Chapter 53 : Melalui Gerbang Neraka
Pantai 'Bonaparte' 13 KM Barat dari Ragna, Pesisir Gra Valkas.
6 Juni 1640.
0745.
Arde yang berada di HMPS Ludius memperhatikan dengan detail HoloMap dihadapannya yang selalu diperbarui secara real-time, memastikan Komando tetap tahu apa yang terjadi di medan pertempuran dan mengantisipasi perubahan drastis di medan pertempuran, salah satu teknologi yang paling Arde dan para petinggi militer Parpaldia lainnya sukai.
Dia melihat mayoritas Divisi Marinir Ketiga Parpaldia mengalami kehancuran yang parah, lebih dari 6.000 prajurit tewas dan hanya 70 meter lebih wilayah yang berhasil mereka ambil, benteng pertahanan terakhir Gra Valkas benar-benar tidak dapat diremehkan. Pikir Arde meringis saat logo dari Divisi Marinir Ketiga Parpaldia yang perlahan mundur dan digantikan Divisi 105 yang merupakan pasukan penerjun payung.
Kendaraan-kendaraan Higgins Boat dengan susah payah menerobos hujan artileri Gra Valkas dan mendaratkan tank-tank mereka, namun jumlahnya tidak cukup, mereka kekurangan tank untuk menyerbu pantai ini, itu adalah hal yang sangat jelas, industri mereka yang sudah digabungkan dengan negara RPTO lainnya bahkan tidak mampu menandingi kebutuhan Invasi ini, apalagi banyaknya juga tank-tank mereka hancur saat Counteroffensive dari Utara Benua Mu.
"Tarik mundur Divisi Marinir Ketiga, kerahkan Divisi Marinir Kedua untuk menutupi kemunduran mereka. Minta Skuadron Kapal Penjelajah 12 memberi dukungan tembakan di titik U12. Berapa lama lagi LRSSG kembali kemari?" Tanya Arde dengan kalem.
"Mereka baru saja lepas landas dari Inertia, kemungkinan tiba kembali membawa paket gempur adalah 1 jam kurang." Balas salah satu petugas Komunikasi..
"Tch, terlalu lama, pada momen mereka tiba disini, pasukan kita sudah akan terbantai.... Coba hubungi AARI dan minta bantuan mereka, hanya mereka satu-satunya yang dapat membantu kita dalam momen genting ini." Ujar Arde dengan tegas.
"Siap!"
"Pak! Laporan dari Pantai Sword.... Mereka sepenuhnya terpukul mundur dan korban jiwa di pihak mereka sangat besar, Jenderal Lakul tidak dapat dihubungi karena La Kasami terkena tembakan meriam tepat di dekat anjungan mereka!" Lapor salah satu petugas dengan panik.
"Sialan... Lakul... Perintahkan sisa-sisa pasukan mereka untuk bergabung dengan pasukan ku, Armada yang ada di sana akan tetap berada di sana untuk menekan posisi musuh selagi bantuan dari AARI datang. Semuanya, terus berjuang!"
Beberapa Helikopter UH-1 Bell milik Korps Aviasi Angkatan Laut Quila nampak terbang dari jarak jauh sambil menembakkan Minigun yang ada di samping helikopter mereka kearah parit-parit pertahanan, bunker dan juga posisi artileri musuh. Tidak hanya itu, beberapa pilot Angkatan Laut Mu yang sinting, terbang mendekat dengan Biplane mereka yang dipasangi HVAR dan meluncurkan semua roket yang mereka bawa ke posisi musuh.
Kondisi medan pertempuran semakin tidak kondusif, moral pasukan semakin menurun begitu juga dengan korban jiwa yang semakin meningkat, mereka butuh sesuatu untuk kembali menaikkan semangat juang mereka, sesuatu yang dapat membuat para Gra Valkas bergetar ketakutan. Dan permintaan Arde dan semua pasukan RPTO itu dijawab dengan satu ledakan besar beruntun yang seketika membersihkan parit-parit pertahanan Gra Valkas.
Arde berjalan ke luar anjungan dan ajudannya memberi beliau teropong, menerima teropong tersebut, Arde melihat ke langit dan tersenyum lebar. Mereka telah datang. Tujuh B-21 Raider AARI melakukan flyby di ketinggian yang tidak dapat dijangkau senjata anti-udara ataupun pesawat Gra Valkas, para B-21 Raider ini menjatuhkan misil-misil Standoff yang mereka bawa dan mengenai semua target penting seperti Bunker Komando serta tempat-tempat mereka menyimpan amunisi.
