Chapter 2
Esthirant, Parpaldia.
Gedung kementerian luar Negeri daerah Peradaban 3.
Beberapa staf nampak berlarian kesana kemari dengan panik membawa beberapa dokumen, mereka mendapatkan kabar bahwasanya ada tamu yang dibawa Commodore Whitehall, dan menurut laporan, mereka nampaknya Sangat kuat dan mereka mengklaim bahwa pesawat mereka lah yang melewat beberapa hari lalu.
Direktur Kaios nampak menyiapkan teh herbal dengan tenang, berbanding terbalik dalam pikirannya yang mengatur strategi agar diplomasi dengan Negara.... Indonesia ini berhasil tanpa cacat sama sekali! Dia mengingat tadi siang saat Pasukan Lord Wyvern perompak mengebom Esthirant yang sedang melemah akibat armada utama mereka sedang menyerang salah satu teritori milik Perompak juga, bisa dibilang mereka kalah main strategi disini.
Kaios menggerutu, Mirishial tidak dapat menolong mereka karena badut-badut Elf tersebut lebih fokus menanggapi ancaman dari Barat, Kekaisaran kedelapan yang baru saja menumbangkan Leifor dan Paganda, benar-benar suatu lelucon. Tapi mereka tidak bisa terlalu berharap pada orang-orang Mirishial apalagi Mu, mereka tidak dapat diharapkan di situasi genting seperti ini.
Kaios mengintip dari jendela dan melihat lusinan kapal perang terbuat dari baja yang dengan tenang berbaris di depan pelabuhan Esthirant, nampaknya ukuran mereka terlalu besar untuk masuk. Memikirkan hal itu Kaios tertawa kecil, itulah terkadang menyebalkan nya punya kapal besar.
Dia terus menunggu dan tidak berselang lama, pintu terbuka dan terdapat Commodore Whitehall beserta tiga orang lain yang nampaknya, mereka adalah perwakilan dari Negara Indonesia.
Kaios langsung berdiri dan menyambut mereka dengan tangan terbuka.
"Selamat datang tuan-tuan, pastinya kalian lelah akan perjalanan yang panjang bukan? Mari duduk dan minumlah jamuan sederhana kami ini." Budi dan Tono duduk di sofa yang bersebrangan dengan sofa tempat Kaios dan Whitehall duduk, sedangkan James hanya berdiri dibelakang Tono dan Budi. Mereka terkunci dalam lomba tatap mata yang tidak resmi. Sebelum akhirnya Kaios tertawa renyah.
"Haha, tatapan yang menakjubkan Tuan...?"
"Tono, saya adalah Diplomat dari Republik Indonesia, disamping saya adalah Laksamana Muda Budi dan yang berdiri adalah Kapten James, dia adalah pemimpin pasukan pengawal kami." Ujar Tono sembari memperkenalkan rekannya yang lain.
"Baiklah, bagaimana jika kita singkirkan basa-basi dan segera memasuki poin utama dalam pertemuan ini." Ujar Kaios dengan serius. Tono mengangguk tegas.
"Kalian mengaku berasal dari Dunia lain, bukan?" Tono mengangguk.
"Apa bukti kalian? Nampaknya Whitehall percaya dengan kalian." Berbeda dengan Whitehall, nampaknya Kaios cukup skeptis akan klaim mereka.
Toni dan Budi memandang satu sama lain dengan tatapan ragu sebelum akhirnya mengangguk.
"Baiklah Pak Kaios, James tunjukkan rekamannya." James mengangguk dan menjulurkan tangannya yang muncul Cahaya dan menunjukkan Layar Hologram, hal itu mengejutkan Kaios serta Whitehall, walau Whitehall sempat melihat nya di KRI Medan.
