Chapter 51 : Skyfall


Gedung Pemerintahan sementara, Runepolis, Kekaisaran Suci Mirishial.

6 Mei 1640.

Bookman duduk dengan tenang sambil menghisap rokok yang dia beli dari pedagang Indonesia, nikotin yang dia hisap membuat dirinya tenang dan denyut kepalanya yang seperti imgin meledak, sementara waktu mereda.

Sejak kematian Kaisar Milishial tiga hari lalu ditangan Pasukan Khusus Gabungan RPTO, Kekaisaran Suci Mirishial akhirnya berada dibawah kendali Bookman dan anak buahnya, masih banyak elemen Angkatan Bersenjata yang masih diluar sana dan terus melawan RPTO, namun Bookman tahu kalau itu adalah usaha yang sangat sia-sia, tidak ada gunanya.

Seperti pertempuran yang terjadi di Selatan Runepolis yang dimenangkan dengan sangat susah payah oleh Enam Divisi Shock Trooper dari TNI AD, total korban jiwa yang Bookman dapatkan sangatlah membuat dia jijik dan ngeri. Total korban jiwa dari pihak Mirishial adalah sekitar 380.000+ prajurit beserta perlengkapan mereka, lebih dari 20.000 luka-luka dan ditangkap, ini adalah salah satu kekalahan paling pedih yang diterima Mirishial.

Lalu korban jiwa di Runepolis saja membuat Bookman mengusap jidatnya dengan sabar, total ada sekitar 7.800.000 prajurit dan warga sipil yang berjuang melawan Pasukan Khusus Indonesia yang melakukan Misi Bunuh diri untuk menurunkan Milishial dari tahtanya. Total korban jiwanya berada di nomor 1 Juta lebih, itu baru klaim dari Indonesia dan proses pengecekan masih terus berlanjut, bisa saja jumlah korban jiwa itu semakin naik.

"Сволоч, semoga menyerah saja, jumlah korban jiwanya sudah sangat mengkhawatirkan." Gumam Bookman mengeluarkan aksen Luscinia Selatannya, tempat kelahiran Bookman.

Bookman melihat keluar dan terdapat ratusan tenda berwarna putih yang didirikan oleh para Automata milik Indonesia, tenda-tenda ini adalah tenda medis dan tenda pengungsi yang akhirnya menyerah juga setelah melihat kepala Kaisar Milishial digantung di atas Gedung Pemerintahan sementara.

Saat para Komando Indonesia dan RPTO datang sambil membawa kepala Kaisar Milishial, moral dan semangat juang tentara Mirishial beserta warga yang ikut, langsung hancur berkeping-keping saat melihat Kaisar mereka sudah terpenggal oleh orang-orang yang menurut mereka barbar beberapa bulan lalu. Para prajurit dan warga yang memegang senjata mulai melempar senjata mereka ke tanah dan dengan pengawalan prajurit Koalisi, Prajurit Mirishial menyerah, menandakan Pertempuran Runepolis.

Secara resmi, Kekaisaran Suci Mirishial masih eksis mengingat banyak sekali anggota pemerintahan Mirishial yang sempat kabur dan mendirikan kelompok perlawanan di berbagai daerah wilayah, namun Bookman dan petinggi lainnya di Pasukan Revolusi Mirishial, telah melakukan referendum di seluruh Provinsi Mirishial, hasilnya baru selesai tadi malam, hasilnya, semua Provinsi setuju untuk menghentikan peperangan tidak ada artinya ini dan mulai melucuti para prajurit-prajurit loyalis yang tersisa.

Nanti di waktu yang belum ditentukan, akan diadakan Pertemuan yang membahas masa depan Mirishial dan warisannya, apakah mereka akan dipecah? Atau tetap bersatu tapi dibawah Administrasi baru? Itu masih belum diketahui, namun Indonesia dengan sukarela mengirim beberapa orang yang akan membantu sebisa mereka dalam membuat Mirishial yang lebih baik di masa depan.

Bookman menutup matanya, tugasnya telah selesai dan sudah waktunya dia beristirahat.

8 Mei 1640.

Kaisar Milishial memang mati dan Kekaisaran Mirishial dibawah kepemimpinan sementara Bookman, mengajukan penyerahan diri tanpa syarat, tapi bukan berarti banyak yang setuju akan keputusan sepihak ini. Masih ada ribuan prajurit Mirishial diluar sana yang masih loyal terhadap Kaisar Milishial dan bertekad untuk 'membebaskan' Mirishial dari tangan penjajah.

Total korban jiwa di RPTO ada di sekitar 7.000-14.000, dengan TNI secara mengejutkan kehilangan lebih dari 900 prajurit, pilot dan sebagai macamnya, Peperangan di Mirishial jauh lebih berdarah daripada yang diharapkan, namun dapat dimaklumi, Mirishial adalah lawan yang sangat tangguh, jikalau secara hipotesis Indonesia harus berperang sendirian tanpa bantuan RPTO menghadapi Mirishial, para Perwira Tinggi sepakat kalau TNI akan mengalami korban 10 kali lipat dari jumlah yang di atas.

Mirishial berhasil ditaklukkan, tinggal menunggu kabar dari Eimor dan Pasukan Ekspedisi Keempat RPTO yang menggempur Agartha dan Torquia, Meerky sendiri sudah menyerahkan diri tiga hari sebelum penyerangan ke Runepolis setelah AURI melakukan pengeboman tanpa diskriminasi di Ibukota mereka. Kampanye di Torquia dan Agartha diharapkan akan selesai pada akhir bulan Mei atau lebih.

Pada tanggal 12 Mei, Counteroffensive 90.000 pasukan RPTO berhasil mengambil separuh wilayah Leifor yang dijajah Gra Valkas, dengan Hinomawari telah berhasil dimerdekakan akibat kerja keras pasukan Mu dan beberapa sekutu dari RPTO. Magicaraich sendiri akhirnya memulai Kampanye militer mereka di Sonal dengan mengerahkan 35.000 kearah perbatasan mereka dengan Sonal yang adalah pegunungan, ini menjadi masalah yang membuat kepala petinggi militer Magicaraich pusing tujuh keliling, memikirkan rencana untuk bagaimana caranya melakukan serangan kejutan ke Pasukan Gra Valkas dan NWO di Sonal.

