Chapter 21
Istana Merdeka, Republik Indonesia, Terra.
28 Juli, 1639.
0940.
Terlihat banyak pejabat kementrian, staf kepolisian dan TNI yang kelihatan super gugup. Bahkan wakil residen Sukmawati yang terkenal kalem dan tidak takut, mengelap keringat dingin yang ada di wajahnya. Mereka saat ini lumayan ngeri saat melihat wajah Wijaya yang sangatlah... Netral dan datar. Amarah orang yang kalem seperti dia adalah hal yang paling banyak orang takutkan.
"Jadi... Ada seseorang yang ingin menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di Altaras?" Semua orang terdiam, lidah mereka kelu, bingung ingin berkata apa. Sebelum akhirnya seorang Laksamana Muda angkat bicara.
"Pak... Kita kehilangan empat kapal perang di Altaras... Tiga Kapal Penghancur dan 1 kapal pengangkut yang mengalami ledakan saat pengisian bahan bakar pesawat VTOL yang mereka bawa..."
"Bagaimana hal itu dapat terjadi? Aku kira pengamanan persenjataan kita sudah cukup baik! Dan dimana operator BIN yang bertugas untuk 'menyingkirkan' para teroris di Altaras?!" Amarah Wijaya meluap-luap.
"Pak Presiden, mohon tetap tenang." Sukmawati mencoba menenangkan Wijaya.
"Kau menyuruhku tetap tenang?! Kita baru saja kehilangan empat kapal perang kita dan sekitar 76 orang Indonesia terbunuh dalam insiden itu! Dan kau bilang aku harus tenang?!" Wijaya menatap tajam Sukmawati yang membuat dia terbungkam.
"Pranata! Berikan aku satu alasan yang bagus untuk tidak mengeksekusi rencana RED SHIFT!" Panglima Pranata terlihat bingung ingin menjawab apa.
"Pak... Itu terlalu berbahaya! Kita tidak bisa mengambil resiko untuk merusak kepercayaan Sekutu kita dengan mengeksekusi RED SHIFT. Masih ada cara yang lain." Ketua MPR terlihat tidak setuju akan perintah ngaco dari Wijaya.
"Lalu apa cara lain itu, Ketua?! Ancaman teroris di Negara kita sudah menyebabkan kerugian dan korban jiwa yang sangat banyak, lalu mereka dapat pergi ke luar negeri dan melakukan banyak kerusakan seperti menyabotase kapal perang kita, apa caranya?! Kepolisian sudah jelas tidak berguna dalam kasus ini." Ikhwan menundukkan kepalanya dengan malu.
"Pak Presiden, saya tahu ini bukan waktu yang tepat, tapi nampaknya kita harus memulai proyek "Automata" Secepatnya." Wijaya menatap Sukma dengan tatapan dingin.
"Sudah berapa kali aku bilang, proyek Automata tidak akan dimulai jikalau kita tidak se-putus asa itu. Rapat hari ini aku bubarkan! Dzahir, aku ingin laporan yang sebenarnya terjadi di meja ku dalam waktu 1 hari, gagal melakukannya, ucapkan selamat tinggal pada jabatanmu." Dengan itu, Wijaya pergi diikuti Sukmawati dengan ajudannya.
"Haaah... Jadi Sukma, mengenai proposal yang ingin kamu bilang ke aku?" Ajudan Sukmawati langsung memberikan sebuah dokumen kertas ke Wijaya yang mana langsung dibacanya sembari berjalan.
Mereka akhirnya sampai di kantor Presiden dan Wijaya tentu langsung duduk sambil terus membaca dokumen kertas tersebut...
"Pengadaan unit NCAF-X1 dan unit Feedback Protector ke Parpaldia dan Mu? Kalau misalnya Parpaldia aku mengerti karena mereka sekutu terdekat kita sekarang, tapi Mu? Bukankah terlalu cepat untuk kita memberikan teknologi sekelas NCAF-X1 ke mereka?" Tanya Wijaya cukup khawatir.
