Chapter 37

23 Januari, 1640.
0755.

Seorang Kolonel pemimpin pasukan Mu nampak sedang melakukan observasi melalui Laptop standar militer yang wajib dimiliki para perwira di Aliansi RPTO. Sang Kolonel yang bernama Jay ini sangatlah kagum akan teknologi dari Indonesia ini, mereka dapat mengobservasi musuh dari kejauhan tanpa harus mengirim pengintai. Pasukan milik Kolonel Jay dan Kapten Yuliana Dewi, seorang wanita veteran Kashgar dan Bulan.

Kapten Yuliana sendiri beberapa saat yang lalu meminta izin untuk meminjam beberapa prajurit pengintai bermotor nya, tentu Kolonel Jay mengizinkan, walaupun pangkat mereka berbeda jauh, namun Jay tahu itu adalah rahasia umum kalau semua personel militer Indonesia mau mereka berpangkat rendah atau tinggi, pasti sangat dihormati dan disegani oleh sesama prajurit dari negara-negara RPTO.

Lalu dia mendengar suara lusinan mesin motor menyala dan mulai berjalan, ternyata Kapten Yuliana meminta para pengintai bermotor dari pasukannya Jay untuk melakukan misi pengintaian bersama. Kolonel Jay pun menutup Laptopnya dan mendatangi Yuliana yang sedang tidak memakai helm tempurnya dan sedang berbicara dengan seorang pria berkebangsaan persia yang memegang AK-101.

"-begitulah, Sersan. Aku ingin bangunan yang sudah ditandai oleh peleton pengintai bersatu dengan tanah saat serangan akan dimulai, berapa banyak peluru yang tank kalian bawa?" Tanya Yuliana ke sang pria Persia.

"Kurang lebih masing-masing tank membawa 50 peluru meriam utama, T-95 varian padang pasir kami tidak dapat membawa peluru terlalu banyak karena pemasangan AC untuk kenyamanan kru, sudah kami coba buka AC nya, tapi tiba-tiba harus bertempur jadinya kami hanya dapat membawa segini." Keluh sang Pria.

"Haah... Baiklah, setelah ini pastikan kalian membuka AC konyol itu, Mu memiliki banyak musim dan saat ini sedang berada di akhir musim panas, itu saja." Sang Pria berkebangsaan Persia itu langsung kembali ke Tank nya.

"Jadi, Kapten, apa yang kalian rencanakan?" Tanya Kolonel Jay.

"Menghancurkan beberapa bangunan yang diduga menjadi tempat persenjataan anti-tank mereka, drone tidak dapat mengonfirmasi nya, jadi itu adalah alasan kenapa saya meminta izin untuk meminjam pengendara milik mu." Ujar Yuliana sambil melihat Armphone nya yang memberi data live mengenai peta pertempuran.

Kolonel Jay juga ikut melihat dan sekali lagi terkesan akan hebatnya teknologi dari Indonesia.

"Hmm... Nampaknya Mirishial-Valkas mengumpulkan semua warga sipil di ujung kota, sedangkan Tank mereka mayoritas berada di dalam Kota, akan cukup sulit, tapi Kolonel Jay... Prajurit mu sudah pernah berlatih di dalam simulasi Pertempuran Urban, kan?" Tanya Yuliana.

"Betul itu, Kapten."

"Bilang ke mereka jangan terlalu mengandalkan pengalaman simulasi, simulasi memang menyiapkan kalian berbagai skenario akan apa yang terjadi di Pertempuran Urban, namun bukan berarti musuh kita tidak dapat beradaptasi, buktinya mereka dapat membuat peralatan seperti Madar canggih yang dapat menyelimuti lokasi ini... Untung sana paket Rapid Dragon sangatlah akurat." Ujar Yuliana panjang lebar.

"Begitu, saya mengerti... Bagaimana dengan dukungan artileri dari Indonesia?" Tanya Jay.

"Tiga peleton Artileri swagerak Next Caesar sudah berada di posisi dan menunggu perintah untuk menembak, beberapa TLAM dari Kota Khandut juga siap diluncurkan jika benar-benar diperlukan." Ujar Yuliana sambil mengecek Helmnya.

"Begitu... Bagaimana dengan dukungan udara? Tidak sempurna rasanya tanpa superioritas udara." Ujar Kolonel Jay.

