Chapter 54
Pinggiran IbuKota Ragna, Kekaisaran Gra Valkas.
7 Juni 1640.
0830.
Seorang penjaga pinggiran kota Ragna nampak sedang minum air dari tempat minumnya dengan ekspresi bersyukur, bersyukur bisa minum enak dan tidak ikut pertempuran di Ragna atau kota-kota lainnya yang terjadi kudeta dari pihak oposisi Kaisar. Prajurit muda itu bernama Karl dan dia berharap hari ini tidak terjadi sesuatu yang buruk.
Karl melihat dari kejauhan sebuah kumpulan debu pekat dan semakin mendekat kearah Ragna. Karl langsung mengambil alat komunikasi yang ada di sampingnya dan melakukan kontak. "Disini Pos garda terdepan pinggiran kota Ragna, terdapat kumpulan debu pekat yang semakin mendekat, meminta izin untuk mundur dan bergabung dengan pasukan lain, ganti."
Karl menunggu respon dari atasannya, namun respon itu tidak pernah datang yang membuat dia sedikit kebingungan, seharusnya radio ini sudah dia kalibrasi beberapa hari yang lalu dan seharusnya baik-baik saja. Karl mengulangi pesan tersebut namun hasilnya tetap sama saja. Karl menghela nafas dan memutuskan menenteng STG-32 nya dan berjalan keluar dari pos miliknya. Dia melihat ke tiang bendera tempat bendera Kekaisaran Gra Valkas berkibar dengan bangga.
"Well, sepertinya sudah waktunya matahari terbit di Kekaisaran Gra Valkas, semoga semua akan baik-baik saja." Gumam Karl yang menurunkan bendera tersebut dari tiang nya.
Karl adalah veteran perang penaklukan Kerajaan Britannica dan Kerajaan Karsland bertahun-tahun yang lalu, walaupun usianya saat ini tergolong cukup muda, sekitar 28 tahunan. Namun Karl sudah tahu rasanya dicelupkan ke dalam api neraka dan kembali untuk menceritakannya, dia adalah seorang pejuang Gra Valkas yang hebat.
Karl menyeret kursi kayu tunggal dan duduk di tengah jalan raya empat jalur yang menjadi salah satu jalan raya terbesar di Kekaisaran Gra Valkas. Seharusnya ada puluhan hingga ratusan tank mempertahankan tempat ini sampai mati dan ribuan prajurit menumpahkan darah mereka untuk membendung serangan musuh, namun semua aset itu kini tengah digunakan untuk perebutan kekuasaan orang-orang yang rakus, Karl jujur merasa kasihan dengan Kaisar Gra Lux yang harus berhadapan dengan mereka setiap hari.
Saat awan debu tersebut hanya beberapa ratus meter dari pos yang dijaga Karl, awan tersebut berhenti namun Karl masih dapat mendengar suara mesin yang mengaum dikejauhan, mereka sudah disini. Pikir Karl dengan tenang.
Beberapa tank Pershing dan Sherman nampak muncul serta mendekati posisi Karl sedang duduk. Saat hanya 20 meter jarak mereka, Karl dapat melihat dengan jelas seorang perwira tinggi pasukan musuh berada di salah satu tank. Tank-tank tersebut berhenti tepat ditengah jalan dan para prajurit yang numpang dibelakang tank langsung turun dan mengamankan perimeter Pos.
Sang perwira tinggi yang Karl lihat tadi mendatanginya sambil menenteng STG-32 juga, nampaknya bekas pertempuran di pantai yang beliau ambil. Pikir Karl.
Karl berdiri, menaruh senjatanya ke tanah lalu memberi hormat ala Gra Valkas ke perwira tinggi tersebut. "Saya Karl , Satu-satunya penjaga pos pinggiran ini, saya menyerahkan kendalinya kepada anda pak dan meminta hak asasi manusia saya dipenuhi sebagai Tahanan perang."
Karl mendengar salah seorang prajurit musuh mengejek dari belakang sang Perwira. "Halah, kayak mereka memberi saudara-saudara kita hak tersebut, Jenderal, lebih baik kita habisi saja dia, tidak akan ada yang tahu."