"Tidak apa-apa, Jaya, aku tidak terlalu memprioritaskan Mu, tapi Parpaldia, aku sangat merekomendasikan nya, Menteri Pertahanan juga sudah memberikan lampu hijau untuk pengadaan NCAF-X1 ke Parpaldia beserta teknisi untuk mengajari Parpaldia cara penggunaan dan perawatan unit tersebut... Masih ada beberapa perlengkapan lainnya dalam paket Lend-Lease yang saya, Menteri Pertahanan dan Jenderal Pranata buat." Ujar Sukma tersenyum kecil.
"Hmm... Pengadaan M60 Patton, beberapa HMG dan LMG usang milik TNI AD yang masih banyak, Luna Carrier Module? Tunggu, kenapa kalian memutuskan itu adalah ide yang bagus untuk memberikan mereka LCM? Keluar angkasa saja mereka belum." Wijaya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Itu pak, untuk pemudahan logistik dan pembangunan. NCAF-X1 juga tidak perlu dipersenjatai untuk sekarang dan bisa digunakan untuk membantu proses pembangunan ulang." Ujar Sukma dengan mantap.
"Manuk akal, lalu... Hmm? BM-21 Grad dari Soviet? Lalu pemberian beberapa kapal fregat usang kita bekas Agresi Militer dulu, buset betul-betul senjata usang semua." Komen Wijaya sambil menahan tawanya.
"Anda ingin memberi mereka nuklir?"
"Jika mereka sudah cukup bijak, why not? Lagipula kita sudah membuat countermeasure untuk melawan senjata nuklir, baik itu berbentuk Bom atau dari ICBM..."
"Baiklah pak presiden... Jadi, apa proposal saya dapat diizinkan?" Wijaya temenung sesaat sebelum mengambil pulpen dan menandatangani dibagian tertulis namanya.
"Pastikan tidak ada serangan teroris yang mengenai konvoi pengiriman senjata ini."
"Siap, pak!"
Front Mao, Benua Philades.
6.500 pasukan Mu berangkat ditemani dengan 10 unit Tank M4 Sherman milik Royal Parpaldian Army dan sekitar 3.000 prajurit Parpaldia yang baru tiba satu hari lalu. Bersama-sama kedua pasukan dari kedua negara Superpower itu melancarkan serangan dorongan terakhir ke Compenwehrn. Lusinan baterai artileri ditembakkan oleh batalyon Artileri milik Mu dan Parpaldia yang menghujani parit pertahanan Compenwehrn. Tank milik Parpaldia menjadi penyelamat untuk pasukan gabungan, dengan zirah baja yang kuat hingga senapan mereka tidak dapat menembusnya, lain cerita kalau ketemu Artileri medan.
Sayang saja laju pasukan Mu dan Parpaldia harus terhambat akibat penyihir dari Mao yang membuat jalan menjadi berlumpur, hingga laju kendaraan pengangkut prajurit, Tank dan Land Dragon harus tersangkut, saat para prajurit ingin mendorong keluar semua kendaraan dan mahluk, Tiba-tiba mereka disergap oleh tiga peleton pasukan Mao dengan senapan mesin yang menembakkan energi magis, dari tampangnya ini senapan mesin terbaru milik Mirishial.
"Ambush!"
Banyak sekali prajurit Mu dan Parpaldia harus menjadi korban jiwa karena kaki mereka terjebak di lumpur, hanya saat komandan mereka memanggil serangan udara Drone, mereka semua selamat dari tembakan senapan mesin magis milik pasukan Mao. Mereka akhirnya memutuskan untuk berkemah, padahal jarak mereka dengan Compenwehrn adalah sekitar 20 kilometer, betul-betul di depan Ibukota Mao.
Mereka harus menunggu pasukan bantuan dari Indonesia dan Aliansi RPTO yang dijadwalkan akan datang pada tanggal 1 Agustus mendatang, hingga saat itu tiba, kedua pasukan ini harus bertahan sekuat tenaga mereka.
Eshtirant, Kekaisaran Parpaldia, Benua Philades.
30 Juli, 1639.
Kaisar Ludius menatap sosok raksasa baja dihadapannya dengan tatapan kagum, begitu juga dengan staf militer Parpaldia dan pejabat luar negeri lainnya. Sosok raksasa baja ini adalah unit NCAF-X1 hasil Lend-Lease dari Indonesia, tidak murah, tapi tetap saja sangat mengagumkan jika dilihat dari dekat.
