Chapter 8

10 Kilometer dari Kota Gim.
25 Desember, 1638.
0854.

Arde menghela nafas panjang dan melihat ratusan tentara Parpaldia yang melakukan Marching ke Gim, dengan banyak truk yang menarik Artileri serta membawa Prajurit. Dia sekarang ini menaiki tank Sherman Jumbo yang secara personal dia komandani.

Sudah sehari semenjak kemenangan mutlak Armada gabungan melawan Armada besar Louria, ya walaupun Indonesia yang menggendong mereka semua dalam pertempuran itu semua sih. Lux Spei, benar-benar binatang buas di perairan.

Arde melirik ke langit dan melihat Wyvern para Louria dibabat habis oleh Ion Raptor milik Indonesia dan Wyvern Lord milik Parpaldia. Potongan tubuh serta darah jatuh di sekitar posisi mereka.

"Pasukan Artileri! Kita berpisah disini, segera siapkan baterai artileri kalian!"

Semua Truk yang membawa Meriam Howitzer pun langsung belok ke tanah yang cukup lapang, dengan 9 Peleton Infanteri ringan dan 10 Sherman Calliope.

Resimen yang dipimpin Arde akan tiba di depan gerbang kota Gim dalam 15 menit lagi, dan dia sudah bisa melihat cahaya dari kejauhan, nampaknya pasukan Indonesia dalam pimpinan Suryanto berhasil menerobos bagian kiri Gim, bagus.

Beberapa Helikopter serang Belzart terbang diatas mereka dan menembakkan banyak sekali misil dan senapan otomatis ke dinding Kota Gim. Banyak ledakan terjadi di dinding yang sudah pasti membunuh banyak pemanah Louria.

"Semuanya! Gim di depan mata! Mari kita tunjukkan kepada Barbarian ini kekuatan Kekaisaran Parpaldia!" Seru Arde melalui radionya.

"UOOOOOOOOOOHHH!!!!"

Dengan serentak, ratusan roket dan peluru artileri beterbangan dari posisi pasukan Artileri Parpaldia menuju Gim.

Posisi Pasukan Indonesia.

Suryanto dengan santainya duduk sambil minum teh sosro asli, bukan sintetik, dari IFV Grape varian komandonya. Dia kini berada di luar kota Gim, memonitor pasukan Indonesia yang masuk dan melakukan pertempuran rumah ke rumah seperti di Stalingrad. Beberapa Helikopter serbu Belzart juga hadir dan memberikan dukungan tembakan untuk pasukan Infanteri Indonesia yang maju tanpa mendapatkan perlawanan yang terlalu signifikan.

Suryanto melihat 2 Gigantus yang tampaknya nyangkut di jalan Gim akibat besarnya tubuh mereka, benar-benar lucu jika dilihat dari atas sini.

"Untung kita tidak jadi membawa Titan kemari." Komen Kolonel Sara, seorang wanita yang menjadi pemimpin Divisi Infanteri ke-75. Terlihat dengan jelas diwajahnya raut bosan.

"Betul katamu Sara, aku membayangkan betapa mimpi buruknya membawa monster itu kemari, membawa Gigantus saja sampai seperti ini, kenapa kita tidak membawa Sabertooth atau T-72M kita yah?" Tanya Suryanto terheran-heran.

"Mana aku tahu, kamu jenderal nya." Komen Sara kembali.

"Haaah.... Palingan mereka hanya ingin Flexing, makanya Gigantus sampai dikerahkan. Jika aku jadi mereka, aku hanya akan mengerahkan T-72M rongsokan punya Konfederasi Rusia, rongsokan tersebut pasti akan sangat berguna disini." Ujar Suryanto sambil melihat monitor yang terdapat seorang Unit Fencer dengan dual Minigun menyemprot timah panas kearah posisi musuh yang pasti langsung musuh tersebut tewas ditempat.

