Chapter 44
Doolittle menghela nafas dengan kasar dan melihat pemandangan sekitar dengan kacamata VIZ spesial untuk Pilot yang cukup mirip dengan kacamata AR/VR yang mulai populer di Benua Philades dan Indonesia.
Kacamata VIZ Spesial ini sangat luar biasa, dia dapat melakukan zoom in dengan sangat jelas, memiliki fitur NV, Thermal dan fitur seperti Auto-Tagging yang mengurangi angka Friendly Fire. Namun kali ini VIZ nya digunakan untuk mencari target di Runepolis, para pengebom dibagi menjadi tiga Grup, mengebom Distrik Militer, Distrik Ekonomi dan Distrik Kerajaan, Doolittle sendiri memimpin grup pengebok di Distrik Kerajaan.
Di Grupnya terdapat lima unit B-25 Mitchell, tujuh A-1 Skyraider dan juga sepuluh F4U Corsair. Memang kelihatannya tidak banyak dan tidak akan menyebabkan kerusakan yang terlalu berarti, tapi penyerangan ini adalah pesan, pesan yang mengatakan kalau RPTO dan Indonesia dapat menyerang mereka kapanpun dan dimanapun.
Doolittle melihat kearah bawah dan kokpit dari pesawat pengebom nya mulai memudar dan seolah-olah dia dan co-pilot nya sedang mengambang di atas awan. Ini adalah salah satu fitur dari VIZ yang membuat sang Pilot dapat dengan leluasa melihat ke seluruh arah untuk mencari target dan juga ancaman yang datang, dan benar saja sesuai dugaan, beberapa Alpha-3 datang melesat dengan kecepatan tinggi.
Nampaknya Madar dan Radar milik Mirishial serta Gra Valkas tidak dapat mendeteksi mereka sampai sudah dekat sekali dengan daratan Kekaisaran Suci Mirishial, Terimakasih kepada Destroyer luar angkasa milik Indonesia yang secara aktif melakukan serangan elektronik. Tiga F4U Corsair langsung keluar dari formasi dan mulai melakukan Dogfight yang sengit. Doolittle hanya dapat melihat dari kejauhan dan pesawat-pesawat yang melakukan pertempuran udara hanya tinggal bintik-bintik hitam dikejauhan.
"Letkol Doolittle, kita sudah memasuki Area Operasi, target sejauh ini belum terlihat." Ujar petugas di Bomb Bay.
"Teruskan pencarian, Grup Amiya dan Bifrost sudah melakukan tugas mereka, tinggal kita mencari target emas nya." Ucap Doolittle yang disahut dengan ucapan "Mengerti!"
Beberapa menit berlalu dan dari kejauhan, Doolittle dan grupnya dapat melihat senjata anti udara yang menyasar grup pengebom lainnya, beberapa B-25 nampak sudah mengalami kerusakan namun dapat terbang, Doolittle melakukan zoom out dan fokus melakukan tugasnya, mereka semua sudah tahu resiko dari misi ini, tidak perlu memikirkan mereka.
"Pak! Istana Albion terlihat! Beberapa obyek misterius juga mendekati kita!" Teriak orang yang bertugas di bagian radar.
"Dimengerti! Semuanya, naikkan kecepatan, jatuhkan bom kalian setelah berada di posisi yang bagus!" Doolittle memacu mesin dari pesawat pengebom nya dan terus mendekat ke wilayah Istana Albion.
Beberapa obyek yang tidak dikenal ternyata adalah pesawat jet Alpha-3 milik Mirishial yang nampaknya kini menenteng semacam misil udara-ke-udara, Doolittle yang melihat itu langsung berteriak.
"Semua unit Mage di setiap pesawat pengebom, mulai rapal mantra pelindung kalian! Nampaknya para Elf Anjing ini sudah dapat membuat misil udara-ke-udara seperti punya Indonesia!" Perintah Doolittle langsung menyebar ke semua pesawat pengebom di Grupnya, para Mage yang mayoritas berasal dari Magicaraich, langsung mulai merapal mantra khusus yang dikembangkan bersama penyihir Indonesia.
Pesawat tempur yang mengawal grup Doolittle yang berisi F4U Corsair langsung keluar dari formasi dan mengejar serta menembakkan senapan mesin mereka kearah pesawat Mirishial. Pertempuran sengit berlangsung dan pihak Mirishial kehilangan dua Alpha-3 sedangkan dari grup Doolittle baru mengalami kerusakan sedang.