Rekaman dengan nama "Kyoto Lautan api" Pun dimulai. Dari ratusan orang dengan pakaian yang sangatlah dunia lain, ratusan pasukan dengan dikawal golem baja raksasa berjalan ke medan perang. Ribuan mahluk aneh nan menjijikkan nampak di layar hologram tersebut yang mulai membantai banyak warga sipil yang tertinggal, nampak tentara "Indonesia" Yang berjuang mati-matian mempertahankan kota tersebut, sebelum akhirnya meriam kapal perang dari Danau di dekat kota tersebut meledakkan banyak mahluk tersebut bersamaan dengan tentara "Indonesia" Yang ikut dihantam peluru meriam kaliber berat. Lalu video berpindah prespektif dari beberapa kilometer jauh dari kota tersebut, sebelum akhirnya Kota tersebut dilahap api yang sangat besar, tidak hanya sekali, namun berkali-kali. James mematikan rekaman tersebut dan menghilangkan layar hologram yang dia tunjukkan.
Whitehall dan Kaios bergetar ketakutan akan horor yang dilawan Negara Indonesia ini, ratusan mati, kota sampai hancur dan korban jiwa yang pasti sangatlah tinggi.
Kaios pun bertanya sambil bergetar.
"B-Berapa?"
"Lebih dari 25.000 jiwa hilang pada malam itu, kami dapat mengambil kembali Kyoto, namun Kota itu hanyalah Bayangan dari kejayaannya." Ujar James dengan netral.
"Ini... Terlalu..."
"Maaf jika kami menunjukkan Rekaman tersebut, kami hanya ingin kalian dapat percaya dengan kami." Ujar Tono mencoba mengambil kendali dan melirik James dengan tatapan "kita bicarakan nanti" Yang mana James hanya menghela nafas.
"Jadi itu kurang lebih salah satu sejarah kami, pak Kaios. Kami benar-benar dari dunia lain, kami tidak memiliki hubungan apa-apa dengan negara di dunia... Baru ini. Kami ingin membuka lembaran baru yang segar." Ujar Tono yang diikuti anggukan Budi serta James.
"Begitu... Baiklah, akan saya beritahukan perihal ini kepada Kaisar Ludius serta menteri lain, sementara waktu, bagaimana kalau kalian menginap disini?" Tono dan Budi nampak ragu, tapi mereka dengan sopan menerima hal tersebut dan Whitehall mengawal kelompok diplomat Indonesia ke Hotel terbaik Parpaldia.
Direktur Kaios yang masih terguncang melihat rekaman tadi tidak sempat kagum dan dengan tangan yang bergetar meminum teh herbal yang diseduh. Jika itu hanya salah satu pertempuran mereka, bagaimana pertempuran yang lain? Bagaimana bisa Negara Indonesia ini bisa bertahan hidup melawan monster yang dia lihat direkaman tadi? Mereka pasti Superpower di dunia lama mereka... Dia yakin akan hal itu!
Dia kemudian bergegas merapikan diri dan segera pergi ke Istana Kaisar Ludius.
Istana Kekaisaran.
Kaisar Ludius, salah satu Kaisar termuda di Kekaisaran Parpaldia terlihat lebih tua dari yang seharusnya, dia kurus dan nampak pucat. Sudah sekian tahun dia mengambil alih kekuasaan, dan nampaknya Kekaisaran Parpaldia nampak melemah dan banyak Perompak yang bersatu menjadi suatu Negara Perompak dan menyerang berbagai wilayah Parpaldia. Kapal-kapal mereka memang kuat, tapi mereka tersebar ke berbagai wilayah hingga menjadikan Mainland Parpaldia terekspos dan mulai diserang habis-habisan oleh pasukan Perompak. Ditambah lagi dengan beberapa Perwira terpercaya nya berkhianat, untung saja Arde masih bersama dirinya. Terlebih lagi mereka kini mendapatkan Lord Wyvern yang entah darimana datangnya, benar-benar merepotkan.
