Chapter 35
Tono menembakkan MP5 yang dia bawa kearah beberapa Polisi Militer Mirishial yang sedang bersembunyi dibalik Pilar ruangan pertemuan. Disebelahnya ada Kaios yang sedang isi ulang pistolnya, sedangkan Alfarin sedang menggunakan sihir penyembuhan untuk mempercepat penutupan luka di tangan sang perwakilan Eimor yang bernama Fatnir dan si Neukal terus menerus menginformasikan tim penyelamatan kondisi mereka.
"Dimana tim penyelamat nya, Neukal?!" Tanya Tono yang berlindung dari rentetan tembakan senapan magis.
"Sedang dalam perjalanan! Tim Marinir yang mengawal kita tadi juga mendapat serangan, separuh dari mereka sudah terbunuh dalam pertempuran!" Seru Neukal balik yang cukup panik, maklum, dia seorang diplomat, bukan petarung.
"Sialan!" Tono dan Kaios membalas tembakan dan menjatuhkan tiga orang Polisi Militer Mirishial.
Mereka dapat mendengar suara pertempuran diluar semakin mengganas, nampaknya unit Indra-02 sudah mulai melaksanakan penyerangannya, terbukti dari suara lengkingan khas yang ada di railgun 2700mm nya. Mereka merasakan gedung yang saat ini mereka berada bergetar hebat, kemungkinan target dari railgun tersebut cukup dekat dari gedung disini... Mungkin juga berniat membantu para Marinir yang sedang terbantai dilantai bawah.
"Woohhh! Apa-apaan itu?!" Tanya Kaios kaget.
"Indra-02 sudah mulai beraksi, pertanda penyelamat kita sudah dekat. Kaios, ini!" Tono melempar satu magazine untuk M1911 dan ditangkap Kaios yang langsung mengisi ulang pistolnya.
Baku tembak di ruang konferensi terus memanas dengan lebih banyak Polisi Militer Mirishial berdatangan untuk menangkap ataupun membunuh diplomat dari RPTO, namun sayangnya mereka tidak akan pernah mendapatkan kesempatan tersebut karena secara tiba-tiba, salah satu perwira dari PMM, mati ditembak di kepala. Tidak hanya beliau, anak buahnya yang lain juga berjatuhan, dengan ada beberapa yang lehernya nampaknya dipatahkan oleh seseorang.
Ruangan pun hening dari suara tembakan senapan, hanya ada suara teriakan minta tolong dan kesakitan dari delegasi negara-negara superpower lainnya yang ikut kena imbasnya baku tembak tadi, lalu secara tiba-tiba muncul tiga puluh sosok berpakaian zirah hitam dengan senapan SS7 varian TacOps.
Tono melebarkan matanya saat melihat mereka, Kopassus dan Penerjun Orbital divisi Magis! Salah satu Kopassus yang memiliki pangkat Mayor pun mendatangi Tono sembari memberi salut.
"Pak, lewat sini." Ujar sang Mayor dengan nada datar.
"Baiklah, semuanya ayo ikuti mereka." Kaios, Alfarin dan Neukal menganggukkan kepala mereka, dengan si Fatnir digendong salah satu Penerjun Orbital.
Sepanjang perjalanan menuju titik jemput, Kaios, Neukal, Fatnir dan Alfarin harus melihat betapa brutal dan efektifnya pasukan khusus dari Indonesia ini, bahkan sangking efektifnya, Tono dan sang Mayor Kopassus dapat berbicara dengan satu sama lain, selagi anggota peleton penyelamat lainnya menembak mati semua yang mereka lihat membawa senjata.
"Astaga... Mengerikan sekali." Ujar Kaios merinding.
"Benar, mereka seperti bukan manusia... Mereka lebih seperti mesin." Ujar Neukal merengut.
Alfarin sendiri hanya memandang salah satu Penerjun Orbital yang menggunakan kekuatan psikisnya untuk meremukkan tulang-tulang salah satu Polisi Militer Mirishial dengan angkatan tangan saja. Beberapa Penerjun Orbital lainnya juga nampak menggunakan kekuatan psikis untuk membuat musuh mereka berhenti bergerak dan tidak melawan mereka sama sekali.