"Saya sangat setuju dengan anda, satu skuadron F-15XL Active Eagle dari AURI dan satu skuadron F4U Corsair dari Antara yang dilengkapi HVAR akan menjadi dukungan udara kita, kemungkinan pesawat pengebom strategis sekelas B-52 juga akan dibawa kemari, tapi tidak tahu kapan akan tiba." Ujar Yuliana menghela nafas.

"Begitu, padahal aku cukup mengharapkan untuk melihat performa dari Marin Mk. III." Ujar Kolonel Jay.

"Angkatan Udara Mu, seingat saya sedang berfokus untuk melawan Armada Gra Valkas yang mencoba untuk menghancurkan konvoi bala bantuan dari RPTO. Jadi untuk sekarang para Marin dari negara anda cukup sibuk, itu juga dapat diartikan kalau pesawat negara anda dapat diandalkan sampai digunakan diberbagai front." Ujar Yuliana menenangkan.

"Terimakasih atas -kata-kata baiknya, Kapten... Baiklah, waktunya memulai penyerangan. Bisakah dimulai dari anak buah mu, Kapten?" Yulian menganggukkan kepalanya dan memberi perintah melalui helm taktis yang baru dia pakai.

Semua kendaraan lapis baja Indonesia yamg terdiri atas tiga unit Leopard 3AVI+, empat uni T-95 dan enam Anoa yang dilengkapi autocannon dan Coilgun. Kendaraan perang Indonesia menjadi yang terdepan, Yuliana yang berada di dalam Anoa varian komando bersama Kolonel Jay merasakan perasaan yang tidak enak, dan benar saja, sebuah roket tiba-tiba ditembakkan dari salah satu gedung dan mencoba menghantam salah satu T-95. Namun roket tersebut hancur sebelum mengenai sang T-95 akibat APS yang dipasang di Tank tersebut.

"Serangan!"

Meriam autocannon 25mm dari salah satu Anoa langsung menghancurkan tempat asal roket ditembakkan tadi, diikuti rentetan tembakan senapan mesin. Prajurit TNI yang berjalan disamping Anoa, juga ikut membuka tembakan kearah jendela-jendela gedung, satu tim pun dikirim untuk menyelidiki dan menguasai bangunan.

Pertempuran kota Koutmund pun dibuka dengan ganas. Rentetan tembakan senapan mesin milik tentara Gra Valkas dan tembakan akurat senapan runduk magis Mirishial sangatlah akurat dan cukup kuat yang membuat pasukan TNI kerepotan. Apalagi tank IS-7 milik Gra Valkas yang mulai menunjukkan diri, namun tank tersebut langsung berubah menjadi rongsokan yang terbakar akibat tank Leopard 3.

Saat ini, Kapten Yuliana dan pasukannya sedang tertahan oleh pasukan Mirishial-Valkas, mereka mencoba merebut kembali Gedung Wali Kota, namun perlawanan dari pihak musuh sangatlah hebat sampai membuat seorang veteran Kashgar dan Bulan sampai harus bertempur secara Atrisi untuk mengikis logistik dan prajurit musuh.

"Bajingan, cukup kuat juga mereka bertahan. Kopral! Hubungkan aku dengan elemen udara kita." Ujar Yuliana seusai menembak SS7 TacOps nya.

"Sudah, Kapten!"

"Disini Kapten Yuliana dari Elemen Kompi lapis baja dari Divisi kedua, kepada siapa aku berbicara?!"

"Disini Mayor Inderu dari Angkatan Udara Antara, siap melayani." Ujar sang pilot.

"Bagus! Aku ingin serangan udara di lokasi yang kami tandai melalui asap berwarna ungu, kau dapat melihatnya?!"

"Aye, bersiap-siap untuk hujan besi." Beberapa saat kemudian, empat F4U Corsair melakukan pendekatan dan meluncurkan hampir semua roket mereka kearah posisi musuh yang sudah ditandai oleh asap ungu.

"Fantastik, Mayor! Terimakasih atas bantuannya." Ujar Yuliana sambil mengganti magazine SS7 nya.

"Sekali lagi, senang melayani."

Kapten Yuliana dan tujuh puluh prajuritnya langsung menyerbu ke Gedung Walikota, di dukung dengan tembakan dari APC dan juga satu Leopard 3AVI+ yang baru datang, pertempuran pun berubah menjadi pembantaian, dimana prajurit TNI dibawah pimpinan Yuliana ini memang rata-rata adalah veteran garis keras semua, jadi pasukan Mirishial-Valkas yang bertahan langsung dengan sigap dihabisi.