Karl menelan ludahnya dalam-dalam, bersiap dan berdoa dalam hati. Namun sang perwira tersebut berkata hal yang lain. "Sungguh, jikalau aku mengizinkan hal tersebut, maka kita tidak ada bedanya dengan mereka, membunuh tanpa memandang bulu atau berpikir. Karl, bukan? Aku adalah Jenderal Arde, aku dengan senang menerima penyerahan diri mu."
Bendera RPTO langsung dikibarkan oleh sekelompok Regu Senapan mesin yang dibawa para tank, menandakan tempat ini sudah dikuasai.
Jenderal Arde lalu memegang radio nya. "Ini Vega ke seluruh pasukan, buat jadi berisik anak-anak, buat jadi berisik."
Karl melihat ke udara dan beberapa objek besar serta cepat melakukan flyby yang menyebabkan ledakan supersonik yang memekakkan telinga, para prajurit RPTO lainnya bersorak-sorai karena sekutu mereka telah tiba.
20 unit UH-1 Huey, 12 unit Blackhawk varian Pasukan Khusus dan puluhan V-34 Bangau terbang secara beriringan cukup dekat pada tanah. Di darat, ada lebih dari 150 Tank RPTO yang tersisa sedang memacu mesin perang mereka ke arah Ragna melalui jalan raya yang telah diambil alih. Ratusan Truk dan kendaraan lainnya mengikuti dari belakang.
T-55, M4 Sherman, Tank Pershing dan beberapa unit MBT Centurion milik Quila bekas hibah Indonesia menjadi tombak dalam operasi militer terakhir di Perang Dunia Baru ini.
"Antasena-6, disini Saranjana-1, tolong putar musiknya dan buat sangat berisik."
"Mari berdansa?"
Kolom lapis baja RPTO dengan cepat melintasi Jalan Raya empat arah milik Gra Valkas tanpa halangan sedikitpun. Ada lumayan banyak mobil bekas yang ditinggalkan oleh pemilik nya namun berada di pinggir jalan, mungkin digeser untuk memudahkan mobilisasi.
Letnan Abu Khaleed, Komandan Tank Centurion dari Divisi Lapis Baja ke-2 Angkatan Darat Quila, nampak berdiri di atas tank nya dengan bangga. Dia melihat salah satu T-55 dari Kekaisaran Parpaldia berpapasan dengannya, dengan si Komandan Tank tersebut memberi dirinya salut.
"Hey Letnan! Aku dengar gadis-gadis Valkas cukup eksotik." Komen Loader dari Tank nya, Hassan.
"Aku dengar rumor yang sama, berharap masih ada yang tersisa untuk kita." Balas Letnan Abu Khaleed..
Letnan Khaleed lalu mengabaikan anak buahnya yang terus berdebat mengenai mana yang lebih cantik, gadis-gadis Valkas atau Mirishial. Letnan Khaleed lalu melihat dari kejauhan ada beberapa pesawat pengebom Guti Maun yang melakukan misi pengeboman di pinggiran Utara kota Ragna.
"Sungguh kacau, mereka menusuk satu sama lain dari belakang layaknya binatang, mereka menyebut diri mereka sebagai negara Beradab? Pantat ku." Gerutu Khaleed sambil memeriksa M2HB yang ada di depannya.
"Perhatian ke seluruh unit! Beberapa pasukan tank musuh keluar dari Kota Ragna, kita tidak tahu mereka berasal dari Pemberontak atau Loyalis, serang balik jikalau kalian di serang, Vega Out." Suara Jenderal Arde terdengar dari radio.
"Loader, naikkan APDS!" Perintah Khaleed.
"Up!"
"Ini Vampire 3-3, lima Tiger dan beberapa Panther mendekat!"
Khaleed melihat dari langit dua AH-1 Cobra milik Marinir Quila melakukan flyby dan meluncurkan semua roket serta menembakkan Chaingun yang mereka bawa. Setelah itu mereka kembali mundur. Khaleed melihat menggunakan teropong nya, ia melihat tiga Tank Tiger musuh dan dua Panther berhasil dihancurkan, sisanya rusak.
"Penembak! Target sebelah kanan, berikan ledakan!" Perintah Khaleed.
"Mengirim!"
Meriam 105mm dari Centurion milik Khaleed langsung mengaum dan menghantam salah satu Tiger yang telah di Disabled oleh para Helikopter Serang. Peluru APDS tersebut menembus zirah dari Tank Tiger tersebut. Khaleed melihat palka tank tersebut terbuka dan keluar beberapa kru nya dengan mengibarkan bendera putih. Khaleed mendecak tidak suka, sebelum akhirnya melihat target yang lain.