"Aku tidak tahu apa yang Indonesia beri makan kepada mereka, tapi aku tahu kalau bermusuhan dengan mereka itu hanya akan membawa kehancuran." Ujar Fatnir melihat salah satu Dragonfolk yang menjadi MP Mirishial harus mati dengan keadaan mengenaskan oleh kombo dahsyat prajurit Kopassus dan Penerjun Orbital.
Saat sampai di lobby, mereka melihat para marinir yang tersisa berhasil mempertahankan lobby gedung konferensi dengan bantuan dua anggota Kopassus.
"Mayor! Kendaraan penyelamat akan mendarat dalam lima menit!" Ujar salah satu Sersan Mayor Marinir.
"Hmm, lanjutkan ke fase berikutnya. Formasi berlian." Semuanya, Marinir, Kopassus dan Penerjun Orbital langsung membentuk formasi berlian dengan para diplomat berada di tengah-tengah formasi.
Mereka melihat banyak sekali mayat-mayat tentara Mirishial yang bergelimpangan, nampaknya Mirishial membutuhkan banyak sekali prajurit untuk menghabisi para marinir. Pikir Tono melihat hal tersebut.
Ada beberapa mayat yang dibakar, mereka adalah mayat-mayat marinir Indonesia, karena membawa pulang semua mayat mereka itu sangatlah beresiko apalagi di tengah-tengah medan pertempuran seperti ini, maka sang Sersan Mayor, selaku wakil pemimpin peleton marinir tersebut terpaksa membakar separuh jenazah rekan-rekannya.
Tono dapat melihat dengan jelas kalau para Marinir menginginkan balas dendam, hal itu nampaknya akan terkabul dengan cukup cepat. Beberapa F4U Corsair lewat sambil dikejar beberapa Antares, nampak para Antares sedikit kesusahan mengejar Corsair Parpaldia yang dimodifikasi oleh Indonesia dan mempunyai kecepatan sekitar 750km/jam!
Namun para Antares tersebut harus tertembak jatuh dengan ledakan besar, beberapa F-35 lewat dari asap bekas ledakan dengan megahnya dan bergabung ke dalam formasi para Corsair Parpaldia. Beberapa Alpha-3 milik Angkatan Udara Mirishial mencoba adu mekanik dengan F-35 Indonesia, namun hasilnya sangatlah menyedihkan, mereka harus ditembak jatuh oleh Phase Beam dari dua F-15 Active Eagle yang tiba di medan pertempuran.
Para Diplomat pun sudah memasuki V-34 Bangau dan mulai lepas landas. Empat Antares menukik dari atas dan menembakkan senapan mesin mereka, sedikit menggores tubuh dari V-34 Bangau. Namun keempat pilot Antares tersebut harus bertemu sang Pencipta karena pesawat mereka meledak akibat para F-15 Active Eagle yang berkeliaran dengan bebas.
Para Bangau yang dikirim pun akhirnya tiba di KRI Lux Spei setelah memaksakan helikopter VTOL tersebut dengan kecepatan maksimalnya. Armada gabungan tersebut pun berniat untuk putar balik dan membalas serangan tidak terhormat dari Mirishial dan aman untuk berkata.... Mirishial dan sekutunya melakukan kesalahan fatal.
Meriam 510mm dari Abdurrahman Wahid menggelegar dan peluru berhulu ledak magis terbaru tersebut meledak dengan dahsyatnya di dekat Pelabuhan, membunuh banyak sekali orang-orang dan personel militer Mirishial. Tidak hanya Abdurrahman Wahid, tapi Suharto juga mulai menembakkan salvo meriam 510mm miliknya, dibarengi lusinan misil meluncur dari VLS kapal-kapal pengawal dan KRI Lux Spei itu sendiri.
Armada Gra Valkas yang baru keluar juga dari Pelabuhan langsung melakukan pertempuran jarak dekat dengan Armada Gabungan RPTO. Torpedo berenang-renang di air, namun berhasil diledakkan oleh senjata pertahanan kapal Indonesia. MS Stargazer menembakkan meriam magis nya dan menenggelamkan dua kapal penghancur Gra Valkas, sedangkan dia sendiri sedang dikeroyok oleh beberapa pengebom Beta-2 yang datang dari pangkalan udara Mirishial terdekat.