Dari luar, Suryanto dapat mendengar suara dentuman artileri panggul yang dibawa oleh Fencer, Javelin Catapult. Menembakkan amunisi mungil kemungkinan kaliber 35mm tapi dengan fase seperti senapan otomatis. Suryanto yakin tengah kota Gim pasti luluh lantah akibat bombardir dari Fencer.

"Sepertinya anak-anak mu sangat senang, Sara." Komen Suryanto yang melihat beberapa Infanteri Indonesia, memasang bayonet dan menusuk musuh mereka sembari menembaki mereka dengan senapan laser mereka.

"Bagaimana lagi pak, ini adalah kesempatan mereka bertarung melawan musuh manusia, sudah 100 tahun kita melawan Serangga, aku kira waktunya melawan sesuatu yang mirip kera akan membuat mereka bahagia." Ujar Sara tersenyum tipis.

"Sedikit terlalu bahagia, Sara. Aku harap kamu mendisiplinkan mereka setelah ini." Tegur Suryanto.

"Baik pak."

Di Dalam Kota Gim.

Dua Tank Gigantus yang nyangkut tadi berhasil menerobos jalan dan akhirnya mereka berada di jalan yang sedikit luas, dan Komandan tank Gigantus tersebut dapat melihat segerombolan Ksatria Louria membentuk formasi Phalanx dengan perisai mereka.

"Lucunya, jika Fencer yang melakukan itu mungkin aku akan ketakutan sekarang. Tembakkan Coaxial kearah mereka." Ujar Komandan Tank Gigantus dengan kode nama Antangin 1-2.

Senapan Coaxial dari meriam Gigantus yang berupa Laser Rapier yang langsung menembus pasukan malang Louria yang tidak tahu apa-apa. Diperparah dengan Antangin 1-2 menembakkan Peluru HE tepat ke mereka yang menyebabkan mereka semua mati ditempat tanpa perlawanan apapun.

Komandan tank Antangin 1-2 keluar dari palka tank nya dan menggenggam Senapan SS7 Varian Infanteri. Dia segera menembaki beberapa tentara Louria yang mencoba merangkak kabur.

"Haha Komandan! Itu kejahatan perang disana!"

"Tidak ada yang namanya kejahatan perang, jikalau mereka tidak menandatangani perjanjian Jenewa." Ujar sang Komandan tertawa.

"Hey Komandan, aku dengar para Elang kita membawa Bom Fosfor putih.... Kau tahu apa yang aku maksud kan?"

"Ohoho, menarik. Panggil mereka, aku punya target yang bagus untuk serangan mereka." Ujar Komandan Antangin 2-1 dengan senyum misterius.

Komandan tersebut langsung mengontak salah satu Ion Raptor yang membawa Bom Fosfor putih, dan mereka bersedia untuk mengirim musuh ke Bapa yang diatas.

Komandan tank melihat dua Ion Raptor yang terbang rendah dan menjatuhkan masing-masing 2 bom dari Fuselage mereka dan meledakkan asap putih di posisi Barak musuh yang KEBETULAN dekat dengan TENDA MEDIS.

"Hubungi 1-1, 1-3 dan 1-4. Kita punya pesta yang dikacaukan." Ujar Komandan Antangin 1-2 terkekeh.

"Dimengerti!"

Gigantus tersebut mulai berjalan dan melindas beberapa tentara Louria yang masih selamat dari pembantaian sebelumnya.

Dalam perjalanan, keempat Gigantus yang dikawal sekitar 45 Infanteri dan 2 Fencer bertemu dengan 5 Sherman milik Parpaldia dan juga 75 Infanteri mereka. Pasukan Parpaldia pun bergabung dengan pasukan Indonesia dan melancarkan serangan ke Barak pasukan Louria.

Saat mereka sampai di Barak Pasukan Louria, banyak prajurit Louria yang sudah terbaring ditanah dengan luka bakar yang intens dan banyak dari mereka berteriak memohon ampun.