Lalu, salah satu Jenderal Magicaraich yang bertugas di lapangan bernama Jenderal Michel Ney, membaca buku strategi Perang khusus Pegunungan yang ada di perpustakaan digital Indonesia, dia membaca strategi gila dari seorang Kaisar dan Jenderal perang terhebat pada masanya, Napoleon Bonaparte yang menyebrangi Pegunungan Alpen dalam lima hari saja, hal ini memberinya inspirasi untuk benar-benar melakukan serangan kejutan dari arah belakang.

Jikalau Napoleon, dengan teknologi yang jauh tertinggal dari Magicaraich, bisa menyebrangi Pegunungan Alpen yang setinggi ribuan meter dengan membawa 40.000 prajurit termasuk Artileri, seharusnya dia bisa melakukannya juga, bukan? Jenderal Michel Ney pun meminta izin untuk memimpin pasukan invasi ke Sonal dan langsung disetujui oleh pimpinan Magicaraich, karena secara simpelnya mereka tidak punya ide yang lebih baik.

Pada tanggal 14 Mei, operasi penyebrangan melalui Pegunungan pun dimulai dengan 35.000 prajurit Magicaraich dengan 120 Tank Crusader, 170 Artileri 105mm yang ditarik dengan truk dan 90 kendaraan lapis baja Greyhound, mulai melintasi Pegunungan yang membatasi Sonal dan Magicaraich.

Di waktu yang bersamaan, Bushpaka Latan dibakar hangus hingga ke tanah oleh AURI dan AARI yang mendeteksi pergerakan yang mencurigakan di tempat tersebut, ratusan atau ribuan bom baik itu berhulu ledak tinggi, Incendiary atau tandan dijatuhkan ke kota tersebut, seminggu berlalu dan kota tersebut hanyalah abu hitam yang tidak bermakna sama sekali. 7.500 Marinir Indonesia lalu masuk dengan membawa 14 unit Metal Gear Ray dan 34 A-6 Intruder untuk mengamankan pulau tersebut.

Mereka, AURI dan AARI, hampir tidak mendapatkan perlawanan apapun selain beberapa semprotan Senjata Anti-Udara yang dapat dengan mudah dihindari oleh pesawat-pesawat Pengebom Indonesia dengan pilot yang elit. Penyerangan berkelanjutan ke Kekaisaran Annonrial sesegera mungkin direncanakan, namun untuk sekarang Indonesia beserta para sekutunya berfokus untuk menaklukkan Gra Valkss terlebih dahulu, mengingat merekalah negara yang benar-benar membuat Indonesia kerepotan.

Semenjak Armada permukaan mereka hampir semuanya lenyap saat Pertempuran Laut Vestal, Angkatan Laut Gra Valkas mengalami pukulan telak dan harus menggunakan kapal-kapal lama milik mereka seperti Pre-Dreadnought. Gra Valkas yang terpotong dari sekutu NWO mereka yang lainnya, memanfaatkan sisa-sisa sumber daya mereka untuk membuat kapal selam yang sangat banyak. Total Kapal Selam Gra Valkas yang aktif saat ini saja sudah sekitar 127 atau lebih, dengan rata-rata Gra Valkas dapat memproduksi sekitar 30 Kapal perbulannya, hal ini sempat membuat Armada Permukaan RPTO kewalahan, karena rata-rata persenjataan modern yang dimodifikasi oleh Indonesia untuk mereka adalah senjata permukaan, bukan Anti Kapal Selam.

Makanya untuk mengakali hal ini, Indonesia membongkar kembali stok persenjataan lama mereka yang entah bagaimana masih berfungsi, Depth Charge era Agresi Militer dan Perang Kemerdekaan. Depth Charge ini terbilang lumayan mengubah alur peperangan, ditambah lagi Indonesia mengerahkan armada P-8IEX Poseidon mereka untuk memburu kapal-kapal selam milik Kekaisaran Gra Valkas.

Saat ini, Gra Valkas memberikan perintah ke seluruh Pasukan NWO yang masih tersisa untuk mundur dan berkumpul di Leiforia, untuk melakukan Last Stand. Teritori yang ditinggalkan Gra Valkas dan sekutu mereka langsung diambil kembali oleh Pemberontak Leifor, begitu juga RPTO yang datang dari Utara dan Timur.

Tanggal 19 Mei 1640 akan menjadi yang sangatlah bersejarah bagi Magicaraich karena pada hari itu itu, Jenderal Michel Ney berhasil menyeberangi Pegunungan Kantegus yang terkenal sangat mematikan dengan 35.000 Pasukannya dan langsung melakukan penyerangan ke Outpost pasukan Gra Valkas yang terkejut terheran-heran karena tidak pernah mereka melihat pasukan Magicaraich datang. Seketika kedua pihak langsung saling menembak dengan pasukan Michel dengan cepat menerobos Dragon Teeth yang dipasang Gra Valkas menghadap Pegunungan Kantegus, mereka cukup paranoid ternyata.

Gempuran ini di dukung oleh Angkatan Udara Magicaraich dan Mu, para Wyvern dan Pesawat tempur melakukan dukungan udara jarak dekat yang membuat Gra Valkas cukup kalang kabut, Outpost tersebut jatuh setelah dua jam pertempuran, Jenderal Michel yang memanfaatkan situasi dan momentum, segera melancarkan serangan ke Tir na Nog, Ibukota dari Sonal yang dijadikan benteng terakhir oleh pasukan-pasukan Gra Valkas yang tidak mau mundur dan mati dengan kejayaan.

