Chapter 50
15KM dari Istana Albion, Runepolis, Kekaisaran Suci Mirishial.
3 Mei 1640.
1130.
Letnan Iqbal nampak memasang wajah tegang, begitu juga dengan prajurit-prajurit lainnya yang ditugaskan untuk berpartisipasi dalam misi terakhir di Kekaisaran Suci Mirishial. Dia melihat ke kanan dan ada Alina, salah satu anggota Kopassus yang berasal dari dunia ini, di rekrut dari Angkatan Bersenjata Qua-Toyne.
"Tegang?" Tanya Iqbal.
"S-Sedikit... Ini adalah salah satu misi besar ku tanpa harus melakukan infiltrasi, aku tidak tahu apakah aku sanggup melakukan ini." Ucap Alina dengan pelan.
Iqbal tersenyum kecil dibalik balaclava nya dan menaruh tangannya di bahu Alina, Alina sendiri terkejut melihat itu sebelum akhirnya menutup matanya dan tersenyum. Namun momen kebersamaan mereka harus terganggu saat pesawat kargo yang mereka tumpangi bergetar hebat dan terdengar ledakan dari luar.
Kapten Supriyadi, pemimpin Kompi Alpha yang berisi pasukan khusus dari berbagai negara, Kopassus, Umbra Interfectorum, Nuit Noire dari Parpaldia, OIM dari Mu, Detasemen Spesialis dari Quila, Astarte Commando dari Qua-Toyne dan banyak lagi relawan dari negara-negara RPTO. Bahkan Delta dan Seal Team Six yang terkenal saja juga ikut berpartisipasi untuk mengakhiri perang di Mirishial.
"Semuanya! Disini Kapten Supriyadi berbicara, semoga kalian bahagia dengan AURI Airlines, kami bangga dapat membawa monyet-monyet seperti kalian ke Medan pertempuran dengan cepat dan aman, maaf jikalau tidak ada cemilan karena dana nya di korup atasan!" Situasi yang awalnya tegang, mencair menjadi hangat dengan Supriyadi yang membuat lawakan.
Iqbal tertawa sambil menggelengkan kepalanya, tidak percaya kalau Supriyadi berani melakukan ini.
"Nampaknya, Anak-anak, cuaca kita saat ini adalah definisi sebenarnya dari Ibu mertuaku, sangat mengerikan. Pegangan erat, kita akan melakukan lompatan dalam lima menit, Mengerti?!"
"Berlian!" Balas Iqbal, Kopassus lainnya dan para Operator berasal dari Amerika Serikat. Sedangkan prajurit komando dari negara lain bingung mendengar hal itu namun membalas dengan tanggapan mereka sendiri.
Lima menit berlalu dan goncangan terus saja terjadi, Iqbal juga bersumpah dia mendengar suara raungan naga dari luar, namun raungan itu terdengar sangat mekanikal dan tidak normal.
Di luar sendiri, keadaannya benar-benar sangatlah gila. Tiga puluh lebih C-5 Super Galaxy dan AN-225 Mriya menerobos paksa ruang udara Runepolis dan sudah dapat ditebak, mereka langsung dicegat oleh banyak sekali Alpha-3 dan prototipe Alpha-4 yang mirip dengan F-4 Phantom. Tentu saja dominasi udara segera dimiliki Indonesia dan sekutunya, dengan puluhan atau bahkan ratusan pesawat jet dan baling-baling dimobilisasi secara massal, pertarungan udara paling masif yang pernah terjadi di Terra semenjak zaman Ravernal terjadi.
Armada RPTO tiba di pesisir Runepolis, dengan Kapal Induk Kouge dari Mu menjadi Kapal Bendera nya. Armada RPTO yang sekarang memang mayoritas sudah diisi oleh Ironclad modifikasi, langsung melakukan bombardemen pantai. Armada yang ditugaskan untuk menjaga Runepolis, nampaknya berhasil terpancing untuk keluar dari pelabuhan mereka oleh Armada Kesatu Indonesia dan Ketujuh Amerika yang ikutan berpartisipasi untuk mengakhiri perang tidak berguna ini.
Armada Kesatu Indonesia dan Ketujuh Amerika Serikat menarik perhatian Armada Runepolis dengan cara menyerang mereka, lalu mengejek mereka dan membuat sang Laksamana marah. Beliau langsung memberi perintah untuk semua kapal agar berlayar dan memburu Dua Armada musuh ini.
Puluhan- tidak, ratusan misil jelajah dilemparkan Indonesia dari pesawat pengebom dan kargo mereka yang membawa paket Rapid Dragon. Kota Runepolis yang awalnya dijuluki Kota Magis Yang tidak pernah tidur, kini berubah menjadi reruntuhan akibat pengeboman tanpa diskriminasi dari Indonesia, semua target baik itu sipil ataupun Militer mereka hajar.
Divisi 86, 87, 88, 81, 82 dan 83 yang awalnya ditugaskan untuk menjadi tombak dalam menerobos paksa Runepolis, kini dialihkan menjadi perisai untuk menahan jutaan prajurit dan warga sipil Mirishial yang mencoba masuk ke Runepolis dan Provinsi Albion. 60.000 pasukan Automata ini harus berjuang sampai ke baut terakhir selama yang mereka bisa, sampai Task Force Keris berhasil melaksanakan tugas mereka, menangkap atau membunuh Kaisar Milishial.
Kembali ke Task Force Keris.
Iqbal melihat lampu hijau tiba-tiba berubah menjadi warna merah, pertanda mereka akan memulai melompat. Iqbal dan anggota kompi nya seketika berdiri dan menghadap ke pintu belakang C-5 yang mereka naiki. Supriyadi sudah berada di depan pintu belakang C-5 tersebut, dia berbicara dengan suara keras.
"Rekan-rekan Komando ku! Hari ini kita berdiri di ambang kemenangan. Kita telah berjuang keras dan banyak berkorban, tetapi tujuan kita adil dan kemenangan kita sudah dekat. Meskipun ada banyak rintangan melawan kita, kita tidak pernah goyah dalam tekad kita dan memiliki bertahan bahkan melalui hari-hari tergelap. Sekarang, saatnya bagi kita untuk mengambil langkah terakhir dan menyegel nasib perang ini. Kita harus kuat dan berani dalam menghadapi bahaya dan kesulitan, karena misi kita mulia dan mulia. Masa depan negara-negara kita dipertaruhkan! Mari kita buktikan diri kita layak saat ini!"
"Oohraah!"
Saat ini semua pesawat kargo Indonesia yang membawa para komando terbang dengan sangat rendah, Kira-kira 10 meter dari tanah dan berada di luar Runepolis yang adalah lapangan luas sekali tanpa hambatan. Sang Jumpmaster memberi jempol kepada salah seorang kru pesawat lainnya.
Sang kru tersebut lalu memotong tali yang mengikat sebuah tank medium Harimau II milik TNI AD, peningkatan brutal dari tank medium Harimau yang pertama. Tank tersebut seketika berseluncur keluar dari pesawat kargo dengan kru tank tersebut sudah ada di dalam tank mereka, tank tersebut mendarat dengan sangat keras di darat dan hampir terbalik, namun keberuntungan berpihak pada mereka dan tank tersebut tidak terbalik.
Tidak menghilangkan momentum, sang Jumpmaster langsung memberi mereka aba-aba untuk segera lompat keluar. Supriyadi melompat duluan dan mendarat dengan keras di tanah, lalu berguling-guling untuk meminimalisir terjadinya luka. Satu persatu para Komando melakukan lompatan seperti Supriyadi, Iqbal sendiri melakukan lompatan nya berbarengan dengan Alina.
Pasti kalian bertanya-tanya, kenapa mereka melakukan lompatan dengan ketinggian 10 meter dan dari pesawat yang terbang dengan kecepatan sedang? Simpel, melakukan lompatan seperti biasanya akan menambah peluang mereka untuk tersebar dan dibunuh satu persatu oleh pasukan elit Mirishial. Dan juga, mereka dilengkapi alat perisai kinetik yang baru dikembangkan, alat ini akan menyerap semua energi kinetik yang dihasilkan dari hentakan mereka dengan tanah.