Di HMPS Babet, para kru sangat sibuk menggunakan senapan mesin untuk menembak jatuh pesawat-pesawat Gra Valkas.
"Tembak tembak!"
"Aku butuh peluru tambahan disini!"
"Splash one!"
Sejauh ini, para awak Babet telah menembak jatuh setidaknya tujuh pesawat tempur, akurasi mereka sangatlah hebat karena bidikan yang terbuat dari sirkuit magis yang dipasang di sana, jadi dari bidikan tersebut mereka dapat melihat titik bulat kecil di depan pesawat musuh untuk menembak jatuh mereka, dan juga sistem auto aim.
Meriam-meriam dari kapal-kapal Parpaldia mulai membuka tembakan, walau meriam pounder biasa Parpaldia tidak dapat mengenai apapun, tapi kapal dengan meriam baru dari Indonesia dengan mudahnya mengenai kapal-kapal Gra Valkas dan mulai memberikan kerusakan yang berarti terhadap kapal-kapal Angkatan Laut terbesar saat ini, menurut media Mirishial tentunya.
Dua belas kapal Mirishial muncul dari sisi kiri Armada Gabungan, jarak mereka sekitar 30km, sekitar empat puluh misil anti kapal pun terbang dan tiga puluh misil berhasil menghantam telak target, sedangkan sisanya sedikit meleset dan kena air, walau begitu misil nya tetap meledak dan menyebabkan kerusakan di lambung kapal-kapal Mirishial yang memang sudah mulai tenggelam.
Empat A-10 Warthog dari KRI Lux Spei pun melakukan pemberondongan kearah kapal-kapal Gra Valkas yang menjadi samsak karena mereka tidak memiliki senjata yang cukup untuk menjatuhkan para A-10, apalagi para pesawat A-10 ini sudah dipasangin bahan Super Carbon yang biasanya digunakan untuk membuat Kapal perang Angkasa, Stasiun Luar angkasa ataupun Mecha.
Unit Indra-02 sendiri mendapati dirinya dikeroyok dari berbagai sisi, dengan ratusan pesawat Mirishial dari pangkalan udara terdekat dan beberapa pesawat pengebom Gra Valkas, Guti Maun, yang membawa prototipe misil magis super yang dibanggakan Gra Valkas. Namun mendekati unit Indra-02 itu sangatlah sulit mendekati mustahil.
Puluhan senjata anti udara yang ada di sekujur tubuhnya terus saja menembakkan cahaya terang yang langsung membakar ataupun meledakkan pesawat Mirishial maupun Gra Valkas. Ditambah senjata dengan lengkingan mengerikan yang membuat sebuah lubang besar di pusat kota Cartalpas. Mereka juga tidak dapat menyerang secara frontal karena Indra-02 ini memiliki semacam pelindung Magis, menurut deduksi pilot-pilot Mirishial di lapangan.
Grade Atlastar bersama Arcturus ikut berpartisipasi dalam pertempuran yang kelas akan dikenal sebagai Pertempuran Cartalpas. Grade Atlastar membuka tembakan pertama yang menyasar ke salah satu kapal Parpaldia, menyebabkan kapal tersebut hancur berkeping-keping, diikuti oleh Arcturus yang mencoba menembak salah satu kapal penghancur peluru kendali milik Indonesia, namun mereka salah ambil target karena tiba-tiba peluru dari Arcturus meledak 40 meter dari kapal penghancur tersebut.
Luxtal yang melihat hal tersebut cukup terkejut dan melihat menggunakan teropong nya agar lebih jelas, secara samar-samar dia dapat melihat cahaya kebiruan yang berkedip, Luxtal sadar, kapal Indonesia yang hampir kena tembakan Arcturus tadi itu dilindungi semacam perisai energi yang tidak kasap mata, pantesan dari tadi kapal Indonesia belum ada yang tergores kecuali Abdurrahman Wahid yang sedikit mengalami kerusakan karena menggunakan senjata... Rahasia mereka.