Kota Koutmund akhirnya berhasil dikuasai kembali oleh Aliansi RPTO, dengan lebih dari 760 prajurit Mirishial-Valkas harus mati akibat gempuran hebat dari kolaborasi antara Prajurit Mu dan Indonesia, sedangkan Mu kehilangan lebih dari 20 prajurit akibat sergapan mendadak yang meledakkan satu tank dan juga sebuah M8 Greyhound. Untuk Indonesia sendiri, hanya mengalami luka-luka seperti patah tulang atau tulang retak.

30.000 prajurit RPTO tiba di sore hari dan mulai membangun pangkalan sementara. Warga kota Koutmund bersukacita setelah berhasil dibebaskan oleh pasukan gabungan. Ini juga menandakan lanjutnya peperangan antara kubu RPTO dan NWO (New World Order).

25 Januari, 1640.

Tiga C-17 AURI terbang mendekati wilayah yang dikendalikan Gra Valkas dan masing-masing pesawat menerjunkan 10 palet yang berisi enam misil jelajah. Enam puluh misil jelajah tersebut langsung melesat ke target mereka masing-masing, yaitu enam pangkalan militer milik Gra Valkas yang ada di Leifor. Serangan udara ini berhasil menghancurkan empat dari keenam pangkalan yang ditargetkan, kedua pangkalan lainnya hanya mengalami kerusakan ringan akibat senjata sihir yang dapat mengganggu kendali atas misil dan membuat bidikan awalnya yang tepat sasaran, menjadi meleset.

Menanggapi senjata elektromagnetik magis ini, Marsekal Udara Indonesia menyarankan pengaktifan kembali misil HARM yang cukup menumpuk dan masih dapat diaktifkan kembali jika perlu, batch pertama akan dikirim ke Mu bulan Maret.

Untuk Mirishial sendiri, mereka saat ini sedang merayakan kemenangan pertama mereka atas RPTO, walau kemenangan tersebut langsung direbut oleh RPTO karena mereka langsung mengirim pasukan reaksi cepat untuk mengambil kembali Koutmund. Kaisar Milishial mengeluarkan mandat untuk melakukan blokade laut di lautan tengah. Armada Zeroth Mirishial dan beberapa armada kapal perang lainnya berangkat dari Mirishial, dengan beberapa negara lain seperti contohnya Kerajaan Sentral, Agartha, Meerky dan Kekaisaran Annonrial.

Kekaisaran Annonrial disini adalah kuda hitam, mereka tidak tahu apa yang akan orang-orang barbar ini lakukan, tapi karena mereka membantu, anggota NWO oke-oke saja kalau mereka ikut.

Armada Kerajaan Atlantis atau sekarang berubah nama menjadi Kekaisaran Atlantis melakukan blokade laut di dekat Annonrial, bersama dengan Angkatan Laut Republik Indonesia dan juga operator BIN yang memasang banyak sekali pelampung pendeteksi. Kekaisaran Atlantis terbentuk atas bersatunya semua vassal lama Atlantis dan terbentuklah Kekaisaran super besar yang melintang dari Laut Grameus, ke Samudra Rodeniua dan terakhir di Lautan Philades, membuat sebuah wilayah berbentuk segitiga yang menjadikan mereka negara terbesar menurut wilayah negara.

Tentu hal ini membuat orang-orang dari pemerintahan Mu keringat dingin dan memutar otak mereka untuk cara menanggulangi Atlantean, penasihat dari Indonesia yang berada di pertemuan tersebut hanya menghela nafas banyak-banyak.

27 Januari, 1640.

Terjadi baku tembak disepanjang perbatasan Mu dan Leifor, juga Hinomawari yang baru jatuh beberapa bulan lalu. Prajurit Mirishial-Valkas menyerang dengan sangat agresif dan bahkan memukul mundur salah satu Brigade Lapis baja TNI AD dari Divisi Kedua, namun pasukan Mirishial-Valkas tersebut langsung disambut dengan ribuan peluru 35mm menghujani posisi mereka dari Mecha serang A-10M Thunderbolt.

Penyerbuan di Outpost tempat Brigade lapis baja TNI AD berjaga terjadi dalam rentang waktu enam jam dan mereka berhasil merebut kembali Outpost mereka, walaupun begitu, mereka harus menguburkan semua mayat prajurit musuh yang tentu saja hanya meninggalkan jejak pasta berwarna merah, gumpalan daging, isi perut dan juga potongan tubuh manusia yang berserakan akibat destruktif nya serangan A-10M Thunderbolt.

