Chapter 6
Benteng Ejey, Qua-Toyne.
23 Desember, 1638.
0800
Jenderal Nou menggerutu saat dia melihat pasukan Louria yang dengan santainya membangun Kamp berjarak hanya 4 Kilometer dari Benteng Ejey. Dia sangat ingin memerintahkan pasukan Kavaleri nya untuk menyerbu mereka sekarang, tapi pasukannya akan kalah jumlah dan dapat dikalahkan oleh Louria.
Sekarang, Nou hanya menunggu pasukan bantuan dari Parpaldia dan Indonesia tiba kemari. Awalnya, Nou sangat kaget dan riang saat mendengar Parpaldia datang untuk membantu mereka, lalu datanglah Indonesia, negara yang pesawat mereka berhasill menggeber satu Kota hanya untuk lawakan belaka, benar-benar sangat bar-bar.
Nou menghela nafas kecil dan menajamkan pemandangannya, dia membayangkan Magigun milik Parpaldia yang mengoyak formasi pasukan Louria, ribuan prajurit yang menembakkan Musket mereka yang sangat mematikan dan Wyvern mereka juga yang paling GG di Peradaban ketiga.
Saat dia membayangkan apa yang Indonesia akan bawa, Salah satu prajurit pengamatnya berteriak.
"Pak! Bantuan dari Indonesia serta Parpaldia telah tiba!" Seru sang Pengamat.
Bersamaan dengan itu, tanah terasa bergetar dan entah kenapa semuanya menjadi gelap, saat si Nou dan dua pengawalnya keluar dan melihat apa yang terjadi, mereka syok berat. Yang sekarang tengah mereka lihat adalah seorang Dewa yang berjalan dibumi.
Sedangkan di depannya, ada lusinan kereta tanpa kuda yang menariknya, membawa suplai peluru. Ribuan Prajurit yang melakukan Marching sembari memainkan musik dengan Drumband. Benar-benar spektakuler.
Saat sang 'Dewa' akhirnya dekat dengan Benteng Ejey, keluarlah api biru yang mendorong 'Dewa' tersebut terbang dan berdiri tepat antara Benteng Ejey dan Pasukan Louria yang berjumlah 20.000
Sedangkan ribuan prajurit Parpaldia dan Indonesia langsung mendapatkan sambutan yang sangatlah meriah dari pasukan Qua-Toyne. Nou pun turun dari tempatnya bersama kedua pengawalnya dan mendatangi pasukan gabungan yang baru saja datang.
Nou melihat dua orang yang berpakaian cukup aneh tanpa zirah mewah berbicara dengan satu sama lain. Yang satu ia Kenal, Jenderal Besar Arde yang memakai pakaian berwarna hijau dengan rompi berwarna hitam serta senapan yang cukup unik di bahunya.
Sedangkan yang satu lagi memakai Zirah yang cukup unik hingga Nou tidak terlalu bisa mendeskripsikannya. Yang penting dia tinggi tegap serta menenteng senapan yang jauh terlihat Futuristik daripada yang dibawa Arde.
"Tuan-tuan, Terimakasih sudah datang untuk membantu kami dalam Krisis ini." Ujar Nou sambil melebarkan tangannya.
Arde dan pria tersebut berhenti berbicara dan menanggapi Nou.
"Jenderal Nou, senang bertemu denganmu. Aku akan menjadi pemimpin sementara untuk Resimen ini sampai semua pasukan Parpaldia berhasil diintegrasikan ke persenjataan dan peperangan yang lebih.... Modern." Ujar Arde sambil menjulurkan tangannya.
Nou dengan sigap menjabat tangan Arde, bangga dapat bertarung bersama seseorang seperti Arde.
"Dan anda sendiri??"
"Letnan Kolonel Suryanto, dari Angkatan Darat, divisi Adaptasi keenam. " Ujar Suryanto memperkenalkan dirinya
Divisi Adaptasi keenam, apa itu? Pikir Nou terheran-heran.
"Apa strategi mu untuk mempertahankan Benteng ini, Jenderal?" Tanya Letkol Suryanto.
"Aku berencana menunggu mereka menyerang lalu memancing mereka ke pertarungan satu lawan satu, aku berencana juga untuk memerintahkan pasukan Kavaleri ku untuk menyerang mereka dari sayap kanan serta kiri, hingga mereka terjepit dan terperangkap." Ujar Nou.
"Rencana yang cukup efektif, tapi nampaknya tidak akan bekerja dengan jumlah kalian." Ujar Arde dengan anggukan mengerti.
"Bagaimana dengan kalian? Apa Strategi kalian?" Mereka berdua hanya tersenyum misterius dan mengajak Nou untuk ke menara pengamat.
Mereka bisa melihat Balam yang sangat tinggi tegap berdiri antara Pasukan Subjugasi Louria dan Ejey, sedangkan di dekat kaki sang Titan, ratusan Prajurit Parpaldia dan Indonesia bekerja membangun parit pertahanan sebanyak 5 Lapis. Lengkap dengan Senapan mesin, Kendaraan peluncur misil, Tank Tempur Utama Gigantus juga berada di posisi yang sudah ditentukan, dan banyak senjata api maupun Laser yang dibawa oleh Indonesia.
Tank Sherman Parpaldia dibagi menjadi dua kelompok, kelompok yang akan berdiri di garis depan yang merupakan Sherman M4A3E2 Jumbo sebanyak 15 unit. Sedangkan yang dibelakang bersama dengan Artileri Medan milik Indonesia, adalah Sherman Calliope. Sherman yang dilengkapi dengan Misil secara basic.
