihat Isuni yang menyilangkan kedua tangannya.

"Ya, aku dapat melihat itu, bukannya kalian sudah mendapatkan F-22M Raptor hasil kerjasama dengan Amerika? Terlebih lagi aku dengar unit itu anti-Laser dan dapat dengan mudah membantai dua peleton F-18M Super Hornet." Ujar Markus merengut.

".... Hubungan kami dengan AS runyam semenjak Amerika meninggalkan perjanjian pertahanan bersama saat Armada Ketujuh mereka meninggalkan pejuang di pulau Sadogashima untuk mati. Kami belum sempat mendapatkan teknologi secanggih Raptor karena itu, lalu Invasi ke tanah air kami pun terjadi, kamu tahu cerita selanjutnya." Isumi memasang wajah marah.

Markus sendiri hanya terdiam sebelum akhirnya kembali bicara.

"Kamu tahu alasan sebenarnya mereka pergi dan tidak membantu kalian di Pulau Sado?" Tanya Markus pelan.

"Tidak, pemerintah kami juga tidak memberitahu kami apapun alasan mereka mengkhianati perjanjian yang yang ada ada semenjak bertahun-tahun lalu." Ujar Isumi masih marah.

"... Mereka mundur demi memperkuat dan membantu pasukan Aliansi Timur Tengah untuk mempertahankan Kanal Suez yang terjadi serangan masif dari Nodian, jika Suez Kanal jatuh ke tangan mereka dan pasukan Aliansi Timur Tengah berhasil dikalahkan, maka jutaan pengungsi Eropa yang ada di Afrika akan menjadi korban, sumber makanan pun juga akan menghilang, selain Filipina dan kami, pengimpor makanan terbesar di dunia adalah Uni Afrika, itulah kenapa Amerika jauh mementingkan mempertahankan Suez Kanal bersama Uni Eropa dan Aliansi Timur Tengah, bukan berarti mereka tidak peduli, tapi karena ada sesuatu yang jauh lebih penting. Lagipula, pasukan Timur Jauh PBB akan datang kemari besok untuk membantu Kekaisaran, jika operasi berjalan lancar maka bala bantuan dari negara saya akan datang untuk membantu negara anda." Ujar Markus panjang lebar, sampai dia terengah-engah.

Isumi hanya menundukkan kepalanya setelah mendengar semua itu, rasanya dia ingin mencari alasan lain untuk mencaci Amerika, namun itu alasan yang sangatlah masuk akal dan dia menyadari kalau dia sendiri sangatlah egois dan tidak memikirkan orang-orang dari negara lain.

"Tapi.... Kami sudah kehilangan lebih dari 36 juta penduduk Jepang karena Invasi Nodian... Aku..." Markus hanya diam melihat Isumi yang mengepalkan tangannya.

"Terkadang terlalu terlambat untuk menyelamatkan orang-orang, kita harus berjuang agar kita tidak bergabung dengan mereka terlalu cepat atau lebih banyak orang lagi yang menjadi korban. Hitung kematianmu, Isumi!" Isumi pun tergerak mendengar hal itu dan menganggukkan kepalanya.

"Aku mengerti, permisi, Taicho." Isumi pun langsung pergi ke dalam hangar dengan Markus yang berjalan kearah salah satu APC Anoa Mk. 1 varian Komando, dia dan anak buahnya akan menjaga bagian utara pangkalan yang berupa hutan, mengingat pasukan Indonesia, tidak peduli apa cabangnya pasti spesialis dalam ilmu peperangan gerilya.

Dan benar saja, saat Anoa yang dinaiki Markus sampai di utara pangkalan, hanya terlihat 300 prajurit gabungan IJA dan Soviet, sepuluh T-72 Uni Soviet, delapan Type-90 MBT dari Garda Kekaisaran dan lima unit F-15J Kagerou dari Divisi Mecha kelima Kekaisaran Jepang.