Setelah berguling-guling beberapa meter, para Komando yang berhasil melompat langsung berkumpul di dekat tank Harimau II yang ditugaskan untuk masing-masing Kompi, minimal ada dua. Iqbal memperhatikan para C-5 yang langsung melakukan manuver menghindar dan terbang menjauh, beberapa dari mereka memiliki lubang di tubuh mereka dan mesin yang terbakar, Miri benar-benar All Out dalam mempertahankan Ibukota mereka. Pikir Iqbal sambil mengokang SS7 miliknya.
"Baiklah semuanya, kita akan memasuki Kota Runepolis dan menyebar ke segala arah, para Tank akan dikawal oleh setidaknya satu peleton, sisanya harus melakukan tugas pertama yang aku maksud, buat kekacauan di Runepolis lalu berangkat ke Kastil Albion, mengerti?!" Seru Supriyadi yang sudah dalam mode serius.
"Mengerti!"
Para Komando lalu berlari kearah kota Runepolis dengan menghindari tembakan dari sarang senapan mesin Mirishial yang sudah mengetahui keberadaan para Komando yang ada di luar kota Runepolis, senapan mesin berbasis magis ini memuntahkan ratusan peluru dengan maksud untuk membunuh para Komando.
Para Komando langsung memanfaatkan lubang bekas ledakan dari bom Indonesia yang meleset atau ranjau darat yang meledak, apapun penyebabnya, lubang itu memberi perlindungan bagi para Komando. Tank Harimau II yang berada di tempat, langsung mengisi peluru mereka.
"Up!"
"Target ditemukan!"
"Tembak!"
BOOM!
Meriam 105mm dari Harimau II langsung menghantam sarang senapan mesin tersebut dan menyebabkan terjadi ledakan beruntun akibat mengenai tempat amunisi yang ditaruh di dekat sarang senapan mesin. Para Tank Harimau II yang masih selamat dari pendaratan brutal dari pesawat kargo, mulai merangsek maju dengan dikawal para Komando yang bersenjata lengkap.
"Alina! Sepuluh di kiri, bawa empat dari kita dan tekan mereka! 2-7! Bawa beberapa rekan mu dan apit mereka dari arah berlawanan!" Perintah Iqbal sambil menembak mati dua orang prajurit Mirishial.
"Siap!" Alina dan Spectre 2-7 langsung melaksanakan tugas yang telah diberi. Alina dengan empat prajurit lainnya bergerak ke arah kanan dan memuntahkan timah panas kearah posisi prajurit Mirishial yang mulai tertekan. Para prajurit Mirishial menyadari mereka sedang akan diapit oleh Tim Alina, langsung membalas tembakan kearah tim Alina.
Tim kecil yang dipimpin Spectre 2-7 muncul dari kiri belakang posisi ke sepuluh prajurit Mirishial tersebut dan melempar tiga granat tangan, tiga granat tangan tersebut meledak, membunuh tiga prajurit Mirishial dan melukai setidaknya empat orang. Sisanya yang masih hidup langsung di eliminasi oleh Tim Alina yang langsung maju dan memberondong mereka.
"Kerja bagus, Alina, Spectre 2-7... Tugas baru untuk kalian, 600 meter dari sini di sebelah timur, ada pasukan Mortar magis Mirishial yang menyebabkan para Harimau tidak dapat bergerak dengan leluasa, hancurkan pasukan mortar magis tersebut, ganti." Kali ini bukan Iqbal yang berbicara, melainkan Supriyadi yang memberi tembakan dukungan ke beberapa SOG milik OIM yang berlari sambil menembakkan pistol mitraliur mereka kearah pasukan Mirishial yang bertahan di sebuah Foxhole.
"Dimengerti, Spectre Lead, Spectre 1-3, out... Dia benar-benar memaksa kita kerja keras." Ucap Alina sambil menghela nafas panjang.
"Heh, begitulah Supriyadi, tidak pernah berubah dari dulu." Ucap Spectre 2-7 sambil menyeringai dibalik topeng nya.
"Mohon bantuannya lagi, Spectre 2-7." Ucap Alina sambil mengganti magazine.
"Tentu saja, Spectre 1-3."
...
....
Letnan Iqbal nampak memberi dukungan tembakan dengan SS7 miliknya, dia saat ini menekan posisi delapan prajurit Mirishial di sebuah bangunan di luar kota, Runepolis benar-benar metropolitan.
"Sial, mau masuk saja sangat susah, bagaimana nasib kita nanti kalau sudah di dalam?" Ucap Iqbal entah kepada siapa.
"Danger Close!" Iqbal mendengar seseorang berteriak 'Danger Close!' dengan aksen Duro yang kental, kemungkinan para Nuit Noire meminta tembakan artileri dari Divisi 86 yang ada di dekat sini.
Beberapa detik kemudian Iqbal mendengar suara lengkingan keras dari langit dan langsung menghantam posisi-posisi pasukan musuh yang ada di parit pertahanan, dengan diikuti beberapa MIG-21RC dari Divisi 87 melakukan flyby sambil menjatuhkan bom klaster kearah parit yang sama, parit tersebut memiliki meriam anti-tank, senjata anti-udara dan beberapa peralatan berupa tabung yang nampaknya adalah misil anti-tank yang para Mirishial coba kembangkan.
"Parit bersih! Spectre 3-4! Maju dan netral kan parit itu!" Seru Iqbal melalui radio.
"[Letnan, anda suka steak anda dalam kondisi apa?]" Tanya Komandan Spectre 3-4.
"Well fucking done!"
Sebuah tank Harimau II yang dimodifikasi pun tiba di dekat parit yang baru dihantam artileri dan bom beberapa saat lalu, tank Harimau II tersebut lalu menyemprotkan api dari Napaln kearah posisi parit pertahanan, awalnya tidak ada teriakan, namun beberapa detik setelah api menjalar, teriakan kesakitan dan minta tolong terdengar.
"Maju segera! Kita sudah terlambat sepuluh menit lebih!" Teriak Iqbal. Dia lalu mendengar ledakan dari arah pepohonan yang mengelilingi Runepolis.
"[Ini Spectre 1-3, Pasukan Mortar magis telah kami kalahkan, sisa-sisa Tank Harimau dapat bergerak sesuai perintah, ganti.]" Iqbal tersenyum kecil saat mendengar Alina sukses melaksanakan tugasnya.
"[Bagus, Spectre 1-3.]" Puji Supriyadi.
"[Spectre lead, izin berbicara... Kami ingin meminta izin untuk menggunakan mortar magis musuh yang masih belum kami hancurkan untuk menyerang posisi musuh yang kuat setiap langkah kita ambil di Runepolis.]" Ucap Alina.
"[Lampu hijau, gunakan atas kemauan kalian, ganti.]" Balas Supriyadi.
"[Dimengerti, Spectre 1-3, out.]"
Iqbal memandang Supriyadi yang berjarak 200 meter dari Iqbal, dia nampak menganggukkan kepalanya kearah Iqbal. Iqbal sendiri menghela nafas pendek sebelum akhirnya.
"Semua Spectre 2, berkumpul di dekat Tank Spectre 3-4, kita akan menerobos masuk dengan bantuan Divisi 86 yang akan masuk dari Barat." Ucap Iqbal melalui radio.
Iqbal menunggu beberapa saat dan belasan Komando mendatangi posisinya, seharusnya ada lebih dari 20 Komando, namun mereka semua telah gugur saat bertempur. Iqbal memandangi mereka satu persatu sebelum akhirnya berkata.
"Baiklah, Anak-anak... Tugas kita akan menjadi yang paling sulit, saat ini, kita berada di Selatan Kota Runepolis, kita harus ke Kastil Albion yang ada di Utara, kita akan mendapat bantuan dari Divisi 86 dan korps udara mereka, komando pusat juga mengatakan kalau akan mengirim paket khusus untuk membantu kita dalam misi ini, paham?" Tanya Iqbal dengan tegas.