Baru kurang lebih dua minggu perang Dunia Baru dimulai dan pihak RPTO baru menghabiskan sekitar 25.000 peluru Artileri, tidak sesuai yang diharapkan oleh petinggi militer di negara-negara RPTO, tapi mereka hanya akan menganggap ini hanya angka permulaan karena memang NWO belum memulai pergerakan sama sekali sampai di Penyerangan di kota Koutmund.

30 Januari, 1640.

Pasukan Lintas Udara Parpaldia yang berjumlah 70 prajurit berangkat ke belakang wilayah musuh untuk melakukan sabotase brutal ke pasukan NWO yang baru tiba di pelabuhan militer di Pelabuhan Komkas, bekas Angkatan Laut Leifor. Tujuh puluh prajurit berani mati ini melaksanakan tugas mereka dengan sangat efesien dan telaten.

Sabotase yang mereka lakukan berupa mengganti beberapa peluru di gudang senjata mereka, jadi saat senjata ditembakkan dan peluru yang diganti oleh pasukan lintas udara akan ditembak, peluru tersebut malah akan meledak dan melukai/membunuh sang pengguna. Trik ini secara masif digunakan oleh Pasukan Elit dan Operator BIN Indonesia dulu saat perang melawan beberapa grup teroris di Afrika.

Pasukan berani mati ini dipimpin oleh seorang prajurit Parpaldia yang mungkin familiar bagi kalian yang masih ingat beliau, Letnan Kolonel Sven yang memutuskan untuk gabung ke pasukan lintas udara, dia tidak sendiri, namun ditemani seorang Esper dari Indonesia, Lidya Barchenowa.

Letkol Sven yang menimbah Ilmu di Akademi Militer Indonesia dengan jenius nya menyiapkan banyak jebakan dan melaksanakan aksi teror terhadap prajurit NWO yang sedang nongkrong santai di kota-kota Leifor yang berhasil dikuasai Gra Valkas. Tindakan para Penerjun Lintas Udara Parpaldia ini mendapatkan respon positif dari masyarakat lokal yang memberi dukungan berupa intel maupun tempat untuk bersembunyi.

Pada tanggal 1 Februari 1640, Letkol Sven dan semua prajuritnya diperintahkan untuk menyerbu salah satu Pangkalan Udara yang nampaknya cukup vital untuk NWO, saat ini dia dan Lidya sedang memantau pangkalan melalui Drone mini.

Sven memandang terus ke arah layar dari tablet nya yang secara langsung tersambung ke Drone tersebut, namun sekali-sekali Sven mengalihkan pandangannya kearah Lidya yang memakai pakaian prajurit VDV dengan warna kamuflase hutan. Sven harus berkali-kali mengakui kalau kecantikan Esper itu tidak ada tandingannya sama sekali.

Namun Sven menggelengkan kepalanya dan terus memantau Drone, dia harus fokus untuk misi vital kali ini. Mereka harus mengambil alih pangkalan udara ini tanpa merusak landasan pacunya sama sekali, karena akan digunakan untuk pesawat sekutu nanti. Jadinya, serangan udara dari sekutu akan sangat terbatas, tapi Sven berniat akan menggunakan segala sumber daya yang diberikan padanya.

"Lidya, hubungi markas dan minta serangan udara di koordinat yang aku tandai ini, kita akan menyerang sesegera mungkin setelah penyerangan berlangsung." Ujar Sven sambil mengokang M16 nya.

Lidya, sang Esper dari generasi Barchenowa ini langsung menghubungi markas besar, setelah melakukan hal itu, Sven dan Lidya langsung mulai bergerak mendekati Pangkalan udara bersama prajurit Lintas Udara Parpaldia lainnya. Beberapa menit berlalu dan enam pesawat F-15XL Active Eagle milik AARI lewat dan menjatuhkan bom klaster mereka yang langsung meratakan barak musuh dan juga beberapa hangar musuh yang posisinya diluar pangkalan udara.

"Semuanya, serbu! Tim A dan B serang dari arah kanan untuk menjepit mereka! Tim D dan C urus kendaraan lapis baja!" Seru Sven melalui radio.