Arde yang melihatnya pun langsung memerintahkan pasukannya untuk mengamankan mereka, diikuti oleh pasukan Indonesia yang ikut. Total, mereka berhasik mengamankan sekitar 1.900 Prajurit yang luka-luka, 800 orang meninggal dunia dan sisanya tidak dapat dikenali lagi efek dari bom fosfor putih Indonesia tadi.

Kota Gim akan jatuh dalam 3 Jam lagi setelah hal tersebut, pasukan Louria secara mengejutkan melakukan perlawanan yang sangat epik, tapi mereka akhirnya tumbang juga. Dengan Letjen Adem ditembak mati oleh pasukan Indonesia yang langsung membakar tubuhnya bersamaan dengan jasad-jasad ksatria Louria lainnya.

Total ada sekitar 35.000 yang berada di kota ini dan sekitar 20.000 tewas dan sisanya menjadi tawanan sampai perang berakhir.

Arde bahkan menuliskan, bahwasanya Indonesia adalah negara yang sangat mengerikan dan brutal. Jika ini masih segelintir dari kekuatan Asli mereka, maka Arde ragu kalau Mirishial dapat menyaingi Indonesia, mereka terlalu beradab untuk melawan Indonesia.

Istana Merdeka, Jakarta, Republik Indonesia.

25 Desember, 1638.
1940.

Presiden Wijaya duduk sembari menghela nafas panjang, ini adalah minggu yang panjang bagi sang presiden. Pengumuman perang ke Publik ditanggapi dengan baik nampaknya oleh para masyarakat. Seolah-olah mereka tidak peduli ada perang lagi, palingan forum militer di Kaskus yang sibuk.

Beberapa Menteri, Perwakilan dari DPR, MPR, dan DPD sudah hadir. Dengan staf militer melakukan Video Call untuk melakukan meeting.

"Baiklah bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, rapat resmi saya buka." Ujar Wijaya dengan tenang.

Laksamana Idris langsung nyolot.

"Pak Presiden! Kenapa kita menggunakan senjata berbasi Elemen-G?! Bukankah anda sendiri melarang penggunaan senjata tersebut!" Seru Idris.

"Kita kehabisan waktu, Idris. Jikalau kita memilih untuk memperpanjang peperangan, maka kita harus lebih banyak mengalokasikan Logistik dan sumber daya. Melakukan serangan ke Kerajaan Bajak laut saja sudah membuat Ekonomi kita drop, apalagi memperpanjang peperangan yang bahkan seharusnya kita tidak ikut campur sama sekali." Ujar Sukmawati, sang wakil presiden RI.

"Jadi kenapa kita ikut?!"

"Biar saya yang menjawab, Laksamana Idris, saat ini, penyokong Pangan terbesar kita adalah Qua-Toyne, jika mereka jatuh ke tangan Louria, maka ada kemungkinan kalau mereka akan menaikkan harganya tidak seperti Pemerintahan Qua-Toyne, pada akhirnya semuanya adalah masalah bisnis." Ujar Menteri Perdagangan.

Banyak orang yang nampaknya setuju, Idris hanya bisa menghela nafas panjang sebelum akhirnya kembali duduk.

"Benar aku tidak ingin menggunakan G-Bomb di dunia ini tapi.... Situasi mendesak kita. Peperangan ini tidak harus diperpanjang lebih lagi, ingat apa yang terjadi di Saigon dan juga Beijing." Semua yang hadir mengangguk dengan mood suram.

Saat peperangan di Indochina, atau lebih tepatnya Ibukota Vietnam, Saigo, ribuan tentara gabungan PBB melindungi kota tersebut saat sedang mengalami evakuasi besar-besaran. Pasukan PBB tersebut dikepung berbagai arah oleh pasukan Nod, dan selama 8 bulan lebih harus bertahan hidup tanpa bantuan yang berarti atau bahan pangan. Bahkan ada rumor yang mengatakan, beberapa tentara PBB melakukan aksi kanibalisme ke mayat rekan mereka hanya untuk bertahan hidup. Mengingatnya saja sudah cukup membuat seluruh  orang terdiam dan menundukkan kepala.

