Chapter 46

Jenderal Karl menyaksikan raksasa setinggi gunung dihadapannya berjalan kearah pasukannya. Setiap langkah raksasa tersebut membuat moral pasukan semakin menurun, Karl sendiri heran bagaimana dia tidak kencing di celan sekarang ini... Dia harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan anak buahnya!

"Semua Unit! Mundur segera! Kita harus pergi dari sini!" Teriak Karl melalui radio.

"[Tapi pak! Itu melawan perintah Jenderal-]"

"Aku Jenderal nya disini, bajingan! Ikuti perintah ku jika ingin selamat!"

400 Tank yang berada dibawah pimpinan Karl langsung bergerak mundur secara teratur, meninggalkan para Infanteri dalam posisi terbuka... Itu terakhir kalinya Karl akan melihat mereka semua.

Raksasa tersebut lantas mengaktifkan puluhan sistem persenjataan CIWS yang terpasang di tubuhnya, yang paling banyak adalah CIWS Phalanx dan M134 Otomatis. Ribuan timah panas dan cahaya berwarna biru lembut menembus para pasukan NWO dengan brutalnya, darah mengalir dengan deras dari tubuh-tubuh pasukan NWO yang terkena serangan mematikan dari sang Raksasa.

Para prajurit Infanteri NWO lantas berteriak kesakitan dan berlari menjauh dari medan pembantaian, namun mereka langsung disambut oleh 35 unit F-22M Raptor dengan persenjataan Gun Sweeper, pasukan NWO yang sedang mengalami pembantaian ini seketika mencoba menyerahkan diri mereka dengan cara menjatuhkan senjata dan mengibarkan kain putih.

Dari sekitar 18.000 prajurit NWO yang menyerbu, hanya 200 dari mereka yang selamat... Mereka baru saja merasakan kekuatan hebat milik Indonesia yang tidak pernah mereka keluarkan. Prajurit TNI AD yang mengawal Raksasa tersebut langsung mengamankan semua yang selamat dari kubu NWO dan menjadikan mereka sebagai tahanan perang.

Raksasa tersebut membelokkan badannya mengarah ke arah Barat dan mengunci suatu Kota yang dikuasai oleh Gra Valkas... Tidak ada warga sipil yang terlihat karena sudah terbunuh ataupun mengevakuasi diri... Hanya tinggal pasukan NWO dan Gra Valkas saja yang ada di sana.

"Target dikunci, mengisi proyektil... Pengisian energi dimulai."

"Pengisian energi selesai... Melakukan penguncian pada Kota Myrut, penembakan akan dimulai dalam waktu 2 menit, mohon para personel darat untuk menyingkir dari radius tembakan."

"Melakukan penguncian posisi, Baterai Magis terisi penuh, Baterai Nuklir melebihi kapasitas, Sistem pendinginan aktif... Semuanya siap!"

"Semoga Tuhan mengampuni kalian, tapi kami tidak! Titan Carrier, Tembak!" Dari railgun 2700mm di tangan kanan sang Raksasa bernama Titan Carrier sebuah energi terakumulasi dengan kecepatan yang tidak normal, dan sesuatu dengan cepat diluncurkan dari sana.

Saat sesuatu itu keluar, Orang-orang dapat melihat kalau itu adalah semacam tombak panjang dan besar, memiliki ujung runcing dan memisahkan diri dari beberapa bagian tubuhnya, tombak tersebut langsung meluncur akibat energi kinetik dari Railgun dan tombak tersebut menembus kecepatan 20 Mach!

NGUUUOOOOOONGGGHH

BOOOOOOOOMMMMMMM!!

Dalam hitungan detik saja, Kota Myrut yang menjadi Pangkalan Garis Depan Gra Valkas dan NWO, langsung bersatu dengan tanah.....

Dari bukit dekat dengan posisi Titan Carrier, Pasukan Jenderal Karl menyaksikan pembantaian sebelumnya dengan ketakutan, lalu mereka harus menyaksikan dengan horor saat sang Raksasa meluncurkan sesuatu dari tangan kanannya dan ledakan besar nan dahsyat terjadi dari belakang mereka.

Jenderal Karl yang menggunakan kacamata hitam, melihat secara langsung ledakan tersebut dan langsung lemas... Bagaimana caranya Kekaisaran ingin menang melawan monster ini?! Karl pun mengambil radio nya dengan tangan bergetar, nampaknya komunikasi jarak dekat masih dapat dilakukan, walau tentu ada kesulitan.

"Semuanya... Matikan mesin kalian... Kita harus menyerahkan diri kita untuk keselamatan... Kejayaan untuk Kekaisaran..."

Suatu Tata Surya yang belum diberi nama, 10,5 Tahun cahaya dari Terra.

Laksamana Ucok berkeringat dingin dan sinar kebiruan menyinari wajahnya sekali-sekali, pertempuran melawan Temple Ship kelas Juvenile milik Nodian ini sangatlah lama dan memakan waktu sekali.

Misil beterbangan dari KRI Sirius dan kedua kapal pengawalnya, namun misil-misil tersebut tidak dapat melukai Temple Ship tersebut, saat Autocannon milik KRI Sirius ditembakkan, barulah kerusakan dapat mulai terlihat di cangkang keras Temple Ship, namun mereka butuh sesuatu yang lebih kuat.