Sedangkan pasukan Indonesia yang berisi Milisi Ambarawa, Milisi Hokkien, Korps Marinir dan beberapa anggota Denjaka nampak bersembunyi dibalik pepohonan dengan senapan mesin mereka siap menyala jika ada musuh. Markus melihat seorang prajurit Indonesia yang keluar dari tempat persembunyiannya dan memberi hormat kearah Markus.

"Kapten Markus! Saya Sersan Mayor Agum, seorang penyihir dari Korps penyihir Marinir Kedua." Ucap sang pria yang ternyata adalah seorang penyihir dalam korps marinir Indonesia.

"Senang bertemu denganmu, Sersan, bagaimana dengan statusnya?" Tanya Markus.

"Sejauh ini aman pak, Leopard 2 kita dapat dengan mudah di kamuflase, tapi kita tidak tahu apakah Nod dapat menemukan mereka... Tapi sejauh ini, semuanya oke saja." Ujar Agum.

"Bagus, bagaimana dengan sihirmu? Apakah kamu sudah melakukan pengecekan?" Tanya Markus.

"Sudah pak, hanya menunggu perintah lebih lanjut dari anda." Ujar Agum.

"Hmm kalau begitu, apa kau bisa menggunakan sihir untuk memantau posisi musuh saat ini? Aku tidak terlalu percaya dengan satelit karena saat ini efek Dellinger bisa saja mengacaukan semuanya." Ujar Markus.

"Siap laksanakan, pak!"

Markus mendengar dari kejauhan suara ledakan yang semakin mendekat ke arah mereka, garis pertahanan kedua nampaknya akan ditembus dalam waktu dekat, semoga saja unit TNI yang ada di sana dapat kabur dengan selamat.

Markus mendengar samar-samar suara helikopter mendekat dan benar saja, dua unit AH-1Z milik Korps Marinir AS datang sesuai saran dari Markus, nampaknya Mitchell betul-betul serius menanggapi Nod tidak seperti perwira tinggi militer lainnya yang terkadang terlalu percaya diri.

Markus melihat kearah jam tangan digitalnya yang menunjukkan jam 2 malam, tanggal 20 Juli, lebih dari dua minggu semenjak invasi ke Jepang dimulai. Dia lalu mendengar suara yang sangat menganggu dari salah satu pepohonan, dia dan dua marinir Indonesia lainnya langsung memeriksanya dan terdapat mayat seorang Milisi Ambarawa dengan isi perut yang berhamburan seperti habis dimakan.

Hal ini mengejutkan Markus dan dua anak buahnya, Nodian ada di perimeter pertahanan!

"Semuanya, musuh ada disini!" Teriak Markus dengan keras yang mengejutkan semua orang yang ada di sana, lalu, neraka pun terjadi.

Meriam 120mm milik MBT Type-90 Jepang langsung membuka tembakan ke pepohonan karena mereka melihat sosok mahluk yang berjalan menggunakan empat kaki, ledakan terjadi ditempat Tank tersebut menembak dan terdengar suara jeritan kesakitan dan makian dengan bahasa Jawa.

Tembakan friendly fire itu mengejutkan semua orang dan tiba-tiba hujan duri besar pajang muncul dari pepohonan dan mengenai prajurit yang tidak waspada. Senapan mesin yang ada di tank maupun APC langsung membuka tembakan kearah pepohonan untuk membalas kematian beberapa prajurit.

"Medis! Dimana medis?!" Teriak Markus.

Tiba-tiba, dibawah salah satu T-72 milik Soviet yang sedang menembak menggunakan Coaxial nya, muncul sebuah lubang yang amat besar hingga membuat tank tersebut jatuh terjerumus, dari lubang itu juga muncul beberapa sosok monster merah setinggi 2.8 meter yang mulai mencabut secara paksa turret tank tersebut, semua infanteri yang di dekat posisi tank tersebut langsung menghujani mahluk berbadan merah tersebut dengan senapan api mereka.

