Chapter 9


Kota Perbatasan Gim, Qua-Toyne.

27 Desember, 1638
0850.

Jenderal Pandour tersenyum kecut saat melihat surat perjanjian penyerahan diri Kerajaan Louria yang baru saja ia tanda tangani. Dia baru saja mendapatkan kabar yang mengejutkan, bahwasanya Jin-Hark sudah rata dengan tanah dan diatasnya terdapat awan hitam pekat berbentuk jamur yang sekali-sekali mengeluarkan percikan listrik.

Itu adalah salah satu Senjata Super milik Indonesia, negara yang memerangi mereka demi melindungi Qua-Toyne. Seharusnya Pandour membujuk Mendiang Raja Hark untuk tidak menyerang Qua-Toyne dan membuat Indonesia sebagai aliansi seperti Parpaldia, tapi tidak, Raja Hark dengan angkuhnya tetap kekeh dengan keputusannya, sekarang, Jin-Hark sudah rata dengan tanah bersamaan dengan separuh dari populasinya.

Kini di hadapan Pandour, terdapat Jenderal Suryanto, Jenderal Arde dan Jenderal Nou, masing-masing mewakili negara asal mereka untuk menandatangani perjanjian perdamaian ini.

Perjanjian Damai tersebut berisi :

-Louria sepenuhnya di Aneksasi oleh Parpaldia.

-Seluruh Bangsawan Louria harus menyerahkan semua harta mereka, tidak melakukannya akan menghadapi konsekuensi yang keras.

-Perbudakan sepenuhnya dihapus di Benua Rodenius, dan jika mereka (Indonesia atau Parpaldia) menemukan adanya Perdagangan Budak di Benua Rodenius, maka Pasukan Militer mereka akan bergerak untuk melakukan pembersihan.

-Qua-Toyne dan Quila menjadi negara yang dilindungi Indonesia serta Parpaldia.

-Demiliterisasi Louria akan dimulai secepatnya, dan sistem Demokrasi untuk pemilihan pemimpin Louria akan dimulai pada tanggal 1 Januari 1639.

-Parpaldia akan menjadi muka Indonesia di Dunia baru, selama Indonesia akan melakukan "Bersih-bersih" Di negeri mereka, Parpaldia yang akan mewakili dan sekaligus mempromosikan Indonesia.

-Peralatan Terraforming akan di uji coba di bekas Ibukota Jin-Hark dengan seluruh populasinya yang tersisa dievakuasi dan dikarantina secara ketat.

Kurang lebih itu adalah isi perjanjian dari Surat Perdamaian atau lebih dikenal Treaty of Gim. Indonesia tidak terlalu banyak mendapatkan keuntungan memang dalam perang pertama di dunia baru ini, tapi, mereka mendapatkan pengalaman unik melawan prajurit zaman dahulu, walaupun saat mereka melawan Wyvern mereka hanya menganggap itu hanya hari Selasa yang normal sih.

Indonesia membangun 3 Pangkalan Militer di Qua-Toyne dan 1 Pangkalan Kapal perang, Ratusan Ton atau lebih makanan pun sudah mulai berlayar ke kepulauan Indonesia dengan dikawal oleh selusin kapal Perang Parpaldia dan beberapa Frigat Indonesia.

Sedangkan di Quila, Indonesia mendapatkan keuntungan yang cukup besar, mereka menemukan minyak bumi di sana. Dan mereka sesegera mungkin melakukan hubungan diplomatik dengan mereka dengan berbagai cara. Untuk sekarang, persediaan minyak untuk kebutuhan perang dan sipil Indonesia sudah tercukupi.

10 Battleship kuno Kelas Majapahit kembali diaktifkan akibat Angkatan laut Indonesia kekurangan kapal, dikarenakan jadwal perawatan kapal yang sedikit kacau dan mereka sedikit terlalu menganggap enteng dunia ini, mengakibatkan semua Battleship canggih milik Indonesia nangkring di Pelabuhan dan tempat perbaikan.

Blokade laut telah dimulai di Benua Vestal dan pengeboman udara oleh pihak Indonesia dan Parpaldia semakin sering terjadi, pada Tanggal 29 Desember 1638, Indonesia menjatuhkan dua Bom Termobarik di beberapa titik penting Negara Bajak Laut. Kedua bom tersebut layaknya pukulan yang sangat kuat diperut para Bajak laut, kini, mereka secara perlahan akan kehilangan pasokan makanan mereka.