Pemandangan serupa juga Khaleed dan anak buahnya lihat, kru Tanker Gra Valkas banyak yang menyerah dengan mengangkat tangan dan membuang senjata mereka ke tanah, ini buruk, mereka tidak punya waktu untuk semua ini. Khaleed lalu melihat kearah belakang dan terdapat puluhan Truk pengangkut prajurit sedang otw ke arah mereka.
"Pengemudi, tahan! Kita buat perimeter disini." Perintah Khaleed.
Seketika Tank Centurion milik Khaleed langsung berhenti dan menodongkan moncong meriam mereka ke arah para tawanan perang. Beberapa perwira lainnya yang ada di pasukan Kavaleri garis depan memaksa mereka berkumpul di satu tempat agar lebih muda diintimidasi dan diawasi.
"Man, jika saja ada pasukan Indonesia disini bersama kita, kita pasti tidak perlu harus melakukan semua omong kosong ini." Keluh Loader nya yang telah keluar dari Tank.
"Betul, aku dengar-dengar juga Indonesia sesegera mungkin melakukan mobilisasi pasukan mereka kemari, tapi jajaran pemimpin lainnya tidak tahu kapan mereka akan sampai, tapi setidaknya para Mecha disini.." Ucap Khaleed sambil meminum air putih dari botol airnya.
"Tapi bang ya, jikalau dipikir-pikir, semenjak Indonesia ada di dunia ini, kayaknya kita perang terus-terusan deh." Ucap si Loader sambil merengut.
"Jangan dipikirin, kepala mu sakit sendiri nanti. Lagipula korban jiwa kita saat perang-perang sebelumnya itu relatif rendah, tidak seperti Parpaldia atau negara lainnya." Ucap Khaleed dengan santai.
"Jikalau kata abang kayak gitu ya..."
Mereka melihat beberapa Truk berhenti dan turunlah puluhan hingga ratusan prajurit gabungan RPTO yang dengan sigap menahan semua personel yang telah Khaleed dan pasukan Kavaleri lain tangkap. Khaleed melihat beberapa dari prajurit RPTO mengolok-olok dan memperlakukan prajurit Gra Valkas dengan cukup kasar.
"Hati-hati nak, mereka menggigit." Seru Khaleed.
Hal itu mengundang gelak tawa dari beberapa prajurit RPTO, mereka merasa muak dengan Gra Valkas serta sekutu mereka yang membuat kekacauan di dunia yang hampir mencapai perdamaian, jadi bermain-main sedikit dengan mereka seharusnya tidak masalah, asal tidak ketahuan oleh prajurit Indonesia.
Salah satu prajurit RPTO dengan pangkat Mayor nampak mendatangi Khaleed. "Letnan! Aku ingin kau dan peleton mu untuk bertemu dengan Unit Loyalis Valkas, perintah langsung dari atas."
"Dimengerti, Mayor, apa mereka punya penanda untuk membedakan mereka dengan yang tidak 'Loyalis'?" Tanya Khaleed sambil menekankan kata Loyalis..
"Unit Loyalis memakai kain lengan berwarna biru muda, sedangkan para Pemberontak Valkas tidak mengenakan kain lengan apapun." Ucap si Mayor.
"Dimengerti... Darimana pula kita dapat informasi itu?" Tanya Khaleed dengan heran..
"Informan dari Indonesia yang telah cukup lama menyusupi pemerintahan Gra Valkas, Informan itu juga yang menyebabkan Gra Valkas terpecah antara dua kubu." Balas si Mayor dengan singkat..
"Oke, Oke... Aku tidak akan menanyakan detailnya, aku yakin gajiku tidak sebanding dengan informasi yang akan anda sampaikan, kami akan bergerak." Khaleed lantas memerintahkan lima Centurion lainnya yang ada dibelakang Khaleed untuk maju.
Enam tank dari Peleton yang ada dibawah pimpinan Khaleed merangsek maju ke dalam Ragna. Sejauh mereka berjalan, semuanya terlihat sangat sepi yang membuat bulu kuduk Khaleed naik. Khaleed berbicara melalui radio.