"Menarik... Mari coba terus pertahanan mereka, hubungi Arcturus dan kapal tempur lainnya, fokus kan tembakan pada satu kapal, aku ingin mencoba sesuatu..." Lima belas kapal perang termasuk Grade Atlastar dan Arcturus mulai menghujani salah satu Kapal Penjelajah kelas Pattimura yang nampaknya masih dapat dilindungi, walau dalam ledakan ke tiga puluh, perisainya hancur dan sang kapal malang harus mengalami kerusakan di bagian kanan kapal yang mulai terbakar.
"Jadi begitu... Kita harus memfokuskan serangan pada satu kapal untuk menghancurkan perisainya... Namun... Nampaknya itu dapat beregenerasi secara cepat jadi kemungkinan untuk mengenainya cukup kecil... Tapi darimana asalnya semua perisai ini?" Gumam Luxtal sedikit heran.
Teori Luxtal sudah terbukti benar dan mulai memikirkan strategi terbaik untuk menghadapi mereka, namun selama dia berpikir, dua puluh kapal perang Gra Valkas harus tenggelam dengan brutal, begitu juga dengan Arcturus yang mendapatkan serangan dari puluhan F-35 yang bermain-main di atas sana.
"Petugas Komunikasi! Beritahu ke setiap perwira dengan pangkat tinggi di armada ini untuk membentuk satu gugus tugas kecil dengan beberapa kapal untuk melawan satu kapal Indonesia, menurut saya itu adalah cara yang cukup efektif untuk saat ini." Ujar Luxtal dengan tenang, sambil melihat beberapa F-15 Active Eagle yang membombardir Cartalpas dengan Napalm dan Willy Pete.
Semua kapal Gra Valkas langsung bermanuver dan mengorganisir diri mereka ke gugus tempur kecil, dengan jarak mereka dan Armada Gabungan RPTO itu hanya 45km, tapi jelas Armada gabungan RPTO memiliki keuntungan disisi serangan jarak jauh, jadi Luxtal berpikir, lebih baik tenggelamkan kapal-kapal kecil lainnya milik Sekutu Indonesia.
Nampak Armada Gra Valkas dan Mirishial mulai menunjukkan perlawanan dengan mereka berhasil menenggelamkan lima kapal Ship-Of-The-Line milik Parpaldia dan merusak kubah meriam diburitan La Kasami. Namun mereka tidak menyadari kalau mereka sedari tadi diperhatikan dari bawah. Beberapa kapal Penjelajah besar bawah laut kelas Scrabble milik Kerajaan Atlantis menembakkan meriam magis mereka yang menenggelamkan lima kapal perang Mirishial dengan salah satunya adalah Battleship kelas Gold, semua kapal Mirishial nampak bingung tentang apa yang terjadi, kecuali para Gra Valkas yang menyadari apa yang baru saja terjadi.
Grade Atlastar memutar meriamnya dengan perlahan dan membidik Abdurrahman Wahid, dan dengan tembakan yang menggelegar seolah-olah dapat membelah lautan, peluru dari Grade Atlastar meleset 20 meter dari posisi Abdurrahman Wahid, namun ledakan bawah airnya cukup membuat kapal perang Yamato generasi kedua bergoncang.
Abdurrahman Wahid langsung membalas tembakan dari Grade Atlastar dengan meriam 510mm nya yang jauh lebih efektif dan akurar, menyebabkan kerusakan besar di superstruktur nya. Dua belas misil kapal juga menghantam sisi Grade Atlastar. Kapal megah tersebut mulai miring dengan banyak pelaut Mirishial maupun Gra Valkas yang tidak percaya dengan apa yang mereka lihat, mereka baru saja melihat kapal kebanggaan Gra Valkas yang meratakan satu kota sendirian, babak belur dan terancam karam oleh satu kapal dari Indonesia ini.
Namun Grade Atlastar terus melaju, diikuti Abdurrahman Wahid yang ikut putar haluan, dan kini kedua kapal tersebut saling berhadap-hadapan, meriam dari Abdurrahman Wahid kembali menggelegar dan secara resmi menghentikan kubah meriam Alpha dan Bravo, namun senjata anti udara sekaligus sekunder dari Gra Valkas terus saja menembaki Abdurrahman Wahid. Sepuluh pesawat pengebom tukik milik Gra Valkas yang sudah putus asa melakukan serangan bunuh diri berupa menabrakkan diri mereka ke Abdurrahman Wahid dengan bom yang mereka bawa.