Dari langit bermunculan puluhan bintik-bintik biru yang kian detik makin dekat. Setelah beberapa puluh detik melihat terus, Arde sadar kalau yang jatuh itu bukan Pesawat Tempur milik AARI, melainkan Mecha Indonesia dengan jumlah 108 unit, Arde tidak tahu mereka ini dari Divisi mana tapi Arde hanya dapat berharap akan yang terbaik.
Kapten Jalal menguap ringan sebelum akhirnya memfokuskan pandangannya ke depan, mereka semua baru saja keluar dari Drop Pod mereka di tengah-tengah langit dan jatuh dengan kecepatan tinggi kearah Pantai Bonaparte. HUD nya mendeteksi titik-titik Senjata anti-udara yang harus dihancurkan, beberapa misil anti-udara yang dimiliki Gra Valkas juga ditandai. Saat ini, Batalyon Armor Taktis Pertama Rakshasa sudah bergabung dengan Batalyon Armor Taktis lain dari berbagai cabang Angkatan Bersenjata lainnya, seperti ADRI dan ALRI contohnya.
Ini adalah pertempuran nyata pertama mereka semenjak didirikan beberapa bulan lalu dan kini mereka akan di baptis dalam api, membuktikan kehebatan mereka secara langsung di medan peperangan.
"Ini Pimpinan Saranjana ke seluruh unit, aku tidak akan berkata banyak tapi aku hanya ingin mengatakan ini, Happy Hunting, boys and girls." Kapten Jalal tersenyum kecil dan melihat HUD di depannya yang menunjukkan aktifnya OS XM3 Tipe C, versi terbaru dari OS XM3.
Semua Mecha dari Resimen Armor Taktis Pertama (Saranjana) langsung mengarahkan Assault Cannon mereka kearah target yang sudah dibagikan diantara mereka agar tidak terjadi tabrakan atau friendly fire. Dengan satu kata perintah, semua Mecha langsung membuka tembakan dengan meriam 36mm yang tentu saja langsung menghujani posisi Pasukan Gra Valkas dengan peluru HESH.
Semua Mecha Indonesia lalu mendarat dengan cukup kasar di tiap titik pendaratan yang sudah dibagikan, tanpa pikir panjang, mereka langsung melaksanakan tugas mereka dengan cepat dan lugas. Jalal menembakkan Assault Cannon nya kearah parit-parit yang digunakan musuh untuk bertahan, para Gra Valkas yang ada di sana pun menjadi daging cincang, lanjut setelah itu, dia langsung menembakkan meriam 120mm dibawah Assault Cannon nya ke sebuah Tank Tiger milik Gra Valkas yang menyebabkan tank tersebut seketika meledak menjadi bola api. Dia terus menghancurkan pasukan musuh tanpa berpikir banyak, ini adalah perang. Itulah yang Jalal terus pikirkan sambil menembaki posisi musuh yang porak-poranda.
Ruang Komando HMPS Ludius.
Jenderal Arde memperhatikan Peta Hologram di hadapannya dengan intens, pasukan Indonesia berhasil memporak-porandakan formasi dan kedisiplinan pasukan Pertahanan Gra Valkas, waktunya menggunakan kesempatan ini untuk meluncurkan serangan. Arde lalu memberikan perintah.
"Beritahukan kepada semua prajurit yang berada di pantai untuk maju, waktunya mendorong bajingan ini keluar dari Pantai mereka." Ujar Arde dengan serius.
Perintah itu dilaksanakan, ratusan prajurit RPTO yang awalnya berlindung di balik bangkai kendaraan seperti tank dan bebatuan, keluar dari tempat persembunyian mereka dengan bayonet yang terpasang di masing-masing moncong senjata. Mereka lalu mulai berlari kearah posisi pertahanan Gra Valkas yang sudah babak belur akibat taktik Shock and Awe dari AARI.
Jenderal Arde juga secara personal turun langsung ke lapangan, meninggalkan para perwiranya yang lain untuk mengkoordinasi aset laut, sedangkan dia sendiri akan memimpin pasukan invasi RPTO yang ada di Pantai Bonaparte. Jenderal Arde menaiki kendaraan berupa M577 Command Post Carrier yang dibeli dari Indonesia mengingat Indonesia sempat banyak mempunyai varian dari kendaraan M113.