"Perhatikan jendela-jendela itu, Anak-anak, kita tidak ingin kejadian di Mu atau Leifor terulang lagi, kan?"
"Itumah elunya aja yang bego, bang." Balas Brave 5-4.
"Betul kata 5-4, elu yang nyuruh kita ke Jalan tikus yang kamu lihat, pak, ujung-ujungnya kita harus di derek keluar dari sana sambil diberondong oleh senapan mesin musuh." Brave 5-2 ikut menimpali.
"Wah udah berani kalian ngelawan ya." Ucap Khaleed dengan kesal.
Gelak tawa terdengar dari radio, karena mereka berbicara dalam jaringan yang lumayan terbuka, jadi unit lain bisa mendengar mereka juga begitu juga sebaliknya.
Saat mereka akan berbelok di suatu persimpangan, sebuah roket meluncur dari salah satu perumahan dan menghantam telak di Turret salah satu Centurion di belakang Khaleed. Bata ERA yang dipasang melakukan tugasnya dengan baik, namun sekarang mereka tidak mempunyai perlindungan aktif lagi. Kru dari Tank tersebut dengan cepat beraksi memutar turret mereka kearah roket tersebut berasal.
Namun tiga roket anti-tank lainnya meluncur dan menghantam terus Centurion tersebut. Prajurit Infanteri yang juga dibawah pimpinan Khaleed langsung ia perintahkan untuk menyisiri setiap rumah dan bangunan.
"Tembakkan asap!"
Modul peluncur granat asap yang ada di Tank Centurion milik Khaleed langsung meluncurkan cukup banyak granat asap untuk menutupi mereka, untung saja semua Centurion dibawah pimpinan Khaleed telah dilengkapi penglihatan Thermal, jadi asap ini tidak menghalangi mereka.
"Aku butuh HEAT!"
"Up!"
"Tembak Tembak Tembak!"
Meriam 105mm tank Centurion tersebut mengaum dengan keras dan memuntahkan peluru HEAT lagi yang kali ini menghantam salah satu gedung lantai tiga yang Khaleed lihat ada pergerakan.
"Penembak! Terus tekan mereka di Jendela sana menggunakan Coaxial! Jangan biarkan mereka bergerak dengan bebas!" Teriak Khaleed.
Senapan Coaxial yang dipasang dekat laras meriam Centurion milik Khaleed langsung memuntahkan timah panas ke lokasi tempat HEAT tadi meledak. Tembakan itu disusul oleh Centurion lain yang ada di belakang.
Saat keluar dari asap, Centurion milik Khaleed langsung disambut dengan hujan peluru senapan mesin dari berbagai arah, ada yang dari atas gedung dan ada beberapa prajurit Valkas gila yang berlari keluar serta menenteng senapan mesin mereka selayaknya pahlawan di film laga Indonesia. Dari selokan di samping kanan Centurion tersebut, muncul beberapa prajurit Valkas yang menenteng roket anti-tank sekali pakai yang sangatlah efektif, secara mengejutkan.
Empat roket anti-tank tersebut diluncurkan dengan jarak yang relatif dekat dengan diri mereka sendiri, setidaknya mereka bisa menghancurkan Tank ini, itu pikir mereka. Bagian kanan tank Centurion tersebut langsung rusak parah, dengan rantai tank tersebut putus yang membuatnya Immobile. Khaleed yang terhempas karena ledakan tersebut mengerang kesakitan.
"Bajingan tengik ini ada dimana-mana! Brave 5-2! Maju duluan! Gantikan aku!" Teriak Khaleed.
"Siap!" Centurion Brave 5-2 maju melewati Centurion milik Khaleed yang berasap dibagian kanannya.
Namun tank Brave 5-2 Tiba-tiba meledak dengan ledakan keras, sampai-sampai Turret nya terlepas dari bagian hull nya. Saat Khaleed melihat kearah asal tembakan yang menghancurkan Brave 5-2 tadi, dia langsung pucat pasi saat melihat Tank raksasa yang mengarahkan meriamnya kearah mereka. Khaleed langsung berteriak. "Semuanya, evakuasi sekarang!"