Tank tersebut berhasil diselamatkan setelah beberapa sosok monster merah tersebut mati, para kru tank langsung meninggalkan tank tersebut dengan senapan AK-74 yang mereka bawa untuk pertahanan diri. Markus menembak mati salah satu kelas Warrior yang mencoba menyergap sekelompok prajurit Jepang, lalu dia kembali meluruskan pandangannya kearah depan, Markus merasakan tanah bergoncang hebat.

"Sialan, mereka berhasil menembus garis pertahanan kedua, semuanya buka tembakan! Dimana para Helikopter?!" Teriak Markus sekuat tenaganya..

Dari udara, kedua AH-1Z milik Korps Marinir AS mulai menghujani posisi Nod yang dapat terlihat karena menggunakan Thermal, dengan meriam berputar M197 kaliber 20mm dan roket Hydra 70 kearah posisi Nodian yang menumpuk di satu tempat, ledakan besar terjadi diikuti suara meriam 20mm yang memekakkan telinga.

Lima mecha Kagerou milik Kekaisaran Jepang langsung menyemburkan peluru 36mm yang mereka bawa kearah posisi musuh, diikuti dentuman Artileri Howitzer dari Pangkalan Logistik Arashiyama. Markus segera menaiki Anoa miliknya dan mengokang M249 yang ada di atas APC nya lalu menyemburkan peluru 5,56mm kearah gerombolan Kelas Sopoid yang muncul dari balik pepohonan, beberapa marinir dan milisi Indonesia yang ada di dekatnya pun juga ikut membantu dengan senapan SS2 mereka.

"Kami butuh tembakan dukungan disini!" Teriak Markus melalui radio.

"[Maaf! Kami sedang sibuk, dukungan tembakan akan datang dalam 30 menit.]" Ujar seorang operator perempuan dengan panik, sangking paniknya dia sampai memakai bahasa Jepang.

"Ngomong bahasa Inggris woi!" Teriak Markus kesal. Dia terus menghujani posisi Nodian hingga akhirnya peluru LMG nya habis.

Tak habis pikir, Markus segera mengambil pistol dari dadanya dan menembaki Kelas Soldier yang mendekat, monster itu pun tewas dengan sepuluh lubang di badan nya.

"Sial... Dimana marinir dan milisi lainnya?" Gumam Markus sambil mengisi ulang LMG nya.

Dari arah suatu bukit 5 kilometer dari Arashiyama, Tiba-tiba sebuah cahaya biru terang tertembak kearah posisi pasukan Markus dan mengenai salah satu Kagerou hingga mecha tersebut meledak dan terbakar, membunuh pilot muda yang ada di dalamnya.

Semua Mecha langsung melakukan manuver menghindar, secara tidak langsung meninggalkan pasukan darat tanpa perlindungan tembakan senjata mereka, buktinya setelah para Mecha terbang untuk mengecoh kelas Laser, ratusan Nodian dari kelas Sopoid, Warrior, Soldier dan Spiker muncul dari bawah tanah dan menyerang posisi pasukan manusia yang kocar-kacir..

"Pemula bajingan!" Umpat Markus.

"Supir! Bawa kita mundur ke Arashiyama! Semua unit pasukan Indonesia baik itu milisi ataupun marinir, mundur ke Arashiyama! Di sana kita akan bertahan sampai bala bantuan tiba!" Seru Markus.

Marinir dan Milisi Indonesia yang masih selamat dan tidak jadi santapan Nod pun langsung mundur secara perlahan dengan sekali-sekali berhenti untuk memberi tembakan perlindungan pada rekan mereka yang tertinggal dibelakang. Pasukan Soviet dan Jepang yang melihat ini juga ikut-ikutan karena mereka belum mau mati.