Dengan dibantu hujan roket dari kapal perang, hujan peluru berhulu ledak tinggi dan juga pemberondongan yang dilakukan oleh Korps Udara RPTO, pasukan yang dipimpin Arde yang kini berjumlah sekitar 50.000 lebih, berhasil mengambil alih benteng pertahanan Gra Valkas dengan perlawanan sengit, setiap sudut dari benteng ini memiliki titik bunuh yang sangat mematikan, ditambah lagi maraknya penggunaan Shotgun karena pertempuran jarak dekat. Namun karena moral pasukan Gra Valkas yang sudah semakin rendah, akhirnya kebanyakan dari mereka memilih untuk menyerahkan diri.
Pertempuran tentunya tidak sampai disitu, Resimen Armor Taktis Pertama ABRI menjadi mata tombak dalam penyerangan menuju ke Ragna yang sudah memiliki banyak sekali asap hitam mengepul ke langit, seingat Arde, mereka tidak menggunakan taktik Terror Bombing disini karena betapa padatnya senjata pertahanan anti-udara milik Gra Valkas
"Apa yang terjadi di sana?" Tanya Arde keheranan.
"Kami juga tidak tahu pak, yang aneh juga adalah, pesawat-pesawat kita dan Indonesia mendeteksi bahwasanya Korps Artileri Gra Valkas melakukan pengeboman tepat ke... Ragna? Jujur saya juga tidak tahu mengapa." Ucap sang Mayjen dari Fenn keheranan.
Arde nampak berpikir keras sambil melihat kearah tracer yang beterbangan di Ibukota Gra Valkas, Ragna... Apakah terjadi semacam kudeta di sana? Pikir Arde yang memikirkan berbagai kemungkinan yang terjadi.
Tapi walau begitu, mereka harus menyelesaikan apa yang telah mereka mulai dan Arde berniat melakukannya dengan cepat tanpa sedikitpun menghilangkan momentum mereka. Arde memberi perintah untuk membagi pasukannya menjadi tiga bagian dan menggempur Ragna dari tiga arah, Ragna dibangun tepat mengapit dengan gunung yang ada di sana, menjadikan Ragna kota yang akan sangat sulit untuk dikepung, akan butuh banyak prajurit dan juga waktu berbulan-bulan lamanya jikalau mereka ingin menaklukkan Jantung dari Gra Valkas ini, belum lagi dengan wilayah mereka yang lain yang sudah dapat dipastikan akan bertarung hingga ke titik darah penghabisan terakhir.
Arde jadi bimbang dalam memilih keputusan yang pada akhirnya, dia memutuskan untuk membatalkan serangan dan mulai memperkuat benteng yang berhasil mereka ambil alih ini. Setiap jendela/lubang yang ada akan ditempati oleh penembak jitu bersama sang spotter, tidak lupa tentunya Senapan mesin juga dipasang di sana. Resimen Saranjana juga memutuskan untuk membatalkan penyerangan, akan menjadi hal yang bodoh jikalau mereka melakukan hal tersebut sendirian tanpa dukungan infanteri, Mecha tidak akan dapat pernah menggantikan peran prajurit normal.
Dengan belum adanya serangan balasan dari pihak musuh, Arde segera memberi perintah untuk segera memasang setiap bagian dari Pelabuhan buatan Murbei, seperti yang pasukan Sekutu lakukan saat Operasi Overlord dahulu setelah berhasil menguasai Normandy dan sekitar. Pelabuhan ini dengan cepat dirakit, para penyihir yang mereka bawa benar-benar membantu proses pembangunan Pelabuhan Murbei ini. Tak selang lama setelah Pelabuhan selesai dibangun (sekitar jam 1830), kapal-kapal kargo mulai berlabuh dan menurunkan semua barang-barang bawaan mereka, mulai dari Kotak berisi makanan, obat-obatan, amunisi dan hal simpel seperti rokok.
Arde duduk di suatu ruangan yang memiliki furnitur cukup mewah, walaupun banyak yang rusak dan debu akibat gempuran Resimen Saranjana dan Angkatan Laut gabungan. Dia saat ini sedang melakukan diskusi dengan Letkol Angga yang merupakan perwira dari Korps Marinir Indonesia.