"Letnan! Status Meriam Partikel?!"

"Sedang dalam pengisian! 20 menit agar bisa penuh!"

"Kita tidak punya waktu sebanyak itu! Ambil energi dari bagian kapal yang tidak diperlukan, perintahkan semua UCAV kita untuk memberikan perlindungan kepada kita, bagaimana status KRI Yapen dan KRI Sami?!" Tanya Ucok.

"Pak! KRI Yapen mengalami kerusakan di bagian propulsi! Itu adalah Kelas Nod yang baru kita temui saat Perang Bulan Kedua, Kelas Insecta!"


"Bajingan, kirim beberapa UCAV kita ke sana untuk membantu mereka! Tidak boleh ada yang mati dalam pengawasan ku!" Perintah Ucok.

"Siap!"

Pertempuran tidak imbang ini pun dimulai kembali dengan lima UCAV dari KRI Sirius menembakkan lusinan misil berpandu mereka kearah Temple Ship kelas Juvenile tersebut, puluhan bola api menghiasi permukaan Temple Ship tersebut, dengan sekali-sekali tembakan dari Autocannon milik KRI Sirius dan KRI Sami.

KRI Yapen sendiri kini mengalami masalah cukup serius, dimana tujuh Nod kelas Insecta berhasil menerobos masuk dan membunuh beberapa marinir Indonesia yang bertugas di kapal tersebut. Para Marinir yang tersisa di KRI Yapen harus bertarung di ruangan sempit kapal mereka.

"Cok! Tembak mahluk itu!"

"Sabar! Senjatanya macet- Anjing-"

"Medis! Medis!"

"Kunci ruangan ini dan semuanya, segera mundur ke ruangan berikutnya!"

Para Marinir Indonesia yang hanya dilengkapi senjata berupa SS6 yang sudah cukup ketinggalan zaman namun masih setia mengabdi di Angkatan Angkasa Republik Indonesia. Namun peluru 6,8×51mm dari SS6 mengalami kesulitan untuk melakukan penetrasi terhadap kulit Kelas Insecta, namun bukan berarti mereka kebal.... Sekarang ini saja, para Marinir yang ada di KRI Yapen sudah berhasil membunuh delapan Kelas Insecta, namun mereka harus kehilangan sepuluh Marinir dengan dua belas lagi luka-luka.

(SS6)

"Pak! Bagaimana ini?! Jika kita tidak mengatasi mereka, kita tidak dapat membantu KRI Sirius atau bahkan kita semua dapat terbunuh!"

"Aku sedang memikirkan nya, sialan!"

THUNG THUNG THUNG

Pintu besi yang mengunci kelas Insecta di ruangan lain nampak penyok, sepertinya mereka mencoba mendobrak masuk, sang Sersan nampak memutar otaknya, dia harus mencari cara agar mereka semua dapat selamat dari pembantaian ini! Sang Sersan lalu teringat sesuatu.

"Hey! Apakah Docking port nya masih aman?" Tanya sang Sersan.

"Masih aman, pak! Namun, kenapa anda bertanya?"

"Kita akan memancing mereka ke sana dan melakukan pertarungan di luar angkasa, siapkan Helm dan oksigen kalian, anak-anak!"

"Siap, pak!"

Pasukan Marinir Indonesia lantas mencoba menggiring kawanan Kelas Insecta menuju ke Docking port, rencana mereka berhasil dan empat puluh Marinir Indonesia yang tersisa berkumpul di Docking port, tempat dua SEAV varian Gunship sedang dipersiapkan untuk sortie oleh para mekanik di sana.

"Sersan! Dua SEAV siap untuk sortie!" Lapor sang Ketua mekanik.

"Bagus! Terimakasih... Segera menuju ke Main Bridge, di sana tempat yang paling aman yang kita punya saat ini." Ucap sang Sersan.

"Siap, Sersan! Merdeka!"

"Merdeka!"

Semua Marinir Indonesia sesegera mungkin menaiki kedua SEAV tersebut dan di saat yang bersamaan tujuh Kelas Insecta berhasil mendobrak pintu Docking Port dan mengejar dua SEAV yang langsung take-off. Para Kelas Insecta yang tidak di desain untuk terbang di Void, langsung terombang-ambing tidak jelas, dan dengan mati-matian mencoba kembali mendekati KRI Yapen.

Namun hujan cahaya kebiruan menembus semua Kelas Insecta, menghabisi mereka sekaligus. Serangan mematikan ini berasal dari dua SEAV milik KRI Yapen yang bermanuver dengan anggunnya di antara rongsokan luar angkasa.

"Woohooo!"

"Oke! Kita harus fokus untuk menghabisi yang ada di luar KRI Yapen, penembak! Lakukan tugas mu." Rentetan cahaya biru dari Gatling Gun laser yang terdapat di moncong kedua SEAV tersebut kembali mengenai para Kelas Insecta dan Nod kelas lainnya yang berada di permukaan KRI Yapen, mencoba untuk memasuki kapal dari lubang yang ada di dekat bagian mesin pendorong.