Kedua AH-1Z Marinir AS melaksanakan misi memburu Kelas Laser, namun saat ditengah jalan tiba-tiba mereka disergap oleh kelas Fort yang berhasil menghancurkan salah satu Viper, dengan AH-1Z yang tersisa membalaskan dendam rekannya dengan cara menghujani mahluk tersebut dengan semua peluru dan roket yang dia bawa, mahluk tersebut terluka parah dan kehilangan dua kakinya, namun dia masih punya delapan, namun AH-1Z tersebut masuk ke dalam perangkap, dari kejauhan dua laser biru menghantam Helikopter Viper tersebut, secara resmi mengirim para pilot ke alam lain.

Markus yang melihat dukungan udara mereka telah menghilang begitu saja, berkeringat dingin dan memutuskan untuk memanggil serangan udara.

"Disini Kapten Markus dari Kompi kelima Marinir Indonesia ke aset udara terdekat, kalian mendengar?!" Seru Markus.

Tak berselang lama ada yang membalas.

"Disini Fox-05, bersedia membantu Kapten Markus. Beritahu aku lokasi kalian." Ujar sang pilot.

"Utara Pangkalan logistik Arashiyama!"

"Dimengerti, atasan ku mengatakan kalau Arashiyama adalah area terlarang bagi kami aset udara tapi... Bersiap-siap untuk hujan besi." Ujar sang pilot sambil terkekeh.

Markus menghela nafas dan melihat dari kejauhan, langit menjadi merah karena kebakaran dengan banyak sekaki cahaya serangan dari Kelas Laser menghiasi malam yang sangat kelam ini. Ada beberapa ledakan di udara juga, nampaknya pesawat yang ada di atas Kyoto saat ini sedang sangat sial.

"Berapa banyak sudah yang gugur? Aku tidak tahu..." Gumam Markus dengan amarah yang mulai mendidih.

"Pak! Kita akan tiba di Pangkalan logistik Arashiyama dalam hitungan menit, dari laporan kendaraan paling depan, nampaknya keadaan mereka tidak bagus." Ujar sang Supir.

"Dimengerti, terus saja berjalan."

Markus menyadari kalau Kyoto sudah tidak dapat dipertahankan lagi, jadi, kenapa mereka terus mempertahankan tempat ini? Markus pun baru ingat kalau Kyoto ini adalah Ibukota lama Kekaisaran Jepang dan juga menjadi tempat yang disakralkan oleh Kekaisaran, Markus tahu rasanya bagaimana jika salah satu kota  yang menjadi simbol harus terbakar seperti ini, karena dia berpartisipasi dalam Operasi Blooming Garden di Arab Saudi beberapa tahun lalu.

Beberapa helikopter Gagak hitam yang adalah versi lisensi dari Blackhawk pun tiba dan kru helikopter tersebut mulai menghujani posisi pasukan Nod yang terus saja mencoba mendekat dan menangkap pasukan yang berada di paling belakang, yaitu pasukan Uni Soviet.

Saat dia ingin kembali menghubungi permintaan serangan udara, dia mendengar ledakan supersonik dari arah barat dan benar saja, satu F-15J Kai angkatan udara Kekaisaran Jepang tiba dan menjatuhkan semua bom yang dia bawa, semua bom itu adalah berjenis kluster.

Ratusan ledakan mini pun terjadi saat submunisi dari bom kluster tersebut keluar dari cangkang mereka, melahap ratusan Nod yang berhenti mengejar mereka entah kenapa. Lalu diikuti tiga misil Udara ke Darat yang menyebabkan ledakan besar dan secara sementara menghentikan pergerakan mereka.

Markus dan anak buahnya yang melihat hal itu langsung bersorak, namun Markus menyadari sesuatu yang ganjal, semacam garis kedal kedip nampak mengunci posisi F-15 tersebut.