Darimana datangnya pesawat-pesawat Indonesia ini? Tentu saja dari pangkalan udara di Altaras. Walaupun Pesawat Jet Indonesia sangatlah canggih, mereka masih memiliki kendala dalam jarak tempuh, dan FB-22 Ion Raptor belumlah sebanyak F-15, F-18, SU-35, Mig-33 dan juga pesawat tempur Konvensional lainnya. Kecuali kalau mereka rajin menggunakan KRI Ratih, Kapal induk Super kelas Sirius yang sebelumnya adalah kapal Koloni.

Tapi mereka lagi-lagi ditampar oleh masalah logistik, Indonesia mempunyai BANYAK sekali stok senjata, ya, cuman kalau punya persenjataan bagus tapi SDM nya mempunyai Moral yang super rendah, sama saja memberi monyet senjata laser yang dapat membelah benua.

Jadi, sampai Ekonomi dan juga sumber makanan Indonesia stabil, mereka hanya akan mengebom Benua Vestal sampai delegasi dari bajak laut datang dan memohon-mohon ampun pada mereka. Itupun kalau mereka ingin menerima permohonan penyerahan diri tersebut tentunya.

Kini sudah 2 bulan semenjak berakhirnya Perang Rodenius, dengan Louria yang kini dipimpin Pandour dibawah pengawasan Parpaldia, mulai melakukan pembangunan ulang negara, dengan Ibukota mereka yang baru, Nova Pagina, mulai dibangun pads tanggal 5 Januari 1639.

Dalam 2 bulan tersebut, tidak banyak hal yang terjadi. Hanya Parpaldia yang membeli banyak senjata baru dan mendapatkan beberapa hibahan dari Indonesia. Tidak hanya Parpaldia yang mendapatkan mainan baru dari Indonesia, tapi Altaras dan juga Fenn mulai mendapatkan pengiriman senjata api oleh Indonesia.

Reformasi besar sedang terjadi di Daerah Peradaban ketiga dan diluar Daerah luar peradaban. Pembangunan di Esthirant, tidak sesuai prediksi berbagai ahli Indonesia, dan pembangunan akan selesai dalam waktu 3 tahun mendatang, hal yang cukup bagus mengingat betapa besarnya Esthirant.

Altaras pada tanggal 23 Januari, mendeklarasikan diri mereka ingin menjadi negara Protektorat Indonesia, tentunya Indonesia sangat keteteran mendapati bahwa salah satu negara teman mereka ingin menjadi Protektorat. Tapi mereka tetap menerima hal tersebut, dan ratusan Marinir Indonesia serta Korps Marinir baru milik Parpaldia yang baru dibentuk pada bulan Desember akhir pun dikirim ke pangkalan Altaras, untuk memperkuat pertahanan disana.

Esthirant, Kekaisaran Parpaldia.
10 Februari, 1639.

Kaisar Ludius dengan tenangnya melihat pemandangan diluar mobil Mercedes benz C-Class W206 yang sedang dia naiki sekarang. Semenjak beraliansi dengan Indonesia, dia membeli mobil ini untuk menambah koleksinya tentunya, dan secara personal Ludius menyukai Mercedes-Benz untuk sekarang, karena Ludius cukup tertarik akan mobil berjenis Ford yang dibilang Remille saat "Sesi" Malam kemarin.

Ngomong-ngomong tentang Remille, dia sedang duduk disamping Ludius sambil melihat pemandangan diluar mobil, ada banyak sekali rakyat Esthirant yang melambaikan tangan kearah mereka.

"Perkembangan yang bagus bukan, Remille?" Ujar Ludius sambil melepas sarung tangan nya.

"Anda benar, Yang Mulia. Aku tidak pernah bermimpi Esthirant akan menjadi seindah ini, dan mengingat pembangunan ini terjadi diseluruh negeri, memikirkan nya saja membuatku semangat." Ujar Remille dengan senyumannya.

"Ya, kamu benar. Oh apa kamu sudah mencoba Roti di... Holland Bakery?" Tanya Ludius sambil tersenyum.

"Holland... Bakery? Produk Indonesia? Belum, Yang Mulia. Kuliner lokal Indonesia yang sudah pernah saya cicipi hanyalah Pentol dan juga Martabak manis. Aku cukup terkejut bahwa makanan selezat itu dapat dinikmati semua kalangan." Ujar Remille sambil mengingat rasa makanan Indonesia.

"Aku sudah pernah, Aku sendiri datang ke Grand Opening nya, baru seminggu lalu. Dan jujur, rotinya enak semua, kualitasnya jauh dari kita." Ujar Ludius.

Remille mendengar itu cukup murung, Negara tetangga sekaligus sahabat mereka memiliki berbagai keuntungan diberbagai Bidang, bahkan produk alat makan mereka saja cukup mewah.