"Jadi bagaimana menurut anda, Letkol? Jika kita berhasil menguasai Jalan Raya di titik ini, kita dapat mengamankan jalur logistik untuk Pengepungan selama.... Selama waktu yang dibutuhkan hingga mereka menyerah, Komando mengatakan kalau kita juga harus mengambil Objektif Sword dan Gold melalui darat, dengan dukungan Armada Keempat Mu dan gelombang kedua akan mendarat di sana." Ujar Arde sambil menunjuk beberapa objektif yang belum berhasil diambil alih.
Letkol Angga memperhatikan setiap titik objektif dengan tatapan penuh ketelitian dan hati-hati, jarak Armada Pertama Indonesia dari sini masih sangatlah jauh, kemungkinan tercepat mereka akan tiba adalah tiga hari lagi, apalagi katanya, Lux Spei mengalami kerusakan cukup berat di dek nya yang membuat Ratu Pelabuhan itu harus diperbaiki, kemungkinan besar dia tidak akan berpartisipasi dan tugasnya sebagai Flagship digantikan ke kapal lain.
"Menurut saya sendiri, Jenderal, pasukan kita pasti akan tersebar sangat tipis, jikalau kita bandingkan, persenjataan infanteri Gra Valkas dengan yang dibawa prajurit-prajurit kita, sudah jelas kita kalah jumlah, kita menang di bagian sihir dan taktik asimetris, namun musuh cepat atau lambat akan beradaptasi lalu... Mereka pasti dapat menemukan celah di garis pertempuran kita dan langsung melempar semua aset yang mereka punya di satu celah itu... Ini akan seperti Nazi saat melewati Ardennes dengan mudahnya..." Gumam Angga khawatir.
"Benar, jumlah kita di Benua ini terlalu sedikit, jalur logistik laut kita bisa saja terputus karena Armada Laut Valkas masihlah aktif, walaupun rata-rata adalah kapal yang katanya berada di Armada Cadangan mereka, kita harus memperhatikan setiap langkah yang kita ambil untuk meminimalisir korban jiwa." Arde setuju dengan apa yang dikatakan Angga, salah saja langkah mereka maka hal itu dapat menyebabkan kekalahan bagi RPTO yang juga sudah ngos-ngosan dalam berperang.
"Itu akan cukup... Susah diatasi jikalau terjadi, doktrin kita selalu memastikan setiap personel agar selamat dalam setiap pertempuran karena saat di Benua Mu ataupun Tengah, kita selalu punya superioritas udara, sedangkan disini kita hanya dapat menerbangkan pesawat dengan jarak jelajah yang jauh, itupun dalam jumlah yang terbatas, lapangan udara sekutu terdekat hanya ada di Irnetia yang baru kita taklukkan, setidaknya butuh waktu minimal 2 bulan lebih untuk memperbaiki dan meng-upgrade lapangan Udara tersebut agar dapat mengakomodasi pesawat-pesawat jet milik AURI. AARI mungkin dapat membantu, tapi mereka tidak dapat memenangkan perang sendirian dengan hanyal modal superioritas udara saja..." Ucap Angga yang jujur juga sangat bingung untuk melakukan apa.
"Lagi-lagi saya setuju, untuk sekarang, kita bertahan selagi menunggu bala bantuan lalu kembali melanjutkan ofensif, berharap saja mereka tidak selesai membangun fortifikasi dalam waktu singkat." Ucap Arde dengan suram.
Kedua perwira tinggi tersebut lanjut melakukan diskusi mengenai masa depan Operasi Skyfall ini.
Kastil Nivles, Ragna, Kekaisaran Gra Valkas.
7 Juni 1640.
0120.
Gra Cabal nampak mengusap keringat yang ada di dahinya, dia nampak lelah dan lusuh sambil memegang senapan STG-32, senapan serbu andalan Kekaisaran Gra Valkas selama bertahun-tahun dan kini senjata tersebut menunjukkan taringnya dalam melawan prajurit-prajurit Valkas yang melakukan kudeta terhadap sang Kaisar.
"Mayor Grom, bagaimana situasinya?" Tanya Cabal.
"Sejauh ini dapat kami atasi, namun pasukan pemberontak terus saja mendapat bala bantuan prajurit yang mundur dari Front melawan RPTO, saat ini pasukan khusus kita tengah berjuang untuk menguasai bangunan komunikasi di Utara Ragna." Balas Mayor Grom.
