Chapter 45
Pangkalan Angkatan Laut Tanjung Priok, Jakarta Utara, Republik Indonesia.
15 Februari 1640.
1620.
Kapten Jareth, kapten dari kapal HMPS Royal Ball milik Angkatan Laut Kekaisaran Parpaldia nampak sedang minum Teh Manis Dingin di kafetaria milik Angkatan Laut Indonesia di Tanjung Priok, semenjak Aliansi RPTO berubah menjadi aliansi militer, negara-negara anggota RPTO dapat berlabuh di pelabuhan Indonesia tentu dengan alasan yang masuk akal.
Kapal yang dia komandoi, HMPS Royal Ball adalah kapal dari Ship-Of-The-Line kelas Super Phishanus atau Super-F. Dulu, kapal Kelas Super Phishanus ini menjadi kebanggaan dan mutiara bagi Angkatan Laut Kekaisaran Parpaldia, namun, semenjak Kaisar Ludius memerintahkan reformasi untuk Militer, Super-F kehilangan pamornya dan perlahan akan digantikan atau bahkan dicampakkan begitu saja.
Banyak kadet baru dari Akademi Angkatan Laut yang berkata mereka masuk Angkatan Laut karena ingin mengabdi di Kapal Baja buatan Indonesia seperti HMPS Ludius contohnya, Kapal Bendera dari Armada Gabungan atau mungkin kapal baru dari kelas Babet.
Kapten Jareth menghela nafas dan lekas membayar minuman yang dia pesan, sesudah itu dia lanjut berjalan-jalan di sekitar pelabuhan ini, Kapten Jareth selalu kagum setiap kali dia datang ke Indonesia, walau sekarang suasananya sangat Suram dan saat Jareth lewat di depan Pangkalan Angkatan Laut Indonesia, dia melihat bendera Indonesia yang hanya dinaikkan sampai separuh tinggi tiang, jika dia ingat, ini menandakan kalau Indonesia sedang berduka.
"Kejadian beberapa hari yang lalu benar-benar mengerikan... Aku tidak menyangka kalau orang autis diberi senjata super akan segila itu..." Gumam Jareth ketakutan saat melihat berita beberapa hari lalu dari Kapalnya.
Jareth kemari bersama dengan Flotilla ke-17 Kekaisaran Parpaldia, untuk mengawal kapal kargo yang mengangkut persenjataan yang Parpaldia pesan. Ini yang namanya sistem Komisi yang mulai dikenalkan Republik Indonesia setengah tahun lalu, sistem Komisi ini lumayan untuk menambah uang pribadi para pelaut, meningkatkan pengalaman dan sembari melakukan patroli di setiap Distrik yang mereka lalui.
Jareth mengambil komisi ini atas izin dari Laksamana Mikhail, jadi dia harus bolak-balik ke Indonesia sebanyak enam kali untuk mengawal pengiriman senjata perang ke Pelabuhan Esthirant, ini adalah perjalanan ketiga, jadi masih ada tiga kali lagi perjalanan sebelum akhirnya Komisi ini berakhir. Jareth jujur bersyukur mendapatkan komisi ini daripada dikirim ke Garis Depan di Benua Mu atau di Lautan Tengah.
Mendengar pembantaian yang dilakukan Indonesia sepuluh hari lalu membuat Jareth merinding, untung saja Parpaldia tidak bermusuhan dengan Indonesia, dia tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi jika Armada Parpaldia atau RPTO lainnya harus menghadapi Indonesia dalam perang All-Out.
Jareth pun sampai di pinggir pelabuhan, tidak hanya ada dia di sana, disekelilingnya terdapat banyak Prajurit koalisi yang sedang nganggur berjalan-jalan, Prajurit Koalisi RPTO dikirim kemari untuk membantu Indonesia pulih dari Insiden beberapa hari lalu, bantuan yang dikirimkan berupa makanan, obat-obatan berbasis magis dan juga keamanan. Mengingat Indonesia kehilangan sekitar 23.000 Prajurit selama Insiden Golden Dawn berlangsung, untung saja Indonesia dapat dengan cepat menutup kekosongan pada Militer, namun rata-rata Prajurit TNI yang dari Komcad tidak terlalu memiliki pengalaman di lapangan, mengingat mereka hanya mengabdi selama enam bulan paling minimal. Jadi, secara singkatnya, Indonesia kehilangan banyak Prajurit yang berharga.