Misil udara-ke-udara 'Magister' diluncurkan dan menyasar kearah B-25 Mitchell karena dianggap paling berbahaya, namun misil-misil tersebut harus meledak 8 meter dari para pesawat pengebom tersebut, sekilas nampak kilatan berwarna biru keputihan yang menandakan perisai magis dari para Mage baru saja diaktifkan.
Para pesawat Alpha-3 yang kehabisan amunisi misil udara-ke-udara, langsung menyerang para pengebom dengan menggunakan meriam di moncong pesawat mereka, walau begitu, tembakan mereka tidak berarti karena perisai magis para pengebom terus aktif dan masih kuat. Para Alpha-3 pun terpaksa harus mengelak menjauh karena kejaran tembakan pesawat F4U Corsair angkatan laut Parpaldia.
Saat grup penyerang Doolittle telah tiba di atas Kastil Albion, mereka langsung tanpa basa-basi menjatuhkan semua bom yang mereka bawa, kurang lebih ada sekitar 100 bom yang dijatuhkan tepat ke Kastil Albion dan komplek sekitarnya, mengakibatkan banyak perumahan dan bagian Kastil Albion yang hancur serta rusak parah. Senjata anti udara milik Mirishial dengan putus asa menembak secara membabi buta, berharap mengenai setidaknya satu pesawat pengebom.
Namun harapan para pasukan penjaga Istana Albion harus pupus karena setelah menjatuhkan bom, Grup pengebom Doolittle langsung putar balik bersama para pengawal mereka dan mengarah kembali ke Armada. Doolittle dan anak buahnya bersorak-sorai, begitu juga dari grup pengebom lainnya..
"Kita berhasil memberikan para Elf Anjing itu rasa sakit, huzzaahh!!"
"Hah! Pasukan yang lebih kuat, pantat ku, menembak jatuh pesawat kuno milik Indonesia saja kesulitan apalagi lawan yang modern."
"Baiklah anak-anak, aku ingin radio bersih dan semuanya fokus untuk pulang... Setelah itu baru kita kembali merayakan kemenangan manis ini dan menghina para Miri, ya?!"
"SIAP, PAK!"
Sistem Bintang yang belum diberi nama, 10,5 tahun cahaya dari Terra.
Laksamana Ucok nampak memeriksa laporan pengecekan sistem dalam gugus tugas Ekspedisi kecil yang dia pimpin ini, mereka masih mengorbit di planet yang mereka temukan beberapa saat lalu dan Laksamana Ucok baru saja akan mengirim pasukan Penerjun Orbital dengan para Ilmuwan dari berbagai negara di Terra yang ikut ekspedisi liar ini dan Indonesia, mengingat ini Operasi Ekspedisi di pimpin langsung oleh Indonesia.
"Comm, apakah kita sudah dapat terhubung dengan Terra?" Tanya Ucok dengan kalem.
"Sedikit sulit pak, radiasi dari Elemen G mempersulit kita untuk menghubungkan komunikasi dengan Terra, bahkan untuk menggapai satelit komunikasi yang dikirim Fomalhaut Alpha beberapa bulan lalu saja cukup kesulitan, padahal satelit itu hanya berjarak sekitar 1 tahun cahaya dari kita." Ujar petugas Komunikasi.
"Baiklah, tidak perlu terburu-buru, pelan-pelan saja... Toh kita masih punya waktu beberapa bulan untuk melakukan Ekspedisi disini." Ujar Ucok kembali memandang Planet yang rusak dihadapannya.
Ucok mengeraskan pandangannya saat melihat beberapa bangkai kapal perang yang bahkan jauh lebih besar dari KRI Sirius, ini membuat Ucok merinding, Ucok punya ide apa dan siapa yang dapat melakukan ini semua, lalu tiba-tiba dia didatangi perwakilan dari Mu yang ikut pergi, dia adalah Kolonel Mikhe.
Pria berjenggot tersebut tidak dapat berhenti kagum dan matanya memandang kemana-mana dengan liar, walaupun dia orang militer, sisi kutu buku dan haus akan pengetahuannya kembali muncul.