"Begitu... Kita harus sesegera mungkin mengambil alih bangunan itu agar dapat menyiarkan pidato Ayahanda ke seluruh Benua dan koloni kita." Ucap Cabal sambil menghela nafas panjang.
"Yang Mulia, anda berpikir kalau mereka akan datang membantu kita?" Tanya Mayor Grom sedikit ragu.
"Siapa yang kamu maksud mereka, Mayor?"
"Yang saya maksud adalah para Orussia, Karlander dan Gallia yang telah kita taklukkan beberapa dekade lalu bersamaan dengan beberapa koloni dari Britannica... Apa anda yakin mereka akan datang membantu kita?" Tanya Mayor Grom kali ini sangat ragu.
"Aku juga hanya bisa berharap, Mayor, Jenderal Montgomery yang memimpin Kelompok Tentara 21, Jenderal Manstein dari Kelompok Tentara Selatan dan para Gubernur Jenderal yang memimpin setiap wilayah yang kita jajah berjanji akan membantu kita jikalau terjadi situasi seperti ini... Tentu dengan syarat." Ucap Cabal menghela nafas lagi.
"Syarat seperti apa, Yang Mulia?" Tanya Mayor Grom bingung.
".... Mereka meminta untuk dimerdekakan setelah selesai kudeta dan peperangan ini." Ucap Cabal dengan pelan.
Mayor Grom melebarkan matanya lalu menundukkan kepalanya. "Lalu untuk apa aku dan saudara-saudara ku bertempur mati-matian dahulu untuk menaklukkan mereka? Apakah semua itu... Sia-sia?"
Cabal memegang bahu Mayor Grom dan berkata dengan tegas. "Tidak ada yang namanya sia-sia, Mayor, semua ada maknanya... Kita hanya perlu menjalani semua ini dengan kepala yang terangkat."
"Baik... Yang Mulia, aku harap pengorbanan mereka tidak sia-sia." Ucap Mayor Grom sambil menundukkan kepalanya.
Pangeran Cabal kembali diam sembari melihat ke langit, dimana ada banyak pesawat Antares bertempur antara satu sama lain, saudara melawan saudara dalam pertempuran perebutan kekuasaan. Cabal merasa sangat miris dan sedih saat melihat semua ini terjadi tanpa dapat dia lakukan apapun untuk menghentikannya, Mayor Grom pun pamit pergi untuk lanjut mengkoordinir pasukan pertahanan.
Cabal tinggal sendiri dengan perasaan yang campur aduk, namun belum sempat dia berpikir lebih jauh, dia tiba-tiba merasakan kehadiran seseorang dari belakangnya. Cabal melihat kebelakang dan menyadari kalau itu adalah Maryna, Ibu tiri Cabal dan Istri kedua dari Gra Lux. Cabal selalu merasa ada yang aneh dari Ibu tiri nya ini, dia tidak seperti Ibu tiri konvensional pada umumnya, dia penyayang, keras kepala, tegas dan juga sangat cerdas. Tidak seperti bangsawan-bangsawan yang pernah ia jumpai di masa lalu.
"Ibunda." Ucap Cabal sambil membungkukkan kepalanya.
Maryna tersenyum kecil sebelum akhirnya duduk di samping Cabal, hal lain yang membuat Cabal aneh adalah... Aura yang sangat menenangkan selalu keluar dari tubuh Maryna... Sungguh mengherankan.
"Kamu terlihat gusar, Putra ku." Ucap Maryna.
"Siapa yang tidak gusar dengan keadaan Kekaisaran seperti ini... Ibu... Sekarang saja kita membunuh banyak sekali rakyat Kekaisaran kita sendiri demi melindungi diri dari mereka... Ayahanda seharusnya memusnahkan para Faksi Pro-perang saat kita dipindahkan ke dunia ini sesuai permintaan Mendiang Ibu dulu." Ucap Cabal dengan penuh kebencian menyebut nama Faksi Pro-perang.
Maryna mengelus kepala Cabal dengan penuh kasih sayang. "Amarah tidak akan membawamu kemanapun, Putra ku Cabal, yang hanya dapat kita lakukan saat ini menyelesaikan apa yang telah kita mulai." Maryna lalu melihat kearah langit dengan senyuman.