Jareth juga melihat ada sekitar delapan kapal induk Super kelas Presiden milik Indonesia yang menjadi tulang punggung aviasi angkatan laut Indonesia, benar-benar kapal yang sangat megah dan perkasa. Namun di salah satu kapal induk, terdapat sebuah lubang yang cukup besar menembus lambung kapal tersebut, kapal tersebut adalah KRI Soekarno yang belum juga diperbaiki semenjak mengalami kerusakan 6 tahun yang lalu, Indonesia tidak punya uang, waktu dan sumber daya untuk memperbaiki kapal pertama dari kelas Presiden ini. Disini juga menjadi tempat penampungan bagi Kapal-kapal perang sekutu Indonesia yang ikut kena transfer ke Terra.
"Sayang sekali rasanya melihat kapal sehebat itu dibiarkan begitu saja... Tapi mau bagaimana lagi, Indonesia saja tidak sanggup mengurusnya, apalagi jikalau dihibahkan..." Gumam Jareth mengagumi KRI Soekarno yang diapit oleh dua kapal perbaikan dan sedang dalam proses penambalan.
KRI Soekarno akhirnya setelah menunggu selama 6 tahun lebih sedikit, mendapat takdir yang pantas untuk kapal sepertinya... Dibongkar dan dijadikan besi tua. Keputusan bulat dari Wijaya ini mengalami banyak pertentangan dari berbagai pihak, mau itu dari kru kapal KRI Soekarno sendiri ataupun para warganya yang tidak rela kapal sekelas KRI Soekarno harus dibesituakan. Saat ini, Jareth mendengar kalau sedang ada donasi dan pengumpulan dana untuk penyelamatan KRI Soekarno agar dia tidak jadi dibongkar dan hanya dijadikan kapal Museum.
"Sayang saja, aku dan anak buah ku belum gajian, kalau tidak sudah aku berikan sedikit uang untuk mereka." Gumam Jareth, dia tidak sengaja melihat seorang bocah penjual minuman kaleng dengan kotak pembeku.
"Hey, nak! Kemarilah." Sang anak dengan bahagia nya langsung mendatangi Jareth.
"Apa-apa saja yang kau jual, kawan kecil?" Tanya Jareth penasaran, Indonesia sedang memasuki musim panas dan asal kalian tahu, musim panas di Indonesia itu sangat tidak ngotak.
"Saya ada... Coca-Cola, Sprite, Fanta, Pepsi... Semuanya minuman berkarbonasi." Ucap sang Anak dengan senyuman.
"Aku ambil Sprite tiga, berapa harganya?"
"Gak mahal, cuman 3 Rupiah untuk ketiga minuman ini." Ujar sang Anak.
"Jingan, agak mahal juga." Jareth mengeluarkan tiga lembar uang rupiah dalam bentuk pecahan.
Jareth pun menyodorkan tiga lembar uang tersebut dan mendapatkan kantung plastik yang berisi tiga botol Sprite. Dia membuka satu botol dan meminumnya sambil menjadikan pemandangan didepannya sebagai hiburan kecil.
Lalu, tiba-tiba ada beberapa pesawat Jet milik Indonesia terbang melewati langit dan mengarah kearah laut, hal ini menarik perhatian semua orang yang ada di pelabuhan, mau kemana mereka itu?
Beberapa menit Jareth menunggu dan dari kejauhan perlahan-lahan muncul sosok kapal berwarna abu-abu dari kejauhan, kapal itu terlihat berbeda dari kapal perang milik Indonesia. Jika punya Indonesia, Rata-rata Battleship mereka memiliki tubuh yang sedikit gemuk, yang ini lebih kurus, persenjataan juga nampaknya jika dilihat hampir sama namun berbeda.