"Jangan seperti itu, Remille. Memang sekarang kita cukup terpuruk dan sangat bergantung pada Indonesia. Tapi dalam waktu mendatang, kita dapat berdiri setara dengan mereka! Dan mereka pasti ingin hal itu secepatnya terjadi." Ujar Ludius dengan bangga.

"Kenapa seperti itu, Yang Mulia? Bukannya seharusnya anda kesal karena menjadi bawahan." Ujar Remille kebingungan.

Ludius tertawa sejenak sebelum akhirnya lanjut berbicara.

"Remille sayang, Indonesia membantu kita karena mereka sangat membutuhkan rekan sekaligus sahabat di dunia baru ini. Kita adalah salah satu negara beradab sekaligus terkuat di Daerah Peradaban ketiga! Dan lagipula, Indonesia nampaknya cukup sibuk dengan masalah internal mereka. Serta, Remille, kita seharusnya bersyukur memiliki pantai yang indah, lautan sebening mutiara dan pemandangan yang indah. Kamu lihatlah Indonesia, beberapa perairan mereka berwarna merah darah, pantai mereka memiliki banyak bekas lubang akibat hujan artileri serta pemandangan mereka sudah mayoritas dihancurkan demi memasang sistem persenjataan." Ujar Ludius dengan lembut.

"Dan lagi, aku menganggap, dengan hal ini, Kita bisa melampaui orang-orang sombong di Mirishial itu dan membuat mereka tidak dapat melakukan apapun dengan kita, Parpaldia dan Indonesia yang dalam waktu ini akan mendominasi dunia!"

"Yang Mulia Ludius.... Itu adalah hal yang sangat menakjubkan! Saya merasa terharu mendengarnya." Ujar Remille sambil membaringkan kepalanya dipundak Ludius.

"Ehm.... Yang Mulia, kita sudah tiba di pangkalan udara Esthirant." Ujar sang Sopir yang merasa canggung.

Mendengar hal itu Remille langsung duduk tegak dan membersihkan pakaiannya yang yang kusut. Remille kini memakai Style ala Wanita kantoran dengan rok yang melebihi paha tentunya. Sedangkan Ludius dengan tuxedo warna hitam dengan dasi berwarna merah maroon dan kemeja putih.

Pintu mobil mereka kemudian dibuka oleh Royal Guard Parpaldia dan mereka langsung keluar dan melihat Pangkalan Udara Esthirant yang terdapat sekitar 12 F4U Corsair, 6 A6M Zero, 10 pesawat C-47 Skytrain dan 1 pesawat Jet F-86 Sabre.

Ludius tersenyum lebar saat melihat Wyvern besi milik Parpaldia, atau Pesawat tempur, terparkir dengan gagahnya di Pangkalan Udara Esthirant. Dia melihat ke lapangan terbang dan melihat 4 Wyvern Lord yang mulai Take-off di jalan beraspal dan juga 1 C-47 Skytrain yang mulai memasuki landasan terbang.

"Menakjubkan, bukan?"

"Anda benar yang Mulia."

"Ah, Yang Mulia." Mereka berdua lalu melihat seorang Pria berumur 50an, memakai pakaian Perwira khas angkatan udara AS dengan berbagai medali serta bendera Parpaldia dibahunya.

"Marsekal Udara Uta, senang bertemu dengan anda kembali." Ujar Ludius menjulurkan tangannya.

"Saya juga senang dapat bertemu dengan anda kembali, Yang Mulia. 4 Bulan di Akademi Angkatan Udara Indonesia hampir membuatku gila, tapi aku sudah mendapatkan semua basic Perwira yang wajib di Indonesia." Ujar Uta dengan bangga.

Ludius merasa bangga Perwira nya yang setia dapat menaklukkan Akademi Militer Indonesia yang akhir-akhir ini cukup terkenal akan kebrutalan latihan mereka demi membentuk prajurit dan perwira yang tangguh. Uta, Arde dan beberapa perwira tinggi lainnya juga melaksanakan pembelajaran disana.

"Bagus kalau begitu, dan, bagaimana kamu menyukai mainan barunya?" Tanya Ludius sambil melihat beberapa kru Indonesia dan Kru Parpaldia yang sedan dalam pelatihan, melakukan perawatan pada F-86 Sabre milik Parpaldia yang hanya 1 unit.

"Yang Mulia, kami sangat menyukainya. Terlebih Lagi Sabre itu, memiliki kecepatan dan manuver melebihi Wyvern Overlord milik kita, aku dapat menebak dalam waktu yang dekat, kita bisa memensiunkan semua Wyvern kita dan bergantung pada Pesawat!" Ujar Uta dengan berapi-api.