Terlebih lagi ada lambang Angkatan Udara, Laut dan Darat Kekaisaran Parpaldia di badan sang Raksasa yang membuat semua personil militer yang ada di sana penasaran dan kagum. Jenderal Suryanto yang menjadi presenter teknologi ini berdiri dihadapan sang Robot.
"Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya sekalian, berdiri dihadapan kalian adalah unit NCAF-X1, pendahulu sekaligus 'nenek moyang' para Mecha milik Indonesia, monster tua ini dilengkapi persenjataan kaliber 17mm saja dan sisanya adalah milik kalian." Ujar Suryanto sembari mengaktifkan fitur autopilot melalui Armphone nya.
Robot tersebut mulai bergerak dan berlutut dihadapan Kaisar Ludius yang membuat sang Kaisar bergetar, antusias.
"Jenderal, ada berapa unit yang akan kalian berikan pada kami?" Tanya Arde penasaran.
"Sekitar 15 unit, sisanya kalian harus membangun dari awal, tenang, Teknisi Indonesia akan membantu kalian dan kami akan membantu juga dalam membuat pabrik khusus untuk Mecha. Aku harap kalian suka hadiah ini, jarang kami memberikan hal seperti ini." Ujar Suryanto dengan cukup bangga.
"Begitu... Baiklah, bisakah kita ke tempat selanjutnya?" Suryanto mengangguk dan mereka berjalan ke pameran berikutnya yang berupa sebuah T-64BV yang TNI temukan di markas Soviet yang kosong di Indonesia, lumayan barang gratisan slur.
Suryanto pun mulai menjelaskan mengenai tank T-64BV 'curian' dari Markas Soviet di Jawa Tengah. Kurang lebih Parpaldia dapat memproduksi massal tank ini dalam 5 tahun mendatang, mengingat mereka ingin melakukannya dari awal tanpa dikira menjiplak, hal itu dapat dihormati oleh Suryanto. Lalu hingga sampailah mereka ke LCM yang membuat delegasi Parpaldia sedikit keheranan saat melihat benda tersebut.
"Letkol, benda apa ini? Nampaknya bukan alat berat." Ujar Elto direktur Kementerian luar negeri peradaban pertama.
"Karena ini bukan, ini adalah kendaraan yang dapat membantu kalian pasca perang, pembangunan di kota-kota perbatasan akan memakan waktu lama, jadi dengan menggunakan LCM untuk membantu pembangunan semakin cepat." Ujar Suryanto.
Remille melihat dengan tampang super penasaran akan LCM ini, dia sudah memikirkan banyak ide untuk memanfaatkan LCM ini, lalu Remille memandang Suryanto.
"Letkol, apa kami dapat lisensi untuk membangun benda ini sendirian?"
"Tentu saja, Nona Remille, itu tujuan kami dari awal. Agar kalian tidak terlalu bergantung pada kami dan dapat berdiri sendiri." Remille mengangguk puas mendengar jawaban dari Suryanto.
Beberapa jam kemudian, acara keliling melihat persenjataan yang dikirim Indonesia selesai dan delegasi Parpaldia pulang ke Istana Paradis untuk melanjutkan pertemuan mereka, istana Paradia sudah mengalami beberapa perubahan seperti beberapa senjata anti udara Oerlikon GDF tentu saja pabrikan Pindad, untuk mengamankan wilayah udara Istana Paradis.
"Baiklah, rapat resmi saya buka." Semua orang pun mulai berdiskusi secara sehat.
"Yang Mulia, saya memiliki rencana yang cukup cemerlang untuk LCM ini, kita bisa menggunakan nya untuk menjadi kendaraan pengangkut sedang jika kita membuatnya sedikit lebih besar, seperti Bus dan Taksi dari Indonesia, cuman dengan ciri khas kita." Ujar Remille panjang lebar.
"Saya setuju dengan Nyonya Remille, kita juga bisa membuat kendaraan pariwisata dari LCM itu." Ujar salah satu pejabat wanita yang pastinya dari keluarga ningrat.
"Begitu, akan dimasukkan dalam kotak saran... Arde, bagaimana menurut mu implementasi dari NCAF- X1? Apakah kita harus menggunakannya sebagai kendaraan perang seperti Indonesia? Atau kita menggunakannya untuk menambang mineral dan pembangunan berat." Tanya Ludius ke Arde yang sedang melamun.