"Laksamana Ucok, apa yang harus dilakukan berikutnya? Ini sudah sekitar 4 jam semenjak kita tiba di tempat antah berantah yang berada di luar surga ini, anak buahku gugup karena tidak mempunyai tugas untuk dilakukan." Ujar Mikhe.
"Hmm, sebentar lagi seharusnya Ekspedisi dapat dimulai, SEAV varian kargo dan Gunship seharusnya juga sudah disiapkan di Hangar Bay milik Sirius, KRI Yapen dan KRI Sarmi akan mengawal tim ekspedisi ke permukaan planet... Siap menjadi orang-orang Mu pertama yang mendarat di planet asing?" Tanya Ucok dengan senyuman...
"Aye, aku dan anak buah ku siap bertugas kapan saja. Aku hanya harap baju MECS kalian betul-betul tahan dan kami tidak akan mati mengenaskan." Ucok dan beberapa anak buahnya yang mendengar hal itu tertawa renyah.
"Hahaha, baju MECS adalah alasan kenapa Pasukan Gabungan Bumi dapat memenangkan perang Martian dan Lunar, ya walaupun korban jiwanya sangat tidak ngotak. Ribuan prajurit sampai sekarang belum dan tidak akan pernah ditemukan mayat mereka karena... Yaa... Kau tahu, kami bukan di Bumi atau Sistem Sol lagi." Ujar Ucok sambil merenung.
(Baju MECS)
"Memori buruk?"
"Aye, hampir dihabisi oleh Warrior-Class di Pertempuran terakhir di Bulan, aku melihat saat dimana USS Washington CVX-002, kapal Induk Super Luar Angkasa Amerika hancur dan jatuh ke permukaan bulan yang mengakibatkan kematian ratusan prajurit... Belum lagi prajurit Kekaisaran Jepang dan Soviet yang mati-matian berjuang untuk menghancurkan Inti HIVE terakhir walau berujung gagal, semuanya sangat gila. Aku beruntung dapat selamat dan naik pangkat, tapi aku merasa aku tidak pantas mendapatkan pangkat dan gelar ini... Aku merasa aku pantas mati bersama saudara dan saudari ku di Perang Lunar kedua." Ujar Ucok dengan rasa bersalah yang mendalam.
"Survivor Guilt, eh, aku tidak merasakannya secara langsung jadi aku tidak berhak mengatakan ini tapi, Laksamana, anda cukup baik." Mikhe memuji Ucok, karena di buku yang Mikhe baca, memuji seseorang yang memiliki Hado negatif seperti ini, dapat mempengaruhi seseorang agar kembali memiliki energi positif.
"Heh, Dr. Masaru Emoto, huh, klasik, aku suka karya beliau... Sayang saja penelitian beliau belum diterima secara luas, tapi terimakasih Mikhe, sudah menghiburku." Mikhe hanya mengangguk.
"Kapanpun dibutuhkan, Laksamana."
Tiba-tiba petugas Komunikasi berteriak.
"Pak! Koneksi dengan Novus Lagrange sudah tersambung! Presiden Wijaya meminta untuk berbicara denganmu." Ucok menggelengkan kepalanya dan langsung maju dan mengambil alat komunikasi dari tangan si Petugas.
"Pak Presiden, disini Laksamana Ucok melapor!"
"[Ucok, ba...ba..-bagaimana keadaan kalian?! Apakah kalian b..b..-baik-baik saja?]"
"Kami sehat pak Presiden, kami sedang melakukan persiapan untuk melaksanakan ekspedisi, sesuai perintah." Jawab Ucok dengan lantang.
"[-kurlah! Dengar... -tiba dalam beberapa... Kamu mengerti?!" Ucok terlihat bingung.
"Umm pak, bisa diulangi? Aku tidak dapat mendengar dengan baik."
Belum lagi ada percakapan lebih lanjut, komunikasi langsung terputus yang membuat Ucok menghela nafas secara kasar.
"Lanjutkan menghubungi mereka." Si Petugas Komunikasi mengangguk dan lanjut mengoperasikan stasiunnya..
"Kolonel Mikhe, siapkan prajurit mu, kalian akan mengawal para Ilmuwan ke Planet dibawah, SEAV sudah siap." Mikhe mengangguk dan langsung pergi setelah memberi hormat.