Kota Tir na Nog dikenal sebagai tempat yang dipenuhi dengan pepohonan, bunga, dan perbukitan. Tempat impian yang rimbun dan tetap hijau sepanjang tahun, sehingga banyak sekali orang dari berbagai Daerah Peradaban ingin datang ke Kota tersebut. Walaupun begitu, Kota Tir na Nog juga memiliki infrastruktur yang sangatlah maju untuk negara dengan teknologi sekelas 1875, bangunan-bangunan dari kota Tir na Nog banyak mengambil sentuhan dari kota-kota di Inggris Raya saat pada tahun 1920an, cukup lebih maju daripada Mu sebelum bekerja sama dengan Indonesia. Kota ini juga menyimpan banyak sekali karya seni yang sangat indah dan berharga, tidak ada lagi di tempat lain.

Jenderal Michel yang memang pecinta karya seni dan sejarah, meminta bantuan dari Mu untuk mengambil alih kota Tir na Nog ini, dia tidak ingin merusak karya seni atau bekas sejarah di Kota tersebut, apalagi dia hanya membawa 35.000 prajurit dari lebih dari 4.000 dari mereka tewas dan 976 sedang luka-luka. Namun sayangnya saja, Mu menolak, mereka sedang mempersiapkan pasukan untuk melakukan invasi Amfibi skala masif dengan negara-negara RPTO lainnya, tepat di Ragna, Ibukota Gra Valkas.

Tidak mempunyai pilihan lain, Jenderal Michel harus menggunakan cara kotor untuk memenangkan pertempuran, Jenderal Michel memerintahkan para Alkemis dan Penyihir yang dia bawa untuk membuat sebuah gas beracun yang dapat membunuh satu kota dalam waktu sekejap, awalnya dia mendapatkan pertentangan dari beberapa anak buahnya dan para Alkemis yang tidak setuju, menurut mereka ini adalah menyalahgunakan Sihir dan berkat yang mereka dapatkan.

Namun Jenderal Michel mempertegas perintahnya yang membuat para Alkemis dan Penyihir mengiyakan perintah dari Michel, di malam tanggal 20 Mei, gas kimia tersebut dilepaskan kearah Kota Tir na Nog dan pada malam itu... Lebih dari 190.000 orang mati dengan keadaan tenang. Para Alkemis dan Penyihir yang memang tidak mau menyebabkan kematian yang tidak perlu, membuat racikan gas kimia baru yang membuat mereka mati dengan sangat tenang dalam tidur.

Pada pagi harinya, Michel dan pasukannya mulai memasuki Kota Tir na Nog setelah mendapat konfirmasi kalau gas kimia yang mereka gunakan hampir semuanya menghilang, beberapa tempat masih ada karena mungkin tempat itu cukup tertutup dan memerangkap gas kimia terbaru tersebut. Ribuan mayat dari bayi hingga lansia tentara Magicaraich temukan dengan senyuman di wajah mereka, entah apa yang para alkemis dan Penyihir lakukan hingga mereka dapat mati dengan setenang ini.

Namun hal mengejutkan lainnya adalah, hanya ditemukan sekitar 700 prajurit Gra Valkas dengan beberapa kendaraan seperti truk dan Tank, ini semua tidak sesuai seperti laporan yang diberikan Umbra Interfectorum beberapa hari lalu sebelum penyerangan gas beracun... Aman untuk berkata, semua prajurit Magicaraich yang ada di Kota Tir na Nog memiliki perasaan bersalah yang teramat di hati mereka, semua penduduk kota mati dalam satu malam... Hanya untuk beberapa ratus prajurit? Apalagi yang lebih mengoyak hati adalah, para prajurit-prajurit Gra Valkas ini berencana untuk menyerahkan diri san memberi kendali atas Kota Tir na Nog ke Jenderal Michel di hari itu juga...

Jenderal Michel Ney yang merasa sangat bersalah, memutuskan melakukan tugas terakhirnya, menggali lubang raksasa untuk menguburkan mayat-mayat penduduk Kota Tir na Nog yang terbunuh, hal ini juga sudah dilaporkan ke Pusat Komando RPTO dan Magicaraich, aman untuk berkata, mereka merasa sangat marah pada Ney dan Umbra Interfectorum.

Untuk Ney mungkin dapat dimaklumi, karena Jenderal kadang harus mengambil keputusan berat di situasi apapun yang mereka hadapkan. Namun Pusat Komando RPTO sangat marah pada pimpinan Umbra Interfectorum yang memberi informasi palsu dan pada hari itu juga mereka langsung dibawa ke persidangan militer.

Perlawanan dari pimpinan Umbra Interfectorum sangatlah konyol, alasan mereka adalah untuk membersihkan bekas-bekas kotoran Gra Valkas dan kolonialisme, namun para hakim tidak senang mendengar hal tersebut dan menjatuhi hukuman mati untuk semua jajaran pimpinan Umbra Interfectorum. Organisasi tersebut kini untuk sementara waktu dibubarkan dan semua anggotanya ditahan.

Tanggal 25 Mei 1640, Leiforia sekarang adalah definisi sebenarnya dari benteng. Ratusan Artileri, ratusan tank, ribuan infanteri dan parit-parit pertahanan berlapis, belum lagi ladang ranjau yang mereka buat dengan radius sekitar 6 Kilometer, hal ini diharapkan akan dapat menahan laju kekuatan RPTO yang hari demi hari terus mendekat.

Indonesia sayangnya tidak bisa berpatisipasi secara langsung, padahal niat awal mereka adalah mengirim Tiga Divisi Automata dan menjatuhkan mereka dibalik garis musuh lalu mengakibatkan kekacauan besar-besaran. Namun terjadi suatu hal yang cukup menarik sekaligus mengerikan di Indonesia. Ribuan warga dan juga prajurit yang dimobilisasi secara massal, melakukan demo di depan gedung pemerintahan, kelompok demonstran ini semakin banyak setiap harinya dan menyebabkan Indonesia terjebak dalam situasi cukup unik ini.

Istana Merdeka, Jakarta, Republik Indonesia.