Kapal tersebut dikawal oleh dua Reefback milik Angkatan Laut Kekaisaran Atlantis dan juga tiga Kapal Penghancur milik Indonesia, saat kapal tersebut memasuki pelabuhan dengan perlahan, salah satu kapal Indonesia yang terdekat, sebuah kapal penjelajah kelas Pattimura, menembakkan air berkekuatan tinggi dari dek nya dan berada di atas kapal tersebut. Tidak hanya kapal penjelajah tersebut, satu persatu kapal perang dan kapal domestik Indonesia, mau itu yang kecil sampai yang paling besar, mulai menembakkan meriam air yang ada di kapal mereka saat sosok kapal tersebut melewati kapal mereka.
"To all Allies Forces, make way for the USS Missouri, i repeat, make way for the USS Missouri. Welcome back to Tanjung Priok." Helikopter Blackhawk varian Angkatan Laut yang masih dipakai Indonesia sampai saat ini terus menyampaikan pesan yang berulang-ulang dalam bahasa yang tidak Jareth kenali.
"Kapal itu...?" Tanya Jareth terheran-heran dan lagi-lagi terkagum, andai saja Parpaldia mempunyai kapal seperti ini...
"Dia wanita yang menakjubkan, bukan?" Tiba-tiba muncul sosok pria dengan jas, memakai kopiah dan memegang tongkat komando.
"Eh, anda ini siapa?"
Pria tersebut tertawa renyah, wajahnya murah senyum dan nampaknya dia sangat bahagia saat melihat kapal dihadapan mereka yang saat ini sedang disemprot oleh banyak sekali kapal menggunakan meriam air.
"Hahaha, saya hanya seorang Veteran tua yang sudah mengenal Negeri ini sejak lama... Aku merasa sangat bangga setelah mengetahui betapa majunya Negara yang kucintai ini.. Juga merasa berduka akan apa yang terjadi dan apa yang harus dihadapi negeri ini... Kami hanya ingin hidup damai dan bebas, namun nampaknya Tuhan belum menghendaki." Pria tersebut nampak curhat ke Jareth sambil melihat USS Missouri yang diarahkan untuk berlabuh di samping KRI Makassar yang sedang diperbaiki dan dicat ulang.
"Heeeh.... Anda nampaknya lebih tua daripada penampilan anda yang sesungguhnya, ya?" Jareth menyodorkan satu botol Sprite yang tadi dia beli.
Pria tersebut menerima minuman yang diberikan oleh Jareth dan mulai meminumnya setelah dibuka. "Maaf jadi curhat, tapi beginilah perasaan pria tua ini... Hanya ingin melihat dunia ini untuk ke-terakhir kalinya."
Jareth memandang pria tersebut dengan khawatir dan penasaran. "Anda sedang sakit, pak?"
Pria tersebut hanya tersenyum kembali. "Kurang lebih seperti itu, aku divonis akan meninggal dalam waktu beberapa minggu lagi oleh Dokter... Sedikit merasa sedih, kau tahu?"
"Ya... Pasti rasanya sangat menyakitkan mengetahui tanggal kematianmu sudah diketahui... Tunggu, beberapa minggu lagi... Hmm... Bukannya itu dekat dengan tanggal pembongkaran KRI Soekarno?" Tanya Jareth keheranan.
"Yap... Rasanya cukup ironis, aku sudah bersama kapal itu semenjak dia pertama kali berlayar di lautan, aku mati, diapun juga mati... Heh, aneh." Pria tersebut menatap dengan melankolis KRI Soekarno yang memiliki beberapa spanduk mengenai penggalangan dana untuk menyelamatkan kapal tersebut.
"Anda... Cukup tua, yah." Jareth berkata sambil menghabiskan Sprite yang dia minum.
"Hahaha, benar... Oh iya anak muda, siapa namamu?" Tanya Pria tersebut.
"Ah, nama saya adalah Jareth, kapten dari HMPS Royal Ball." Jareth memperkenalkan diri.