Setelah pemberondongan selama tujuh menit, semua mahluk Nod yang ada di KRI Yapen berhasil di netralisir dan tepat pada waktunya, KRI Sirius mendekat dan membuka Docking Port miliknya yang sanggup membawa delapan Frigat kelas Papua. KRI Sirius pun memulai proses memasukkan KRI Yapen ke dalam Docking Port nya yang membuat kedua kapal tersebut rentan akan serangan dari Temple Ship yang semakin ganas menyerang.

KRI Sami melindungi kedua kapal tersebut dengan gagah beraninya, Laser, Autocannon, misil dan senjata pertahanan pun mereka lancarkan kepada Temple Ship durjana tersebut, sang Temple Ship yang kesal mengisi energi pada dua tentakelnya dan langsung melancarkan serangan rentetan tembakan Plasma super panas ke arah KRI Sami.

Semua orang memandang dengan horor saat KRI Sami meledak dengan hebatnya dan komunikasi dengan orang-orang dari anjungan KRI Sami langsung terputus saat plasma super panas dari Temple Ship mengenai KRI Sami.

"Pak... KRI Sami dan seluruh kru nya gugur dalam pertempuran..." Ucap petugas komunikasi dengan menahan tangis, dia punya teman di KRI Sami.

".... Bagaimana proses evakuasi para tim Ekspedisi dan KRI Yapen?" Tanya Laksamana Ucok dengan kalem, namun di dalam hatinya muncul rasa bergejolak amarah dan rasa ingin balas dendam.

"Semuanya telah siap, pak."

"... Pindahkan semua energi ke FTL drive, bawa kita sejauh mungkin kita dari sini, beri informasi ini ke Terra, aku tidak peduli berapa lama pesan itu akan sampai ke sana." Ucap Laksamana Ucok sambil mengepalkan tangannya.

Sebuah portal berwarna biru muncul di hadapan KRI Sirius dan mereka langsung melesat ke dalam portal tersebut, sang Temple Ship yang marah makanannya pergi langsung memasuki mode FTL juga dan mengejar KRI Sirius.

Tanpa kedua belah pihak sadari... Semua ini sudah direncanakan dan diperhatikan secara dekat oleh sosok yang lebih tinggi.

...
....

Lembah Kantemart, Barat Negara Mu.

17 Februari 1640.

0820.

Wilayah Kantemart di Provinsi Mankaly, Mu, adalah wilayah yang sangat sempurna untuk dijadikan garis pertahanan absolut, geografis nya yang pegunungan, lembah-lembah yang sempit hingga sulit dilewati tank dan juga cuaca yang sulit diprediksi ini menjadikan Wilayah Kantemart tempat yang paling sulit di penetrasi oleh Kekaisaran Gra Valkas dan NWO.

Namun nampaknya hari ini pasukan Gra Valkas dan NWO jauh lebih percaya diri untuk menggempur garis pertahanan absolut Kantemart. Saat Intel dari OIM menyadap komunikasi Gra Valkas dan sekutu mereka, OIM langsung menghubungi pasukan Mu dan Parpaldia yang bertugas di sana untuk bersiap gempuran besar.

Perwira tertinggi yang ada di sana berupa Mayjend Cole dari Mu dan Jenderal Cabal dari Parpaldia. Di sana juga ada dua divisi Angkatan Parpaldia yang baru menyelesaikan pelatihan mereka dan langsung dikirim ke Benua Mu untuk pembuktian di api, lalu ada tujuh Batalyon artileri milik Mu yang mengoperasikan meriam kaliber 155mm dan 105mm, hasil beli dan lisensi dari Indonesia. Tidak hanya Batalyon Artileri, ada juga tiga divisi Infanteri Mu dan juga satu Divisi Infanteri Gunung yang akan sangat berperang penting dalam pertempuran berikutnya.

ABCT dari Barnaul dan Indonesia diperkirakan akan tiba dalam hitungan delapan jam, pasukan Parpaldia-Mu hanya harus bertahan selama delapan jam sampai akhirnya mereka mendapatkan bantuan dari sekutu mereka yang kuat, apalagi Kerajaan Barnaul yang dengan cepatnya melesat dari negara yang terbelakang, menjadi salah satu negata termaju di Aliansi RPTO, ditambah lagi dengan proyek Wishing Well yang masih di fase Awal.

"Baiklah, intel kita dan satelit Indonesia mengatakan kalau ada kurang lebih dua puluh Divisi Infanteri yang akan menerobos masuk melewati tempat ini... Jika kita tidak menghitung kendaraan dan unit lainnya, kita secara total harus menghadapi 200.000 lebih Prajurit saja." Ucap Mayjend Cole dengan khawatir.

"Ini benar-benar gila, jumlah ini gila, namun aku tidak terkejut saat melawan negara sinting seperti Gra Valkas, apakah ada pengebom strategis Indonesia yang menganggur? Akan sangat bagus jika mereka melakukan pengeboman karpet di titik ini sampai titik ini." Ujar Jenderal Cabal.

"Aku sudah menghubungi mereka dan berkata kalau sepuluh F-15XL dengan nama Task Force Gigan akan menjadi pembuka serangan, lalu diikuti dua B-1RIX Bangau dan empat B-52HX Stratofortress yang menjatuhkan menu utama yang mereka bawa... Aku tidak tahu jika ini cukup untuk menghabisi mereka, namun aku tahu kalau Task Force Gigan dapat mengurangi jumlah mereka secara drastis." Ujar Cole sambil menunjuk beberapa titik di peta yang nampaknya adalah posisi pasukan penyerang NWO.