Presiden Sakura melihat kearah luar jendela dengan tatapan bosan, ribuan demonstran memegang papan yang bertuliskan 'Jahanam dengan Robot!' 'Kami ingat damai, beri kami kedamaian!' 'Presiden sialan!'. Jujur saja, Sakura jauh lebih terhibur saat melihat tulisan-tulisan konyol dari warga negaranya yang sedang berdemo.

"Bagaimana menurutmu, Misae?" Tanya Sakura.

"Kacau, Nyonya, semua orang sudah lelah dengan peperangan dan intervensi militer yang negara kita lakukan sejak administrasi pak Wijaya, hal yang dapat dimaklumi namun tidak dapat ditolerir." Ucap Misae yang sudah memakai rompi anti peluru dan memegang SS7.

"Setuju... Perang adalah hal yang mengerikan dan hanya membawa penderitaan bagi semua orang, pemenang atau yang kalah. Aku paham perasaan mereka walaupun aku bukan murni orang Indonesia, peperangan hampir sekitar 143 tahun lebih tanpa menikmati kemerdekaan kita dalam damai? Ya, aku bisa gila jikalau seperti itu." Ucap Sakura sambil menghela nafas.

Indonesia semenjak mendapatkan kemerdekaan dengan bantuan Kekaisaran Jepang dan Amerika Serikat, tidak pernah merasakan nikmat kedamaian dari kemerdekaan yang telah lelah mereka dapatkan. Mungkin jika di total, Indonesia menikmati kemerdekaan mereka hanya sekitar tiga tahun kurang atau lebih, karena pada tahun 1942, Indonesia ikut Perang Dunia Kedua dengan ajakan dari dua negara yang memerdekakan mereka dari tirani Belanda.

Lalu tiba-tiba pintu di ketuk, Sakura menganggukkan kepalanya ke Misae yang langsung berjalan ke pintu dan dengan hati-hati membukanya, terlihat seorang Paspampres yang kepalanya di perban dan perban tersebut ada corak darah..

"Ada apa?"

"Pemimpin dari para demonstran ingin berbicara dengan Nyonya Presiden." Ucap sang Paspampres terengah-engah.

"Buk?" Tanya Misae dengan ragu kearah Sakura yang merapikan pakaiannya. Sakura terlihat pucat, keriput di wajahnya yang cantik semakin terlihat, uban nya juga semakin banyak, dibawah matanya terdapat bercak hitam akibat kurang tidur dan Tubuhnya sangatlah kurus karena kurang makan.

"Jika mereka ingin berbicara, bawa mereka kemari, dua orang saja, tidak lebih tidak kurang, rampas senjata mereka, aku tidak ingin ada yang jarinya gatal, mengerti?" Ucap Sakura dengan tegas, matanya seolah-olah menusuk ke dalam jiwa sang Paspampres.

"Siap, mengerti!" Sang Paspampres lalu lari untuk memberitahukan titah dari sang Presiden Wanita kedua Republik Indonesia.

Sakura kembali terduduk dan kepalanya tertunduk sambil menjambak rambutnya, dia terlihat mengerang sangat keras sebelum akhirnya menghela nafas panjang, sangat sangat panjang.

"Misae, seduh Popmie rasa Kari, seduh untuk dirimu juga dan 'tamu' kita... Aku lapar." Ucap Sakura.

"Siap, buk." Misae langsung mengerjakan tugasnya.

Sedangkan Sakura langsung merapikan meja kepresidenan dan melihat laporan dari AARI mengenai suara yang tidak dapat diidentifikasi asalnya, saat ini saja mereka sudah mengirim tiga HSST dan satu Kapal Penghancur luar angkasa kelas Sumatra untuk mencari tahu asal suara aneh itu. Karena selama ini, suara luar angkasa yang dapat didengar oleh AARI adalah suara raungan dari Temple Ship milik Nodian dan kekosongan yang abadi.... Mengetahui kalau Nodian juga nampaknya eksis di dunia ini, Sakura mengaktifkan Rengkum 666 (Rencana Kemungkinan) yang dibuat oleh Kemenhan dan jajaran staf TNI lainnya..

Mereka akan memasang ranjau Nuklir di beberapa titik cekik yang mereka temukan di perbatasan Tata Surya tempat Terra berada, Ngomong-ngomong nama tata surya ini adalah Terranova. Nuklir HAVOK dengan daya ledak sekitar 30 Megaton akan di pasang dengan radius sekitar 10 Juta Kilometer, nuklir yang akan digunakan sangatlah banyak dan Sakura sendiri ragu kalau misalnya Indonesia dapat mencukupi kuota yang disarankan, itu saja masih satu titik cekik penting, belum dengan titik cekik lainnya yang jika di total ada sekitar 20 titik cekik.... Rengkum 666 akan membuat bangkrut Indonesia jika dijalankan sepenuhnya, makanya untuk sekarang Sakura berniat melindungi sekitar Terra terlebih dahulu sebelum ke lainnya.

Saat Sakura akan memeriksa ulang Rengkum 1010, Tiba-tiba Paspampres tadi mengetuk pintu dan masuk bersama dua orang, satu laki-laki dan satu perempuan. Kalau yang laki-laki Sakura kenal, dia adalah Laksamana Idris, pemimpin Koarmada Keenam yang menjaga Laut Indonesia Selatan bersama dua Koarmada lainnya, dia adalah salah satu Perwira Tinggi di TNI yang selalu vokal mengenai rencana intervensi militer Indonesia ke negara lain, sedangkan yang satunya lagi Sakura kurang kenal, namun dari tampangnya dia adalah seorang Perwira berpangkat Mayor dari Kekaisaran Jepang.

"Ah, pantas saja aku melihat beberapa Takemikazuchi dan Fubuki di luar sana, ternyata kalian ikut campur, dua tahun tidak melakukan apapun dan kalian membuat sedikit kerusuhan? Tidak buruk Laksamana, Mayor." Komen Sakura sambil mengisyaratkan agar mereka duduk.