Cabal memandang aneh sang Ibu, jujur Cabal sebenarnya merasa takut dengan Maryna. Cabal tidak dapat membaca pikiran Maryna dan apa yang ia pikirkan... Hal itu membuatnya selalu merinding saat di dekat Ibu tirinya itu. Lalu tiba-tiba radio yang ada di ruangan tempat mereka berdua berada berbunyi.
SREEEEK SREEKKK
Cabal membulatkan matanya dan tersenyum lebar. "Mereka berhasil...."
Ruang rekaman di Kastil Nivles.
Kaisar Gra Lux nampak berdiri di atas podium kecil yang selalu dia pakai untuk memberi pidato ke seluruh Benua Deismoska dan koloni-koloni mereka.
"Yang Mulia, kita dapat memulai siarannya." Ucap salah satu staf.
"Baiklah... Terimakasih." Kaisar Gra Lux berdehem sebentar lalu memulai pidatonya yang akan dikenang sepanjang sejarah Terra.
"KEPADA SUBYEK KAMI YANG BAIK DAN SETIA,
Setelah merenungkan secara mendalam kecenderungan umum dunia dan kondisi aktual yang terjadi di kerajaan kita saat ini, kami memutuskan untuk menyelesaikan situasi saat ini dengan mengambil tindakan luar biasa.
Kami telah memerintahkan pemerintah untuk menyampaikan kepada pemerintah Indonesia, RPTO dan Eimor bahwa kerajaan kami menerima ketentuan deklarasi bersama mereka.
Berjuang untuk kemakmuran dan kebahagiaan bersama semua bangsa serta keamanan dan kesejahteraan rakyat kita adalah kewajiban serius yang telah diwariskan oleh nenek moyang kekaisaran kita dan melekat erat di hati kita.
Memang benar, kami menyatakan perang terhadap Indonesia dan RPTO karena keinginan tulus kami untuk menjamin kelangsungan hidup Valkas dan stabilisasi Benua Mu, dan hal ini jauh dari pemikiran kami untuk melanggar kedaulatan negara lain atau memulai perluasan wilayah.
Namun kini perang tersebut telah berlangsung hampir beberapa bulan. Terlepas dari upaya terbaik yang telah dilakukan oleh semua orang – perjuangan gagah berani dari kekuatan militer dan angkatan laut, ketekunan dan ketekunan para pegawai negara, dan pengabdian penuh pengabdian dari seratus juta rakyat kita – situasi perang belum tentu berkembang sesuai dengan kondisi saat ini. Keuntungan Valkas, sementara tren umum di dunia telah berbalik berlawanan dengan kepentingannya.
Terlebih lagi, musuh telah mulai menggunakan senjata baru dan paling kejam, yang kekuatannya untuk menimbulkan kerusakan sungguh tak terhitung, memakan banyak korban jiwa. Jika kita terus berperang, hal ini tidak hanya akan mengakibatkan keruntuhan dan kehancuran total bangsa Valkas, tetapi juga akan menyebabkan kepunahan total peradaban manusia.
Kalau begitu, bagaimana kita bisa menyelamatkan jutaan rakyat kita, atau menebus dosa kita di hadapan roh suci nenek moyang kekaisaran kita? Inilah alasan mengapa kami memerintahkan penerimaan ketentuan-ketentuan deklarasi bersama kekuasaan.
Kami sangat menyesal kepada negara-negara sekutu kami di Benua Mu, yang secara konsisten bekerja sama dengan Kekaisaran dalam upaya emansipasi ke Benua Mu.
Pikiran tentang para perwira dan prajurit serta orang lain yang gugur di medan perang, mereka yang meninggal saat menjalankan tugas, atau mereka yang meninggal sebelum waktunya dan seluruh keluarga mereka yang berduka, menyakitkan hati kita siang dan malam.
Kesejahteraan mereka yang terluka dan korban perang, serta mereka yang kehilangan rumah dan mata pencaharian, merupakan objek perhatian kami yang mendalam.
Kesulitan dan penderitaan yang harus dihadapi bangsa kita di kemudian hari tentu sangat besar. Kami sangat menyadari perasaan terdalam kalian semua, rakyat kami. Namun, sesuai dengan waktu dan takdir, Kami telah memutuskan untuk membuka jalan bagi perdamaian besar bagi semua generasi yang akan datang dengan menanggung penderitaan yang tidak dapat ditanggung dan penderitaan yang tidak dapat ditanggung.