"Nampaknya AURI sangat sibuk akhir-akhir ini, eh... Kalau gitu, kita hanya harus bertarung dengan apa yang kita punya. Katakan, berapa banyak bom yang kita punya?" Tanya Cabal.

"Cukup banyak, namun stok kita hanya cukup untuk pertarungan selama 2 bulan saja, amunisi masih ada 3.500.000 lebih lagi, seharusnya cukup lah... Namun aku masih sanksi." Ucap Cole menggaruk belakang tengkuknya.

"Begitu... Baiklah, aku ingin memasang perangkap yang akan memastikan mereka untuk kesulitan atau bahkan tidak dapat mengakses lembah ini sama sekali, lembah ini satu-satunya lembah yang dekat dengan benteng kita dan juga memiliki ukuran yang cukup untuk mengakomodasi setidaknya enam tank Sturm mereka." Ujar Cabal menunjuk beberapa titik lokasi yang ada di lembah dekat Benteng Kantemart.

"Ini kan... Hmm menarik, namun kita juga tidak bisa masuk lewat lembah ini jika terjadi ofensif skala besar di masa yang mendatang." Cole nampak khawatir, namun Cabal dengan santai melambaikan tangannya.

"Tidak perlu khawatir, kawan, dua Batalyon NCAF-P1 akan dikirim kemari bersama satu Batalyon Ikaruga untuk membantu kita dalam proses pembersihan lembah dan pertarungan jarak dekat yang pastinya orang-orang Valk itu tidak akan dapat beradaptasi dengan cepat saat Ikaruga datang dan menghabisi mereka." Ucap Cabal dengan senyum penuh percaya diri.

"Anda nampak sangat percaya diri, bisa beritahu kenapa?"

"Simpel, Cole, aku adalah veteran di Perang melawan Bajak Laut, Perang Philades dan juga pertempuran Esthirant, aku telah melewati Delapan Menit Kematian, aku percaya diri bukan karena sombong, namun aku percaya diri karena aku percaya kalau aku dapat membawa kita ke kemenangan yang mana korban jiwa di pihak kita hanya segelintir orang saja." Ucap Cabal sambil tersenyum.

"... Anda cukup idealis, yah, tapi kalau memang anda punya ide dan menurut anda itu akan berhasil, mari kita diskusikan lebih lanjut."

Akhirnya setelah rapat selama beberapa jam dan meminta saran dari perwira lainnya, mereka semua setuju untuk memasang perangkap berupa bom 25KG yang biasanya ada di pesawat tempur, kini di tanam di dalam tanah dan dimodifikasi menjadi IED oleh para Insinyur Parpaldia yang sudah dilatih oleh pasukan Khusus Indonesia dan Umbra Interfectorem, unit Hantu RPTO yang semua rekam jejak operasi mereka tidak tercatat sama sekali, secara garis besar, mereka itu Seolah-olah tidak pernah ada.

Puluhan sarang senapan mesin dibangun dengan kayu dan karung pasir, senapan standar RPTO adalah MG3 yang dapat mengantarkan timah panas sebanyak 1.000 butir dalam hitungan menit. Banyak lubang persembunyian untuk penyergapan juga di gali di berbagai titik, parit pertahanan yang dipasang jebakan berupa bom atau cairan napalm berhasil dibuat dalam hitungan beberapa hari saja, ratusan kuda diberikan oleh kota sekitar untuk membantu upaya peperangan melawan penjajah durjana.

Parpaldia-Mu siap menghadapi apapun yang dilempar oleh NWO dan Gra Valkas ke arah mereka, apalagi saat dua ABCT dari Indonesia dan Barnaul baru saja tiba dan memperkuat garis pertahanan mereka, apalagi skill gerilya Indonesia yang sudah di atas Rata-rata.

Hanya menghitung hari saja atau jam saja sampai pertarungan terjadi dengan ganasnya.

Sebrang wilayah Kantemart, Hinomawari (dalam kekuasaan Gra Valkss).

23 Februari 1640.

Ratusan Ribu Prajurit Gra Valkas dan NWO nampak melakukan pergerakkan dengan diikuti ratusan tank lapis baja, ranpur dan juga truk untuk mengangkut logistik seperti Amunisi, makanan, suku cadang dan lain-lain.

Angkatan Udara Gra Valkas hanya dapat menyumbang 200 Antares dan 70 unit ME-262G untuk membantu pasukan besar ini, dengan sisa kekurangan kekuatan udara NWO diisi pesawat Alpha-1 dari Mirishial dan Wyvern Lord dari negara sekutu lainnya. Alasan Angkatan Udara Gra Valkas tidak dapat menyumbang lebih banyak ke ofensif kali ini adalah karena kegagalan Operasi Unexpected, Gra Valkas mengerahkan sekitar 20 persen pesawat dari Angkatan Udara dan 65 persen dari Korps Udara Angkatan Laut Gra Valkas.