"Menurutmu seperti itu?" Tanya Remille penasaran.

"Benar, Nyonya Remille. Jarak jelajah Pesawat dari Indonesia lebih superior dari wyvern kita, saya menghitung, jika kita mempunyai lebih dari 200 F4U Corsair ini, kita dapat melindungi Mainland kita dari berbagai serbuan musuh maupun bajak laut. Mungkin lempar beberapa lusin unit pengebom seperti Dauntless milik Indonesia, maka tidak ada yang dapat menembus pertahanan udara kita." Ludius mengangguk paham, jumlah itu membuatnya ingin terkena serangan jantung, mungkin dia harus kembali bernegosiasi dengan Indonesia.

"Aku akan mencoba sebaik mungkin untuk mengakuisisi lebih banyak pesawat Indonesia. Tinggal lagi, 7 unit F-86 Sabre akan datang lagi dalam 1 sampai 2 lagi, persiapkan segalanya." Ludius kembali berjalan bersama dengan Remille ke mobil mereka diikuti dengan beberapa Royal Guard yang menenteng senapan FN FAL berwarna hitam.

Mereka pun langsung ke Markas Angkatan Darat di Esthirant yang hanya memakan waktu 20 menit.

Maihark, Qua-Toyne.
10 Februari, 1639.
0839.

James menguap sembari mengetik sesuatu di mejanya yang bersatu dengan komputer, dengan Spek yang High-End, dia bisa memainkan berbagai game yang sempat populer di dunia lama!

Setelah selesai mengerjakan tugasnya, James melakukan peregangan kecil dan berjalan ke kulkas mini yang saat ia buka, terdapat banyak minuman kaleng dengan nama Cola Coca. James lalu membuka minuman kaleng tersebut dan menenggak nya.

"Haaah, mantap men. Tidak ada yang bisa mengalahkan Cola Coca, kecuali mungkin Spritus." Ucap James yang kembali jalan ke meja kerjanya.

Saat James duduk, pintunya terbuka dan terdapat Lami yang berdiri di sana.

"Ah Lami, selamat pagi." Sapa James, mencoba menjadi ramah.

Lami berjalan kearah James dan mulai menaiki tubuhnya.

"Lah Kok-Woi!"

(Skip bagian enak-enaknya, hehe.)

"Anjing Authornya memang." Gumam James yang kembali memakai kemejanya, rambutnya cukup berantakan.

Lami juga sudah kembali berpakaian, cuman dia nampak sedikit lemas dan berkeringat, bahkan ada beberapa tisu yang lengket di tong sampahnya.

"Anggap saja ini sebagai.... Permintaan maafku, James... Aku..." James membuat gestur agar Lami berhenti, dan iapun berhenti.

"Tidak apa Lami, kami nya saja yang memang kurang peduli dan sedikit teledor. Dan lagi, kami masih dalam masa pemulihan setelah perang." Ujar James menghela nafas panjang.

"Sekali lagi aku meminta maaf..."

"Ya gak papa."

"Hey James, bisakah kamu memberitahu ku Perang Kalian di dunia lama?" Tanya Lami dengan penasaran.

"Perang yah.... Well, berdarah. Sangat berdarah. Aku mengingat saat Operasi Babylon terjadi, Operasi militer yang membuat PBB dibubarkan oleh Negara di dunia lama kami. PBB adalah organisasi Dunia jika kamu bertanya. Kami kehilangan respek dan juga kepercayaan kami pada mereka setelah Operasi Babylon terjadi." Ujar James mengenang peristiwa 8 tahun lalu, pada tahun 2037.



TBC.

Aku mempunyai rencana untuk Parpaldia, aku ingin membuat mereka sebagai Negara perlindungan garis pertama. Jadi jika Indonesia perang, Parpaldia yang akan adu mekanik duluan, sebelum akhirnya Indonesia ikut campur. Aku akan membuat Indonesia tidak seperti negara di Fanfic NHS yang lain, terlalu pelit akan teknologi, dan lebih terbuka untuk memberi sesuatu.

Mereka mendapatkan mindset ini dalam Perang Besar Nod selama seratus tahun, tapi mereka cukup bijak untuk tidak memberi senjata yang menurut mereka Parpaldia tidak dapat tangani, seperti Nuklir.

Dua atau berapa banyak Chapter kedepan akan lebih banyak Penjelasan tentang Perang Besar Nod, agar kalian juga gak kebingungan kenapa Indonesia bisa sampai ke titik ini, dan mungkin akan ada timeskip yang cukup besar, mungkin.

Sekian dari saya, sekian terima gaji.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top