Distrik Kerajaan, Runepolis, Kekaisaran Suci Mirishial.
15 Februari 1640.
0730
Di sebuah komplek gudang di Distrik Kerajaan, tampak 40 sosok berjubah coklat sedang memantau prajurit Mirishial yang sedang melakukan patroli secara intensif akibat serangan kejutan dan sinting yang dilakukan Letkol Doolittle dua hari lalu. Salah satu sosok berjubah coklat memakai seragam standar TNI AD dengan cita rasa Kopassus nampak menenteng SS7 TacOps dan memantau situasi melalui VIZ yang tertanam di Helm nya.
"Yo Iqbal, gimana pemantauan nya?" Tanya seseorang dengan pakaian yang sama namun menenteng SMG PM5 TacOps.
"Eh, biasa-biasa aja, Supriyadi, tidak ada yang spesial. Tapi aku cukup kasihan dengan mereka yang harus berpatroli." Ujar prajurit Kopassus yang bernama Iqbal.
"Hahaha benar, Orang-orang Miri yang malang, mereka harus jadi tumbal proyek untuk keluarga kerajaan. Bagaimana menurut anda, Letkol Sven?" Tanya Supriyadi ke sosok berjubah coklat lainnya yang menenteng FN Fal yang dipasang Suppressor, ACOG sight standar TNI AD, dan laras yang cukup panjang.
"Klasik Miri, menganggap mereka superior. Tapi, tidak semua dari mereka menginginkan perang ini dan nampaknya, menurut kabar burung, muncul sebuah faksi di Pemerintah Mirishial yang nampaknya menenteng peperangan ini dan ingin berfokus ke pengembangan serta me-rekayasa balik Teknologi Kekaisaran Ravernal." Ujar Letkol Sven, pemimpin pasukan Penerjun Payung elit milik Parpaldia yang sekarang memiliki Nama Resmi berupa Nuit Noire.
Saat ini, Letkol Sven dan anggota dari Nuit Noire lainnya memakai pakaian taktis khusus yang dipesan dan dibuat langsung oleh PT. Pindad dengan Industri tekstil terbaik yang Indonesia punya. Mereka juga memakai Armor Plate body untuk menahan serangan berupa peluru balistik maupun peluru magis yang ditembakkan senjata Mirishial.
"Mengingatkanku pada suatu negara dari dunia lama kami, Inisial nya Cina." Celetuk Supriyadi.
"Gak gitu Inisial, woi!"
Iqbal menghela nafas dan lanjut memperhatikan Kastil Albion dari kejauhan, dirasa kurang memuaskan, Iqbal pun mengganti pandangan VIZ nya ke pandangan langsung dari Drone Jalak kecil yang selalu mereka bawa untuk misi semacam ini. Di dalam Kastil Albion terdapat beberapa truk dengan empat tabung besar, beberapa persenjataan anti-udara yang mirip Oerlikon 35mm dan sistem pertahanan rudal anti-pesawat yang mengambil desain dari Uni Soviet, S-75 Dvina.
"Supriyadi, kau lihat apa yang aku lihat?" Tanya Iqbal dengan serius.
"Yoi, dengan jelas 4K HD. Mereka sangat cepat untuk beradaptasi, eh, jika dibiarkan, mungkin mereka dapat setara dengan Amerika tahun 70an, sayang saja... Negara kita tidak akan membiarkan hal itu terjadi, hey Anak baru, kemari!" Panggil Supriyadi ke kerumunan pasukan gabungan Nuit Noire dan Kopassus yang lagi ngopi.
Dari kerumunan itu, muncul sosok dengan pakaian yang sama dengan Iqbal, Supriyadi dan anggota Kopassus lainnya. Namun bedanya, dia tidak memakai helm dan semua orang dapat melihat wajah cantiknya, rambut pirang abu sepanjang bahu, bermata abu-abu metalik namun yang sangat mengambil perhatian adalah telinga panjang khas rusa itu.
"Kapten, perlu apa?" Tanya si Elafia Kopassus penasaran.
"Ini, coba baca ini di radio deh, hehe." Supriyadi memberi radio punyanya dan secarik kertas dengan tulisan.