Seluruh CIWS milik Abdurrahman Wahid yang memiliki sistem auto aim dan persenjataan Phase Beam terbaru, langsung dengan mudahnya menembak jatuh sepuluh pesawat tukik tersebut, semakin menjatuhkan moral pelaut Gra Valkas dan Mirishial. Saat jarak Abdurrahman Wahid dan Grade Atlastar hanya tinggal 2 kilometer, Abdurrahman Wahid banting setir dan kembali kearah armada gabungan yang masih sibuk membakar Cartalpas ke tanah.
Kapten Luxtal berdiri dari lantai anjungan kapalnya, Abdurrahman Wahid benar-benar kapal yang sangat kuat! Bahkan serangan mereka sampai membuat kapal terkuat Gra Valkas tidak berkutik sama sekali.
"Sungguh menakjubkan..." Ujar Luxtal sambil tersenyum.
Laksamana Muda Budi yang menjadi pemimpin Armada gabungan RPTO dan berpusat di KRI Lux Spei, mendapat panggilan dari KASAL Yudo dari mabes TNI.
"Halo pak? Baiklah pak, dimengerti. Budi, out." Laksamana Muda Budi menghela nafas kecil.
"Apa perintahnya, pak?" Tanya Jayadi selaku kapten dari KRI Lux Spei.
"Penghancuran total Cartalpas dan seluruh kapal musuh, itulah perintah dari Mabes dan Presiden. Ada misi sampingan untuk menangkap target yang dikiranya penting untuk diinterogasi, dan satu lagi, jangan hancurkan Grade Atlastar karena Team Six akan masuk dan menangkap Cielia Oudwin di sana." Ujar Laksamana muda Budi dengan kalem.
"Begitu, jadi setelah menangkap targetnya, apa yang kita lakukan pada kapal tersebut? Tidak mungkin kita membiarkannya." Ujar Jayadi.
"Benar, kita pasang saja N2 Mine di kapal itu dengan bantuan C-130 yang datang dari Mu, jadi saat mereka akan mengambil kembali Grade Atlastar..." Budi tersenyum tipis yang mana Jayadi tahu maknanya.
"Ahh... Oke... Kapten Mulyono dari KRI Yos Sudarso menghubungi kita dan meminta perintah lebih lanjut." Ujar Jayadi yang mendapat info dari VIZ yang dia pakai.
"Bilang ke mereka untuk terus melanjutkan pengeboman dan terus serang Cartalpas, Presiden Wijaya ingin memberikan pesan yang kuat kepada dunia." Ujar Laksmana Budi.
"Dimengerti, pak!"
Dengan selesainya percakapan mereka, satu V-34 Bangau lepas landas dengan membawa Team Six dan dikawal lima F-15XL Active Eagle. Jayadi dan Budi melihat kepergian pasukan Elit dari Amerika tersebut dengan tatapan puas, tugas utama mereka telah selesai, yaitu menangkap Cielia Oudwin.
Armada gabungan Mirishial-Gra Valkas dengan beberapa negara sahabat Mirishial lainnya yang tersisa, terus menyerang Armada gabungan RPTO. Sisa dari armada musuh adalah kurang lebih 200 kapal, mayoritas berisi kapal Gra Valkas dan Mirishial.
Puluhan sampai ratusan misil anti kapal melayang dari semua kapal-kapal Indonesia dan menghantam banyak kapal musuh, ledakan secara serentak menggetarkan medan pertempuran dan membuat pemandangan api yang menjulang ke luar angkasa, pertanda bagian Angkatan Angkasa untuk beraksi.
Lima HSST memasuki atmosfer dengan Phase Beam yang terpasang di lambung bawah mereka, dengan stabilnya memasuki ketinggian 30.000 kaki dan mulai menghujani kapal induk Gra Valkas dengan Phase beam yang sangat kuat, secara instan melelehkan dek penerbang kapal-kapal induk milik Gra Valkas yang tentu saja menciptakan reaksi berantai dari tempat penyimpanan amunisi yang tepat berada dibawah dek penerbang, menciptakan ledakan super besar.