Mereka berdua duduk sesuai dengan arahan dari Sakura, Misae datang membawa empat Popmie dan membagikannya, sang Mayor dari Kekaisaran Jepang nampak menaikkan alis matanya sedangkan si Laksamana langsung menghirup kuah dari Popmie itu sedikit. Setelah beberapa menit keheningan yang diisi seruputan mie dan kuah dari kedua belah pihak, lalu Sakura yang memecah keheningan.

"Jadi... Apa yang kalian inginkan dari semua ini?" Tanya Sakura langsung to the point.

Idris berhenti makan dan menatap tajam Sakura. "Kami, mewakili suara mayoritas rakyat Indonesia, menginginkan Negara kita agar secepat mungkin untuk menghentikan perang konyol ini, Ekonomi kita baru saja membaik beberapa bulan lalu, tapi tiba-tiba perang yang tidak dibutuhkan dan bahkan tidak memberi keuntungan apapun bagi kita."

Sakura mendengar hal tersebut sambil mengangguk-anggukan kepalanya, dia tidak menyela atau memberikan kritik, namun diam mendengarkan apa yang akan disampaikan oleh mereka, mereka bukanlah anggota militer sekarang, mereka adalah rakyat dan sebagai pemimpin, Sakura akan mendengarkan keluhan mereka dan sebisa mungkin menuruti kemauan mereka.

"Lanjutkan, Jangan berhenti." Ujar Sakura saat melihat Idris berhenti sejenak.

"Buk, rakyat Indonesia saat ini sudah muak akan semua yang negara kita hadapi ini, semua peperangan yang harus kita hadapi, padahal itu bukan sepenuhnya urusan kita, mungkin saat membantu Parpaldia dan Qua-Toyne tahun lalu dapat banyak orang memahami dan bahkan mendukung tindakan pak Wijaya, namun buk... Sekarang ini Indonesia sudah dicap sebagai negara penjajah dan itu saja sudah melanggar kata-kata dari pembukaan UUD! Kita seharusnya membawa kedamaian, keadilan dan kesejahteraan! Tapi tidak, kalian melakukan intervensi militer secara gila-gilaan dan lihatlah sekarang hasilnya, kita terlibat ke dalam Perang Dunia di Dunia Baru, bahkan perang ini tidak ada sangkut pautnya dengan kita, ini semua hanyalah ego dari pemerintahan dan juga pak Wijaya yang ingin negara kita terlihat nomor satu dan perkasa, kalau begitu kita tidak ada bedanya dengan mereka, Mirishial, yang baru kita taklukkan lebih dari dua minggu lalu!"

Sang Mayor dari Kekaisaran Jepang menganggukkan kepalanya. "Yang dikatakan Teitoku Idris ini benar, kalian juga bahkan sampai meminjam IJN Mino hanya untuk parade kecil saat kemenangan di Wyot-Colee, lalu dipulangkan, bukankah itu pemborosan sumber daya hanya melakukan hal sekonyol itu?"

Mayor tersebut bernama Koyama Aoi, dia adalah prajurit IJA yang ikut terbawa ke Planet Terra saat insiden sekitar dua tahun lalu, dia cukup tidak suka saat melihat prajurit-prajurit Kekaisaran harus dipakai untuk menaikkan pamor, prajurit Kekaisaran eksis untuk memberikan servis terbaik mereka ke sang Kaisar atau Permaisuri, bukan menjadi Colour Guard!

Sakura dan Misae terus mendengar kata demi kata yang dilontarkan oleh Idris dan Koyama yang jujur membuat kepalanya semakin pusing, namun dia tetap memasang wajah netral, tidak ingin membiarkan lawan bicaranya tahu apa yang dia pikirkan saat ini.

Setelah kurang lebih setengah jam mendengarkan penjelasan yang sebenarnya cukup masuk akal dari Laksamana Idris dan Mayor Koyama, Sakura akhirnya menganggukkan Kepalanya.

"Baiklah, aku paham yang apa yang ingin kalian sampaikan dan orang-orang yang kalian wakili, namun urusan perang ini tidak bisa begitu saja kita keluar, kita harus menyelesaikan apa yang telah Wijaya mulai dan aku ingin dukungan sepenuhnya dari para rakyat, bisakah kau melakukan itu untukku, Idris?" Tanya Sakura.

"Selagi perang ini selesai dan tidak akan ada perang yang harus dihadapi lagu, seharusnya mereka setuju." Ucap Idris menyilangkan tangannya.

"Percayalah pada ku, Perang ini akan berakhir sebelum Tujuh Belas Agustus." Ucap Sakura dengan pede.

"Jangan membuat janji yang tidak bisa anda tepati, Buk Presiden." Ucap Idris dengan tatapan tajam.

Sakura membalas tatapan Idris dengan tatapannya yang jujur membuat Idris sedikit berkeringat dingin, yang dia lihat bukanlah manusia melainkan binatang buas yang siap menyantap mangsanya tanpa ampun...

"Laksamana, aku tidak membuat janji, aku membuat jaminan." Ucap Sakura sambil tersenyum misterius.

28 Mei 1640, Pasukan RPTO dengan susah payah dan korban jiwa yang sangat tinggi, akhirnya berhasil mendobrak paksa Garis Siegfried yang dibuat oleh Kekaisaran Gra Valkas dan membanjiri lubang di pertahanan mereka dengan ribuan prajurit dan kendaraan perang. Ratusan Artileri menghujani posisi kedua belah pihak yang sekarang ini bertarung secara Hand to Hand.

Seorang Kopral dari Jinghal nampak memegang Talwar, pedang yang menjadi tulang punggung Kerajaan Jinghal sejak lama dan masih digunakan sampai saat ini. Dia sudah kehabisan peluru dan saat ini sedang menggempur parit musuh bersama kompi nya. Kopral yang bernama Khan itu mengayunkan pedangnya dan membunuh salah satu prajurit Gra Valkas yang memegang STG-44 dengan cara menebas lehernya. Dengan segera Kopral tersebut mencoba mengambil STG-44 milik prajurit Gra Valkas yang baru dia bunuh, namun dia harus segera berlindung di salah satu kotak kayu karena dia ditembaki oleh dua orang prajurit Gra Valkas dengan STG-44 juga.