Tidak ada satupun yang berbicara, mereka semua memasang wajah penuh tekad, mereka tahu akan ada yang tidak dapat kembali pulang dengan nyawa mereka, namun mereka bertekad untuk mengakhiri apa yang telah dimulai.
"Bagus, semuanya, denganku!" Iqbal dan 13 prajurit Komando lainnya langsung berlari menuju ke salah satu toko dan berjalan melalui jalan belakang. Supriyadi yang melihat Iqbal sudah menghilang langsung berteriak.
"Semua elemen Spectre 3! Buat formasi Arrow Head! Semua aset udara dari Divisi 86, buat jalan bagi para Tank! Semua Komando yang ada di sekitar, kita akan mengawal para tank dan mendobrak secara paksa Runepolis, sekaligus menarik perhatian mereka kepada kita." Ucap Supriyadi dengan tegas.
Supriyadi lalu mengganti saluran komunikasi nya. "Spectre 1-3, misi baru untuk kalian dan Spectre yang bersamamu, susul Letnan Iqbal dan dukung mereka, aku mengirim data jalur mereka ke Battle Net."
"[Kamu mendapatkannya, pak, Spectre 1-3, over and out.]"
Supriyadi kembali menghadap ke depan dan berjalan dibelakang para tank yang membentuk formasi Arrow Head, untung saja jalan menuju Runepolis ini cukup lebar dan setara dengan jalan tol, jadi tank Harimau II yang dibawa para Komando dapat membuat formasi Arrow Head. Lagi-lagi, beberapa F-4RC dan MIG-21RC dengan logo dari Divisi 86 terpampang jelas di badan serta ekor pesawat. Mereka melakukan pengeboman dengan bom tandan dan Napalm ke posisi musuh yang menumpuk di Barat.
(Logo Divisi 86)
Saat Kompi yang dipimpin Supriyadi akan memasuki Runepolis, mereka melihat banyak sekali- mungkin ratusan misil jelajah dan udara-ke-darat yang diluncurkan dari semua platform terbang yang AURI dan Divisi Automata dapat kerahkan, Supriyadi bahkan bertaruh jikalau ada beberapa dari misil itu diluncurkan dari platform darat.
Pertarungan untuk dominasi udara di langit Runepolis benar-benar sengit, walau kalah jumlah dan kalah teknologi, pilot-pilot Mirishial dengan ganasnya melakukan dogfight dan bisa membuat kerepotan pilot-pilot RPTO yang diterjunkan, termasuk para pilot dari LRSSG. Sudah ada lebih dari 80 pesawat RPTO yang tertembak jatuh dan angka yang serupa di derita oleh Mirishial, untuk aset udara AURI dan Divisi Automata sendiri, mereka hanya mengalami kerusakan minimal, seperti beberapa MIG-21RC yang ditembak jatuh.
Posisi Tim Iqbal.
Tim yang dipimpin Iqbal kini nampaknya sedang tertekan di sebuah toko buku, dengan beberapa prajurit Mirishial yang membawa senapan mesin mirip DP-28 menghujani ratusan peluru ke posisi mereka, puluhan prajurit Mirishial juga mengepung mereka dari berbagai arah, Iqbal menghela nafas panjang, baru beberapa menit mereka menikmati ketenangan, malah tiba-tiba di sergap.
"Divisi 86, ini adalah Letnan Iqbal, meminta tembakan dukungan di koordinat yang aku kirim di Battle Net, ganti." Ucap Iqbal yang tidak mau berlama-lama lagi disini dan memperpanjang durasi misi serta menambah kemungkinan mereka mati.
"[Dimengerti. Mengirim paket. Paket terkirim.]"
"Pak! Apa yang anda minta?!" Seorang Komando Astarte bertanya.
"Jujur saja Sersan, aku tidak tahu!" Ucap Iqbal sambil meringis.
Tidak berselang lama, mereka mendengar lengkingan yang keras dan menghantam posisi musuh yang memakai senapan mesin yang berada di gedung sebrang tempat mereka berlindung, para prajurit Mirishial yang kebingungan dan terkejut akan serangan mendadak itu, langsung ditembak mati oleh para Komando yang dengan sigap memanfaatkan situasi.
"Maju Maju Maju!" Perintah Iqbal. Mereka semua segera berlari di dalam bayangan bangunan-bangunan, banyak sekali kendaraan seperti mobil yang terbengkalai, namun anehnya mereka disusun sedemikian rupa... Seolah-olah mereka diharapkan akan lewat disini, Iqbal melebarkan matanya.
"Semuanya, cari tempat berlindung!" Berbarengan dengan itu, sebuah roket diluncurkan dari salah satu jendela gedung yang meledak tidak jauh dari posisi tim Iqbal, mereka untung saja sempat berlindung di tempat perlindungan mereka masing-masing, dua diantara mereka terluka akibat terkena serpihan dari roket tadi.
"Sialan! Lagi-lagi di sergap!" Umpat Iqbal sambil menembaki beberapa sosok yang berlarian di dalam gedung dengan membawa senjata.
"Pak! Kita terpojok! Amunisi kita juga mulai menipis!" Teriak seorang Sersan dari Nuit Noire.
"Kalau begitu, kita terpaksa harus memanggil dukungan artileri lagi." Gerutu Iqbal.
Namun belum sempat Iqbal berbicara melalui Battle Net, barikade mobil yang ditumpuk tiba-tiba meledak dan para pasukan Mirishial nampak mundur serta dibunuh. Tim Iqbal melihat ke atap gedung dan terdapat Alina dan tim nya yang membawa mortar magis dan RPG. Iqbal memberi anggukan singkat sebelum akhirnya kembali memberi perintah.
"Semuanya! Lanjut maju! Di persimpangan itu kita akan mengambil jalan kanan, dari sana kita hanya perlu lurus sebelum akhirnya bertemu persimpangan lagi!" Seru Iqbal melalui Battle Net lokal yang hanya dapat diterima oleh Tim nya dan Tim Alina.
"Dimengerti!" Tim Iqbal dengan dukungan Tim Alina pun mulai merangsek maju, dengan mereka menghindari sebisa mungkin konfrontasi dengan prajurit Mirishial ataupun warga sipil mereka yang bersenjata, mereka tidak memiliki cukup amunisi, waktu dan sumber daya manusia untuk melakukan pertempuran tersebut.
Iqbal dan timnya akhirnya sampai ke sebuah persimpangan yang akan mereka lewati, Alina serta tim nya tidak jauh dibelakang mereka. Saat di persimpangan, mereka melihat dengan mata lebar saat banyak sekali mayat prajurit Mirishial dan warga sipil, beberapa bahkan belum menembus usia 14 tahun dan mereka sudah terbaring di jalanan dengan lubang di badan mereka serta darah menggenang di bawah mayat mereka, Iqbal melihat di tengah-tengah persimpangan, di sana terdapat banyak sekali Automata menyeret mayat para prajurit dan warga sipil Mirishial yang sudah tewas. Tiga Kompi pasukan Automata dari Divisi 86 yang memang dikirim sebagai QRF untuk Iqbal dan tim nya... Mereka telah membersihkan tempat RV.
Salah satu Automata yang menggunakan peralatan lengkap mendatangi Iqbal dan langsung memberi laporan. "Letnan, jalur yang akan anda lewati mayoritas tidak ada musuh, mereka rata-rata berada di pinggiran kota, melawan aset lainnya, kami ditugaskan untuk menemani anda sampai ke tempat tujuan."
Iqbal hanya menganggukkan kepalanya, tidak ada yang dapat dia lakukan pada warga sipil malang yang telah dicuci otak mereka oleh Kaisar Milishial, ini hanya memperkuat tekad Iqbal dan tim nya untuk segera mengakhiri ini semua. "Baiklah, ayo lanjut semuanya! Kita terlambat dengan jadwal!"
Beberapa Gunship berupa AH-1G Huey Cobra milik Divisi 86 lewat dan menghujani posisi musuh yang tersembunyi dengan pod roket mereka yang mematikan, dua dari mereka juga memuntahkan timah panas dari minigun yang ada di dagu helikopter tersebut, mengenai para prajurit yang berlari untuk persembunyian. Iqbal dan pasukannya terus merangsek maju, memanfaatkan situasi Runepolis yang benar-benar sudah kacau serta hancur akibat pengeboman Saturasi oleh AURI dan Korps udara Divisi Automata. Iqbal melihat banyak sekali reruntuhan dari yang awalnya kota yang sangat indah dan rasa retro nya sungguh terasa.