Sven dan Iqbal menghela nafas panjang melihat kelakuan pemimpin Satgas yang dibentuk di menit-menit terakhir ini, walaupun Sven pangkatnya lebih tinggi, Supriyadi memiliki pengalaman jaauhhh lebih banyak.
"Uhmm? Dimengerti... Komando Komodo, disini Ripple-12 meminta pesanan sebagai berikut.. Alpha-November-Juliet-India-November-Golf... Kilo-Alpha-Lima-Indian-Alpha-Novemver.... Juliet-Alpha-November-Charlie-Oscar-Kilo..." Si Elafia membaca tersebut dengan ragu, namun cukup jelas.
"Roger, nikmati kembang apinya."
Beberapa menit berlalu dan mereka terus memandangi Kastil Albion dengan tatapan intens, dan mendengar sesuatu dari radio mereka.
"Target terlihat! Drop, Lady.... Now!"
Sebuah bom raksasa yang diketahui sebagai MOAB atau Massive Ordinance Air Blast yang dibawa HSST KRI Nilon, menghantam telak Kastil Albion yang langsung meratakan tersebut ke tanah dan menghancurkan semua persenjataan, personel dan juga keluarga Kekaisaran yang ada di sana. Supriyadi menghidupkan rokoknya saat semua orang di Kompleks Kerajaan pada panik dan berlari-lari layaknya ayam kepalanya dipotong.
"Selamat Tahun Baru yang terlambat dari Kopassus, Bajingan."
HIVE-Jin Hark, Teritori luar Negeri NKRI, Benua Rodenius.
15 Februari 1640.
1130.
Alisa nampak sedang makan siang yang cukup mewah berupa Steak Wagyu yang diternakkan oleh orang-orang Qua-Toyne, dihadapannya ada Cielia yang memakai penutup mata berupa kain sobekan dan hanya diberi makan bubur yang sangat menjijikkan.
Saat sedang akan menyantap potongan daging terakhir, Alisa merasakan listrik yang menari-nari dari tulang ekornya sampai ke tengkuknya... Alisa menggeliat yang membuat Cielia nampak khawatir, pintu ruangan mereka tiba-tiba dibuka paksa oleh personel dari Team Storm yang memakai armor Fencer.
"Beri jalan untuk dokter!" Beberapa dokter langsung masuk dan memeriksa keadaan Alisa.
Sedangkan keadaan di Kandang Nod milik Alisa, mereka semua meraung dan ada yang mulai mengamuk tidak jelas. Satu Ekor Tank-Class mulai dengan cara menabrak dinding kandang besi mereka, namun sebuah Mecha dengan model F-15 masuk dan mulai menembakkan Assault Cannon nya kearah si Tank-Class tersebut. Peluru yang dipakai bukan peluru HVAP seperti biasa melainkan varian baru berupa Tranquilizer, difungsikan untuk membuat tidur mahluk sekelas Nod.
Peluru Tranquilizer sebenarnya sudah ada sejak dulu, lebih tepatnya tahun 2000an awal, namun sekarang peluru Tranquilizer sudah dapat membuat tidur mahluk sekelas Fort.
Tank-Class tersebut langsung tertidur setelah bius mulai menyebar ke tubuhnya, F-15M tersebut dengan ditemani beberapa Mecha kelas berat A-6 Intruder masuk dan mengamankan Tank-Class tersebut dengan cara mengikatnya menggunakan rantai yang kuat, sedangkan Tank-Class lain masih pasif dan tidak melakukan penyerangan, nampaknya mereka tidak mau ditembak dengan peluru Tranquilizer. Namun, demi keamanan, sang F-15M langsung melemparkan sebuah benda yang berupa granat raksasa, granat tersebut langsung mengeluarkan asap berwarna hijau yang membuat para Tank-Class lain perlahan tertidur.
Kejadian yang sama terjadi di kandang Nod lainnya, namun karena mayoritas tipe Nod yang dikandangin adalah varian kecil, mereka dapat diatasi oleh para Infanteri dengan relatif muda, kecuali seorang Pratu TNI AD yang lagi sial dan hampir kehilangan tangan kanannya akibat Warrior-Class, untung saja dia selamat namun sekarang dia harus dirawat di Rumah Sakit akibat lukanya.