Karena mampu menjaga dan memelihara Struktur negara, Kami selalu bersama kalian, rakyat kami yang baik dan setia, mengandalkan ketulusan dan integritas kalian.
Berhati-hatilah terhadap ledakan emosi apa pun yang dapat menimbulkan komplikasi yang tidak perlu, atau perselisihan dan perselisihan persaudaraan apa pun yang dapat menimbulkan kebingungan, menyesatkan kalian dan menyebabkan kalian kehilangan kepercayaan dunia.
Biarlah seluruh bangsa tetap menjadi satu keluarga dari generasi ke generasi, yang selalu teguh dalam keyakinannya akan kelangkaan tanah sucinya, dan sadar akan beban tanggung jawabnya yang berat, dan perjalanan panjang yang harus dilaluinya.
Satukan kekuatan total kalian, untuk mengabdi pada konstruksi untuk masa depan. Kembangkanlah sikap jujur, tumbuhkan jiwa yang mulia, dan bekerjalah dengan tekad – sehingga kalian dapat meningkatkan kejayaan kekaisaran dan mengimbangi kemajuan dunia.
Tertanda, Kaisar Gra Lux."
Benteng 'Bonaparte', 10KM dari Ragna.
Jenderal Arde dan Letkol Angga mendengarkan pidato penyerahan diri dari Kaisar Gra Lux dengan sangat intens, mereka merasa bahagia mengetahui kalau sang Kaisar ternyata masih memiliki akal sehat.
"Letkol Angga..."
"Ya, Jenderal... Kita berada di penghujung peperangan, mari kita menuju Gerbang Neraka bersama, eh."
????/???? /????
Fort Neu Otaheit, Planet tidak dikenali.
Sersan Edward tidak tahu kenapa ini bisa terjadi padanya... Beberapa bulan lalu saat dia mendaftarkan diri sebagai prajurit ekspedisi ke Luar Angkasa, dia mengharapkan petualangan di Dunia baru tidak dikenali dan mungkin menemukan kehidupan asing yang bersahabat, tapi dia tidak mengharapkan ini semua!
"Semuanya! Pertahankan garis ini! Kita tidak bisa membiarkan mereka melewatinya!" Teriak Edward sambil menembakkan AN/M2 'Stinger' miliknya kearah gelombang Nod kelas Soldier.
"Raaaaahhhhh!!!"
Edward terus menembak sampai dia merasa kalau tanah tempat dia berdiri bergetar, saat dia melihat sumber penyebab getaran tersebut, ia tersenyum. Itu adalah A-6FM Intruder II, varian luar angkasa dari Mecha A-6 milik Indonesia. Semua Chaingun milik Intruder II tersebut menembakkan ratusan timah panas yang mengoyak musuh demi musuh dengan efisien yang tinggi. Edward benar-benar merasa senang dan kesal dengan posisinya saat ini.
Lalu beberapa Jet F/B-22 Ion Raptor melakukan flyby sambil menjatuhkan semua bom dan misil yang mereka bawa, menyebabkan ledakan yang jauh lebih besar di posisi musuh, namun setelah mereka melakukan hal itu, mereka langsung dikejar-kejar oleh beberapa Wyvern yang nampaknya jauh lebih tangguh daripada Wyvern yang ada di Terra, seingat Edward, nama mahluk mirip Wyvern itu adalah Deltandar, pertama kali ditemukan saat pertempuran di Front Kaukasus tahun 1960an.
"Semoga mereka tidak kenapa-kenapa..." Gumam Edward yang jujur tidak ingin kehilangan dukungan pesawat sehebat Ion Raptor.
"Sersan! Musuh menyerbu dari arah kanan!"
"Hujani mereka dengan Mortar dan minta Korps Artileri otomatis milik Indonesia untuk menghujani mereka, kita tidak boleh membiarkan mereka menembus garis pertahanan!"
"Oohhraahh!"
Pertarungan KRI Sirius beserta semua kru nya untuk bertahan hidup di Planet asing terus berlanjut, dengan suatu kejutan yang besar menanti mereka di Planet tersebut....
TBC.
Akhirnya update juga gua aoakoakaoa
Alhamdulillah Indonesia punya F-15EX sekarang cuy, gak ada Sukhoi-Sukhoi-an, kenyang persenjataan dari barat. Bismillah dapat HIMARS dan AWACS juga dah hihihi
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top