Sang Kopral melihat hal itu memberanikan diri dan langsung keluar dari tempat persembunyiannya, namun dia langsung diberondong oleh timah panas dari kedua Prajurit Gra Valkas yang tadi menembaki nya, Kopral tersebut terjatuh, mati.

"Sialan, orang bar-bar gila, siapa yang membawa pedang ke pertarungan antara senapan api?" Tanya salah satu Prajurit Gra Valkas dengan heran.

"Mana aku tahu-" Kepala prajurit Gra Valkas yang ingin berbicara seketika pecah dan membuat temannya kaget lalu melihat kearah Tracer arah peluru tersebut datang, ternyata sebuah T-55 yang dimodernisasi menembakkan senapan mesin kaliber .50 dengan sistem CROWS, jadi sang penembak jauh lebih aman dalam memberondong musuh.

T-55MV3 ini berasal dari Batalyon Tank Pertama dari Angkatan Darat Kekaisaran Parpaldia, tombak sekaligus perisai bagi Esthirant, mereka diturunkan ke medan laga untuk menguji ketangguhan dan hasil latihan mereka selama ini. Tank tersebut yang bernama "Belle-mère maléfique" Ini menemukan mangsa mereka yang masih belum mati.

"Commandant! Bidikan mu sangat payah!" Ejek sang Penembak yang menyeka keringatnya.

"Diam kau Jean, kau tidak tahu betapa susahnya menembakkan benda ini sambil bergerak." Gerutu sang Komandan.

Prajurit Gra Valkas tadi yang masih hidup melakukan tindakan ceroboh dan berlari keluar dari parit, mencoba menjauh dari Belle-mère maléfique, namun sang Komandan menyeringai.

"Aku nak sedikit aksi." Sang Komandan menggunakan remote nya dan menembakkan beberapa peluru yang langsung mengenai kaki sang prajurit dan membuatnya putus..

"Hahaha! Lihat Valkie itu, menangis kesakitan!" Tawa sang Supir.

"Timothée! Sebrangi parit sialan ini dan lindas dia!" Perintah sang Komandan kepada sang Supir, Timothée.

"Compris, Commandant!"

Timothée melihat sebuah jembatan kayu yang dekat posisi mereka, nampaknya Valkie membangun jembatan antar parit ini agar memudahkan kendaraan mereka untuk lewat, sayang saja hal ini yang akan menyebabkan kekalahan di pihak mereka. Timothée tancap gas dan melakukan manuver melewati jembatan tersebut yang untung saja cukup kuat untuk dilewati tank sekelas T-55MV3 milik Parpaldia.

"Timothée! Hati-hati! Ada beberapa prajurit kita disini, kita tidak mau melindas mereka secara sengaja, kan?"

"Comprendre!"

Akhirnya tank Belle-mère maléfique sampai di prajurit Gra Valkas yang terluka tadi, nampaknya ada beberapa Valkie yang mencoba menolongnya dengan cara memberi perban dan obat-obatan, namun nampaknya mereka buta akan kehadiran Belle-mère maléfique dibelakang mereka.

"Timothée! Klakson kita sudah kau pasang sebelum misi ini?" Tanya sang Komandan.

"Tentu saja sudah, Commandant.".

"Klakson mereka."

HOONKK HOONKK HOONKK

Suara klakson keras yang biasanya ada di truk Komersil Indonesia nampaknya mengejutkan mereka semua dan mereka segera lari sekaligus mencoba membawa sang prajurit Gra Valkas yang terluka, namun sang Komandan dengan sigap menjatuhkan mereka dengan senapan mesin yang dia kendalikan.

Kini prajurit Gra Valkas yang belum lagi menginjak usia 18 tahun ini berada di hadapan Tank Belle-mère maléfique yang terlihat sangat mengintimidasi. Sang prajuri Gra Valkas nampaknya pasrah akan kehidupan dan mengambil salib yang berada di kantung nya lalu mulai berdoa.

"Ohoho, teruslah berdoa, kau akan segera disisi nya setelah ini." Gumam Timothée lalu menancap gas tanpa mengubah arah.

Tank Belle-mère maléfique melindas sang prajurit dengan tank tracknya yang membuat suara remukan tulang dan daging yang membuat seluruh kru dari Belle-mère maléfique tertawa terbahak-bahak.

"Enfer ouais bébé!"

"Ohoho! Kalian dengar suaranya?!"

"Hmm, aku jadi pengen ayam goreng."

Tanker dari Batalyon Tank Pertama ini terus melanjutkan tugas mereka dengan mendukung maju Infanteri dan melakukan kejahilan kecil di sana kemari... Jika kejahilan melakukan pembunuhan massal, pemerkosaan dan kejahatan perang dianggap kecil, kalian tidak ingin membayangkan jikalau mereka melakukan sesuatu dengan serius.

Pada tanggal 30 Mei, Leiforia akhirnya jatuh ke tangan RPTO dengan harga yang sangatlah mahal, NWO sendiri kehilangan lebih dari 800.000 prajurit sedangkan RPTO menderita sekitar 180.000 prajurit, ini adalah pertempuran yang sangatlah masif, tentu saja korban jiwa yang dihasilkan akan masif juga.

Jikalau kita total saja korban jiwa yang telah dihasilkan sepanjang perang ini, pihak RPTO kehilangan lebih dari 500.000-650.000 prajurit, termasuk Indonesia juga hitungan ini sedangkan NWO sendiri mungkin ada lebih dari 2 juta, bisa juga kurang, soalnya kalkulasi yang dilakukan masih belum benar-benar serius karena jumlah ini hanyalah jumlah kasar.