"-dan Gugus Pencarian yang dipimpin oleh Commodore Whitehall berhasil menemukan sumber benda misterius yang terbang dengan kecepatan tinggi beberapa hari lalu!" Hal ini langsung menarik perhatian Ludius.
"Jelaskan."
"Siap yang mulia! Commodore Whitehall menemukan Armada kapal yang terbuat dari baja berlayar menuju Esthirant dengan mengibarkan bendera merah putih yang tidak dikenali, mereka mengidentifikasikan diri sebagai Republik Indonesia." Hal ini membuat kericuhan dan Ludius semakin tertarik.
"Apa tujuan mereka kemari?"
"Yang Mulia, menurut kesaksian, Mereka ingin membuka hubungan diplomatik dengan kita." Ujar salah satu senator Parpaldia sambil memegang kertas.
"Dimana Kaios?" Tanya Ludius.
"Dia-"
"Aku tiba yang mulia!" Secara tiba-tiba Kaios datang dengan wajah penuh keringat.
"Kaios! Inikah sikapmu dihadapkan sang Kaisar?!" Teriak Remille dari sisi Kaisar. Ludius mengangkat tangan, menandakan hal itu tidak apa-apa.
"Ahh orang yang aku cari. Kaios, beri aku laporan mengenai.... Negara Indonesia ini." Ujar Ludius.
"Yang Mulia Ludius... Mereka adalah Superpower dari dunia lain! Mereka memiliki Golem raksasa yang setinggi bangunan di Esthirant, pasukan mereka mengenakan Zirah yang kokoh, burung-burung besi mereka dapat menembus kecepatan suara yang seperti kita ketahui! Mereka memiliki kapal yang dapat membumihanguskan satu kota dalam hitungan menit dan senjata yang dapat menghapus segala bentuk kehidupan! Yang mulia... Demi kebaikan Kekaisaran kita... Kita harus membentuk Pakta Aliansi dengan mereka!" Seru Kaios yang keluar dari karakter normalnya yang selalu kalem.
Rasa Penasaran Ludius pun semakin menjadi-jadi. Negara yang mengendalikan Golem besi yang setinggi bangunan di Esthirant? Kapal perang raksasa yang bisa membumihanguskan satu kota atau benteng? Ludius bisa membayangkan bagaimana kuatnya Negeri asing ini dan secara Alaminya, dia ingin tahu lebih.
"Bagaimana dengan Sihir mereka?" Tanya seorang Grand Wizard yang bekerja untuk Divisi Penyihir Parpaldia.
"Untuk saat ini tidak diketahui, namun, nampaknya mereka dapat memanipulasi sihir, menurut saksi dari seorang Magos yang ada di Kapal Commodore Whitehall." Ludius tersenyum lebar. Negara superpower dengan kekuatan yang maha dahsyat dan memiliki kemungkinan menggunakan sihir juga? Ludius sudah bisa membuat banyak strategi untuk membuat Indonesia berbagi teknologi dengan mereka.
Ludius pun berdiri dari singgasananya dibantu Remille.
"Panggil Diplomat mereka kemari! Aku ingin berbicara dengan mereka." Kaios mengangguk dan segera mungkin memanggil para Diplomat Indonesia.
..
....
Toni dan Budi yang enak-enak sedang duduk sambil makan langsung kaget saat langsung mendapatkan respon dari sang Kaisar, mereka tidak menyangka Parpaldia akan.... Seputus asa ini. Kaios datang dengan Whitehall dan kembali mengawal mereka ke Istana Ludius. Dengan Diplomat Indonesia mengendarai Humvee dengan lambang Marinir serta Whitehall dengan Kaios mengendarai Kereta kuda.
Saat tiba, Diplomat Indonesia dibuat tidak berkata apa-apa saat melihat Honor Guard dari Istana Kaisar Ludius menyambut mereka layaknya raja.
"Yah... Mereka seperti para Londo yang menyambut bangsawan mereka." Komen Budi sambil tersenyum pahit.