Khaleed dengan panik keluar terlebih dahulu melalui palka atas dan berlari menuju Brave 5-3 yang masih belum bergerak. Kru Khaleed mencoba keluar menyusul sang komandan, namun mereka langsung dihujani timah panas para pengguna Senapan mesin dan Tank milik Khaleed langsung meledak setelah terkena tembakan dari tank raksasa milik Gra Valkas tersebut.
"Oh shit! Brave 5-1 dan 5-2 hancur! Semuanya mundur, mundur, mundur!" Kru Tank Brave 5-3 panik dan langsung mundur tanpa memberi waktu tank di belakang mereka untuk mundur juga.
Alhasil mereka tabrakan dan tidak bisa bergerak, menjadikan mereka sasaran super empuk bagi para prajurit pemberontak Valkas. Khaleed yang melihat itu semua dari balik sebuah bangunan dengan kesal meninju tembok di sampingnya, marah akan kecerobohannya yang berujung kepada kematian para kru nya dan Tank berharga untuk Kerajaan Quila.
Tank raksasa tersebut kembali maju dan menembakkan pelurunya kembali yang menghancurkan Brave 5-3, bahkan menyebabkan Cook-Off seperti Brave 5-2 sebelumnya, menyemburkan api kemana-mana dan Turret nya langsung terbang.
Pasukan RPTO di tempat lain juga menghadapi kesulitan menghadapi pasukan pemberontak Valkas yang memiliki persiapan yang jauh lebih baik, moral setinggi gunung dan juga mereka, para pasukan Valkas mengenal Ragna sejak mereka kecil, jadi untuk bergerak dari satu jalan tikus ke jalan tikus lainnya itu relatif mudah, dan perlengkapan RPTO tidak dapat diandalkan disini.
Harapan Jenderal Arde beserta Staf gabungan RPTO lainnya untuk mengakhiri peperangan ini dengan cepat, nampaknya akan pupus.
Kamp pengungsian, Runepolis, Pemerintahan Darurat Kekaisaran Mirishial.
7 Juni 1640.
0910
Carrie, seorang wanita berumur 25 tahun, nampak mengantri untuk mendapatkan jatah makanan dari penjajah mereka. Carrie menatap salah satu personel Indonesia yang sedang membagikan paket makanan aneh mereka dengan tatapan sulit diartikan. Mereka memberi kupon makanan ke semua rakyat Mirishial, cara mendapatkannya juga bervariasi, dari membantu proses perbaikan Runepolis sampai dengan prostitusi... Biasanya dilakukan para gadis muda disekitar sini.
Sekarang adalah giliran Carrie untuk mendapatkan jatah makanannya, saat dia akan mengambil salah satu paket jatah makanan dengan menukar kupon nya ke prajurit yang ia tatap dari tadi, sosok yang nampaknya adalah pemimpinnya mendatangi Carrie.
"Lengan anda, apakah anda terluka? Kami punya obat untuk itu." Ucap si Pemimpin dengan relatif ramah.
Carrie melihat si pemimpin prajurit TNI dengan tatapan penuh analisa. Tangannya memang memiliki bekas luka yang nampak masih segar, tapi itu bukan akibat pekerjaannya atau sesuatu.
"Tidak, terimakasih sudah berbaik hati, Tuan." Ucap Carrie dengan senyuman manis yang palsu.
"Sungguh, akan sangat disayangkan kalau gadis cantik sepertimu memiliki luka seperti itu, tolong terimalah." Dengan malu-malu dan diejek oleh anak buahnya sendiri, si pemimpin TNI memberikan Carrie sebuah kotak plastik kecil.
Carrie dengan ragu-ragu menerima kotak tersebut dan memberikan senyuman terakhir kepada si pemimpin, sebelum akhirnya pergi.
Kolonel Markov, seorang relawan Soviet untuk TNI, menatap gadis yang tadi dia beri salap untuk menyembunyikan luka dengan tatapan dalam. Dia seperti pernah melihatnya, tapi entah dimana... Mungkin dulu di Dunia Lama? Entahlah, Markov pun lupa.
Markov adalah mantan jebolan Spetsnaz atau secara luas dikenal Grup Alpha. Dia awalnya dulu ditugaskan ke Indonesia sebagai delegasi luar negeri dan meningkatkan kemitraan antara Uni Soviet dan Indonesia, namun pasca perang melawan Nod, Tiba-tiba Indonesia terkirim ke Dunia Lain dan Markov juga ikut kemari, karena negaranya yang menggaji dirinya sudah tidak ada lagi secara teknis, dia pun mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, kebetulan sekali TNI membutuhkan otot serta otak tambahan, mengingat tragedi Golden Dawn yang mengenaskan beberapa saat lalu.