"Pilot! Kelas Laser melihat mu!" Dan benar saja, setelah Markus mengatakan hal itu sebuah laser berwarna biru langsung mengarah ke F-15 Kai tersebut, namun dengan lihainya beliau menghindari serangan tersebut, lalu serangan selanjutnya. Markus sangatlah terkagum-kagum akan kehebatan dan berbakat nya pilot Jepang itu, tidak hanya dia, Prajurit TNI, Soviet dan Jepang juga sama seperti Markus.

F-15J Kai tersebut, setelah menghindari tembakan dari sepuluh Kelas Laser, langsung cabut dari lokasi pertempuran, hal yang dapat Markus maklumi, pilot sehebat dia tidak pantas untuk mati apalagi dia punya potensi yang sangatlah tinggi.

"Kapten! Kita sampai." Benar saja sesuai kata sang supir, konvoi pasukan yang dipimpin oleh Kapten Markus tiba di Pangkalan logistik Arashiyama, namun hal yang mengejutkan mereka adalah mayat-mayat berserakan dimana-mana begitu juga darah yang menggenang.

"Apa-apaan ini..." Ucap Markus dengan syok.

"Ini pembantaian, tapi... Tidak ada Nod dimanapun, mayat saja tidak ada." Ujar Agum yang satu kendaraan dengan Markus.

"Semuanya! Segera lakukan investigasi! Tidak boleh ada yang sendirian! Minimal berempat dalam satu kelompok!" Seru Markus.

Lima tim pun berjalan memasuki Pangkalan melalui hangar karena itu satu-satunya jalan masuk ke Pangkalan Arashiyama, karena pangkalan ini dibangun di dalam sebuah bukit. Markus menunggu di luar sambil melihat mayat seorang tentara Soviet yang nampak memasang wajah kesakitan sebelum akhirnya meninggal.

"Siapa yang melakukan ini? Pemberontak? Perlu diselidiki... Tapi kita ditengah medan peperangan, tidak mungkin melakukan hal itu... Hey kamu! Potret semua ini dengan kamera mu." Perintah Markus ke salah satu Milisi Hokkien.

Anggota Milisi berkebangsaan Tionghoa tersebut mengangguk dan langsung memotret kejadian mengerikan tersebut menggunakan kamera yang dia bawa. Markus melihat sekeliling dengan tatapan penuh analisa, sudah jelas sempat terjadi pertempuran dan pembantaian disini, namun tidak ada mayat musuh satupun, tindakan manusia? Tidak mungkin, pasti setidaknya akan lebih banyak casing peluru dilantai saat ini...

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Ujar Markus sedikit keras.

"Paakk!!" Salah satu tim yang masuk nampak keluar sambil membawa sosok tubuh yang berlumuran darah, saat sudah sampai di tempat Markus, Markus langsung menyadari siapa yang berlumuran darah itu.

"Isumi? Apa yang terjadi padanya?" Tanya Markus.

"Kami tidak tahu pak! Kami menemukan dia sedang terbaring digenangan darah dan sebilah Katana disamping tubuhnya." Ujar sang prajurit.

"Begitu... Apa yang kalian temukan di dalam?" Markus lanjut bertanya selagi Isumi diberikan pertolongan pertama oleh medis dan luka-luka ringan disembuhkan oleh Agum.

"Banyak peralatan yang nampaknya disabotase, pak. Bahkan Mecha yang ada di dalam seperti sengaja dirusak, tim lain melaporkan kalau telpon kabel dipotong dan juga generator bawah tanah dimatikan secara manual." Ujar sang prajurit.

"Begitu, kerja bagus nak. Panggil semua tim keluar, kita akan pergi dari sini." Ujar Markus.

Sang prajurit memberi salut, namun sebelum dia pergi... Tiba-tiba kepalanya pecah dan menyemburkan bagian otaknya kemana-mana yang membuat semua orang terkejut dan secara naluriah Markus berteriak.

"Sniper! Berlindung!" Semua orang langsung mencari tempat perlindungan, dengan sniper tersebut terus saja menembak ke beberapa orang yang masih lari, salah satu T-72 yang merasa muak langsung menembakkan meriamnya kearah kilatan cahaya dari sebuah semak-semak.