Iqbal menembak tiga orang prajurit Mirishial di jendela dengan cukup akurat, sebelum akhirnya lanjut berlari bersama pasukannya. Para Automata terbukti sangat berguna dan efektif di medan pertempuran, Iqbal melihat secara langsung ketangguhan mereka sekarang. Apalagi saat ini mereka sudah berada di kompleks tempat Kastil Albion berada, artinya tempat ini akan penuh dengan musuh, dan benar saja... Iqbal dapat melihat ratusan prajurit Mirishial memegang Battle Rifle milik mereka dengan bayonet lalu melakukan serangan gelombang manusia.
"Apa-apaan ini?! Semuanya, buka tembakan!" Tanpa perintah dari Iqbal pun, semua prajurit dan Automata yang dibawah pimpinannya langsung membuka tembakan kearah gerombolan pasukan Mirishial yang dengan ganasnya terus maju, tidak memperdulikan rekan mereka yang jatuh di kiri dan kanan mereka ataupun saat timah panas menembus anggota tubuh mereka, seolah-olah mereka dipengaruhi sesuatu untuk melakukan serangan gelombang manusia ini.
Dua puluh MIG-21RC dan F-4RC dari Divisi 86 langsung melakukan flyby sambil menjatuhkan semua Bom tandan dan Napalm yang mereka bawa ke arah gerombolan pasukan Mirishial yang entah kenapa tidak kenal akan namanya rasa takut, namun sekuat apapun tekad mereka, mereka tidak dapat melawan submunisi yang meledak dan Napaln yang membakar mereka hidup-hidup, apalagi unsur dari Napalm yang lengket dan sangat sulit dipadamkan.
Tidak hanya berhenti disitu, tak berselang lama dari pengeboman itu, puluhan artileri dengan amunisi Beehive yang meledak di udara dan menghujani sisa-sisa pasukan Mirishial dengan paku Flechette yang sangat tajam dan dengan tambahan energi kinetik dari ledakan serta gravitasi, semangat untuk menghindari kombo gila itu. Setelah gempuran gila dari Divisi 86 itu, mereka dapat melihat hasil dari pembantaian tersebut.
Jalan besar yang awalnya hanya dipenuhi manusia dan elf yang entah kenapa mendadak gila, kini dihiasi mayat-mayat mereka dengan ada badan yang gosong, anggota tubuh hancur atau terpisah dari badannya dan juga banyak paku Flechette yang tertancap di tubuh mereka. Total akhir dari korban jiwa disini adalah sekitar 900 prajurit lebih.
"Ya Tuhan... Kenapa mereka segila ini demi Kaisar yang gak kalah gila itu?" Tanya salah seorang Komando merasa ngeri.
"Ini benar-benar tidak manusiawi..."
Iqbal memandang semua yang terjadi dengan tatapan paling netral yang dia punya, helm yang dia pakai juga membantu menyembunyikan wajahnya. Tim Alina akhirnya bergabung juga dengan pasukan Iqbal.
"Demi para Dewa..." Alina melihat hasil keganasan para Automata dengan pandangan jijik dan kecewa.
"Mereka mendapatkan apa yang mereka mau, semuanya, kita akan melanjutkan misi, kita harus menyelesaikan apa yang telah kita mulai, oke?!" Iqbal berteriak.
"Ya!" Mereka semua kembali berjalan dengan dua garis panjang yang berjalan bersebrangan arah, ini untuk meminimalisir kemungkinan di sergap oleh ranjau anti-personel yang pasti ditaruh oleh Mirishial di jalan utama.
"Disini Spectre 1-2, meminta fosfor putih dan Agen kimia lainnya untuk dijatuhkan di Istana Albion, tolong bersihkan mereka." Ucap Iqbal sambil melihat kearah kastil yang sangat besar berada di Bukit dekat Runepolis, itulah Kastil Albion.
"[Dimengerti. Mengirim paket. Paket terkirim.]"
Suara lengkingan kembali terdengar dan sesuatu meledak di dekat Kastil Albion, namun alih-alih asap hitam seperti biasa, kali ini asap putih yang memasuki ruangan-ruangan Kastil Albion yang membuat takdir para penjaga kastil sangatlah miris, terbakar akibat fosfor putih tersebut. Tidak hanya itu, suara lengkingan kedua kembali terdengar, kali ini meledak di tempat yang nampaknya adalah Taman Kastil tempat para Prajurit selalu berkumpul dan beristirahat.
Kali ini asap berwarna jingga mulai keluar, tidak hanya itu, dua buah B-52 dengan lambang AURI melakukan flyby sambil ditembaki oleh senjata anti-udara yang masih aktif, dua pesawat pengebom tersebut mengeluarkan asap berwarna jingga yang sama seperti peluru artileri yang meledak di Taman Kastil, kali ini asap jingga tersebut menyebar ke seluruh Kastil, tidak hanya di Taman Kastil. Artileri yang berisi fosfor putih juga terus menghujani kastil Albion yang membuat tempat itu penuh akan gas beracun dan asap yang dapat membuatmu terbakar jika terjadi kontak. Tidak hanya dari Divisi 86, namun Mortar magis yang dibawa oleh Tim Alina juga langsung ditembakkan kearah Kastil Albion dengan peluru tipe Incendiary.
Pasukan Iqbal hanya melihat dari kejauhan, mereka akan menunggu beberapa saat sampai angin akhirnya membuat gas dan asap di sana menghilang, di momen itu juga mereka, para manusia/elf/demi-human yang ada di Tim Iqbal langsung memakai masker oksigen mereka yang disambung ke tabung di belakang tubuh mereka.
"Baiklah, Spectre, elemen Task Force Keris lainnya sudah mengelilingi Kastil Albion, kita akan mendapatkan dukungan jikalau misi ini tiba-tiba berputar arah dan membuat kita semua terbunuh, aku hanya ingin mengatakan, dalam empat jam terakhir ini, aku bangga dapat bekerja dengan orang-orang pemberani dan hebat seperti kalian semua." Ucap Iqbal dengan bangga.
"Apa yang kita lakukan pada hari ini, akan membentuk masa depan yang lebih baik. Apa yang kita telah lakukan pada mereka benar-benar tidak dapat dimaafkan, kita semua pantas dihina dan dimaki, namun Tidak ada perbedaan antara apa yang benar dan apa yang diperlukan, kita lakukan ini, kita menyelamatkan dunia dari takdir yang mungkin jauh lebih mengerikan dari ini... Komando?!"
"Komando!"
"Bagus! Sekarang, semuanya, menuju Kastil Albion!"
..
....
Kapten Supriyadi mengumpat saat Lagi-lagi konvoi kompi nya harus di sergap oleh pasukan Lapis baja musuh, mereka benar-benar merepotkan sekali, apalagi mereka hanya memiliki delapan tank tersisa. Dia berpikir, dimana aset dukungan spesial yang dijanjikan oleh atasan mereka?!
"Bajingan! Mereka dimana-mana!" Mereka saat ini berada di reruntuhan perumahan, sedang berlindung dari para IS-7 milik Mirishial dan sistem ATGM mereka yang baru. Apalagi senapan mesin yang mirip DP-28 itu sangatlah mengganggu.
"Pak! Pusat memberikan informasi kalau aset benteng udara akan tiba!" Teriak salah satu Komando yang bertugas untuk komunikasi dan informasi.
"Apa?! Benteng udara?!" Benar saja, dari langit muncul tiga sosok raksasa yang perlahan turun dari langit. Dua diantaranya adalah Unit XG-70I Indra yang meluluhlantakkan Cartalpas sekitar tiga bulan lalu.