"Menurut saya, yang Mulia, lebih baik kita membuat beberapa varian, seperti varian tempur dan varian penggunaan sipil. Terlebih lagi potensi dari benda ini pasti sangatlah banyak, makanya saya menyarankan untuk memberinya ke BRMP (Badan Riset Magis Parpaldia)." Jawab Arde.
"Mereka, huh? Baiklah, aku hanya akan memberikan dua unit untuk penelitian sedangkan sisanya akan kita gunakan semaksimal mungkin di bidang sipil dan juga Militer."
Pertemuan tersebut berlangsung lebih lama dari yang mereka kira hingga mereka semua harus menginap dan lanjut keesokan harinya...
Front Mao, Benua Philades.
1 Agustus, 1639.
Akhirnya, setelah 4 hari mati-matian bertahan melawan gempuran pasukan Mao yang semakin memiliki perlengkapan yang bagus, bahkan melebihi Parpaldia sebelum di upgrade Indonesia, mereka mendapatkan bantuan berupa 3 Batalyon Infanteri mekanis Indonesia dengan 12.000 prajurit Aliansi RPTO.
Masalah penyihir Mao yang meresahkan langsung kena serangan Drone Kamikaze yang akhirnya Indonesia gunakan setelah nganggur selama setengah dekade. Pesawat F-86 Sabre milik Parpaldia yang kini sudah berjumlah 6 unit dikerahkan bersama sepuluh FD-16 Ahool.
Indonesia belum sama sekali terlalu serius menanggapi peperangan ini, mengingat mereka hanya masih menggunakan persenjataan 'ringan' dan membawa HI-MAREF dan juga Kapal perang luar angkasa mereka. Tapi mereka cukup serius dalam menanggapi kematian prajurit mereka dibeberapa kesempatan.
Sekarang, pasukan Koalisi telah tiba di pintu gerbang Compenwehrn, dengan kota tersebut sudah terbakar akibat pengeboman api yang dilakukan Bomber Indonesia, mungkin ada beberapa juga yang dijatuhkan dari HSST.
Pasukan Koalisi pun kembali membuat perkemahan tepat di depan pintu masuk Compenwehrn, mereka hanya dipisahkan lapangan luas sejauh 2 kilometer, di ujung lapangan, terdapat pasukan Mao yang siap tempur dengan 80.000 prajurit yang mayoritas nya adalah wajib militer dan dipaksa ikut bertempur dengan berbagai cara, mayoritas paksaan dan ancaman. 50 tank IS-7, jumlah Artileri baik itu Howitzer dan medan yang tidak diketahui jumlahnya dan banyak lagi elemen misterius lainnya yang membuat pasukan Koalisi ngeri.
Mereka siap melakukan dorongan terakhir pada tanggal 3 Agustus setelah pasukan logistik mereka berhasil mengejar mereka, alasan mereka ketinggalan cukup absurd.
"Maaf bang, karburator nya tadi dicuri musang, hehe."
Alasan tidak manuk akal itu jugalah yang membuat pasukan Koalisi memutuskan untuk membuat parit pertahanan lagi dan memain permainan menunggu.
Benteng pertahanan Tembok Dunia, Kerajaan Topa, Benua Philades.
2 Agustus, 1639.
Gai dan Moah terlihat kembali melihat dari posisi pertahanan mereka dengan bosan, semenjak Indonesia menghaiar habis-habisan pasukan Iblis dibawah pimpinan Nosgorath, mereka tidak lagi menyerang. Namun mereka tahu, jangan pernah remehkan Iblis kalau tidak mau dihajar secara mendadak.
Lalu mereka melihat ke atas dan melebarkan mata mereka saat melihat 12 raksasa hitam melesat terbang dari arah laut, nampaknya ini adalah tim khusus dari Indonesia yang dikirim untuk membunuh sang kepala ular, Raja Iblis Nosgorath.
Batalyon Armor Taktis Indonesia 1st, Rakshasa.
TBC.
Njir update singkat.
NCAF-X1 :
Lunar Carrier Module (LCM) :
Mecha yang ada di Batalyon Armor Taktis Indonesia pertama, Rakshasa.
F-22M Raptor :
Type-00 Takemikazuchi :
SU-47M Berkut :
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top