Chapter 42
Beberapa ICBM yang dibajak oleh Teroris nampak sudah memasuki fase Re-Entry dari Atmosfer, dengan sepuluh FB-22 Ion Raptor AARI mengejar mereka.
"Target, Terkunci!"
"Baiklah, Lase mereka. Jangan biarkan ICBM ini jatuh ke wilayah sahabt kita!"
"Siap!"
Sepuluh FB-22 Ion Raptor milik AARI masing-masing mengunci dua puluh ICBM yang sekarang sudah memasuki fase Re-Entry ke atmosfer. Sepuluh Ion Raptor ini membawa masing-masing empat misil Udara-ke-Angkasa yang berteknologi tinggi dan setelah berhasil menandai keduapuluh ICBM yang mengancam sekutu mereka, Pemimpin skuadron berteriak.
"Tembak!" Empat puluh misil pun langsung diluncurkan dan masing-masing ICBM mendapatkan dua misil Starfire yang mengejar mereka. Dalam hitungan sepuluh detik, sepuluh ICBM berhasil hancur saat memasuki Atmosfer sedangkan sepuluh lainnya sedang aksi kejar-kejaran dengan Starfire yang mengejar mereka.
Namun Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti kena misil Udara-ke-Angkasa juga, karena sepuluh ICBM tersebut secara sukses ditembak jatuh oleh misil Udara-ke-Angkasa yang sedang dalam tahap purwarupa ini.
"Sialan, aku kira kita tidak dapat melakukannya tadi." Umpat salah satu pilot.
"Setuju, tadi itu nyari sekali. Untung saja pemerintah sempat melakukan investigasi pada misil Udara-ke-Angkasa ini, kalau tidak, aku tidak tahu apa yang akan terjadi."
"Baiklah anak-anak itik, waktunya pulang dan menunggu perintah lebih lanjut. RTB!" Satu skuadron Ion Raptor tersebut langsung putar balik ke Stasiun Militer Makassar.
Kembali ke permukaan, semua misil anti balistik milik Indonesia segera dikeluarkan dan mencari target ICBM yang mengarah ke kota-kota padat penduduk Indonesia. Semua warga sipil sesegera mungkin dievakuasi, namun para petinggi militer tahu, mereka tidak memiliki waktu. ICBM milik Indonesia dapat terbang lebih dari Mach 7 dan hanya butuh waktu hitungan menit saja Nuklir tersebut dapat menghantam kota-kota padat penduduk milik Indonesia.
Sistem pertahanan Balistik milik Indonesia, lebih dikenal dengan ABM SkyShield berbagi data dengan semua radar milik Indonesia yang ada di wilayah kemungkinan serangan nuklir terjadi, karena saat peluncuran dilakukan, semua data mengenai lokasi peluncuran ICBM telah dihapus, begitu menurut laporan Kopassus kompi Cepat Tanggap yang menggerebek penyimpanan Silo ICBM Indonesia di Sulawesi.
Kini, operasi penembakan jatuh ICBM pun dimulai dengan lebih dari seratus misil SkyShield ditembakkan untuk menembak jatuh semua ICBM yang mengarah ke Indonesia. Empat puluh lima ICBM dalam hitungan setengah menit berhasil di tembak jatuh di ketinggian 15 Kilometer, namun lima ICBM lainnya yang memiliki sistem MIRV sempat mengeluarkan paket mereka dan paket tersebut jatuh tepat di Bandung, Bogor, Surabaya, Medan dan Singapura.
Paket yang dijatuhkan dari MIRV bukanlah nuklir, namun sesuatu yang memiliki efek yang lebih berbahaya daripada nuklir... Senjata biologis berbasis Elemen-G.
Medan, Republik Indonesia.
10 Februari, 1640.
1452.