Namun yang satunya lagi... Benar-benar diluar akal sehat para Komando yang tidak menyangka akan melihat sosok tersebut. Itu adalah Unit Naga Bonar yang membutuhkan waktu 15 tahun untuk dikembangkan dan diciptakan, akhirnya monster itu dibawa ke medan pertempuran juga setelah menghisap banyak sekali uang anggaran TNI.
Supriyadi melongo saat melihat kedatangan Naga Bonar dan dua unit Indra. Saat dia berpikir akan aset bantuan khusus, dia berpikir hanya akan ada beberapa skuadron F/B-22 Ion Raptor atau Armada HSST melakukan Orbital Bombing, namun tidak! Mereka mengirim tiga senjata super milik Indonesia yang bahkan satunya lagi tidak Supriyadi kenali.
Dua unit Indra langsung terbang melayang kearah garis pertahanan yang dibuat oleh Divisi Automata, mereka bertugas untuk 'menetralkan' perlawanan para warga dan Prajurit Mirishial. Ini akan menjadi pembantaian gila-gilaan. Sedangkan Unit Naga Bonar melihat kiri dan kanan, seolah-olah memperhatikan lingkungan sekitarnya sebelum akhirnya meraung, atau lebih tepatnya mengerang layaknya binatang buas.
Dari kejauhan, seorang Kolonel dari salah satu Batalyon Infanteri Kerajaan Emor melihat dengan terkejut dan kagum sosok Naga Bonar yang mengaum/mengerang. Banyak proyektil, baik itu magis atau bukan mengarah ke Naga Bonar, namun sang Naga Robot tidak gentar dan mengaktifkan perisai energinya, secara serentak menahan semua serangan yang mengarah kepadanya.
"Indonesia sungguh menakjubkan."
"Mereka membuat monster itu? Gila..."
"Kau tahu, sekarang aku merasa bersyukur bertempur di sisi mereka sebagai sekutu."
"Setuju mas bro."
Naga Bonar membuka beberapa tabung roket mikro nya dan meluncurkan mereka semua ke posisi fortifikasi pasukan Mirishial yang ada di garis pertahanan terakhir. Banyak ledakan terjadi yang menyebabkan banyak prajurit Mirishial yang tewas dalam sekali serang, tidak sampai disitu saja, keempat meriam plasma nya langsung membuka tembakan kearah barak pasukan Mirishial dan tempat yang memiliki banyak sekali prajurit Mirishial.
"Pak bos?! Bagaimana ini?!" Tanya salah seorang Komando kepada Supriyadi yang masih melongo.
"Tch, lanjutkan misi kita! Kita terobos saja barikade sialan ini!"
"Dimengerti!"
Kembali ke Iqbal dan kawan-kawan.
Iqbal dan yang lain akan memasuki Kastil Albion yang penjaga nya semua telah mati dengan keadaan sangat mengenaskan, kulit mereka telah sepenuhnya mengelupas berwarna merah, ada yang bahkan sampai menampakkan organ dalam tubuh mereka dan ada yang nampaknya mencoba melindungi anak-anak namun ikut terkena efek dari pengeboman Fosfor putih yang dilakukan korps udara Divisi Automata.
Mereka semua kecuali para Kopassus dan Automata, merinding dan jijik saat melihat apa yang telah mereka lakukan hanya untuk meraih kemenangan, Alina menahan isi perutnya saat salah satu prajurit Mirishial yang sekarat, kehilangan salah satu kakinya dan wajah yang terbakar akibat fosfor putih.
"To...long.... Apa... Sa..lah... Ka..mi..?"
Alina dengan selembut mungkin mengangkat kakinya dan lanjut berjalan, meninggalkan prajurit itu dalam rasa sakit sebelum akhirnya dia mati karena tidak kuat menahan rasa sakit. Sepanjang perjalanan mereka di Taman Kastil, semuanya diam, hening... Bahkan suara tembakan dan dentuman artileri dari pusat kota Runepolis hampir tidak terdengar... Keheningan ini sangatlah memekakkan.
Seorang prajurit Mirishial dengan wajah yang separuh gosong nampak berjalan dengan tertatih-tatih kearah para Komando dari Kompi Alpha, dia tidak memegang senjata dan mereka (para Komando) dapat melihat dengan jelas penderitaan di mata sang prajurit. Seorang Corpsman dari Detasemen Spesialis Quila nampak langsung mendatangi prajurit tersebut dan berniat memberinya pertolongan pertama. Sebuah tindakan manusiawi di tengah-tengah kehancuran dan kekacauan.
Namun sayang saja, prajurit Mirishial itu sudah terlambat untuk ditolong, Iqbal berjalan mendekati sang Corpsman dari Detasemen Spesialis Quila yang berusaha sekuatnya untuk mencoba setidaknya menyelamatkan nyawa prajurit Mirishial tersebut... Iqbal menepuk pelan bahu sang Corpsman yang membuat dia langsung melihat kearah Iqbal, Iqbal menggelengkan kepalanya dan memberi tatapan penuh pengertian.
Sang Corpsman paham apa yang sang Letnan coba katakan, lalu berhenti melakukan pertolongan pertama kepada sang prajurit Mirishial yang malang, dia sendiri saat ini sedang tercekik, nampaknya efek dari Agen Oranye sudah mulai membunuhnya dari dalam.
Lalu Alina melihat ke sosok pria yang terduduk tersandar di salah satu tembok taman pendek, wajahnya terlihat hangus terbakar dan hampir tidak dapat dikenali, namun Alina kenal dia dari foto yang diberikan oleh Pusat Komando sebelum operasi dimulai, dia adalah Schmill Pao, Menteri Militer.
"Kena...pa?? Kenapa... Ka...lian... San...gat...ke...ji?" Tanya Pao tersendat-sendat.
Alina mencoba menguatkan diri dan berkata. "Kalian lah yang menyebabkan kami melakukan ini."
Pao batuk-batuk sambil melihat kearah kanan dan mencoba menunjuk ke sana. "Ka...mi...han...ya...men...co..ba...memban...tu..."
Pao pun wafat dengan rasa sakit yang dia rasakan di seluruh tubuhnya, Alina melihat kearah yang dia tunjuk dan bergetar, dia ingin muntah rasanya melihat pemandangan dihadapannya.
Puluhan atau bahkan ratusan warga sipil nampak berhimpitan dengan keadaan yang sangat mengenaskan, luka bakar yang mengerikan terdapat di kulit mereka, wajah mereka terus tidak dapat dikenali sebagai manusia atau ras lainnya... Alina dapat mencium dengan jelas walaupun dia memakai masker oksigen... Ini adalah bau daging yang terpanggang gosong, membuatnya teringat masa lalunya dulu di Hutan Qua-Toyne....
Salah seorang Astarte ikut melihat pemandangan yang dilihat Alina dan seketika dia syok. "Ini... Apa... Mereka penduduk sipil? Tapi bagaimana mungkin! Ini komplek istana! Tidak mungkin monyet-monyet Mirishial itu menyelematkan warga sipil!"
Sisa-sisa pasukan Iqbal yang lain melihat pemandangan yang sama dan hati mereka rasanya diremas oleh pemandangan yang sangat memilukan ini, di sana juga terdapat beberapa MEAPC Type-2 yang nampaknya dipersiapkan untuk evakuasi warga sipil agar tidak terkena dampak perang.
"Ini semua salah mu, Letnan!" Seorang Komando Nuit Noire langsung menunjuk ke wajah Iqbal yang juga nampak terdiam seperti anggota Kopassus lainnya.
"Kopral! Jangan bertindak atau memfitnah seenaknya!" Atasan dari Nuit Noire tersebut yang berpangkat Sersan nampak memperingati Kopral dari Nuit Noire.
"Pak! Dia ini telah membuat kita semua menjadi pembunuh! Sialan! Bukan ini tujuan ku ikut serta misi sialan ini!" Umpat sang Kopral Nuit Noire.
"Tahan, prajurit! Kau hanya akan mencoreng nama Angkatan kalau begini!"
Namun untungnya, cekcok antaran bawahan dan atasan tersebut berhenti tatkala sebuah suara tua memanggil mereka semua.