"Jareth... Ya? Senang bertemu dengan mu, anak muda... Semoga kita berjumpa lagi di lain waktu." Jareth mengedipkan matanya dan Pria tersebut secara misterius menghilang begitu saja, seolah beliau tidak pernah ada disini.
".... Apa itu hantu tadi, yak?"
..
....
Presiden Jorge Adam turun dari USS Missouri secara perlahan dengan dikawal beberapa Marinir AS, setelah dua minggu melakukan perjalanan panjang dari Benua utama Amerika Serikat, mereka terjebak di badai yang sangat brutal, dan saat badai itu menghilang mereka secara tiba-tiba muncul di tempat aneh ini.
Kontak pertama yang mereka lakukan adalah kepada semacam manusia ikan dengan baju Power Armor yang sangat canggih dan memegang senapan serbu yang terlihat futuristik. Setelah diberi penjelasan tentang siapa mereka, akhirnya Adam paham apa yang terjadi.
"Sulit untuk dipercaya, ya pak?" Ujar Wapres Amerika Serikat, William Gringer.
"Benar, Will, beberapa saat yang lalu kita membombardir Los Angeles, dan sekarang kita tiba-tiba ada di Dunia Lain, jika seseorang mengatakan ini beberapa bulan lalu, aku akan memukul kepala mereka dengan cukup keras... But damn, Udara disini benar-benar sangat menyegarkan." Adam melihat sekeliling dan ada banyak sekali orang yang menonton mereka menggunakan pakaian pelaut Perang Dunia Pertama dan ada beberapa kelompok prajurit yang memakai baju khas Marinir Amerika Serikat saat Perang Dunia Kedua.
"Siapa mereka? Apakah sedang ada Event Cosplay atau bagaimana?" Tanya William kebingungan.
"Nggak juga, Adam." Presiden Adam lalu melihat ke depan dan melebarkan matanya saat melihat Presiden Wijaya datang dengan dikawal Paspampres yang membawa senapan serbu dan rompi anti peluru.
"Presiden Wijaya? Anjing Tua, kau masih hidup ternyata, dan aku pikir stress dari menjadi Presiden dan negaranya di transfer akan membunuhmu." Adam dengan senang maju dan mengulurkan tangannya.
Wijaya menjabat tangan sahabat lamanya dengan gembira juga, dibelakang Wijaya ada Ludius yang memakai setelan Angkatan Laut Parpaldia yang baru.
Adam yang menyadari kehadiran Ludius langsung bertanya. "Dia siapa, Jaya?"
"Oh dia... Dia adalah Kaisar Ludius, pemimpin dari Kekaisaran Parpaldia, sekutu baru kami di dunia... Baru ini." Ujar Wijaya menjawab pertanyaan dari Adam.
"Salam kenal." Ucap Ludius dengan singkat.
"Begitu, kalian menangani kontak pertama lebih baik dari kami, aku senang kalian belajar dari kesalahan kami." Ujar Adam sambil menyeringai.
"Kami belajar dari yang terbaik... Jadi, Adam... Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa Missouri sampai mengalami kerusakan seperti itu?" Tanya Wijaya memperhatikan Missouri yang memiliki kerusakan berupa lambung yang robek dengan bekas hitam, kubah meriam paling belakang nampak habis dikoyak dan juga beberapa jasad kru USS Missouri yang satu persatu diturunkan.
William, Adam dan para Marinir yang mengawal Presiden dan Wapres Amerika Serikat saat ini, menggelapkan pandangan mereka dan ada yang menitikkan air mata mereka.
"Wijaya.... Bumi... Rumah kita, telah jatuh ke tangan Nodian."
"Apa?!"
Wilayah Almund, Negara Mu, Benua Mu.
15 Februari 1640.
1730.
Jenderal Karl Manstein memperhatikan kamp pasukan Gra Valkas dan NWO dari atas Tank Panther III miliknya. Tank Panther III ini adalah hasil upgrade dari Panther II dan memiliki teknologi yang jauh lebih canggih untuk menunjang keselamatan para prajurit yang mengawaki nya.