Warga kota Medan saat ini sedang berdesak-desakan ingin mengevakuasi diri karena mereka mendapatkan kabar kalau ada ICBM yang menyasar kota mereka tercinta. Beberapa TNI AD nampak melakukan operasi Evakuasi menggunakan APC Anoa, mereka tengah membawa beberapa anak kecil dari rumah sakit.
"Cepat dikitlah!"
"Ngotak woi, jalannya padat gini kayak mana mau cepat?!"
"Dipikirlah! Kasihan anak-anak ini."
"Sedang diusahakan!"
Lalu seketika sang pemimpin Tim APC Anoa tersebut merasakan sesuatu yang tidak enak... Dia merasa kalau sesuatu yang sangat salah terjadi. Sang Pemimpin lalu menghadap kearah langit dan melihat semacam kabut berwarna biru mendekati langit, insting sang pemimpin langsung aktif.
"Woi! Hidupkan sistem vakum di APC ini! Semuanya aktifkan Gas Mask!" Anak buahnya yang berisi tujuh orang langsung mengaktifkan sistem filter Gas Mask yang ada di helm mereka.
Sang Pemimpin lalu menutup matanya dan meneteskan air mata, dia sudah tahu apa yang akan terjadi... Supir dari Anoa tersebut langsung mengaktifkan sistem Vakum dari Anoa yang mereka kendarai dan membuat kendaraan lapis baja mereka kedap udara, namun memiliki batas oksigen mengingat kendaraan yang dapat memproduksi oksigen secara mandiri masih di uji coba di Bulan.
Semua warga sipil dan personel TNI yang tidak sigap atau tidak tahu apa yang terjadi pun menjadi korban dari serangan gas biologi berbasis Elemen-G. Semua orang berteriak kesakitan lalu tercekik seolah-olah kehabisan napas lalu... Tidak ada, kekosongan. Kota yang awalnya berlian di Pulau Sumatera ini seketika kosong dan hening... Semua warga sipil yang mencoba kabur sudah keburu mati akibat serangan gas biologi yang brutal dari para Teroris biadab ini dan lagi-lagi Pemerintah serta ABRI harus blunder dalam membuat kesalahan... Seharusnya mereka membantai para Teroris saat mereka masih dalam fase janin.
Sersan Adi yang menjadi pemimpin dalam Anoa tadi langsung memerintahkan anak buahnya untuk memasang Gas Mask kepada para anak-anak yang mereka bawa. Setelah terpasang, dia bersama lima anak buahnya yang lain memutuskan keluar dan melihat dengan horor lautan tubuh warga sipil yang tak berdosa terbaring tak bergerak sama sekali...
Sersan Adi berlutut di salah satu mayat penduduk, seorang wanita di umur 20an nya nampak menggendong seorang bayi yang kemungkinan besar adalah anaknya. Sersan Adi mengecek masing-masing nadi mereka dan tidak mendapatkan apapun, lalu Adi memeriksa wajah mereka dan terdapat semacam akar berwarna biru yang menjalar di wajah mereka... Pemandangan ini seolah-olah membuat hati Adi tertusuk bilah yang sangat tajam.
"Ini... Ini... Anjing!" Sersan Adi memukul jalan dengan penuh amarah, anak buahnya yang lain ada yang memasang wajah tegar atau ada yang nangis tersendat-sendat.
Lalu mereka semua mendengar suara dari radio mereka, lalu Sersan Adi memutuskan untuk menjawab.
Adi membalas dengan nada yang sangat muram. "Disini Tim keempat dari Peleton Kelima, Batalyon infanteri kedua belas... Disini Sersan Adi, ganti."
"[Disini Tank Cahaya Emas meminta bantuan! Kami diserang oleh sekelompok drone serangga! Kami tidak bisa bergerak! Meminta bantuan segera!"
"[Cookk anjingg! Disini Peleton kedua dari Batalyon kelimabelas! Kami diserang sekelompok pria tidak dikenal yang bersenjata api!- Cahya, tidak!-]"
"Disini 2-5 ke semua Callsign, ada yang dapat mendengar ku?!]"