"Akhirnya, kalian datang." Semua Komando dan Automata langsung menodongkan senjata mereka kearah sosok pria Elf tua yang tidak memakai baju dan hanya memakai celana kain biasa, beliau nampak duduk di salah satu kursi taman.
"Kaisar Milishial! Atas perintah dari Pusat Komando gabungan RPTO, anda kami tahan dalam tuduhan agresi yang berlebihan dan ancaman untuk kedamaian dunia ini, menyerahlah sekarang juga!" Ucap Iqbal sambil bersiap menembak.
Milishial tertawa mendengar kata-kata yang menurutnya sangat lucu dan konyol keluar dari mulut Iqbal, saking lucunya, suara tawa dari Milishial perlahan berubah menjadi suara bergema yang terdengar sangat mengerikan.
Iqbal yang merasakan firasat buruk langsung memberi isyarat untuk segera menyebar dan bersiap untuk melakukan tembakan dalam aba-aba yang akan dia berikan. Milishial berjalan kearah Iqbal dengan tawa yang masih menggema, Iqbal tidak gentar dan terus menodong kepala Kaisar Milishial. Sesaat, Iqbal merasa semuanya tiba-tiba hening dan hanya tawa mengerikan dari Kaisar Milishial saja yang dapat didengar, Iqbal mengedipkan matanya berkali-kali dan melihat tiba-tiba ada tujuh Milishial yang secara konstan bergabung lalu berpisah kembali, seolah-olah mereka itu hantu.
Iqbal membeku, tidak dapat berkata apa-apa atau melakukan apa-apa... Lalu tanpa dia sadari, Kaisar Milishial sudah ada di hadapannya, berjarak 4 meter saja... Tanpa banyak pikir Iqbal langsung berteriak. "Buka tembakan!"
DORDORDORDORDORDORDORDORDORDORDORDORDORDORDORDORDORDORDORDORDOR
Ratusan timah panas langsung melayang kearah Milishial dan Iqbal langsung melompat ke belakang untuk menghindari badai peluru yang disebabkan oleh anak buahnya. Namun Kaisar Milishial, dengan gerakan kecil dari tangannya, memunculkan sebuah perisai magis yang mengelilingi tubuhnya, secara mutlak menangkis dan menahan semua peluru yang ditembakkan.
"Hah! Ini saja yAnG daPaT kAlIaN lAkUkAn, KaCuNG INdOnEsIA?!" Suara dari Kaisar Milishial terdengar sangat terdistorsi dan ada beberapa dari kata-kata yang dia ucapkan dalam bahasa yang tidak diketahui.
"7iT'Ë e7t^ 2'V3C!" Dengan tangan yang terangkat di udara, para prajurit-prajurit Mirishial dan warga sipil yang sudah tewas sebelumnya akibat penyerangan brutal oleh pasukan Indonesia, seketika bangkit dari kematian mereka layaknya zombie dan tanpa perintah verbal dari Kaisar Milishial, para zombie tersebut langsung menyerbu para pasukan Iqbal yang memang tersebar di sekitar Taman Kastil.
"Semuanya! Jaga jarak kalian dengan mayat hidup ini! Aku merasakan hal yang buruk dari mereka." Ucap Iqbal sambil menembakkan pistol G7 Elite nya kearah Milishial yang nampak tidak terkesan sama sekali. Bahkan peluru kaliber .50 tidak dapat menembus sihirnya.
Iqbal langsung maju sambil menembakkan pistol G7 nya kearah Milishial yang juga ikutan maju, badan Kaisar Milishial juga ikut berubah dari awalnya seperti manusia/elf pada umumnya, kini beliau memiliki tinggi sekitar tiga meter, kulit yang kecoklatan, memiliki ekor reptil yang bergabung dengan ekor serigala dan benar-benar seperti monster. Iqbal yang melihat hal itu terkejut, yang membuatnya lebih kaget adalah saat Milishial mengayunkan tinju nya kearah Iqbal, yang mana Iqbal hindari dengan cara melompat kearah kanan sambil terus menembakkan pistol G7 nya.
"Lalat menyebalkan, kemari kau!" Dengan kesalnya, Milishial mengayunkan tangannya untuk menangkap Iqbal, Iqbal terus menembakkan pistol G7 nya, hingga akhirnya tangan Milishial sudah sangat dekat, dengan lumayan lincah nya Iqbal melompat kearah depan dengan gaya menyelam dan melewati selangkangan Milishial, setelah berada di belakang Milishial, Iqbal lanjut menembakkan tiga peluru yang tersisa di Magazine G7 milik nya sebelum akhirnya Iqbal dengan cepat mengganti Magazine.
Milishial tak hilang akal dan mengibaskan ekornya yang kuat itu kearah Iqbal yang sialnya berada di belakang Milishial, membuat Iqbal terpental ke salah satu pot bunga, Iqbal mengerang kesakitan dan merasa beberapa tulang rusuknya patah, mungkin menusuk ke paru-paru juga.
"Kalian berpikir kalau kalian itu adalah pusat dari segalanya, namun nyatanya kalian tidak! Lihatlah ini semua! Kalau saja kalian tidak ada, semua ini tidak akan pernah terjadi! Kalian hanyalah parasit yang datang ke dunia kami tanpa kami minta dan memeras dunia ini dari sumber daya nya, tidakkah kalian puas dengan melakukan itu saja?! Tidak kah kalian dapat melihat kedamaian yang telah kami capai selama ini? Kerja keras yang kami tumpahkan untuk Dunia ini?!"
"Oh tentu saja kalian tidak akan dapat melihatnya, karena kalian buta! Kalian hanya melihat semua hal dari satu perspektif! Kami tidak mau ini semua terjadi, kami hanya ingin semuanya dibawah kendali dan stabil! Kami hanya ingin membawa kestabilan dan perdamaian di dunia ini! Namun kalian mengacaukan semuanya, lihatlah!" Milishial yang emosi mencengkram kepala Iqbal dan memaksanya melihat kearah Kota Runepolis yang benar-benar sudah luluh lantah, banyak gedung-gedung pencakar langit yang runtuh dan menimpa bangunan yang jauh lebih kecil. Di tengah-tengah terdapat Naga Bonar yang menebar teror ke seluruh penjuru kota.
"Berapa banyak kau pikir anak-anak yang kehilangan Ayah mereka akibat tindakan kalian? Berapa banyak istri yang harus kehilangan suami mereka dan dihina sebagai janda? Berapa banyak orang tua yang merasa berduka akibat tindakan kalian dalam membunuh anak-anak mereka?! Apa kesalahan yang kami lakukan kepada kalian hingga kami harus mendapatkan takdir seperti ini?! Bertindak sombong? Kalian juga seperti itu, kalian tidak ada bedanya dengan kami! Kalian adalah Kekaisaran dengan kedok Republik! Kalian tidak ada bedanya dengan Kekaisaran Ravernal"
Iqbal merasakan cengkraman Milishial di kepalanya semakin keras yang membuat Iqbal meronta-ronta agar dapat lepas dari cengkraman Milishial.
"... Hah.... Lagipula, jikalau aku mengatakannya, kalian tidak akan paham, tidak akan pernah paham apapun, rasa sakit yang telah aku alami, rasa kehilangan yang aku rasakan... Kalian akan merasakan hal itu, dimulai dari mainan raksasa kalian itu."
Tiba-tiba tanah dari arah selatan bergoncang dengan sangat hebat, lalu tiba-tiba radio milik Iqbal berbunyi.
"[Ini adalah Xodos Lead dari Kompi Charlie, ada yang tahu kenapa posisi kami bergetar seperti ini?]"
"[Diberitahukan kepada seluruh elemen Keris di Runepolis! Terjadi gempa dengan magnitudo 8,5! Kompi Charlie, segera menjauh!]"
"[Holy Astarte! Tanahnya terbelah, tidak!-]"
Komunikasi seketika terputus dan benar saja, gempa bumi dengan magnitudo 8,5 menggoncang Runepolis, titiknya berada di Selatan Runepolis, tempat penelitian untuk senjata Kekaisaran Ravernal, namun sebelumnya telah diambil alih oleh Kompi Charlie. Namun entah bagaimana ada sebuah gempa bumi yang sangat dahsyat terjadi di sana.