"Kolonel, ingat umur dong." Ucap ajudannya yang merupakan mantan anggota UFC yang sama seperti Markov, ikut kena transfer ke Terra. Dia adalah Letnan Jian.
"Jangan salah, Jian, aku sudah lebih banyak meniduri wanita daripada yang pernah kau pegang selama ini, bisa aja salah satunya adalah Ibumu." Ucap Markov sambil tertawa.
"Apalah coba punya atasan kayak gini."
Carrie yang sudah menjauh dari situ, langsung menghilang dibalik kerumunan. Tidak jauh dari sana, ada beberapa orang mantan Tentara Angkatan Darat Mirishial yang melihat para prajurit Indonesia dan RPTO dengan benci. Mereka menggunakan baju lama mereka saat berdinas, namun baju yang dahulu mereka banggakan itu sekarang tidak ada artinya lagi semenjak penjajah ini datang dan mengacaukan segalanya.
"Lihatlah mereka itu... Mereka kira mereka memiliki segalanya, datang dan menghancurkan negara kita, lalu berlagak baik untuk mencoba membuat kesan baik pada bangsa yang mereka jajah, sungguh membuatku muak." Ungkap salah satu bekas Prajurit Mirishial.
"Benar, aku benar-benar ingin mendengar mereka menjerit."
"Hey, kamu sudah mendengar rumor yang beredar?" Tanya salah satu dari mereka.
"Apa tuh?"
"Katanya, di Utara dekat perbatasan kita dengan Torquia, ada Sel pemberontakan melawan pemerintahan baru dan Tuan mereka!"
"Hey, Shssh! Jangan sampai orang-orang itu tahu, kalaupun benar, kita harus ikut!"
"Ya!"
Mereka lantas beranjak pergi dari Kamp Pengungsian yang didirikan Indonesia dan RPTO untuk warga Mirishial. Tidak hanya kelompok kecil tadi, banyak prajurit-prajurit Mirishial yang belum menyerah langsung memulai perjalanan panjang dan sulit mereka ke Utara, dengan harapan dapat kembali merebut negeri mereka dari Penjajah dan membersihkan kembali nama Kekaisaran Suci Mirishial.
Markas BIN, Di Bulan.
Direktur Dzahir nampak berbicara dengan sosok hologram berwarna putih. "Jadi, kamu berkata padaku kalau prajurit-prajurit Mirishial ingin melakukan pemberontakan?"
"Benar, Direktur, beberapa Agen kita yang menyamar sebagai TNI tidak sengaja mendengar perbincangan mereka dan kini tengah mengkoordinir sumber daya untuk menghancurkan mereka, perintah, pak?" Tanya si Hologram putih.
"Pemberontak ini ibarat kata Mahluk Hydra dari mitologi Yunani, kau potong satu kepala, maka kepala itu akan terus tumbuh dan pada akhirnya mereka tidak bisa dikalahkan, satu-satunya cara untuk mengalahkan pemberontakan adalah dengan cara memahami mereka, untuk sekarang pantau saja mereka terlebih dahulu, pastikan mereka tidak dapat bergerak dengan bebas, aku akan membahas ini lebih lanjut nanti dengan Ibu Presiden, kau boleh pergi." Ucap Dzahir dengan tegas.
"Baik, Direktur!" Hologram putih itu pun menghilang dari hadapannya.
Dzahir melihat keluar jendela kerjanya yang langsung melihat Terra yang sangat cantik dari luar angkasa, dia bersenandung kecil. "Hmm semoga pemberontak itu cepat-cepat mencari nama, akan lebih bagus jikalau mereka punya nama."
Jalan Raya Magicaray ke-55, Utara Bekas Kekaisaran Mirishial, Benua Tengah.
1500.
Seorang wanita Elf dengan pakaian serba hitam nampak memantau pergerakkan konvoi RPTO dengan mata sihirnya. Dia melihat setidaknya ada lima Truk yang hanya dikawal oleh 1 APC Anoa dari Indonesia, ini adalah target yang mudah. Pikir si Wanita sambil mengokang senapan serbu berwarna hitam yang merupakan tiruan hampir akurat dari HK416 yang didapatkan pihak RnD Mirishial saat pertempuran Indonesia serta sekutunya melawan Riem-Mao.
