Chapter 5
Qua-Toyne, Maihark.
18 Desember 1638.
James menghela nafas panjang sembari menyeduh Teh yang dia beli dari pasar lokal di Maihark. Sudah sekitar 5 bulan mereka ditransfer ke Dunia baru ini, dan mereka sudah membuka hubungan dagang dengan beberapa Negara di Dunia ini. Seperti Parpaldia, Quila, Qua-Toyne, Fenn dan Altaras.
Seharusnya mereka membuka hubungan diplomatik juga dengan Kerajaan Louria, tapi karena mereka sudah melakukan hubungan dengan Qua-Toyne, Kerajaan langsung mengusir Diplomat mereka. Sepertinya mereka sangatlah Xenophobic.
Dan entah kenapa, dia, Kapten dari Kompi XVII dari Kopassus harus menjadi Diplomat Indonesia ke Qua-Toyne, alasannya adalah mereka kekurangan Diplomat, sangat menyebalkan. Tapi James setidaknya nyaman disini, asisten Elf yang semok dan juga makanan yang asli, dia sangat tidak tahan memakan makanan Sintetik lagi.
James melihat ke pojok ruangan dan terdapat tiga bendera, Indonesia, Qua-Toyne dan Amerika Serikat. Dia secara teknis masihlah warga negara Amerika, sekarang dia sedang dalam proses untuk menjadi warga negara indonesia. Cukup sedih dia harus meninggalkan Negara tercintanya, tapi dia tahu, dia tidak boleh terlalu terikat dengan masa lalu.
James pun kembali melihat TV nya yang sedang menampilkan Acara yang berisi Land Dragon yang dibeli dari Parpaldia. James sangat terhibur melihat mahluk-mahluk fantasi ini eksis, apalagi saat mereka bertemu dengan Manusia setengah hewan, yang awalnya James jujur.... Dia cukup ilfeel melihat mereka.
Tapi sekarang dia sudah mentoleransi mereka, toh, asalkan mereka tidak melakukan sesuatu yang lucu, dia tidak akan menembak mereka dengan Dessert Eagle yang ada di dalam laci nya ini.
Ngomong-Ngomong tentang Qua-Toyne, mereka sekarang sedang dalam merenovasi seluruh kota-kota mereka. Seperti jalan-jalan yang dibuat dengan Aspal, tiang listrik, tiang Internet, gedung apartemen yang dapat memuat ratusan orang dan berbagai hal lainnya. Semua ini terjadi akibat Kuli-kuli Djawa yang mendapatkan bahan bakar dari Bakwan dari bahan makanan asli di Qua-Toyne dan Kopi mereka yang semakin membuat para Kuli Djawa zHeGaR bHoEgHaR.
Memikirkan itu saja James tertawa terbahak-bahak. Sebelum akhirnya pintu kantornya didobrak oleh Sekretaris Elf semok yang dia punya.
"T-Tuan James!"
"Ada apa Lami?" Tanya James kepada sang Elf semok berambut biru, James sudah berhenti tertawa.
"Pak Yagou dari Kementerian Luar negeri meminta untuk berbicara dengan anda secepat mungkin!" Ujar Lami dengan tergesa-gesa.
James merengut lalu mengangguk pelan.
"Baiklah Lami, biar aku berpakaian lebih sopan kalau begitu." James pun bergegas ganti pakaian, memakai minyak rambut biar sedikit klimis dan mengambil SMG MP-7 yang dia taruh di Holster pinggangnya.
James lalu pergi ke Ruang pertemuan yang didepannya ada Lami yang menunggu, James dan Lami pun masuk. Di dalam sudah terdapat Yagou dan Rinsui yang duduk sambil berkeringat, ini cukup mengkhawatirkan, pikir James.
"Selamat Siang, pak Rinsui dan Pak Yagou. Ada keperluan apa datang kemari?" Tanya James yang duduk di sofa bersebrangan dengan mereka, Lami berdiri dibelakang sofanya James.
Mereka berdua, Rinsui dan Yagou memandang satu sama lain dan mengangguk.
"Pak James.... Kami mendapatkan kabar bahwasanya... Kota perbatasan kami... Gim, sudah ditaklukkan oleh pasukan Louria." Ujar Rinsui dengan lemas.