"Yah, mengingat hal itu aku jadi rindu mereka. Sayang saja London sudah tidak eksis lagi." Ujar Toni dengan tatapan yang menggelap.
James dan keenam Kopassus lainnya hanya diam dan mengikuti dua perwakilan dari Indonesia. Beberapa saat kemudian mereka sampai di Aula Pertemuan yang mana, para Senator, Menteri serta Staf Militer Parpaldia sudah berkumpul.
Tono dan Budi melihat Kaisar Ludius yang duduk langsung secara spontan berlutut, itu etika jikalau bertemu dengan bangsawan, mereka berdua sudah cukup terlatih untuk skenario macam ini, toh harga diri mereka tidak terlalu tercoreng.
Ludius memberikan isyarat kepada mereka untuk berdiri.
"Diplomat dari Indonesia, selamat datang di Esthirant. Maaf jika pengalaman kalian disini cukup.... Tidak berkesan." Ujar Ludius sambil memberi isyarat kearah luar yang mana asap hitam masih mengepul di beberapa titik.
Tono dan Budi hanya mengangguk paham, tidak mudah untuk menyambut tamu Negara lain saat dalam masa peperangan.
"Tidak apa-apa, yang Mulia Kaisar Ludius. Kami sudah terbiasa akan hal ini." Ujar Toni sambil menundukkan kepalanya.
"Sepertinya aku tidak perlu basa-basi lagi, bukan? Apa yang kalian inginkan dari kami?" Tatapan mata Ludius pun menajam.
Tono pun angkat bicara.
"Yang mulia Kaisar, kami ingin membuka hubungan Diplomatik dengan Kekaisaran anda, anda sudah mendengar cerita kami yang mungkin anda sendiri tidak percaya, tapi semua itu fakta. Kami berasal dari Planet lain yang bernama Bumi. Kami secara mendadak di transfer kemari saat merayakan HUT negeri kami yang ke seratus sepuluh tahun. Kami punya banyak bukti di Negara kami, jika ingin, anda bisa mengirim perwakilan kesana-"Ludius mengangkat tangan yang membuat si Tono terdiam.
"Cukup. Tidak perlu ada perwakilan, aku sendiri yang akan kesana." Ujar Ludius dengan lantang, mengejutkan semua orang kecuali Remille yang hanya menghela nafas.
"A-Anda yakin yang Mulia?!" Tanya Arde gagap.
"Aku yakin, Arde. Karena aku akan membawamu beserta Royal Guard dan Whitehall bersama ku. Begitu pula dengan Remille, bagaimana, Diplomat Indonesia, apakah boleh?" Tono menggaruk belakang kepalanya, dia tidak memikirkan hal ini akan terjadi.
"Bisa sih, Yang Mulia, tapi biarkan kami menghubungi Pusat." Ludius mengangguk dan segera Tono dan Budi berdiskusi dengan Atasan mereka.
Setelah beberapa saat, Tono pun menghadap kearah Ludius dengan full senyum diwajahnya.
"Yang mulia, Pemimpin kami akan dengan senang menyambut anda di Negeri kami. Kita bisa berangkat sesegera mungkin dengan...." Semua orang dengar suara gemuruh yang sangat keras dan Langit Esthirant mulai menggelap.
Tono tersenyum lebar, Budi geleng-geleng melihat kelakuan Atasan mereka yang suka.... Flexing sedangkan James dan anak buahnya yang diluar ruang rapat hanya tertawa kecil melihat ekspresi penjaga Istana yang sangat lucu menurut mereka.
Kaisar Ludius jatuh ke lututnya saat melihat.... Benteng bahan yang terapung di langit dihadapannya, Benda tersebut sangatlah besar yang mana bayangannya menutupi seperempat kota Esthirant. Tapi melihat ukurannya saja, Ludius tahu, Indonesia harus dia jadikan sahabat, bukan lawan.
TBC
Kapal Aerospace yang muncul di akhir chapter :
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top