Ledakan menghancurkan semak-semak dan yang bersembunyi dibaliknya, Markus menghela nafas panjang dan kembali mengeluarkan kepalanya dari palka APC.

"Sialan, tempat ini sudah tidak aman lagi. Semuanya! Aku secara formal mengambil alih kepemimpinan untuk sementara waktu, jika ada masalah dapat mendatangi saya." Markus menunggu 5 menit namun tidak ada yang datang dan Markus pun puas.

"Bagus, semua pasukan, kita mundur ke dekat Danau Biwa, di sana kita dapat dievakuasi menggunakan kapal-kapal perang. Perjalanan kesana kemungkinan akan sangat kacau dan saya tidak dapat menjamin keselamatan kalian tapi, lebih baik mati berbuat sesuatu daripada mati sebagai pengecut yang tidak berani bergerak! Hitunglah kematian kalian!" Teriak Markus menggebu-gebu.

Dengan auman mesin, konvoi pasukan gabungan yang tersisa pun berjalan menuju Kyoto. Mereka masih berada di hutan saat inj, namun setelah setengah jam yang menegangkan... Mereka akhirnya memasuki Kota Kyoto yang sudah porak-poranda akibat serangan dari Nod dan juga efek pertarungan berkepanjangan.

Konvoi mereka terus saja melaju tanpa memperdulikan sekitar, walau dari arah Arashiyama sekitar 50.000 Nod yang berisi berbagai macam menyerbu kota Kyoto. 15.000 Pasukan Jepang yang menjadi tameng Kyoto pun harus bertahan dengan gigihnya sedangkan pasukan Markus terus saja melaju menuju jalan raya yang ternyata cukup kosong di bagian kanan, namun dibagian kiri sangatlah ramai.

Penduduk Jepang memandang mereka dengan heran, mengapa mereka terburu-buru pergi dan bukannya bertarung, berbagai rumor pun mulai beredar antara sesama pengungsi yang masih ada di jalan raya. Namun tiba-tiba, ditengah kota Kyoto dan juga daerah dekat Jalan raya terjadi ledakan yang besar dan banyak layaknya gunung berapi! Ini adalah bombardemen kapal perang yang ada di Danau Biwa.

"Sialan! Untung saja kita sudah ada di jalan raya." Umpat Markus.

"Dan Agum! Bagaimana kabar Kapten Isumi?!"

"Stabil, Kapten Markus!" Seru Agum.

Markus melihat kebelakang dan terkesan akan kecepatan tank T-72, Type-90 dan Leopard 2 yang dapat mengimbangi kecepatan mereka saat ini. Setelah setengah jam berlalu, mereka akhirnya sampai di FOB Kekaisaran Jepang di dekat Danau Biwa, merekapun akhirnya dievakuasi ke kapal perang yang ada di Danau Biwa.

Dari sekitar 400 prajurit yang diperintah untuk mempertahankan Utara Arashiyama, sekitar 340 orang yang berhasil kabur dengan selamat, suatu prestasi yang sangatlah luar biasa sekaligus mencengangkan.

Pertempuran Kyoto terus berlanjut walau Markus saat ini berada di KRI Teluk Mengkudu, kapal rumah sakit Indonesia. Dia saat ini sedang memastikan semua orang yang ada di konvoi nya tadi mendapatkan perawatan pertama, dia dan anak buah nya setidaknya dapat dengan selamat kabur dari Kyoto.

Pada pukul 5 pagi, ratusan misil ditembakkan dari arah Kusatsu, dengan diikuti misil jelajah dan supersonik dari kapal perang yang ada di Danau Biwa dan menghantam Kyoto dan sekitarnya. Diikuti dengan penyerangan udara besar-besaran oleh Angkatan Udara Kekaisaran Jepang dan Angkatan Angkasa Indonesia.