"Hmm... Cukup aneh, Indonesia belum melakukan serangan balasan, terakhir kali kita mengambil alih Outpost mereka, mereka langsung mengirim Raksasa dengan dua meriam di bahu mereka... Kenapa mereka tidak melakukan serangan balasan? Aku khawatir." Karl terus berbicara sendiri.
"Jenderal!" Karl melihat ke bawah dan ada anak buahnya yang berpangkat Letkol.
"Letkol, ada apa?"
"Pasukan RPTO sudah menyerbu posisi Kamp terdepan kita!" Benar saja, Karl dapat mendengar suara dentuman artileri dari kejauhan dan beberapa pesawat tempur milik RPTO yang dapat menyaingi atau bahkan melampaui Antares.
"Letkol, perintahkan untuk para infanteri agar menyebar dengan komposisi Korps, maju dengan cara menyebar layaknya tentakel, pasukan lapis baja akan membantu menghancurkan pasukan sayap kanan mereka, dari sana kita tinggal melakukan apa yang kita hebat dalam melakukan, membunuh." Letkol tersebut memberi salut dan dia langsung menyampaikan perintah dari Karl.
"Hans! Hidupkan mesin! Kita akan berburu hari ini, anak-anak!"
"Jawohl!"
Mesin dari Panther III dan tank-tank lain milik Gra Valkas dan NWO mengaum dengan ganas dan mulai maju dengan formasi Arrowhead. Tank yang dinaiki Karl menjadi yang paling depan dan dia sendiri saat ini memperhatikan ratusan Infanteri Gra Valkas dan NWO yang bergerak dengan terkoordinasi, sejauh ini, ini adalah penyerangan NWO yang paling sukses tanpa ada kendala... Rasanya terlalu mudah, makanya Karl meminta beberapa pesawat pengebom untuk melembutkan posisi musuh. Namun nampaknya, para pengebom tidak akan tiba tepat waktu, karena pasukan yang dipimpin Jenderal Karl sudah baku hantam dengan pasukan RPTO.
Pertarungan berlangsung dengan sangat sengit yang membuat Karl sangat kagum akan semangat bertarung dari Prajurit Mu dan sekutu mereka, RPTO. Tanpa bantuan Indonesia secara langsung saja dapat menahan gempuran ganas dari Gra Valkas dan NWO, bagaimana jika Indonesia ikut campur? Lamunan Karl harus buyar tatkala laporan masuk dari salah satu Tank.
"Jenderal! Unit 2-17 hancur terkena serangan Anti-tank!"
"Unit 2-18 juga!"
"Oh drit! Unit 2-11 baru terkena panah cahaya milik RPTO, mereka berasap- tidak, meledak!"
Laporan demi laporan mengalir ke dalam radio nya yang membuat Karl pusing, sudah ada tiga unit tank yang hancur, tapi Karl perlu mengingat, tank dari Unit Heimdall mayoritas adalah tank medium seperti Panther I dan Strum.
(Panther I)
(Strum)
Jadi, tidak terlalu heran mengapa senjata anti-tank musuh dapat menembus zirah baja mereka dengan relatif mudah... Namun, seingat Karl, unit Heimdall semuanya saat ini sudah dipasangi lapisan zirah baru bernama Kontakt-1. Zirah tersebut cara kerjanya adalah ketika peluru atau roket anti-tank menyerang kendaraan yang dilindungi oleh zirah baru ini, sensor pada Kontakt-1 akan mendeteksi serangan tersebut dan kemudian memicu ledakan bahan peledak pada Kontakt-1. Ledakan tersebut menghasilkan gaya yang dapat membalikkan arah serangan, sehingga mengurangi atau menghilangkan efek penetrasi dari serangan tersebut.
Penemu nya berasal dari Orussia, negara Slavik yang berada dibawah penjajahan Gra Valkas, nampaknya ilmuwan tersebut tidak menjadi sasaran dari Agen Indonesia, dia mendengar sendiri nasib banyak Ilmuwan Kekaisaran yang mati dengan cara yang sangat mengenaskan.