"Kau siap dengan alat perekaman nya, Fint?" Tanya si wanita Elf.
"Tentu saja, Mayor Doyle, tinggal menunggu perintah dari anda." Ucap si Flint sambil menyiapkan kamera nya.
"Bagus, semoga mereka mati dalam keadaan menjerit." Mayor Doyle mengambil sesuatu dari kantongnya, itu adalah ponsel genggam magis milik Mirishial, namun tugasnya kini bukan untuk menghubungi orang lain. Dengan satu tekanan tombol, bom dengan berat 250KG yang biasa digunakan untuk pesawat serang Mirishial dan sudah ditanam dibawah tanah tempat konvoi lalui, ledakan besar terjadi.
Secara instan, APC Anoa tersebut langsung hancur dan tersulut api yang besar. Empat truk juga mengalami keadaan yang sama dengan APC pengawal mereka dan hanya tersisa satu Truk yang masih selamat namun memiliki banyak kerusakan di bagian luarnya.
"Flint, Gorgon, maju!" Flint dan Gorgon, salah satu anak buah Mayor Doyle, langsung melesat maju.
Flint terlebih dahulu sampai ke truk yang selamat dan menghantamkan popor senapan serbu nya ke jendela anti peluru Truk tersebut, beberapa kali dia melakukan hal itu dan kacanya sudah rapuh, dengan cepat Flint langsung beralih untuk mengamankan kargo yang dibawa Truk, sedangkan Gorgon melakukan pengakhiran.
Gorgon menembak dua kali kaca yang sudah retak akibat serangan Fint tadi, dia lalu mengambil sebuah Flashbang milik tentara Indonesia yang mereka sergap beberapa hari lalu dan memasukkan Flashbang tersebut ke dalam kabin Truk. Normalnya, Flashbang tidak dapat membunuh atau melukai karena benda itu hanya digunakan untuk melumpuhkan target, namun banyak orang-orang lupa kalau Flashbang di tempat tertutup dan jarak yang dekat adalah kematian.
Saat Flashbang selesai meledak, Gorgon menembak secara asal ke dalam Truk beberapa kali, lalu mengintip. Di sana ia melihat dua mayat Prajurit Parpaldia dan Qua-Toyne yang mati mengenaskan, Gorgon kurang yakin bagaimana mereka mati, antara karena ledakan Flashbang tadi atau tembakan ngasalnya, apapun itu, mereka mati.
"Clear! Kita punya beberapa menit lebih cepat sebelum pasukan Drone Indonesia menemukan kita, lebih baik kau mengangkat semua yang kau bisa, Fint!" Ucap Gorgon sambil melihat jam tangannya.
"Berat nih anjir." Ucap Fint sambil mencoba membawa dua kotak kayu besar dengan tulisan 5,56×45mm dan 7.62×39mm.
"Jackpot! Dengan ini kita bisa menggunakan barang mereka sendiri, senjata makan tuan kalau kata mereka. Servin! Semuanya terekam?" Tanya Doyle ke juru kamera mereka.
Servin mengangkat tangannya dan memberi jempol ke Doyle. Setelah selesai merekam, Servin tiba sambil membawa dua sepeda dan satu kereta kuda lengkap dengan kudanya. "Lebih baik cepat, Mayor, aku sudah mendengar suara dari Drone mereka."
"Baiklah, Fint, cepat kerja woi!"
Setelah cepat-cepat memuat semua barang yang dapat diambil dengan cepat, mereka langsung berlari ke dalam hutan, tepat pada saat satu Peleton TNI lengkap dengan Drone dan Tank tiba untuk menginvestigasi.
Mereka adalah kelompok perlawanan yang tercipta akibat rasa sakit hati kekalahan Kekaisaran Suci Mirishial terhadap Indonesia dan RPTO, para Patriot ini dengan bangga menyebut diri mereka sebagai, MLF, Mirishial Liberation Front.
TBC.
Halo semuanya, Author akhirnya update Summoning Garuda setelah hampir setengah tahun, mungkin?
Yang penting ini dia update terbarunya.
Kapan update berikutnya? Kapan-kapan 🗿
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top