Dua belas Kapal induk Gra Valkas tenggelam, sisanya sudah dihantam oleh misil anti kapal dari Armada permukaan, secara resmi mematikan supremasi udara Gra Valkas dan sekutunya di lautan, tinggal beberapa kapal induk milik Mirishial yang sudah bolong di bagian dek penerbang akibat kombo MS Stargazer dan HMPS Babet.
Sepuluh misil jelajah diluncurkan dari kelima HSST sebelum akhirnya mereka kembali terbang ke Stasiun Luar angkasa mereka. Pengganti mereka adalah dua skuadron F-15XL Active Eagle yang diterbangkan dari Stasiun luar angkasa terdekat milik Indonesia. Saat dalam proses Re-Entry ke atmosfer, pesawat-pesawat canggih generasi keenam Indonesia ini bergoncang sebelum akhirnya kembali normal saat berada dalam ketinggian 50.000 kaki.
Dua skuadron F-15XL Active Eagle dari Angkatan Angkasa Indonesia langsung melesat ke medan pertempuran dan menjatuhkan pesawat-pesawat Mirishial layaknya menampar lalat menggunakan raket listrik. Unit Indra-02 juga sudah berhasil melaksanakan fase pertama dari misinya, yaitu memporak-porandakan Cartalpas dan dengan bantuan dari Angkatan Laut Indonesia beserta sekutu mereka, Cartalpas menjadi neraka di dunia serta lautan api. Enam puluh misil jelajah muncul entah darimana dari arah benua Mu yang langsung menghantam Cartalpas yang memang mayoritas infrastruktur nya sudah hancur ataupun terbakar, sungguh fenomena yang sangat tidak dapat dipercaya semua orang, mengingat kejadian ini disiarkan melalui media.
Di Grade Atlastar sendiri, Luxtal beserta beberapa marinir nya nampak menodongkan senapan api mereka kearah Cielia dan Dallas yang ternyata tadi tidak ikut karena sakit, mereka berdua nampak syok dan kebingungan kenapa mereka ditodong begitu oleh marinir keamanan dan kapten dari kapal terkuat di Angkatan Laut Gra Valkas.
"Apa maksud mu ini, Kapten Luxtal?!" Tanya Dallas dengan agresif.
"Simpel, aku mencoba menyelamatkan Kekaisaran yang aku cintai ini, tidak seperti kalian yang malah dengan bodohnya mencoba menyerang seekor raksasa yang dapat menyebabkan bencana secara global hanya dengan menekan satu tombol kecil." Ujar Luxtal dengan tatapan tajam di matanya.
Empat marinir Gra Valkas langsung menahan Cielia dan Dallas dengan memakaikan borgol di tangan mereka, Luxtal menghela nafas panjang sebelum akhirnya melihat kearah KRI Abdurrahman Wahid yang masih sibuk membombardir Cartalpas.
"Semoga kalian menepati janji kalian, aku sudah mengorbankan kehormatan dan harga diri ku hanya untuk ini." Gumam Luxtal dengan tatapan sendu.
Satu pesawat Tiltrotor dengan lambang bintang putih pun mendarat di meriam Alpha milik Grade Atlastar yang sudah tidak berfungsi. Salah satu sosok dengan pakaian serba hitam keluar dari bagian kendaraan tersebut dan mendatangi Luxtal.
"Kalian punya si Berlian dan Hati?" Tanya sang pria berbaju serba hitam.
"Ya, kami punya mereka setelah mengorbankan banyak sekali anak buah ku. Lebih baik kalian menepati janji kalian." Ujar Luxtal dengan tatapan tajam.
Sang pria berbaju serba hitam langsung mengambil sebuah ponsel nokia lawas, menekan tombol 'telpon' dan melemparnya ke arah Luxtal, yang mana Luxtal menangkapnya dengan sangat mudah.
"Halo?" Luxtak bertanya dengan pelan.
"Sayang?! Apa yang terjadi?! Tiba-tiba ada beberapa pedagang kaki lima mendobrak rumah kita dan membawa ku beserta anak-anak! Aku tidak tahu dimana kami sekarang!" Luxtal melebarkan matanya saat mendengar suara wanita yang sangat familiar itu.
"Kalian benar-benar menepati janji kalian... Apa cuman keluarga ku atau...?"