"[DISINI KOMPI KEDUA DARI BATALYON KEDUABELAS! KAMI MEMBUTUHKAN BANTUAN! SERANGAN TERORIS MENGINCAR RUMAH SAKIT! RAMIREZ! LINDUNGI ANAK-ANAK! OH SHIT MEREKA PUNYA TANK, JANCO-]"
Ketenangan kota Medan seketika terpecah akibat suara tembakan, ledakan dan teriakan minta tolong dari personel TNI lainnya yang berjuang untuk bertahan hidup.
"Pak... Perintah." Ujar salah satu anak buahnya yang terguncang akibat kejadian ini.
"... Kita lindungi anak-anak yang ada di APC dengan segala kekuatan kita, kita tidak boleh membiarkan apapun terjadi pada mereka, mengerti?!" Semua menganggukkan kepala mereka dan semua anak buah Adi langsung berjalan ke APC, meninggalkan Adi sendirian diluar untuk sebentar sebelum akhirnya dia berjalan kearah APC juga.
Namun tragedi harus kembali terjadi, sebuah misil anti-tank yang dikenal luas sebagai Javelin tiba-tiba menghantam telak APC Anoa milik Adi yang membuatnya terhempas akibat ledakan tersebut, sekaligus membunuh semua anak buahnya dan anak-anak dari rumah sakit yang menjadi tanggungjawab nya...
Adi yang bangkit dan merasakan sakit di tulang rusuknya, melihat APC nya yang berubah menjadi rongsokan besi yang terbakar, Adi menangis histeris melihat insiden demi insiden menimpa dirinya dalam hitungan menit sahaja..
"Anjing kalian semua! Maju kalian, aku tidak takut! Dasar pecundang! Sampah masyarakat! Orang-orang seperti kalian tidak berhak bernapas dengan kami! Kalian hanya membuang-buang oksigen!" Adi berteriak dan mengeluarkan unek-unek nya, dia sangatlah marah.
Lalu Adi mendengar suara seperti lebah berdengung di telinganya dan benar saja, sensor di helmnya mengatakan segerombolan mahluk kecil mendekatinya dan saat Adi melihat kearah gerombolan mahluk kecil tersebut datang, Adi terkejut, itu adalah drone buatan Amerika Serikat, Switchblade Swarm.
"Juancok-" Sersan Adi pun berpulang ke yang maha kuasa setelah dihantam oleh beberapa drone yang membawa hulu ledak yang cukup untuk membunuh seorang manusia.
Beginilah gambaran yang terjadi di seluruh Nusantara, kekacauan, keputusasaan dan kehilangan. Smith baru saja menekan pelatuk terakhir dan sekarang, Indonesia sudah tidak peduli lagi. Total korban jiwa pada tragedi ini menembus angka 280.000 dan masih menghitung, ini menandakan untuk pertama kalinya Indonesia kehilangan ratusan ribu warga sipil dan militer di Terra.
Berita langsung menyebar layaknya api yang melahap hutan. Qua-Toyne dan Quila yang secara geografis lebih dekat ke Indonesia, langsung mengirim Pasukan Reaksi Cepat mereka dan bantuan kemanusiaan. Pasukan gabungan Quila-Qua Toyne ini tiba pada sore hari, lebih tepatnya jam setengah enam sore.
Semua Sekutu Indonesia di RPTO sangat syok dan ngeri mengetahui kalau yang menjadi penopang mereka di Organisasi ini baru saja terkena serangan yang mengambil nyawa lebih dari 300.000 jiwa penduduk mereka. Pada hari itu juga, Indonesia dan Sekutu mereka berduka, Operasi Ofensif yang direncanakan Indonesia semuanya langsung dibatalkan dan mereka kembali ke Defensif, menghilangkan momentum mereka dalam peperangan.