Seluruh Kompi Charlie dan Automata serta Tank yang menemani mereka... Mati dan hancur, tidak ada satupun yang selamat apalagi warga sipil yang ada di sana dan prajurit Mirishial yang menyerah kepada Kompi Charlie. Dari retakan di tanah akibat gempa bumi tadi, muncul sebuah tangan raksasa yang mencoba keluar. Suara auman binatang buas dapat terdengar dengan jelas, menggoncang kaca jendela Kastil Albion yang masih belum pecah.
"Saksikan lah, Anjing Indonesia, Galberos! Anjing Jagal dari Kekaisaran Ravernal!"
Lalu sosok monster itu berhasil keluar dari lubang yang disebabkan gempa bumi, penampakan mahluk itu membuat tercengang semua prajurit TNI yang melihat monster tersebut.
"Khhh... Kau kira kami takut akan anjing kepala tiga mu itu... Huh? Asal kau tahu saja... Yang seperti ini sudah menjadi makanan sehari-hari kami dulu!" Sebuah tembakan senjata berhasil mengenai tangan yang memegang Iqbal dan membuat cengkraman Milishial pada kepala Iqbal terlepas, membuat Iqbal bebas dan langsung lompat menjauh.
Iqbal melihat Alina yang memegang senapan anti-materi berupa Barret M82 yang dibawa oleh salah satu prajurit Kopassus yang ikut serta dengan tim Iqbal, moncong senapan anti-materi itu berasap yang menandakan kalau Alina lah yang menyelamatkan Iqbal.
"Terimakasih, Alina! Apakah paket yang aku minta tadi saat ditahan sudah datang?!" Tanya Iqbal dengan cepat.
"Lihat ke atas, Letnan!" Benar saja, sebuah Drop Pod mendarat dengan cukup keras di Taman Kastil yang menarik perhatian Milishial, namun dia harus menggunakan kekuatan magis nya untuk menahan hujan peluru dari anggota Pasukan Iqbal yang masih hidup setelah dikeroyok ratusan Zombie, saat ini saja masih ada banyak Zombie, namun masih bisa ditahan para Automata karena pada dasarnya mereka adalah robot dan robot tidak bisa terkena virus zombie.
Iqbal segera berlari ke Pod tersebut yang berjarak sekitar 30 dari posisinya dan langsung mengaksesnya, Pod itupun terbuka dan memperlihatkan sebuah Power Armor yang tidak pernah diproduksi massal dan hanya dikhususkan untuk Pasukan Elit dan AARI. Fencer Mark Trinity.
Tinggi Power Armor ini kurang lebih sama atau bahkan sedikit lebih tinggi daripada Kaisar Milishial yang telah berubah, Iqbal secepat mungkin memasuki Power Armor tersebut, selagi anak buahnya menahan Milishial yang semakin marah. Dengan kesalnya, Milishial berteriak.
"jRzF17zG dzN;!" Aliran listrik magis seketika menyambar semua prajurit dibawah pimpinan Iqbal dan membuat mereka semua seketika tepar, yang paling parah merasakan serangan ini adalah Alina dan para Automata.
Para Automata karena mereka robot, otomatis mereka konslet setelah terkena listrik dengan tegangan tinggi seperti itu, sedangkan Alina karena tubuhnya itu SANGAT lah sensitif terhadap magis, jadi dia merasakan sakit dua kali lipat dari yang lainnya, apalagi para Kopassus memakai zirah tempur yang berbasis digital, membuat zirah itu lebih berat dan susah untuk bergerak... Bahkan beberapa chip yang ada di tengkuk mereka hangus terbakar, menyebabkan beberapa dari mereka mati.
Iqbal melebarkan matanya saat melihat hal itu, dia kurang cepat, sialan!
"Skuld! Oruvan iksan danir tankeva! Eirensar arkanar, irkan iksan tankeva! Keo'ru ikan, o'ruva an tankevi!" Teriak Milishial sambil berlari dengan kecepatan penuh kearah Iqbal yang memakai Power Armor, walau badannya besar, kecepatan dari Kaisar yang satu ini sangatlah gila!
"Minimal bahasa Indonesia, woi!" Iqbal lalu menghantam wajah Milishial dengan tinju besinya, membuat Milishial terlempar ke belakang sedikir, belum lagi pulih dari syok dan sakit, tiba-tiba wajahnya dipukul lagi oleh Iqbal yang emosi beberapa anak buahnya gugur.
Tinjuan keempat dari Iqbal sayangnya berhasil ditangkap Milishial, lalu dengan kekuatan sihirnya, Milishial menembakkan proyektil magis yang membuat Iqbal pula yang terlempar ke belakang, namun tidak seperti Milishial, Iqbal sudah siap dan langsung mengeluarkan pisau tempur dari tangan kanannya dan mengayunkan dari arah bawa ke atas, tepat saat Milishial ada di hadapannya.
Luka sayatan terbentuk akibat ayunan pisau tempur milik Iqbal, tidak hanya disitu, Iqbal lanjut memukul dengan tangan kirinya, lalu menahan belakang kepala Milishial agar gerakannya terkunci, lalu dengan pisau tempur di tangan kanannya, Iqbal menikam Milishial berkali-kali yang membuat darah hitam kental keluar dari luka tusukan yang disebabkan oleh Iqbal.
Tidak kehilangan momentumnya, Iqbal lanjut dengan cara kembali memasukkan pisau tempur nya ke dalam lengannya kembali, lalu menghantam wajah Milishial dengan tangan kanannya, membuat sang Kaisar terpental cukup jauh, dengan darah hitam kental menghiasi tanah. Iqbal kembali memasang kuda-kuda silat Harimau.
"Haaghhh... Bweeghh... Aku tidak sangka... Kalian... Lumayan kuat jugam.. Aku terpukau... Tapi... Aku Kecewa!" Milishial tanpa aba-aba langsung melempar sebuah puing-puing batu yang ada di dekatnya kearah Iqbal yang tidak mengharapkan itu terjadi, namun bukannya mengelak, Iqbal malah meninju puing-puing tersebut hingga hancur dan langsung berlari kearah Milishial.
Milishial nampaknya memasang kuda-kuda dan aura gelap muncul di sekitar tubuhnya, angin secara tiba-tiba berubah arah, tanah bergetar dan tubuh Kaisar Milishial mulai melayang, beberapa kristal hitam hasil infeksi dari Nodian mulai muncul di tubuhnya. Kaisar Milishial tersenyum keji sambil tertawa dengan menggelegar.
"Ini... Ini Kekuatan! Kekuatan yang tak terbatas!" Milishial menembakkan gelombang listrik magis kearah Iqbal yang membuatnya seketika berhenti berlari dan menahan listrik magis tersebut, dia tidak menyangka kalau petir ini sangatlah hebat! Untung saja Fencer Mark Trinity tahan dengan listrik bertegangan tinggi.
"S-Sial!"
"[Letnan! Kau dengar aku?!]" Tiba-tiba muncul suara laki-laki dengan logat Kansai yang kental.
"Ughhh.... Siapa ini?!"
"[Mayor Kuzo Takahashi, tidak perlu banyak bacot, tahan dia di sana terus, bantuan akan segera datang!]"
"Kuhhh... Gampang sekali kau ngomongnya..." Gumam Iqbal mencoba sekuat tenaganya melawan arus listrik magis dari Kaisar Milishial.
"HEY, PRAJURIT INDONESIA, ATASAN MU MENDENGAR PERTARUNGAN KITA, KAN?! BIARKAN MEREKA DENGAR INI... AKU AKAN MENGAMBIL KEMBALI SEMUA YANG TELAH KALIAN DAN RAVERNAL AMBIL DARI KU, KELUARGAKU, KEHORMATAN KU! MY... FUUUUUUCKINNNNNNNG........LIFEEEEEEEE!!!!!!!!!!!!!!"
Sebuah tombak magis terbentuk di tangan Milishial dan dia bersiap melemparnya, namun tiba-tiba muncul sebuah V-22 Osprey dengan lambang USMC dan Osprey tersebut langsung menunjukkan bagian belakangnya yang menunjukkan Mayor Kuzo, dengan Railgun di tangannya, beberapa cincin terbentuk di moncong Railgun tersebut.