"Semua keluarga dari kru Grade Atlastar sudah berhasil kami evakuasi sesuai perjanjian mendadak yang kamu lakukan dengan Kapten Pram. Beliau akan dimutasi setelah ini." Ujar pria tersebut dengan nada datar.
Luxtal meringis saat mendengar hal tersebut, itulah efek dari sebab akibat, gara-gara Luxtal lah Pramudya harus kehilangan pangkat dan kapalnya.
"B-Baiklah... Kapan evakuasi semua yang selamat akan dilaksanakan?" Tanya Luxtal.
"Secepatnya, beberapa RHIB, Bangau dan Osprey akan datang secara bertahap untuk mengevakuasi anak buah mu, tapi kau harus ikut dengan kami, bawa pengawal mu dan tahanan mu." Luxtal mengangguk mengerti dan memerintahkan marinir Gra Valkas untuk mendorong Cielia dan Dallas untuk berjalan.
Saat sudah memasuki Bangau yang sangat dikagumi oleh Luxtak serta anak buahnya, Dallas terus saja mengoceh yang membuat salah satu Team Six langsung menendang muka Dallas menggunakan sepatu bot nya hingga hidungnya patah, mimisan dan tak sadarkan diri. Sedangkan Cielia sendiri cukup babak belur dihajar oleh anggota Team Six lainnya, mereka membalaskan dendam para personel militer maupun sipil Indonesia yang di eksekusi secara tidak manusiawi.
Bangau tersebut mulai terbang dan menjauh dari Grade Atlastar, dengan dua belas RHIB dan dua puluh Osprey terbang kearah Grade Atlastar di tengah berkecamuknya peperangan. Walau mayoritas kapal-kapal musuh sudah semuanya tenggelam kecuali Arcturus yang hanya mengalami kerusakan parah, namun masih dapat mengapung.
Luxtal dan anak buahnya melihat keluar dari jendela kendaraan VTOL Indonesia ini, mereka terperangah saat melihat Indra-02 dengan mudahnya memporak-porandakan satu kota yang sebesar ini, seorang diri lagi. Dallas dan Cielia juga dipaksa lihat oleh beberapa Team Six. Lalu tiba-tiba suara muncul dari radio yang ditujukan untuk semua pasukan sekutu.
"Pengumuman, pengumuman. Ini adalah Laksamana muda Budi, pemimpin dari armada gabungan RPTO, dengan ini saya meminta kepada semua personel pasukan sekutu untuk menutup mata dan menjaga jarak dari Cartalpas, Presiden Wijaya telah mengizinkan penggunaan Charged Particle Cannon-"
"Apa mereka sudah gila?"
"Ah aku ingin melihat tempat ini menjadi teluk."
"Wohoo! Sudah lama aku tidak melihat HI-MAREF menembakkan meriam partikel!"
"-sekian pesan dari saya, sekali lagi, jangan melihat kearah Cartalpas dalam waktu tiga menit. Semoga tuhan menjaga kita semua. Semoga kita semua suatu saat pergi dengan sukacita ke tanah kematian dan kemenangan yang dijanjikan..."
Luxtal pun ditawari kacamata hitam oleh salah satu anggota Team Six yang langsung dipakai oleh Luxtal, dia penasaran bagaimana senjata super Indonesia ini bekerja. Sedangkan Cielia masih dipaksa untuk melihat tanpa menggunakan kacamata hitam ataupun pelindung mata.
10...
9...
8...
7...
6...
5...
4...
3...
2...
1...
FIRE!!!
Dari dada Indra-02 muncul energi berwarna-warni layaknya pelangi dan dengan hentakan kuat, energi cahaya pun menghantam Cartalpas, diikuti dengan beberapa ledakan besar lainnya, cahaya terang menerangi medan pertempuran, dengan Luxtak menatap dengan syok dan kagumnya melihat sosok Indra-02 layaknya malaikat, mungkin karena lima pasang sayap yang ada punggungnya.
"Indahnya..."
"Aahhhhhhhhggghhhhhh!!!!!! Mata ku!!!!" Cielia secara otomatis kehilangan pengelihatan nya secara permanen dan yang terakhir bisa dia lihat adalah asap jamur raksasa yang membumbung ke langit.
TBC.
Njir update.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top