Para Louria, tentu melihat semua ini terjadi sangatlah ketar-ketir saat melihat Balam yang tiba-tiba muncul entah darimana dari belakang Ejey. Monster tersebut bahkan mengarahkan semua persenjataannya kearah Pasukan Louria berada.
Dalam waktu dua jam sahaja, mereka berhasil membangun pertahanan terbaik yang bisa mereka bangun.
Arde dengan tenangnya mengamati Kamp Pasukan Louria diatas Tank Sherman Jumbo yang dia komandani. Semenjak dia mengikuti latihan ulang di Akademi Militer Indonesia, dia sangat kagum dengan Tank dan sangat menghormati banyak sekali Komandan Tank yang terkenal seperti Erwin Rommel, Lafayette G. Pool dan beberapa individu yang lain. Makanya dia berkeinginan menjadi Komandan Tank juga, berdiri diatas tank Baja yang dapat menahan hujan Anak panah dan tusukan dari tombak.
"Mereka belum menyerang juga..." Gumam Arde.
Dia melihat sekelilingnya dan melihat beberapa tentara Parpaldia dengan senapan mesin BAR dan Arisaka, mereka terlihat cukup gugup.
"Tetap tenang Prajurit! Kita pasti memenangkan pertarungan ini! Karena kita kuat!" Seru Arde dengan pidato simpel dan singkatnya. Dia melihat efeknya mulai bekerja dan mereka kembali tenang.
Tidak berselang lama, 20.000 pasukan Louria pun melakukan penyerbuan. Mereka mengerahkan pasukan Kavaleri pertama-tama.
Diapun langsung membidik mereka dengan Senapan mesin kaliber 50 yang ada diatas tank nya dan berbicara melalui radio.
"Sekarang nampaknya saat yang bagus!"
Awalnya, mereka ingin mengirim Balam saja ke Teritori Louria dan menghajar mereka semua sampai mereka berlutut pada kaki Balam. Tapi nyatanya, itu rencana langsung dibuang.
Biaya penggunaan Balam sangatlah mahal, membawanya kemari saja sudah membawa masalah logistik gila-gilaan, kau tidak akan percaya berapa banyak uang dan peluru monster ini makan permenit nya.
Jadi, mereka akan menyimpan Balam untuk penyerangan ke Jin-Hark, Ibukota Kerajaan Louria.
Dan mereka tentunya akan memanfaatkan ARTMISS sepenuhnya di Kampanye ini. Arde mendengar para Prajurit Indonesia mengucap kata-kata tertentu secara berulang-ulang, seolah-olah berdoa ke Tuhan.
"RULE OF GOD! RULE OF GOD! RULE OF GOD! RULE OF GOD! RULE OF GOD! RULE OF GOD!"
Itulah yang para Prajurit Indonesia ucapkan dengan rasa senang yang teramat, bahkan beberapa Prajuritnya dan ksatria Qua-Toyne ketakutan.
Arde pun melihat keatas dan ada cahaya besar yang datang ke bumi, tidak hanya satu, tapi ada lebih dari 10 laser berwarna putih terang yang langsung menghantam posisi para Prajurit Louria yang langsung otomatis menghilang tanpa teriakan apapun.
Laser tersebut mulai bergerak selayaknya pisau yang mengiris sayuran, Pasukan Louria dibantai habis bahkan beberapa Wyvern mereka terkena serangan ganas dari ARTMISS, setelah 15 detik berlalu, Laser tersebut menghilang dan hanya tersisa ladang yang berwarna hitam dengan lubang akibat laser dari ARTMISS tadi. Hanya ada beberapa Prajurit Louria yang selamat, kurang lebih 120 itupun mereka sudah syok berat akibat pembantaian sepihak itu.
Pasukan Qua-Toyne serta Parpaldia hanya menatap hal tersebut dengan syok dan ketakutan, walau begitu banyak juga yang bersorak gembira atas kekalahan memalukan Louria.
"Yah, sepertinya yang ini bagian anda, Jenderal Arde." Ujar Suryanto yang baru datang sambil bersiul dan mengangguk puas melihat kehancuran yang telah mereka bawa.
Arde hanya terdiam, tidak dapat menjelaskan apa yang baru saja dia lihat, ini bahkan tidak bisa dipanggil pertempuran sama sekali, jadi ini pertempuran modern? Benar-benar tidak ada kehormatan. Pikir Arde yang bergetar.
Arde menggelengkan kepalanya dan berkata.
"Resimen pertama, Maju! Kita bersihkan yang masih melawan, yang menyerah tangkap saja untuk interogasi." Seluruh Prajurit Parpaldia yang memakai Arisaka langsung memasang Bayonet sedangkan yang memakai BAR juga ikut bersiap.
Arde pun memerintahkan 5 Unit Sherman lainnya untuk maju bersama. Pasukan Resimen pertama RPA pun maju dan membersihkan pasukan Louria.
Arde dengan mesin kaliber 50. Nya menembaki beberapa Prajurit Louria yang nampaknya sudah gila dan ingin menyerang mereka.
RATATATATATA
7 orang Prajurit tersebut tewas dengan badan yang berlobang dan anggota badan yang hancur. Dalam waktu singkat mereka berhasil menghabisi 43 Prajurit Louria dan menangkap sisanya.
Arde melihat kelangit dimana kedipan yang berwarna hijau tidak lazim di siang hari ini, itu jelas-jelas adalah ARTMISS.
"Aku bersyukur Kaisar Ludius tidak bermusuhan dengan mereka."
TBC
Tank Tempur Utama Gigantus :
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top