Apalagi Angkatan Laut Gra Valkas yang babak belur dihajar RPTO beberapa minggu lalu membuat mereka kekurangan kapal dan terpaksa membangkitkan kapal dari era Dreadnought untuk bertempur kembali, saat pertempuran untuk Benua Vestal terjadi, ada sekitar 60 persen kekuatan Angkatan Laut Gra Valkas yang dikirim dan terbantai di sana, apalagi kapal-kapal yang harusnya menyerang Kuspium, malah dibantai sebelum mereka dapat berlayar.

Sekarang Industri Militer Gra Valkas sedang gencar-gencarnya membangun kembali armada laut, udara dan kendaraan tempur mereka, tidak hanya itu, mereka memberlakukan wajib militer untuk laki-laki di umur 17 tahun, dengan alasan melawan bangsa bar-bar yang telah banyak membunuh orang-orang Valkas.

Kaisar Gra Lux yang berkarisma dan tahu cara memanipulasi, mendapatkan dukungan dari seluruh rakyat Gra Valkas dan dikabarkan oleh BIN yang menyusup sejak lama di Kekaisaran Gra Valkas, akan ada 20 juta Prajurit pada bulan Juni mendatang, nomor itu sangatlah tidak masuk akal, namun untuk kekuatan Industri sekelas Gra Valkas, ini bukanlah hal yang tidak mungkin apalagi dengan moral mereka yang masih cukup tinggi.

Jenderal yang memimpin Pertempuran ini adalah Jenderal Sthork, dia adalah veteran dari beberapa perang sebelum Gra Valkas dipindahkan ke dunia baru, dia sangatlah berpengalaman menghadapi musuh tangguh dengan kondisi medan peperangan yang sangat brutal, makanya ia dipilih sebagai pemimpin pasukan... Selain itu, hanya sedikit orang yang mengetahui kalau dia itu realis, dia tidak akan mengirim prajurit yang menjadi bawahannya ke penggilingan daging jikalau bisa.

Jenderal Sthork memandang pegunungan Kantemart dengan tatapan netral dan mengambil radio yang digendong salah satu prajurit.

"Semua pasukan Artileri, disini Jenderal Sthork, lakukan bombardemen sebanyak mungkin, jangan berhenti membombardir gunung tersebut sampai aku memberi perintah untuk berhenti, belah gunung itu menjadi dua!" Setelah Sthork mengatakan hal tersebut semua Artileri yang dibawa oleh Gra Valkas dan sekutu mereka, Mirishial, langsung menghujani posisi pertahanan Kantemart.

BOOM BOOM BOOM BOOM BOOM BOOM BOOM BOOM BOOM BOOM BOOM BOOM

Ratusan ledakan di pegunungan Kantemart membuat seolah-olah gunung api sedang meledak, diikuti ratusan pesawat Antares yang menukik dengan tajam dari langit dan mulai menjatuhkan semua bom atau roket yang mereka bawa. Mereka disambut dengan peluru Tracer yang berwarna hijau, rentetan peluru tersebut berasal dari MGMC punya Mu dengan tipe T1E3, senjata anti udara yang dibeli dari Indonesia dengan harga murah.

Langit biru pun dihiasi oleh peluru tracer dari senjata anti udara RPTO yang mati-matian mempertahankan posisi mereka, namun pesawat Antares yang dikirim dipiloti oleh pilot-pilot elit Angkatan Udara Gra Valkas, mereka dapat dengan mudah menghindari tembakan dari senjata pertahanan udara milik RPTO ini, namun tetap saja, sekalinya salah satu dari mereka lengah, mereka langsung tertembak jatuh oleh MGMC.

Puluhan Tank milik Gra Valkas dan Mirishial mulai memasuki lembah-lembah yang mengarah langsung ke Benteng Kantemart, dibelakang mereka ada banyak sekali Land Dragon dengan Prajurit Infanteri mengikuti mereka dari belakang dalam upaya untuk mendapat perlindungan.

Lalu tiba-tiba Sthork terkejut saat mendengar suara yang sangat melengking dan mengerikan dari sampingnya, terdapat lusinan truk dengan 48 tabung peluncur roket, ini adalah senjata terobosan terbaru yang Gra Valkas produksi massal dari negara Orussia, mengingat Orussia lah yang membuat terobosan ini namun sekarang mereka dibawah kekuasaan Gra Valkas, jadinya penemuan ini menjadi milik Gra Valkas.

Ratusan roket melayang dan melakukan serangan saturasi ke arah posisi pertahanan RPTO, dengan prajurit nya terus berdesak-desakan untuk masuk melalui lembah-lembah yang sempit namun memiliki struktur seperti akar, sangat bercabang-cabang. Ratusan ledakan menghiasi pegunungan, lembah-lembah dan beberapa roket bahkan sampai ke Benteng Kantemart, merusak dan menghancurkan banyak kendaraan yang terparkir dan artileri Mu yang sedang disiapkan.

Salvo dari BM-13 'Katyusha' ini berhasil membuat pasukan pertahanan RPTO cukup porak poranda, beberapa roket bahkan berhasil membuat satu tank MBT-27 milik Indonesia yang dikirim ke sana rusak dan tidak bisa bergerak... Situasi benar-benar kacau untuk para pasukan pertahanan, dimana ternyata mereka mendapati semua jebakan yang mereka pasang di lembah yang mengarah ke Benteng Kantemart mengalami malfungsi dan tidak dapat diledakkan, hal ini membuat Jenderal Cabal menarik dua kompi RPA dari sayap kanan untuk memperkuat posisi pasukan penjaga lembah, mereka diikuti dengan tiga Kompi TNI AD dengan membawa beberapa Anoa yang dipasangi senjata berupa Chaingun 30mm untuk menghadapi pasukan Gra Valkas.