Secara mengejutkan, hal yang paling mereka takutkan, Fort-Class, tidak bereaksi sama sekali dan bukannya mengamuk, mereka malah dapat diajak berkooperasi dengan relatif mudah, jumlah Fort-Class juga relatif rendah, hanya sekitar 20an ekor, jadi membuat mereka tidak terlalu beringas... Untuk sekarang.
Alisa perlahan membuka matanya dan mendapati dirinya di semacam alam lain, dengan bunga berwarna biru muda mekar dihadapannya, Alisa tahu apa itu.
"Aww men... Kenapa lagi dah si Emak manggil aku." Gerutu Alisa.
Otaheit, Negara Mu, Benua Mu.
15 Februari 1640.
1340.
Saat petugas teknisi Myrus dipanggil untuk melakukan inspeksi ke persenjataan Indonesia yang kembali ke Benua Mu, dia mengira akan melakukan inspeksi ke Mecha atau Tank mereka lagi, yang mana Myrus sangat mencintai mereka btw. Namun, semua ekspektasi tersebut menghilang digantikan rasa syok, ngeri, gugup dan tidak percaya.
Tidak hanya Myrus, semua orang di Pelabuhan Otaheit termasuk personel RPTO lainnya tidak percaya pada sosok raksasa yang membayangi separuh kota Otaheit saat ini, dia, Myrus, tidak percaya Indonesia dapat menciptakan atau bahkan menjalankan monster yang ada dihadapannya saat ini, Letkol Suryanto yang ada disamping nya juga nampak berkeringat dingin sambil minum satu kaleng Coca-Cola.
Suryanto tertawa, tawanya itu bukan tawa orang terhibur, melainkan tawa orang yang sudah stress. "Aku pikir saat mereka mengatakan akan mengirim Titan Carrier kemari, mereka sudah gila, namun mereka benar-benar kehilangan akal sehat mereka, para Valk, Miri dan anjing NWO lainnya benar-benar akan terbantai kalau begini."
Sosok senjata Super milik Indonesia yang menjadi tombak kemenangan Indonesia di Front Indochina dan Sino, Perisai Indonesia saat Invasi Nod ke pulau Jawa dan juga menjadi simbol kekuatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Titan Carrier!
Laut Rodenius, Teritor Kekaisaran Atlantis.
400KM timur Benua Rodenius.
Nampak sebuah mahluk sepanjang 60 meter yang memiliki bentuk bundar, tentakel dibelakang nya sedang berpatroli di wilayah Kekaisaran Atlantis, ini adalah pasukan penjaga perbatasan Kekaisaran Atlantis. Mahluk yang saat ini ditunggangi Marinir Atlantis bernama Reefback.
Sang Kapten pemimpin kelompok ini sedang bosan dan minum Sprite hasil perdagangan dengan Indonesia, Tiba-tiba perairan dihadapannya bergelombang dengan sangat dahsyatnya yang membuat ia berteriak.
"Semuanya, siapkan senapan dan persenjataan!" Para Marinir Atlantis lantas mengokang Senapan Serbu magis mereka yang menjadi standar RPTO, ARM-12.
(Laras dibawahnya itu adalah Attachment untuk Grenade Launcher, optional mau dipasang atau tidak.)
Perlahan-lahan perairan tersebut menghitam dan perairan dihadapan mereka meledak, lalu dari ledakan air tersebut, muncul sebuah lambung kapal perang dengan warna abu-abu metalik, dengan meriam 16 inci dan memiliki desain yang sang Kapten Marinir Atlantis kenali.
"Lah, bukannya itu mirip dengan kapal dari sekutu lama Indonesia dari Dunia Lama mereka? Apa namanya, ah iya, Amerika Serikat." Sang Kapten lalu melihat lebih teliti ke sebuah bendera yang berkibar di atas kapal tersebut, sebuah bendera yang melambangkan seperangkat cita-cita termasuk demokrasi perwakilan, hak, kebebasan, dan kesetaraan, di mana kebebasan ditafsirkan sebagai peluang untuk kemakmuran dan kesuksesan individu, serta mobilitas sosial ke atas untuk diri sendiri dan anak-anak mereka, yang dicapai melalui kerja keras.
TBC.
Kalian lebih suka format chapter nya seperti ini atau yang seperti biasa, dengan gambar dari suatu alat, kejadian, tempat dll di akhir chapter? Atau di pertengahan chapter saat kejadian/alat/tempat terjadi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top