Mayoritas munisi yang digunakan adalah fosfor putih dan napalm, juga ditambahi beberapa hulu ledak tinggi di sana dan disini. Pengeboman ini banyak memakan korban jiwa penduduk Jepang yang bersembunyi di Kuil-kuil ataupun bangunan yang cukup tersembunyi. Tindakan ini nampaknya sedikit memperburuk hubungan Indonesia dan Jepang.

Ratusan Marinir dan prajurit Angkatan Darat TNI tewas, puluhan kendaraan tempur hancur dan yang lebih parahnya adalah, tenggelamnya salah satu Kapal Penjelajah kelas Pattimura di Danau Biwa akibat kelas Heavy Laser.

Markus sendiri kini sedang di KRI Teluk Mengkudu bersama Isumi yang sudah siuman, mereka berdua nampaknya sedang makan di dek kapal karena di dalam kapal penuh akan orang-orang terluka.

"Kau yakin tidak apa-apa, Kapten?" Tanya Markus khawatir.

"Aku tidak apa-apa, Kapten Markus... Hanya saja harga diri ku rasanya jatuh setelah yang terjadi di Arashiyama walaupun itu baru beberapa jam yang lalu..." Ujar Isumi dengan letih.

"Yaaa... Aku tahu, kamu butuh banyak istirahat." Ujar Markus tersenyum kecil.

"Heh... Benar, aku tidak percaya dapat berbicara dengan orang lain dengan normal seperti ini." Ujar Isumi terkekeh.

"Kenapa?"

"Aku adalah anggota bangsawa, kami diajari sejak kecil tentang etika cara bicara dan siapa yang seharusnya kau ajak bicara... Penuh omong kosong memang." Ujar Isumi tersenyum kecil.

Isumi mengelus tangan Markus yang membuat Markus merinding.

"Heheh... Lihat lah mukamu-"

Cahaya besar tiba-tiba muncul di kejauhan dan kapal mereka langsung bergoncang, Markus langsung memeluk Isumi agar dia tidak tertiup oleh angin yang kuat ini, angin yang membuat KRI Teluk Mengkudu dan kapal pengawalnya terguncang.

Saat cahayanya perlahan meredup, Isumi, Markus dan awak kapal yang ada di KRI Teluk Mengkudu terpana melihat sebuah bola energi setinggi 20KM yang menutupi Kyoto, tidak hanya Kyoto, ada satu bola energi raksasa yang menutupi keseluruhan pulau Shikoku. Yang baru saja mereka lihat itu adalah... G-Bomb!


...
.....

"-Begitulah akhirannya." Ujar sosok wanita tua dengan semua rambutnya yang sudah berwarna putih, dia memiliki perawakan seorang Asia.

"Kisah yang sangat hebat sekaligus mengerikan, Nyonya Isumi!" Seru seorang Elf.

"Hehehe... Begitulah kisahku dahulu." Ujar Isumi yang ternyata sudah menua.

"Lalu, bagaimana dengan Markus? Apa yang terjadi dengan dia?" Tanya seorang Orc.

"Heh... Apa yang terjadi dengan dia... Dia telah menghitung kematiannya." Ujar Isumi dengan lembut sambil melihat ke sebuah kuil kecil dengan nama dan foto Markus.

"Ah! Maafkan kami jika kami tidak sopan." Ucap sang Elf.

"Tidak apa-apa nak... Jadi, kapan kalian akan menerbitkan buku itu?" Tanya Isumi penasaran.

"Secepatnya, Nyonya! Kami akan memastikan namamu tertulis di halaman depan!" Isumi tertawa kecil mendengar hal tersebut.

"Tidak apa-apa nak, mempunyai seseorang untuk berbagi cerita saja sudah cukup... Lagipula... Aku juga ingin menghitung kematian ku." Ujar Isumi sambil tersenyum.



TBC.



Type-90 MBT :


Nodian kelas Equuidis :


Kapten Isumi :

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top