"Pasukan musuh terlihat!"

"Mana Bazooka nya cok!"

"Nih!"

"Backblast clear!"

SWUUSSSSSSHHHH

BOOOMMM

Prajurit Parpaldia-Mu yang sial diposisikan di parit paling depan nampak mati-matian menggunakan semua senjata yang mereka punya untuk menghalangi dan membendung serangan dari NWO ini. Mereka ternyata cukup cerdik dengan tidak memenuhi lembah yang sempit dengan Tank mereka dan hanya membuat dua barisan tank yang panjang sampai ke belakang, prajurit NWO dan Gra Valkas sekali-sekali ngintip dari balik kendaraan lapis baja dan menembakkan senjata mereka kearah Parit pertahanan pertama..

Seorang operator senapan mesin M1919 nampak dengan brutalnya terus menembakkan senapan mesinnya, namun Infanteri musuh terus saja berlindung dibalik kendaraan mereka, jadi dia hanya dapat membidik kaki mereka yang kadang-kadang muncul.

"Sialan! Bagaimana cara melawan mereka jika seperti ini!"

Operator tersebut yang mengumpat langsung pecah kepalanya, yang membuat orang-orang di sekitarnya terkejut saat melihat isi otaknya yang berceceran di tanah.

"Sniper! Kau! Ambil alih senapan mesinnya!"

"Siap, pak!"

Semua Prajurit segera berlindung lebih dalam di parit mereka dan mencoba memberi perlawanan, namun pasukan musuh sudah 300 meter dari posisi parit pertahanan, meriam Tank satu persatu menghancurkan posisi sarang senapan mesin, senapan Coaxial menembus para prajurit yang berdiri dan pesawat Antares yang meluncurkan salvo roket ke posisi parit pertahanan RPTO yang pertama.

Saat mereka mengira harapan sudah hilang dan mereka ditinggalkan oleh pasukan di garis belakang, salah satu prajurit Parpaldia mengambil senapannya dan memasukkannya ke dalam mulutnya, tangannya bergetar saat jari miliknya sudah ada di pelatuk..

"Maafkan aku, ayah... Ibu... Anak mu ini seorang pengecut!"

Namun belum sempat dia menekan pelatuknya, seorang prajurit TNI AD yang ditempatkan di garis depan datang dan meninju wajahnya, namun akibat prajurit TNI tersebut memakai Armor yang tentu meningkatkan kekuatan fisik mereka, sang prajurit Parpaldia yang mau bunuh diri langsung pingsan.

"Untung masih sempat..."

"Terimakasih, pak Sersan." Tiga prajurit Parpaldia datang menyeret rekan mereka yang pingsan agar dapat diawasi.

"Sama-sama... Sial, dimana bala bantuannya?"

Empat jam sudah berlalu semenjak peluru artileri pertama menghantam posisi pertahanan mereka dan dari 1.000 prajurit yang mempertahankan tempat ini, hanya ada 198 yang masih hidup, itupun kebanyakan sudah luka-luka parah. Posisi pasukan NWO sudah 100 meter dari parit pertahanan mereka, hanya menunggu waktu hingga akhirnya mereka terbantai oleh pasukan NWO yang jauh lebih banyak.

Namun akhirnya bala bantuan datang juga setelah menunggu sangat lama, satu F-15XL terbang sangat rendah dekat dengan lembah tempat pasukan utama Gra Valkas berada dan menjatuhkan semua bom yang dia bawa, melakukan pengeboman karpet di sepanjang lembah yang membunuh banyak sekali prajurit dan penyihir NWO.

Ratusan misil dari kejauhan muncul dan menembak jatuh semua Antares, Alpha-1 dan para Wyvern Lord, hanua tersisa sedikit saja yang bertahan hidup dari saturasi misil udara-ke-udara milik TNI AU, itupun karena misil TNI AU mengalami malfungsi secara ajaib dan meleset dari target mereka, namun aset udara NWO yang ada di Front Kantemart 90 persen berhasil ditaklukkan, sisanya mundur kembali ke Hinomawari.

Pasukan darat yang melihat itu langsung diperintahkan oleh Jenderal Sthork untuk mundur secepatnya, namun pasukan paling belakang NWO tiba-tiba disergap oleh Divisi Infanteri Gunung milik Mu yang dengan lihainya menggunakan pengetahuan mereka mengenai area sekitar untuk menjebak dan menyebabkan longsor yang membuat pasukan NWO sepenuhnya terjebak di dalam lembah sempit yang dijadikan sebagai tempat pembantaian.

Jenderal Cabal yang memantau situasi dengan bantuan AWACS Indonesia yang berada di Stratosfer langsung berniat mengirim semua pasukannya untuk bertarung secara gerilya di titik-titik cekik yang sudah ia ciptakan, namun tiba-tiba dia dihubungi seseorang melalui radio.

"Disini Jenderal Cabal, siapa di sana?" Tanya Cabal.