"Nampaknya Kontakt-1 tidak dapat menjamin keselamatan, eh... Akan ku catat untuk nanti." Gumam Karl sambil menendang bahu Penembak di tank nya.
"Sasaran untuk mu, Gunther, 1.200 meter, Tank musuh, tembak dengan AP." Ujar Karl.
"Jawohl, Auf dem Weg!" Gunther menembakkan peluru AP dari laras meriam 120mm nya dan langsung menembus tank Sherman dengan rondel milik Mu, Tank tersebut nampak berhenti sejenak sebelum akhirnya senapan mesin Coaxial nya membalas tembakan dengan brutal memuntahkan ratusan timah panas.
"Nampaknya tidak mempan, Generäle." Komen Gunther.
"Betul, sepertinya armor mereka terlalu tipis sampai peluru AP menembusnya saja... Aku tidak ingin membayangkan apa yang terjadi kepada kru di dalamnya, lebih baik kita hilangkan penderitaan mereka sekarang." Ujar Karl memberi perintah.
"Jawohl!" Sang pengisi peluru, Huffnuk, langsung mengisi peluru HEAT ke meriam mereka.
"Fertig Günter!"
"Jawohl, Auf Wiedersehen!" Peluru HEAT tersebut langsung menghantam Sherman milik Mu yang sudah 'immobile' langsung meledak hingga menerbangkan Turret dari sang Sherman.
"Spektakuler, Gunther!"
Mereka melakukan selebrasi singkat sebelum akhirnya Karl menegur mereka. "Kita tidak boleh selebrasi akan kematian mereka, mereka sama seperti kita, prajurit yang melaksanakan perintah atasan, hormati mereka setidaknya."
"Maaf, Generäle." Ucap Gunther dan Huffnuk.
Sang Pengemudi, Hans hanya menguap dan lanjut menjalankan Tank mereka. Sekarang setelah kehilangan cukup banyak dukungan lapis baja, pasukan RPTO perlahan terpukul mundur, dengan ratusan prajurit dari Parpaldia dan Altaras menawarkan diri mereka untuk menahan serbuan pasukan NWO dan Gra Valkas yang semakin tidak dapat dibendung, apalagi para Penyihir dari Kerajaan Central, Kekaisaran Mirishial dan Meerky yang menggunakan sihir mereka melakukan pemanggilan Golem batu yang sangat kuat, butuh meriam 105mm untuk menghancurkan Golem, itupun harus dibidik tepat di Inti Magis mereka... Namun disitu sialnya, asalkan sang Perapal mantra tidak dibunuh, maka Golem tersebut akan terus bangkit dan menyerang tanpa letih...
Namun, dewi kemenangan kali ini berada di pihak RPTO. Jenderal Karl merasa perasaan yang tidak enak. Dia langsung memerintahkan semua pasukan Tank untuk berhenti.
"Halt! Jangan ada yang bergerak!" Semua Tank pun berhenti, membuat para Infanteri yang lagi asik adu mekanik dengan prajurit RPTO, kebingungan dan alhasil mereka kehilangan superioritas kavaleri.
Karl mengacuhkan teriakan Kolonel yang memimpin para Infanteri dan terus memperhatikan situasi... Semuanya terasa aneh... Udaranya juga sedikit... Unik, untuk dikatakan. Karl memperhatikan kejauhan di Pegunungan perbatasan Almund-Theotha, dan dia melihat... Gunung bergerak?
Karl mendengar suara sorakan dari arah pasukan RPTO, dan mereka langsung berlari mundur dan meninggalkan perlengkapan berat yang tidak dapat dibawa, Karl merasa heran, kenapa mereka melakukan itu... Apakah... Bersangkutan dengan Gunung yang seolah-olah bergerak yang ia lihat?
"Generäle, 10 unit Gunti Maun pesanan anda sudah memasuki Area Operasi kita dan mulai menuju tempat pengeboman." Lapor Huffnuk yang juga menjadi petugas komunikasi.