"Jadi, apa kebijakan kita setelah perang mungil ini?" Tanya Jendral Pranata.

Semua orang pun langsung berbisik-bisik satu sama lain. Sedangkan Wijaya membuka matanya dan menghela nafas.

"Wilayah Louria bisa kita berikan saja ke Parpaldia, toh Wilayah kita juga sudah terlalu luas. Dan ingat, kita masih punya banyak masalah internal seperti Kelaparan yang merajalela, banyak tentara yang akan menganggur dan tentu, tingkat kriminalitas yang akan menaik pesat. Pak Ikhwan, jelaskan." Ujar Wijaya sembari melihat Jendral Polisi yang ikut dia undang kemari.

"Terimakasih pak presiden. Saudara sekalian, kami mendapatkan bahwasanya, banyak peperangan antar Gang sedang maraknya di berbagai wilayah di Jawa, Kalimantan dan Papua. Dan juga kami menemukan ini di salah satu Safehouse mereka." Ujar Ikhwan yang memunculkan foto di layar Hologram.

Ada beberapa kotak senjata asing dengan warna silver, beberapa anggota tubuh serangga yang sebesar manusia, beberapa wanita yang memiliki lubang dikepala mereka, tidak memakai pakaian sehelai pun dan darah berceceran dimana-mana.

Semua orang merengut melihat hal itu.

"Pak Ikhwan, ini bukan lagi antar Gang, tapi sekelas Mafia! Atau bahkan lebih, Perusahaan Militer Pribadi! Bagaimana ini bisa lewat di bawah hidung kita?" Tanya Jendral Pranata menahan amarahnya.

"Saya mengerti, pak Pranata. Tapi Direktur dari BIN, pak Dzahir, sendiri yang menyuruh saya yang merahasiakannya. Baru sekarang dia memberi saya izin untuk memberi tahu kalian serta pak presiden." Ujar Ikhwan.

"Pak Dzahir? Ada apa gerangan sampai beliau merahasiakannya?" Tanya Menteri Pertahanan kebingungan.

"Saat itu kita masih mempersiapkan Operasi Lunarian II, dan beliau tidak ingin membuat kita tidak fokus. Kurang lebih seperti itu." Ujar Ikhwan.

Wijaya memicingkan matanya saat melihat bagian dimana beberapa anak kecil, baik itu perempuan atau laki-laki yang dipotong-potong layaknya hewan ternak, dengan organ tubuh mereka yang berserakan dilantai. Ada beberapa juga kepala Polisi yang ditancapkan disemacam tombak..

"Pak Ikhwan, aku mengaktifkan Protokol 5, lakukan apapun dan sumber daya apapun yang kamu butuhkan untuk membinasakan semua binatang-binatang ini. Militer untuk sementara waktu tidak akan ikut campur." Ujar Wijaya dengan datar.

Sukmawati, Jendral Pranata,Ketua MPR, Ketua DPR dan Menteri Pertahanan menganggukkan kepala mereka, merestui Polri untuk membasmi hama-hama.

Jendral Polri Ikhwan mengangguk paham.

"Kalau begitu saya permisi, saya akan menyiapkan semua pasukan yang bisa saya siapkan untuk operasi ini. Permisi semuanya." Ujar Ikhwan yang langsung pergi bersama ajudannya.

"Baiklah masalah itu dapat diurus oleh pak Ikhwan dan juga BIN. Mari kita fokus untuk politik kita dimasa depan, apakah kita harus seperti Amerika yang mengintervensi banyak masalah negara, atau kita bisa menjadi seperti Jepang yang mengisolasi diri mereka sembari berdagang dengan negara yang telah mereka lakukan Diplomasi?" Tanya Wijaya dengan serius.

TBC

SS7 :


BAR (Punya Kekaisaran Parpaldia.)

EF-24 Belzart :

Power Armor Fencer :

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top