Pada tanggal 11 Februari, semua Kepala negara Sekutu RPTO mendatangi Indonesia untuk secara pribadi masing-masing melihat secara langsung kehancuran dan kerusakan yang terjadi di Indonesia. Kaisar Ludius yang tiba membawa Armada Kapal perangnya langsung menyatakan mereka akan membantu Indonesia sampai semua masalah ini kelar.
Presiden Wijaya dan partainya langsung mendapatkan serangan 'hangat' dari para netizen yang menganggap ini semua salah Wijaya yang tidak mau mengambil keputusan tegas di saat awal mereka masih lemah, dan Wijaya sendiri melakukan klarifikasi.
Secara keseluruhan, semuanya sangatlah kacau dan orang-orang saling menyalahkan satu sama lain, sedangkan biang keroknya, Smith, dapat dengan mudah lolos dan sedang santainya di Apartemen sewaan di Jakarta. Dia sedang minum bir dingin sambil menikmati berita mengenai kekacauan di Indonesia.
"Sialan, kalau tahu tadi mereka bisa menembak jatuh ICBM di Luar Angkasa, mending aku arahin semuanya ke Indonesia, kampret dah." Gerutu Smith sambik menenggak habis bir dingin nya.
Setelah melakukan aksi gila kemarin... Smith jujur merasa sangat kosong dan bosan, dia seperti tidak punya tujuan hidup lagi, dia sudah melaksanakan misi dari bos nya, lalu sekarang apa? Smith memutuskan untuk memikirkan itu nanti dan lanjut menikmati 'karya' seni nya. Namun tiba-tiba pintu apartemen nya di gedor dan Smith menghela nafas panjang, cepat sekali dia ditemukan.
Smith berjalan kearah lemari dan mengambil pistol Dessert Eagle nya dan berjalan kearah pintu jendela apartemen nya, apartemen milik Smith hanyalah tiga lantai, kalaupun jatuh, seharusnya tidak terlalu sakit. Saat membuka jendela, Tiba-tiba pintu apartemen nya di dobrak paksa oleh sekelompok prajurit memakai zirah berwarna hitam dan satu wanita berambut hitam panjang dibelakang mereka memakai pakaian serba hitam juga.
Smith langsung melepas beberapa tembakan kearah prajurit Indonesia yang dikirim untuk meringkus nya lalu melompat melalui jendela apartemen, para prajurit Indonesia yang terkena tembakan tidak merasakan apapun, bahkan lecet pun tidak. Sang Pemimpin tim lalu membuat beberapa gerakan tangan.
"Kejar. Habisi." Para pasukan berzirah hitam tersebut lantas langsung ikut terjun dari Jendela apartemen, meninggalkan sang wanita berambut hitam panjang dengan pakaian serba hitam.
"Hmm... Aneh, aku merasakan sesuatu di atas gedung ini... Kepala Kobra, disini Pesulap Hitam, aku akan melakukan investigasi di Gedung ini... Kalian mendeteksinya juga? Roget, Pesulap Hitam, out." Sang Wanita yang dipanggil Pesulap Hitam lalu bergegas pergi ke atas Gedung Apartemen.
Smith nampak sedang berlari dari kejaran pasukan berzirah hitam dari Indonesia ini, jujur Smith tidak tahu mereka ini dari kesatuan mana, pakaian mereka pun tidak mirip dengan Penerjun Orbital Indonesia dari AARI, siapa sebenarnya orang-orang ini?! Smith sudah mencoba menghubungi anak buahnya, namun tidak ada balasan apapun. Smith juga mendengar suara sirene polisi dan juga kendaraan militer yang mengaum di luar gang. Nampaknya dia menjadi buronan dan dikejar oleh satu negara sekarang ini, Smith memikirkan nya saja membuat dia tertawa senang.
Namun kesenangan Smith tidak bertahan lama karena secara tiba-tiba ada banyak peluru yang menembus tubuhnya dan peluru terakhir langsung membuat pandangan Smith menggelap... Selamanya... Pasukan berzirah hitam yang mengejar Smith pun juga kaget dan berhenti.