James yang mendengar itu hanya mengangguk pelan.
"Berapa banyak?"
"Lebih dari 500 penduduk sipil terbunuh dalam pembantaian tersebut, Kapten Ksatria Moizi sempat memerintahkan untuk melakukan Evakuasi jadi korban jiwa setidaknya dapat diminimalisir... Tapi beliau juga ikut Tewas bersamaan dengan keluarganya yang ternyata masih di Gim." Ujar Yagou dengan sedih dan marah.
"Bagaimana dengan para Ksatria? Apakah mereka melakukan perlawanan?" Tanya James kembali.
"Salah satu Ksatria yang mengawal evakuasi nya warga, mengatakan bahwa perintah Kapten Moizi adalah membunuh setidaknya 5 prajurit Louria sebelum akhirnya boleh mati... Begitulah..." Situasi diruangan pertemuan sangatlah suram. Lami yang mendengar itu hanya menutup mulutnya, syok mendengar warga sipil banyak yang terbunuh.
Sedangkan James, tidak menunjukkan emosi apa-apa, di perang melawan Nod, ini adalah nomor yang normal bagi Indonesia, tapi James memilih untuk tidak berkata seperti itu.
"Jadi begitu.... Kalian menginginkan bantuan kami?" Kedua orang dari Kementerian Luar Negeri tersebut mengangguk cepat.
James pun mengambil Holophone nya dan menghubungi seseorang, setelah beberapa saat percakapan berlangsung, James mematikan panggilan.
"Pak James?" Tanya Rinsui was-was.
"Tenanglah, Pak Rinsui. Kavaleri akan tiba dalam 3 hari. Louria akan mendapatkan balasan atas apa yang mereka perbuat." Ujar James dengan wajah full senyum.
Yagou serta Rinsui tidak dapat menyembunyikan kebahagiaan mereka dan langsung segera permisi untuk melaporkan hal ini ke Perdana Menteri Kanata serta kabinet menteri lain.
Lami menatap James dengan tatapan cukup kecewa.
"Pak, kenapa Indonesia tidak membantu saat Invasi dimulai? Saya tahu kalian punya mata di udara, kalian bisa saja menghentikan pasukan Subjugasi sebelum mereka melakukan sesuatu se-mengerikan ini. Banyak orang sebangsa saya yang dibantai dan pasti diperkosa!" James hanya menghela nafas panjang.
"Dunia tidak selamanya indah, Lami. Walaupun kami bisa saja melakukan hal itu, tidak berarti kami ingin melakukannya. Kalian tidak akan bisa mandiri dan akan terus bergantung pada kami, tapi aku akui ini juga kesalahan pemerintah ku yang terlalu fokus menjual senjata ke Parpaldia." Ujar James sambil menepuk bahu Lami.
Lami menampar tangan James dan berjalan pergi. James hanya menghela nafas panjang dan melihat keluar jendela yang menunjukkan pemandangan indah.
Dia.... Jujur, James tidak ingin pemandangan seindah ini menghilang. Di Dunia lama mereka, tidak ada lagi tempat seindah ini, bahkan Bali atau tempat wisata di Indonesia kalah jauh. James pun kembali ke kantornya dan mulai membuka komputer Hologram yang terhubung dengan mejanya.
"Aku harus meminta maaf ke Lami nanti..."
Di Kekaisaran Parpaldia.
Kaisar Ludius membaca surat dari Pemerintah Indonesia yang meminta Kekaisaran Parpaldia bersiap untuk peperangan.
"Hehe... Akhirnya, waktunya menghukum para Pribumi sialan itu." Ujar Ludius tersenyum lebar.
"Remille! Perintahkan Arde untuk mengerahkan Resimen Pertama RPA (Royal Parpaldian Army.) Ke Benua Rodenius! Akhirnya Sahabat Superpower kita membutuhkan bantuan kita!" Seru Ludius pada Remille.
Remille, tersenyum dan membungkuk lalu berjalan pergi untuk menemui Arde.
Pada saat itu juga, Resimen Pertama RPA langsung dimobilisasi. Mereka menaiki 10 kapal LHD kelas 560 milik Indonesia yang dihibahkan ke Parpaldia. Semua Tank Sherman mereka punya pun mereka bawa, sekitar 15 Truk pengangkut prajurit serta sekitar 30 Ship-of-the-lines, 2 Wyvern Carrier dan lusinan Galleon serta Frigate. Parpaldia siap Adu mekanik dengan Louria.