"[Ini adalah Marsekal Udara Patein, pemimpin LRSSG, kami mendengar kalian butuh bantuan jadi kami mengirim beberapa aset udara kami yang akan sampai bersamaan dengan bantuan udara yang kalian minta beberapa hari lalu.]" Ucap Marsekal Udara Patein.

"Baiklah, Marsekal! Terimakasih atas bantuannya, aku akan mentraktir mu nanti!"

"[Hahaha, senang membantu.]"

Sesuai dengan perkataan Marsekal Udara Patein, setelah beberapa menit kemunculan satu F-15XL yang menghentikan laju pasukan NWO, muncul lebih banyak pesawat terbang dari kejauhan. Empat B-52HX turun dari Stratosfer dan menjatuhkan ratusan bom yang ada di dalam maupun luar tubuh pesawat mereka, diikuti dengan beberapa B-25 Mitchell yang menjatuhkan beberapa bom mereka lalu memutari tempat di sekitar lembah terjadi pengeboman maha dahsyat.

Pasukan NWO yang terjebak di lembah hanya dapat pasrah, dengan beberapa penyihir mencoba menggunakan sihir mereka untuk membuat perisai magis, namun ledakan beruntun dan dahsyat dari Mk. 39 dapat dengan mudahnya mengirim mereka kembali ke dunia para Dewa. Ribuan sudah mati pada poin ini, ditambah dengan dua B-1RIX yang meluncurkan dua misil Hipersonik Naga Besukih menghantam posisi di tengah pasukan utama NWO yang terjebak, diikuti dengan puluhan F4U Corsair dan Marin dari LRSSG menjatuhkan bom yang mereka bawa.

Ledakan besar terjadi dan pada akhirnya, lebih tepatnya di sore hari... Pasukan NWO menyerahkan diri mereka dengan cara mematikan mesin kendaraan perang mereka, membuka pakaian mereka dan juga membuang senjata mereka ke tanah. Jenderal Sthork yang merasa kalah strategi dan teknologi memutuskan untuk solid bersama prajuritnya dan ikut menyerahkan diri kepada pasukan RPTO...

Dari 220.000 yang menggempur Kantemart, hanya 20.770 yang selamat, namun trauma yang mendalam telah membekas dihati mereka, mereka sekarang sangat takut saat mendengar suara keras atau melihat bendera RPTO.


Menyerahnya pasukan NWO kepada RPTO di Front Kantemart, mengakhiri pertempuran di Front Kantemart untuk sementara waktu, para bala bantuan dari Altaras dan Fenn akhirnya memperkuat posisi mereka dan mereka mulai kembali membangun pertahan yang jauh lebih kuat dan jebakan yang efektif.

Rumah Tahanan ALRI, Tanjung Priok, Jakarta, Republik Indonesia.

24 Februari 1640.

0830.

Ferdinand nampak membaca koran dengan tatapan sulit diartikan, dia saat ini baru membaca koran yang dibawakan oleh Polisi Militer agar mereka tahu perkembangan dunia luar. Betapa terkejutnya Ferdinand saat mengetahui pasukan Gra Valkas dikalahkan di Front Kantemart, apalagi pasukan itu dipimpin oleh Jenderal Sthork yang sangat terkenal saat perang melawan Orussia.

"Indonesia dan sekutu mereka benar-benar mengagumkan... Sekarang aku semakin paham kenapa Kapten Luxtal secara terang-terangan mendukung Indonesia... Hah... Melelahkan." Ferdinand menaruh koran tersebut dan pergi ke kamarnya untuk bersantai.

Namun sebelum dia sampai, tiba-tiba speaker yang dipasang di lorong berbunyi.

"Pelaut Ferdinand Fritz, dimohon untuk segera ke kantor Kapten Luxtal di gedung sayap kanan."

"Apalagi coba." Ferdinand mengurungkan niatnya ke kamar dan berjalan ke kantor Kapten Luxtal.

Saat sampai, dia masuk setelah mengetuk pintu dan diberi izin, saat di dalam, Ferdinand terkejut melihat Fitriani hadir di sana, tanpa memakai pakaian tempur melainkan memakai sebuah sundress berwarna putih dan membawa tas panjang berwarna hitam.

"Ah akhirnya tiba juga dia, Sersan Fitriani, orangnya sudah tiba, mohon jaga dia dan kembali sebelum pukul 10 malam." Ujar Luxtal sambil tersenyum.

"Dengan senang hati, pak." Fitriani lalu menggaet lengan Ferdinand dan menariknya keluar kantor Kapten Luxtal, Ferdinand sendiri otaknya masih loading tentang apa yang terjadi.

Setelah sadar dia sudah diluar dan sedang diseret Fitriani, Ferdinand berkata. "K-Kenapa kau disini?!"

"Bukannya sudah jelas? Membawamu jalan-jalan keluar." Ucap Fitriani dengan senyuman manis.

"A-Aku tidak masalah, sih, cuman! Bukannya aku ini tahanan?!"

"Secara teknis, iya, namun kalian diperbolehkan keluar asal dikawal oleh personel TNI, dan kebetulan aku adalah personel TNI yang sedang libur, ayolah, aku ingin kamu bertemu nenekku yang sempat aku ceritakan padamu." Ucap Fitriani terus memaksa.