Senapan serbu Mayor Kuzo yang sedang berpatroli di gang sempit ini nampak berasap akibat menembakkan banyak sekali timah panas dalam magazine nya. Kuzo pun kaget dan bingung saat melihat para pasukan berzirah hitam aneh yang memandangnya dengan tatapan terkejut.
"Uhm... Maaf?"
..
....
Di atap Gedung Apartemen.
Pesulap Hitam atau mari kita panggil dia dengan nama aslinya, Lina, nampak menodongkan pistol kepada sosok mahluk humanoid setinggi tiga meter, mahluk ini terlihat semacam burung garuda berwarna emas dengan memakai setelan jas berwarna hitam dan dasi berwarna merah.
"Siapa kau? Apa tujuanmu kemari?" Desis Lina sambil terus menodongkan pistolnya.
"Kau tidak perlu seperti itu, putriku. Aku hanya kemari untuk membantu kalian." Ujar sang Humanoid memalingkan wajahnya, dari menghadap ke Jakarta, sekarang menghadap Lina yang merinding melihat wajah Humanoid tersebut.
Kepala Garuda dengan mata emas yang memenangkan, namun insting Lina berteriak kalau mahluk dihadapannya ini SANGAT berbahaya dan dapat mengakibatkan kerusakan yang sangat besar.
"Aku bilang, siapa kau dan apa tujuanmu kemari?!"
Humanoid tersebut nampak menghela nafas ringan sebelum akhirnya menjentikkan jarinya yang membuat Lina langsung terkapar tidak sadarkan diri, Humanoid tersebut lalu mengeluarkan sepuluh pasang sayap Garuda dari punggungnya dan terbang ke langit, terus memperhatikan Kota Jakarta dengan tatapan sulit diartikan.
"Ini semua salahku.. Andai saja aku tidak egois." Gumam Humanoid tersebut.
Humanoid tersebut mengangkat tangan kanannya dan menghentikan lima misil udara-ke-udara yang diluncurkan oleh dua pesawat tempur F-16 milik Milisi Ambarawa, kedua F-16 tersebut juga nampak tertahan di udara seolah-olah ada yang menahan pesawat mereka.
"Tidak perlu ada pertumpahan darah lagi, sudah cukup ini semua terjadi." Humanoid tersebut melakukan gerakan tangan seolah-olah menampar, dan kedua F-16 tersebut langsung terpental cukup jauh sebelum akhirnya sistem kendali mereka kembali aktif, sedangkan misil udara-ke-udara yang diluncurkan tadi meledak di udara akibat kekuatan sang Humanoid.
"Tapi aku tidak dapat memutar waktu, yang terjadi tetap harus terjadi... Namun kita harus menjadi lebih baik." Tubuh sang Humanoid bersinar berwarna emas dan di seluruh penjuru Indonesia dan beberapa negara Sekutu mereka, banyak pilar cahaya bermunculan yang menjulang ke langit, pilar cahaya ini berasal dari semua yang bertanggungjawab atas insiden Golden Dawn yang memakan korban sangat banyak itu.
Humanoid tersebut lalu melihat ke samping, terdapat tiga Skuadron pesawat tempur AURI yang datang, mereka berisi F-18, F-35 dan FD-16. Humanoid tersebut memutuskan untuk terbang menjauh menuju kearah timur Indonesia, kecepatan dari humanoid tersebut terlalu cepat bahkan pesawat tempur Indonesia tidak dapat mengejarnya.
Istana Negara, Republik Indonesia, Terra.
11 Februari 1640.
1230.
Wijaya nampak sangat kusam, dia belum mandi maupun makan sejak kemarin, dia saat ini sedang menerima laporan dari berbagai departemen, dari laporan penghitungan korban jiwa yang semakin bertambah, Smith berhasil dibunuh dan penemuan mahluk asing di Gedung apartemen Smith.