Pertempuran antara prajurit lintas Udara Parpaldia dan Mirishial-Valkas pun berlangsung dengan sangat sengit, Sven dan prajuritnya dapat mendesak pasukan Mirishial-Valkas dengan cukup mudahnya, hal yang membuat repot hanyalah tank IS-7 dan juga tank MHT-3 milik Mirishial. Tentu saja kedua jenis tank tersebut tidak dapat berkutik melawan prajurit lintas Udara Parpaldia yang sudah mulai mengoperasikan Javelin dan juga AT-4, walau tentu secara terbatas mengingat perjanjian Indonesia yang tidak mau memberi senjata yang terlalu canggih, namun Indonesia memberi izin ke pasukan lintas Udara Parpaldia karena mereka adalah pasukan elit dan juga sangat membutuhkan senjata Anti-tank karena mereka bertarung di garis belakang musuh.

Sven menembak mati dua prajurit Mirishial yang nampaknya shell shock, dia sedikit merasa kasihan tapi mereka itu musuh, jadi tidak ada gunanya juga. Dia membidik kearah kanan dan menemukan beberapa prajurit Mirishial mencoba kabur, namun dia, Lidya dan tiga prajurit lintas udara lainnya berhasil menumbangkan mereka semua. Dua A-10 Thunderbolt dari AURI datang, sesuai permintaan dari Sven dan mulai melakukan pemberondongan terhadap kendaraan lapis baja Mirishial-Valkas, salah satu kendaraan milik Mirishial yang memiliki semacam senjata aneh berbentuk tombak Javelin menembakkan cahaya kearah salah satu A-10 Thunderbolt.

A-10 tersebut terkena secara langsung di bagian badan pesawat dan Sven serta anak buahnya sempat panik, namun yang terjadi hanyalah sebuah lecet di zirah Super Carbon milik A-10 tersebut, sang pilot yang marah pesawatnya di... 'Lecehkan' langsung putar balik dan menembakkan dua misil udara-ke-darat untuk menghancurkan kendaraan anti udara tersebut, ledakan besar terjadi dan Sven beranggapan itu sedikit terlalu overkill, tapi hey, Sven selalu menerima bantuan dalam bentuk apapun.

Pangkalan udara tersebut pun berhasil diambil alih setelah bertempur selama satu jam dengan lebih dari 200 prajurit NWO tewas dan sekitar 70 orang prajurit NWO menjadi tawanan perang. Dalam kelang waktu tiga jam setelah pangkalan udara diambil alih, BCT milik Barnaul tiba dan mulai mengamankan tempat tersebut.

Dari 70 prajurit lintas Udara Parpaldia, 15 dari mereka harus gugur dalam medan peperangan dan mayat mereka atau apapun yang tersisa dari mereka dibawa pulang oleh pesawat kargo Parpaldia, yaitu C-47 Skytrain. Sven juga ikut pulang bersama semua prajurit lintas Udara Parpaldia yang bertempur dibawah komandonya, semua ini atas perintah Yang Mulia Kaisar Ludius yang sangat bangga akan performa pasukan lintas Udara Parpaldia yang sangat kompeten dalam pekerjaan mereka...

2 Februari, 1640.

Secara tiba-tiba, lebih dari 100 anggota DPR RI menghilang begitu saja, mereka tidak muncul di pertemuan yang tergolong penting, yaitu perencanaan perang jangka panjang. Semua orang mencoba menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi pada seratus anggota DPR tersebut, namun, banyak orang juga merasa tahu apa yang terjadi pada mereka tapi memilih diam. Anggota DPR yang hilang ini adalah anggota DPR di Faksi Fasis.

Faksi ini sudah cukup lama menjamur dan juga merusak citra bangsa Indonesia akibat tindakan kekanak-kanakan mereka dan nampaknya Presiden Wijaya memutuskan untuk mengambil langkah tegas untuk menanggapi mereka.

Pada hari ini juga.. Akhirnya Wijaya memberikan lampu hijau untuk memulai dan menghidupkan kembali Proyek Automata, yaitu proyek android untuk membantu manusia, batch pertama akan dikirim langsung ke Mu untuk uji coba pada bulan Maret.

Namun, ada satu hal yang sangat harus mereka perhatikan yang juga sudah lama mereka pura-pura dia tidak pernah ada... Smith, sang Agen CIA mulai bergerak.

...
....

Terlihat Sakura sedang meminum kopi dengan santainya di salah satu kafe di Jakarta, dia saat ini menunggu seseorang sambil mengisi sesuatu di dalam laptop nya. Tak berselang lama, datang seorang Elf gendut memakai jas kantoran dan berkacamata.

"Selamat siang, Bookman." Ujar Sakura sambil tersenyum.

"Ya, selamat siang padamu juga, Capres Republik Indonesia."



TBC.

Njir update gwehj.

MHT-3 :

Next Caesar :

T-95 :

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top