"Baiklah, Fitri... Aku juga sebenarnya mulai bosan disini, aku hanya tidak ingin kamu terlibat dalam masalah." Fitriani hanya tertawa kecil.

"Tidak apa-apa, hal seperti ini masih mudah untuk ditangani.. Cepat ganti baju sana." Mereka tiba di depan kamar Ferdinand dan si Ferdinand langsung cepat-cepat ganti baju dengan Fitriani nunggu diluar sambil main Armphone mengenai update game baru favoritnya, Honkay : Rail Star.

Setelah beberapa menit menunggu, Ferdinand keluar dengan pakaian yang lebih sopan dan cukup stylish untuk seorang pria. Fitriani yang selesai main Honkay : Rail Star langsung melihat kearah Ferdinand dan menganggukkan kepalanya, pertanda setuju akan pilihan bajunya.

"Kau terlihat tampan, Ferdinand." Ucap Fitriani dengan tulus dan senyuman.

"Terimakasih... Kau tahu, kau bisa memanggilku Ferdi, kan?" Ferdinand menyipitkan matanya...

Fitriani terlihat tidak nyaman. "Uhh... Nama itu... Cukuplah tabu di sekitar sini, jadi aku tidak berani memanggilmu dengan nama itu."

"... Baiklah, ayo." Sekarang menjadi lebih jantan, Ferdinand mengalungkan lengannya ke tubuh Fitriani dan mereka berjalan keluar dari rumah/apartemen tahanan.

Sepanjang jalan, Ferdinand harus meringis saat melihat tatapan tajam dan iri dari rekan-rekannya yang masih menjomblo... Maafkan aku teman-teman, namun aku akan berubah menjadi pria! Pikir Ferdinand.

Lalu akhirnya setelah menandatangani buku absen di pos penjaga, mereka keluar dan Ferdinand terkejut dan terkesan melihat sebuah mobil keren berwarna biru dengan seorang wanita berambut putih bersandar di mobil tersebut. Saat dilihat dari dekat, wanita itu ternyata terlihat sangat tua, nenek bahkan.

"Ah, Fitri, jadi ini pria yang kamu maksud." Ujar nenek dengan paras layaknya bidadari tersebut.


"Hadeh... Nenek, bisakah kamu berpakaian lebih sopan lagi?" Tanya Fitriani dengan kesal.

Dia kesal karena Ferdinand memandangi otot-otot dan luka dari sang Nenek dengan tatapan yang... Sulit dijelaskan, hanya laki-laki bejat yang tahu.

"Heheh, kau menjemputku secara tiba-tiba saat aku sedang nge-gym, jadi aku tidak sempat ganti baju." Ucap sang Nenek yang mengalihkan pandangannya ke Ferdinand yang masih terpaku.

"Yo, anak muda, perkenalkan aku adalah Isumi Michiru, nenek dari Fitriani, salam kenal." Nenek-nenek yang ternyata bernama Isumi tersebut memberi seringaian dan menyodorkan tangannya..

"Eh"

...
.....

Sosok gadis kecil berambut ungu terang dan memakai pakaian kantoran nampak sedang di suatu dimensi aneh dimana pohon-pohon terlihat hidup, langit penuh retakan distorsi dan banyak bunga berwarna biru bercahaya sangat terang.

Gadis kecil tersebut lalu memandang ke sosok Garuda yang dirantai dihadapannya, sosok yang menjadi simbol dari Negara kepulauan yang menjadi lawan tangguh para Nodian, sosok simbol itu kini berlutut dengan armor yang sudah dilepas dan bulu emasnya yang indah rusak.

"Garuda, kamu tahu konsekuensinya dalam mengintervensi alam manusia, namun kau tetap melakukannya... Sebegitu cintanya kamu dengan manusia sampai rela harus... Menjadi seperti ini?" Tanya gadis itu.

"Dea Imperatrix... Kamu tahu ini bukan salahku." Ujar sang Garuda sambil batuk mengeluarkan darah emas.

"Salah mu atau bukan, kau tetap salah, Garuda... Aturan mengintervensi alam manusia telah disetujui oleh semua dewa sejak ratusan Eon Hadean lalu, kenapa sekarang kamu tiba-tiba melanggar aturan yang sudah lama disetujui oleh para dewa." Ujar sosok yang ternyata bernama Imperatrix.

"... Sesuatu rasanya bangkit di dalam diriku saat melihat bangsa keturunan ku harus dibantai oleh Nod dan para... Siliconian, aku sangat jijik saat Omega menertawakan kematian mereka, seperti mereka itu hanyalah sampah... Mereka bukan!" Rantai yang membelenggu Garuda kembali bersinar terang dan membuat sang Garuda mengeluarkan suara melengking layaknya burung Garuda.

Imperatrix nampak sedih saat melihat penderitaan Garuda, namun aturan adalah aturan, semua Dewa harus mengikutinya, tidak terkecuali Garuda. Imperatrix perlahan berjalan pergi dengan banyak hal dipikirannya.

Dia harus berbicara dengan Ishar-Mla setelah ini.


TBC.

Chapter berikutnya akan menjadi chapter Filler, Kira-kira kisah Indonesia mana lagi yang mau atau akan dibuat oleh sang Author? Silahkan beri ide disini!

Dea Imperatrix :

MBT-27AVI+ 'Maung Bodas' :

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top