Jujur, Wijaya ingin berhenti saja setelah semua ini terjadi... Dia sudah memikirkan ini akan terjadi namun Wijaya tidak dapat memahaminya, Wijaya seharusnya tahu saat berhubungan dengan teroris itu seharusnya langsung dibunuh, bukan dibiarkan lepas seperti ini. Wijaya merasa gagal sebagai Pemimpin negara dan merasa gagal, sebagai seorang Pria.
Lalu, Panglima Pranata masuk, dia pun tidak kalah karuan juga penampilannya seperti Wijaya, dia saat ini membawa sebuah Holopad.
"Pak, laporan baru... Energi Mahluk asing terakhir kali terdeteksi di Pulau Echo, tempat kita menemukan Titan Carrier, saat ini kita tidak tahu kenapa mahluk itu ke sana, namun sesuai permintaan Letjen Sugimin yang menjadi pemimpin pasukan pertahanan tempat itu, saya mengizinkan dua Kompi Penerjun Orbital untuk memperkuat mereka." Lapor Pranata.
"Terimakasih, kawan lama... Jadi, bagaimana situasi secara keseluruhan?" Pranata nampak ragu sebelum akhirnya lanjut.
"Buk Sukmawati yang saat itu berada di Bandung sempat menghirup gas biologi berbasis Elemen-G, dia saat ini sedang berada di UGD dan di tangani oleh Dokter dan Penyihir terbaik kita. Separuh dari pemerintahan kita juga terbunuh dalam insiden ini, pak, dengan segala hormat, kita harus membuat Kabinet Darurat seperti dulu." Ujar Pranata dengan serius.
"Aku setuju dengan itu, aku akan mengurusnya nanti setelah prosesi pemakaman... Kapan akan dilakukan?" Tanya Wijaya sambil melihat ke pistol yang ada di bawah mejanya.
"Besok pagi, pak, semua persiapan sudah selesai dilaksanakan. Saya menjamin keamanannya dan apapun cahaya yang terjadi beberapa jam lalu, itu membantu kami untuk menangkap sisa-sisa Pendukung Golden Dawn... Kita aman, untuk sekarang..."
"Baiklah, kamu boleh pergi Pranata, maaf jika aku harus membebani mu." Pranata memberi salut sebelum akhirnya dia pergi keluar.
Wijaya kembali melihat ke pistol yang ada di bawah mejanya dan mengambil pistol tersebut. Tangannya bergetar hebat dan air mata keluar dengan deras tanpa dapat ditahan.
"Kakek! Ayo main bersama!"
"Hahaha! Kakek, itu geli!"
"Ayah, tolong jaga Fani untuk kami yah."
"Sayang, akan ada waktunya beban di dunia akan sangat berat, namun aku tahu kamu dapat melewati ini semua, tetap tegar yah!"
Wijaya mengelap air matanya dan berkata. "Aku tidak tahu... Aku tidak tahu bagaimana aku bisa maju lagi... Aku merindukan kalian semua... Kenapa Tuhan? Kenapa kau bangun rasa cinta kepada pembunuh seperti ku, saat aku mencintai mereka dan percaya padamu, kau merebut segalanya dari ku, apakah ini untuk penembusan dosa masa laluku? Kenapa tidak aku saja yang kau ambil, sialan!" Wijaya menggebrak meja kerjanya dan menangis tersendat-sendat.
Tidak ada manusia yang kuat, tidak ada manusia yang sempurna dapat mengendalikan emosi dan keadaan... Kita gagal, kita membuat kesalahan... Karena itu yang membuat kita sebagai manusia. Manusia selalu membuat kesalahan dan tidak sempurna, namun itulah keindahan dari Manusia itu sendiri.
TBC.
Presiden Wijaya sebelum bergabung ke dunia Politik. (gua lupa nama panjang dia siapa njir)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top