Karl melebarkan matanya, Karl tidak tahu ini apa, tapi ia tahu betul kalau ini adalah kabar yang sangat buruk, dia lalu berkata.
"Jangan! Suruh mereka mundur! Ini jebakan!"
"Was?"
Dari arah pegunungan, sepuluh cahaya terang berwarna kebiruan terang mengarah ke para Gunti Maun dan tanpa Karl sadari, semua Gunti Maun tersebut berubah menjadi rongsokan yang terbakar... Pesawat pengebom terhebat milik Kekaisaran Gra Valkas baru saja dipecundangi oleh sosok senjata yang tidak dapat dilihat.
"Uhmmm... Generäle, saya mendengar sebuah... Musik dengan bahasa Latium... Tidak hanya saya, namun semua orang melaporkan hal yang sama." Lapor Huffnuk dengan ragu.
Karl menaikkan alis matanya, dia pun memutuskan mendengarkan musik yang dimaksud.
Tanah pun bergetar, pohon-pohon bergoyang, burung-burung beterbangan dengan liar, para hewan liar yang ada di hutan berlarian ketakutan dan suara klakson raksasa dapat terdengar yang membuat para Infanteri dan semua prajurit NWO menutup telinga mereka dan berteriak kesakitan.
Karl melebarkan matanya tidak percaya saat sosok itu berjalan semakin mendekat dan semakin besar pula sosok 'Dewa' yang ada di hadapan mereka... Ada satu hal yang membuat Karl ketakutan, bendera Indonesia dan lambang Garuda yang di cat di depan 'Dewa' tersebut.
...
....
Sistem bintang yang belum diberi nama.
10,5 tahun cahaya dari Terra.
Ucok menguap dengan sangat lebar, saat ini mereka sudah berada ditempat antah berantah ini selama kurang lebih tiga minggu, tidak ada komunikasi lagi dengan Lagrange-1 atau Terra setelah itu, Ucok telah berusaha dengan sangat keras namun untuk memperbaiki satelit komunikasi akan cukup sulit, lagipula, ini adalah perjalanan pertama Manusia keluar dari tata surya, semuanya dapat menjadi kacau tanpa diketahui.
"Baiklah... Penelitian berjalan dengan lancar... Hmm, pasukan Mu dapat beradaptasi dengan lumayan cepat, reparasi sistem Pabrik juga sudah selesai... Sejauh ini bagus sih, tinggal memperbaiki sistem Komunikasi, maka semuanya akan sangat nikmat." Ujar Ucok.
Saat Ucok memutuskan untuk pergi ke ruangannya dan tidur, dia tiba-tiba didatangi oleh petugas komunikasi dan radar, mereka berdua nampak sangat panik dan ketakutan.
"Kenapa kalian berdua? Cepat bilang, aku mengantuk." Gerutu Ucok.
"Pak! Anda harus melihat ini!" Memutuskan untuk segera menyelesaikan semua omong kosong ini, Ucok pun mengikuti kedua petugas tadi menuju Command Centre.
Di sana, semua orang terlihat panik dan berlarian kesana kemari layaknya ayam yang kepalanya dipotong, salah satu dari mereka menyadari kehadiran Ucok dan langsung memberi salut, yang diikuti oleh yang lain.
"Sudahlah, jadi apa situasinya, aku mengantuk ini." Ucap Ucok tidak sabaran..
"Pak... Diantara para bangkai kapal perang disekitar kita, para tim penelitian menemukan sesuatu yang sangat mengerikan, kami mencoba menghubungi anda, namun anda tidak mengangkat telpon." Jelas salah satu staf.
"Lalu?"
"... Pak, yang kami temukan adalah-" Tiba-tiba kapal mereka tergoncang dengan sangat hebat. Ucok bergegas melihat ke arah jendela observasi dan betapa syoknya dirinya saat melihat apa yang ada di hadapannya....
"Itu... Tidak mungkin! Temple Ship!"
TBC.
Njir, update.
Mamah, tanganku capek ngetik.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top