Namun Mu beserta negara-negara RPTO lainnya tetap sepakat untuk melaksanakan Operasi Skyfall di Ragna, Ibukota Kekaisaran Gra Valkas. Namun Indonesia tidak akan ikut campur dalam urusan invasi ke Ragna, namun mereka akan membantu menghambat bala bantuan dan merusak suplai mereka di kota-kota di Benua yang telah menjadi wilayah Gra Valkas.

1 Juni 1640.

Sekitar 20 Satelit SHADOW yang berada di Orbit Kekaisaran Gra Valkas, mereka telah melakukan berbagai kalkulasi dengan Supercomputer organik mereka, ESPer, dan akhirnya mereka menjatuhkan beberapa lusin proyektil tungsten sesuai permintaan Sakura yang tidak ingin melakukan Nuclear Holocaust.

Sekitar 30 kota Gra Valkas yang merupakan pusat ekonomi, pendidikan dan Militer seketika rata dengan tanah, tanpa radiasi seperti yang Nuklir akan lakukan. Mereka memberikan laporan kasar kalau lebih dari 12 Juta orang meninggal dunia akibat serangan tidak waras dari Indonesia itu. Berikut nya, sekitar 1.800 prajurit Mu dan Koalisi lainnya melakukan serangan kecil di beberapa tempat untuk menyelidiki dimana tempat yang aman untuk mereka mendarat.

Akhirnya ditentukan sebuah Kota pesisir kecil yang jaraknya hanya sekitar 15 Kilometer dari Ragna, tapi tidak memiliki pertahanan yang kuat. Setelah mendapatkan semua intel yang diperlukan, mereka melakukan evakuasi dengan bantuan Kapal Selam siluman Indonesia yang ada di perairan Gra Valkas.

Tanggal Invasi akhirnya ditetapkan, yaitu tanggal 10 Juni.

Kastil Nivles, Ragna, Kekaisaran Gra Valkas.

5 Juni, 1640.

Gra Lux nampak duduk di kursi kayu simpel dengan cangkir kopi hitam dihadapannya, keadaan beliau ini sangatlah kacau, kulit pucat, kehilangan berat badan secara ekstrim dan penampilan yang tidak tertata lagi. Dia saat ini sedang menunggu seseorang yang penting.

Terdengar suara langkah kaki yang nampak tergesa-gesa, lalu muncul Gra Cabal yang memakai pakaian perwira militer khas Gra Valkas yang lusuh. Dia lalu segera duduk di hadapan Gra Lux.

Gra Lux pun memulai percakapan. "Anak ku Cabal... Kekaisaran kita telah berada di ambang kehancuran, kamu sudah dengar kabar 30 Kota penting kita hancur, rata dengan tanah, bukan?"

"Ayahanda... Itu benar-benar mengerikan, saya sendiri sudah melakukan inspeksi ke salah satu Kota yang terkena senjata super itu, dan ya Tuhan... Saya merasa sanksi kalau kota-kota tersebut dapat dibangun kembali, korban jiwa juga terus ditemukan setiap jam nya aku... Aku..." Gra Cabal nampak ingin menangis, namun Gra Lux memegang bahunya.

"Menangislah putra ku, selagi kau bisa menangis. Kita telah salah memilih lawan dan terbujuk oleh si telinga pisau tua itu, dengar, Cabal... Aku akan mengirimkan transmisi mengenai penyerahan diri tanpa syarat kita ke pihak RPTO, dengan itu, setidaknya Kekaisaran kebanggaan kita ini masih dapat eksis dan bertahan hidup... Teritori kita mungkin menyusut dan kita pasti akan menjadi miskin... Tapi kita adalah orang-orang Gra Valkas! Kita kuat jikalau bersama." Ucap Gra Lux dengan penuh tekad.

"Ayah... Anda yakin? Banyak orang-orang dari Militer akan tidak menyukai hal ini, bisa saja kamu di kudeta!" Seru Cabal.

Gra Lux menyeruput kopi nya. "Itu risiko yang akan aku ambil demi masa depan negara dan bangsa kita, aku sudah tidak peduli apa yang bajingan-bajingan itu katakan di Parlemen, Cabal, kumpulkan semua prajurit loyal pada kita dan siagakan mereka di Kastil ini... Aku... Aku akan menyiapkan pidato penyerahan diri kita."

Cabal menundukkan kepalanya lalu mengepalkan tangannya. "Akan saya lakukan tugas dari anda ini dengan sepenuh hati, Ayahanda... Heil!"

Cabal langsung bergegas pergi, meninggalkan sang Kaisar termenung sendiri, lalu dia berbicara dengan suara keras.

"Maryna! Bisakah kau kemari?" Ucap sang Kaisar dengan letih.

Lalu dari pintu, muncul seorang wanita cantik berambut seputih salju dengan aksen keunguan dan mata violet yang menenangkan, dia nampak memakai sebuah gaun indah yang berwarna ungu... Wanita itu adalah Maryna, Istri kedua dari Kaisar Gra Lux.

Istri Pertama Gra Lux, Marianne, meninggal dunia akibat kanker usus besar di umur 48 Tahun, meninggalkan sang Kaisar dengan perasaan yang hancur. Lalu saat Kekaisaran Gra Valkas di kirim ke dunia baru ini, Gra Lux menemukan sosok wanita baru yang memberi warna di kehidupannya dan mendukung langkahnya, wanita itu adalah Maryna... Tentu banyak sekali perdebatan antara mereka, namun Gra Lux tetap mencintai Maryna.

"Ada apa, Suamiku?" Tanya Maryna sambil duduk di kursi di samping Gra Lux.

"Mungkin apa yang kamu katakan beberapa bulan ini ada benarnya... Seharusnya aku tidak pernah mengikuti hasutan dari si tua Milishial itu... Aku menyesal, maafkan aku, Maryna." Ucap Gra Lux dengan penuh penyesalan.

Maryna nampak kebingungan saat melihat suaminya tiba-tiba berubah sifat seperti ini. "Apa yang terjadi, Suamiku? Apakah orang-orang di Dewan kembali berdebat?"