"Ookini, Sainara!"
Proyektil tungsten kecil keluar dari moncong Railgun tersebut dengan kecepatan yang sangat tidak manusiawi dan menembus dada Milishial, membuat inti Kristal hitam sumber Korupsi dari Nodian, terlihat dengan jelas. Iqbal langsung maju, tidak memperdulikan serangan listrik magis milik Kaisar Milishial dan langsung mengeluarkan pisau tempur dari tangan kanannya, Iqbal berkata.
"Titipkan aku tempat di neraka nanti."
Iqbal lalu menusuk kristal tersebut dan menyebabkan kilatan cahaya yang sangat menyilaukan, gelombang ledakan terjadi dan menyebabkan Ospreu yang dinaiki Kuzo mengalami turbulensi, lalu terjatuh di Taman Kastil, ini tempat benar-benar sangatlah luas.
Selama semua omong kosong di atas terjadi, Naga Bonar dan Galberos baku hantam. Awalnya Naga Bonar memiliki keuntungan dengan senjata jarak jauh, namun karena gaya bertarung Galberos yang benar-benar ganas dan selalu mencoba untuk mendekat, Naga Bonar, setelah mendapat izin dari Pusat Komando, melepas semua persenjataan berat yang dia bawa, akhirnya beban yang menaham Naga Bonar telah terlepas, dia dapat mengeluarkan potensi penuhnya.
Naga Bonar memukul kepala bagian tengah Galberos, lalu melakukan libasan ekor yang sanggup membuat Galberos, mahluk seberat 39.000 ton itu terlempar cukup jauh. Naga Bonar tidak memberi Galberos kesempatan dan langsung mendatanginya, setelah dekat, Naga Bonar lalu menginjak kepala bagian kanan Galberos lalu menarik kepala bagian kiri Galberos.
Dengan kekuatan diluar nalar para Pribumi yang menyaksikan pertempuran para Titan dihadapan mereka ini, Naga Bonar mencabut kepala kiri Galberos dan melemparnya sejauh mungkin, tidak hanya itu, tempat bekas kepala bagian kiri Galberos disembur api dari mulut Naga Bonar, membuat Galberos tidak dapat melakukan regenerasi dengan instan.
Naga Bonar mencengkram Galberos lalu melemparnya keluar dari Runepolis, tempat yang tidak ada pasukan sekutu di sana, setelah Galberos mendarat dengan SANGAT keras, kompartemen di dada Naga Bonar terbuka dan menunjukkan dua Meriam Partikel yang mulai diisi daya nya.
Galberos mencoba bangkit dan menembakkan bola api raksasa dari kepala kanannya, namun perisai Naga Bonar aktif saat dia mengumpulkan tenaga untuk menembakkan Meriam Partikel nya.
"Energi Meriam Partikel berada di 100 persen."
"Stabilisasi struktural telah dilakukan!"
"Semua kompartemen telah tertutup!"
"Target terkunci!"
"Ningali anjeun di naraka, bangsat!"
Charged Particle Cannon pun ditembakkan untuk kedua kalinya di tanah Mirishial dan Shockwave nya sangat dahsyat dan mematikan semua akses komunikasi, debu yang beterbangan juga tidak membantu sama sekali.
Hasil dari tembakan Charged Particle Cannon itu adalah teluk baru untuk Runepolis yang akan dikenang sebagai tragedi paling mengerikan yang pernah dialami Kekaisaran Suci Mirishial dalam sejarah panjang mereka.
...
......
........
Iqbal membuka matanya dengan kebingungan, kenapa gelap? Oh iya, Power Armor nya rusak parah akibat melakukan pertempuran seperti Anime dengan Kaisar Milishial tadi, apalagi Shockwave dari Charged Particle Cannon milik Naga Bonar benar-benar sangat tidak membantu. Iqbal mencari sebuah tombol, setelah ditemukan, ia menekan tombol tersebut dan pintu Power Armor tersebut terbuka.
Iqbal beranjak perlahan-lahan keluar dari Power Armor nya dan melihat keadaan yang sangat mengerikan diluar, cuaca mendung akibat efek Charged Particle Cannon, Iqbal lalu mengambil sebuah kapak yang ada di kompartemen Power Armor yang dia pakai tadi, kapak ini biasanya digunakan para penggunanya di saat darurat.
Iqbal hanya ingin mengonfirmasi sesuatu, kematian Kaisar Milishial... Dia sudah tidak peduli untuk menangkap orang gila itu, yang dia hanya inginkan membunuhnya. Iqbal berjalan dengan menyeret kakinya yang benar-benar sudah lemas sekali. Dia akhirnya menemuka sesosok pria tua yang SANGAT kurus seperti tengkorak dan saat Iqbal lihat lebih dekat, pria tua itu mencoba menikam Alina.
Sesuatu seperti merasuki tubuh Iqbal dan tanpa dia sadari, Iqbal berteriak dan berlari kearah pria tua tersebut yang sudah pasti Milishial. Tanpa ragu, Iqbal mengayunkan kapak nya dan menancap di bahu kanan sang Kaisar, membuat Milishial berteriak kesakitan, juga membangunkan Alina yang kaget melihat Milishial yang terluka parah dan Iqbal menancapkan kapak di bahu kanannya.
Dengan sekuat tenaganya, Iqbal menarik kapak tersebut yang masih tertancap dan membuat tubuh Milishial terikut, kini sang Kaisar berada di kaki Iqbal, babak belur dan tidak berdaya. Milishial memasang wajah ikhlas dan menutup wajahnya.
Iqbal, yang entah masih kerasukan apa, kembali mengayunkan kapak nya dan berkali-kali membacok tubuh Milishial- tidak, bukan membacok... Lebih tepatnya memutilasi dan merusak mayat Milishial. Alina melihat laki-laki yang dia taksir bertindak layaknya binatang buas, merasa takut.
Iqbal akhirnya berhenti, lalu dia jatuh berlutut dan melihat darah di kedua tangannya... Alina yang sudah lumayan pulih mendatangi nya, tanpa berkata apa-apa, lalu memeluk Iqbal, memberinya ketenangan dan kehangatan yang dia perlukan.
Iqbal sangat membutuhkan ini... Dia hanya tersenyum kecil dan menyandarkan kepalanya ke tubuh Alina....
Semua ini diakhiri dengan auman Naga Bonar yang kalau boleh Iqbal jujur, sangat merusak momen manis ini.
. ..
....
......
.......
......
.....
.....
..........
............
Sebuah HSST milik Indonesia nampak sedang mengarungi luar angkasa dengan bosan, sang Navigator terlihat sedang membaca majalah dewasa sambil tersenyum lebar. Rekan-rekannya yang lain sedang makan di ruangan kecil di belakang kokpit, jadi dia sendiri mengawasi semua perlengkapan disini.
Namun saat si Navigator akan mengganti halaman, tiba-tiba dia mendapatkan sesuatu dari panel dihadapannya. Menghela nafas, si Navigator menaruh majalah dewasa nya dan memasang kembali Headphone miliknya dan mulai mendengarkan... Ini... Suara ketukan, semacam kode morse?
-.- . .--. .- -.. .- / ... . .-.. ..- .-. ..- .... / -.- .- .--. .- .-.. / -.-- .- -. --. / -... . .-. .- -.. .- / -.. .. / ... . -.- .. - .- .-. / -.- .- -- .. --..-- / .... .- .-.. --- --..-- / -.- .- -- .. / -... . .-. .- ... .- .-.. / -.. .- .-. .. / -... ..- -- .. .-.-.- / ... . .-.. .- -- .- - / .--. .- --. .. --..-- / ... .. .- -. --. / -.. .- -. / .--- ..- --. .- / -- .- .-.. .- -- .-.-.-
TBC.
Dah ya, segitu dulu, Author nya gak ada liburan selama ini, gua pengen jalan-jalan 😭😭😭
Btw karena aku tahu kalian ini pelupa, ini penampilan Alina.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top