Sedangkan untuk Indonesia, mereka mengirim pasukan yang mereka siapkan untuk menghajar para Bajak Laut di Benua Vestal, para Atasan mengirim mereka kemari hanya untuk pemanasan sebelum akhirnya menuju Benua Vestal.
Indonesia mengerahkan 3 Korps AD dan 1 Korps Marinir. Jadi sekitar 45.000 prajurit bersenjata lengkap. Sekitar 450 unit Tank Berat dan MBT, 200 IFV Grape, sekitar 500 Truk pengangkut Militer, sekitar 260an Kapal perang berbagai jenis, serta berbagai senjata spesial yang sengaja mereka bawa.
Gelombang pertama yang dikirim Indonesia sekitar 5.000 Prajurit, 50 unit tank Berat Gigantus, 75 Unit Artileri Laser, Armada kelima Indonesia, beberapa Satelit LID dan juga untuk jaga-jaga, ARTMISS.
Pada Sore hari di Maihark, Kanata dan Menteri nya menunggu di pelabuhan, siap menyambut pasukan bantuan Indonesia dan juga Parpaldia. Saat mendengar Parpaldia juga akan datang membantu, Moral seluruh prajurit dan juga warga langsung naik setinggi langit. Dibantu oleh Negara Superpower dari Peradaban ketiga?! Hell yeah!
Dari muncung pelabuhan, muncullah 10 Kapal perang Besi milik Parpaldia yang dikawal oleh lusinan kapal perang khas Kekaisaran Parpaldia lainnya.
Beberapa Lord Wyvern terbang melakukan Flyby diatas langit Kota Maihark yang disambut dengan teriakan sukacita dari para penduduk Kota tersebut, walaupun mereka masih menyimpan rasa tidak suka pada Parpaldia, bantuan mereka benar-benar sangat di apresiasi.
Tank-tank Sherman Parpaldia pun segera diturunkan begitu juga dengan kendaraan tempur mekanik mereka lainnya, lalu diikuti dengan 3.000 prajurit bersenjata lengkap. Kanata terlihat sedikit kecewa saat melihat nomornya yang sedikit sebelum akhirnya menggeleng.
'Paling cuman gelombang pertama.' Pikir Kanata.
Lalu dari salah satu kapal, nampak Chief Arde berjalan dengan dua Ajudannya kearah Kanata dan memberi hormat ala militer ke Kanata, yang cukup membuatnya terkejut.
"Resimen yang dimodernisasi pertama RPA, melapor untuk bertugas, Perdana menteri Kanata." Ujar Arde dengan tenangnya.
"Chief Arde... Anda secara personal kemari?" Tanya Menteri Pertahanan Qua-Toyne terkejut.
"Tentu saja, ini aksi pertama dari RPA, aku harus secara personal ada disini untuk melihat kapabilitas mereka. Dan lagi, aku ingin melihat kekuatan Mereka." Ujar Arde sembari tersenyum keatas.
Semua orang langsung melihat ke langit dan terkejut bukan main apa yang mereka lihat. Diatas mereka, adalah seorang Dewa. Ya, Dewa.
Sebuah Robot raksasa setinggi 100 meter berwarna biru gelap dengan senjata seperti Peluncur Induksi Elektromagnetik, 36 VLS kecil, 20 Phalanx CIWS yang dimodifikasi untuk menembak Laser, 8 VLS besar untuk misil Bunker Buster, 2 Railgun kaliber 2700mm, Void Shield dan terakhir, Meriam Partikel yang bisa menghapus Kota dari Peta.
"Tuan Kanata...."
"Iya... Tuan Arde?"
"Aku hampir merasakan kasihan pada Louria, yah, Hampir sih."
TBC
Walking Fortress Balam :
(Secara Lore EDF, Balam itu hanya setinggi sekitar 65 meteran, cuman di cerita ini doang Balam segede Badag.)
Oh dan Btw, di Tank Sherman, Truk dan Logo di lengan prajurit Parpaldia akan ada lambang Bendera mereka, cari sendiri yah wkwkw.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top