"Tidak... Tidak... Aku akan mengumumkan penyerahan tanpa syarat kepada RPTO dan Indonesia, sudah waktunya kita menyelesaikan semua omong kosong ini..." Ucap Gra Lux dengan tenang, namun hatinya penuh akan lautan emosi.

Maryna memeluk Gra Lux dengan penuh kasih dan tubuhnya Maryna seolah-olah mengeluarkan aura yang menenangkan Gra Lux..

'Penyerahan diri tanpa syarat? Menarik, aku akan menyampaikan hal ini kepada Direktur Dzahir.'

..
...
.....

Planet Ares-1639, 60 Juta Kilometer dari Terra.

6 Juni 1640.

Tiga HSST AARI nampak melakukan patroli di salah satu planet yang di dekat Tata Surya baru ini, Ares-1639 adalah salah satu planet yang berpotensi untuk bisa ditinggali oleh Manusia, namun Indonesia tidak akan melakukan hal itu, setidaknya sampai 100 tahun dari sekarang, terlalu berbahaya melakukan penjelajahan luar angkasa jikalau umat manusia masih terpecah-pecah menjadi berbagai negara.

Lalu mereka akhirnya mendapatkan sebuah sinyal yang menandakan mereka semakin dekat dengan apapun yang mencoba mengambil perhatian mereka ini.

"Komandan, sinyal nya semakin kuat, seharusnya mereka berada di balik asteroid raksasa dihadapan kita ini." Ucap sang pilot sekaligus Navigator dari HSST yang menjadi pemimpin Ekspedisi.

"Bagus, lakukan manuver untuk menghindari asteroid tersebut, hubungi yang lainnya dan beri arahan yang sama."

Ketiga HSST tersebut menghindari asteroid tersebut dan betapa terkejutnya mereka saat melihat pemandangan dihadapan mereka. Ratusan kapal raksasa nampak dengan indahnya mengapung diantara ruang hampa, kapal-kapal tersebut sangatlah besar yang membuat para kru HSST yakin kalau satu kapal itu dapat membawa ribuan orang.

"Hubungi mereka!" Perintah sang Komandan.

"Ini adalah Angkatan Angkasa Republik Indonesia, Kepada Armada kapal tidak dikenal, identifikasi diri kalian segera!" Ucap petugas Komunikasi.

Beberapa menit berlalu dan tidak ada balasan, lalu saat sang Petugas komunikasi ingin mengirim ulang pesan, muncul pesan suara ke seluruh HSST.

"[Kepada Republik Indonesia,  Assalamu'alaikum, Halo, Haai, Hello, G'day, Hoi, Olá, Ahoj, Ni hao, Kumusta, Aloha, Namaste, Dia dhuit, Shalom, Ciao, Konnichiwa, Guten Tag, Annyeonghaseyo, Czesc, Ola, Bonjour, Zdravstvuyte, Hola, Hej, Li-ho, Sàwàtdee, Merhaba, Dobry den, Xin chào, Kalméra... Kami datang dengan damai, salam dari Masa Lalu.]"

"Hah? Gimana-gimana?"

TBC.

Akhirnya kelar juga... Gagal menepati janji 7K word 😭😭

Baiklah, lebaynya udah dulu, sekarang ini gua ingin membicarakan masa depan dari Fanfic NHS ini. Kita tahu, ada awal maka akan ada akhir, begitu juga dengan Fanfic ini. Awalnya Fanfic ini aku buat sebagai hiburan semata dan mungkin akan berhenti di 10 chapter pertama, namun kalian, pembaca setia ku yang telah menemani dari awal, benar-benar sebuah berkah.

Aku merasa bangga punya pembaca yang SOLID SOLID SOLID seperti kalian, walaupun author kadang bikin Chapter gak konsisten, banyak plot hole, kata-kata yang salah atau mungkin kesalahan informasi, namun kalian tetap membaca karya Fanfic ini dengan antusias, aku merasa senang akan hal itu. Di Chapter ini aku akan mengumumkan sebuah proyek baru untuk Novel Orisinal tanpa influence dari karya lainnya, benar-benar murni orisinal.

Beginilah Sinopsisnya :

Apakah pernah kalian membayangkan mengenai kehidupan diluar sana? Apakah mereka baik atau jahat? Ataukah diluar sana terdapat dunia yang indah yang sama sekali belum terjamah oleh kita.

Ribuan kemungkinan demi kemungkinan dapat terjadi diluar sana, dan Umat manusia masih belum siap akan Luas dan ganasnya Galaksi. Karena disetiap hal yang Indah, akan tersimpan hal yang mengerikan.

Ikutilah kisah para Prajurit Umat Manusia yang berjuang untuk negara, umat, keluarga dan Cinta.

Untuk Teaser nya :

"Laksamana! Laporan dari Komandan Eben! Dia berkata kalau proses evakuasi berjalan lancar, tetapi dia meminta waktu lebih banyak!"

"Hubungkan aku dengan semua kapal! Hujani para alien ini dengan semua yang kita punya! Lakukan apapun cara untuk memberi para pasukan evakuasi untuk melakukan tugas mereka!"

"Pak! Tembok dari Selatan berhasil dibobol dan musuh membanjiri tempat itu!"

"Oh shit! Mereka sudah menaiki tembok! Dimana senjata anti-tank nya?!"

"Aktifkan Yoshika Engine!"

Begitulah kurang lebih wkwkwk. Oh dan iya, aku ingin meminta bantuan kalian berupa karakter hasil buatan kalian untuk dimasukkan ke Novel ku ini, anggap saja seperti Novel yang kita tulis bersama-sama. Kalian bisa memasukkan biografinya seperti negara asal, tinggi badan, umur, angkatan militer, pekerjaan non-militer atau bahkan pangkat, semua tergantung kalian dan aku akan mencoba mencocokkan OC kalian di Novel ini.

Semoga kalian senang dan berbahagia, adios!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top