Chapter 19
Beberapa F-35 diikuti dengan Rafale-M terbang dengan kecepatan penuh ke Topa. Beberapa misil jelajah dari kapal pengawal Yos Sudarso terus menerus beterbangan melewati mereka.
"Kapten! Ini mirip dengan Hamburg, bukan?!" Seru salah satu pilot Rafale-M.
"Benar katamu! Aku jadi rindu Steak mereka sekarang." Komen sang Kapten.
"Sayang sekali kita bukan di sana lagi." Ujar salah satu pilot F-35.
"Hahaha benar... Baiklah anak-anak, kita memasuki Area Operasi, aku ingin semuanya terkendali, mengerti?!"
"Roger!" 9 unit F-35 langsung melesat maju duluan, meninggalkan skuadron Rafale-M yang masih menggunakan kecepatan rendah.
Beberapa menit kelima Rafale-M terbang hingga akhirnya mereka memasuki Area Operasi dekat dengan tembok yang disebut 'Pintu Dunia'. Sang Kapten menganalisa keadaan dibawah dan melihat beberapa Troll raksasa yang terlalu dekat dengan parit pertahanan prajurit Topa.
"Aku menandai target kita, mengirimnya melalui Data link." Ucap sang Kapten.
Lalu dua dari kelima Rafale-M langsung melesat kebawah, dengan Assault Cannon buatan Amerika, AMWS-21, dan membuka tembakan peluru 36mm yang segera menembus kulit batu milik Troll yang membuat satu Troll tumbang, kedua Rafale-M tersebut naik kembali setelah penggempuran itu. Beberapa Troll mencoba menangkap kedua Rafale-M tersebut, namun digagalkan oleh tank Pz. IV Ausf G milik Angkatan Darat Topa dan juga misil Udara ke Darat dari F-35.
Lalu sang Kapten mengambil pedang Falcate yang ada di punggung Mecha nya.
"Semua unit, maju!"
Sang Kapten dengan bar-bar nya melesat maju dan menebas secara horizontal, yang mengambil banyak sekali nyawa Goblin dan Orc. Dua Assault Cannon yang dikendalikan oleh Extra Arm langsung menembak ke beberapa Troll yang mencoba mendekat. Sudah tiga Troll yang sang Kapten jatuhkan hanya dengan Assault Cannon. Sang Kapten lalu kembali melesat ke formasi pasukan Iblis, dia menebas secara ganas yang membuat darah muncrat kemana-mana. Para Goblin yang jauh lebih kecil dari Rafale-M, langsung berlarian ketakutan.
Kapten dari Skuadron Rafale-M menghela nafas panjang dan melihat dari kejauhan, ada pasukan Iblis yang jauh lebih besar, dengan sosok Naga daratan raksasa yang nampaknya ditunggangi oleh sosok yang digadang-gadang sebagai Raja Iblis Nosgorath.
"Kapten... Itu si Ace Spade." Ujar anak buahnya.
"Akhirnya dia keluar juga, panggil serangan udara untuk menggempur bajingan itu dan minta beberapa unit mecha lagi untuk menjadi support kita, lebih baik jika mereka menggunakan Mk.57 Support Cannon." ujar sang Kapten.
"Siap pak!"
Front Riem, Benua Philades.
16 Juli, 1639.
Pasukan Parpaldia dengan pasukan Koalisi berhasil mengitari ladang terbuka Riem yang menjadi ajang adu Artileri dan roket.
15.000 Infanteri terpecah menjadi pasukan ringan yang cepat dan mengambil alih banyak kota dan pedesaan Kerajaan Riem, yang hanya menyisakan tiga Kota besar di Riem. Pasukan Mao juga sudah mulai terlihat di medan peperangan.
Negara mekanis Mu, mengirim pasukan Ekspedisi ke Benua Philades untuk membantu menyelesaikan perang secara cepat setelah diminta oleh Presiden Indonesia, Wijaya, secara personal. La Kasami menjadi kapal bendera Armada Mu yang dikirim.
17 Juli, 1639.
Yonkav 1 atau lebih dikenal dengan Badak Ceta Cakti dari Divisi Infanteri pertama, tiba di Benua Philades dan ikut menggempur kota besar milik Riem bernama Hilduñ.
500 prajurit Kostrad Indonesia, 13.000 Infanteri Koalisi dan Parpaldia, 250 Tank gabungan dari Yonkav 1 dan juga Parpaldia, menyerang kota Hilduñ yang berubah menjadi benteng dengan banyak sekali parit pertahanan.
Mereka sampai harus menggunakan 5 unit B1-RI yang menjatuhkan MOP ke posisi bunker senapan mesin milik Riem yang sangat sulit untuk dijatuhkan oleh pasukan Gabungan. Kota Hilduñ kemudian jatuh dalam beberapa jam setelah semua Bunker utama Riem jatuh, dengan korban jiwa untuk warga sipil lebih dari 10.000 orang, dikarenakan Riem menggunakan taktik perisai manusia. Seluruh serdadu Riem dibantai, 15.000 serdadu hebat dan berpengalaman, tewas melawan 13.500 Infanteri dari pasukan Gabungan.
Pasukan Iblis yang dipimpin Nosgorath mundur setelah dikalahkan oleh pasukan Indonesia dan Topa, mereka masuk semakin dalam ke Benua Grameus, pasukan Indonesia tidak mengejar karena mereka tidak tahu ada apa di dalam Benua Grameus. Bisa saja cacing besar Alaska sialan itu yang pernah meneror Bumi ada di planet ini.
Indonesia menggunakan senjata gas kimia di beberapa desa dan kota Mao, menyebabkan kematian lebih dari 20.000 orang pribumi dengan mayoritas dari korban jiwa itu adalah warga sipil. Ingat saat Indonesia bilang mereka tidak akan main-main lagi? Mereka tidak membual.
Beberapa B-52 dan TU-95 milik Angkatan Udara langsung mengudara dari Markas Udara dari Lanud di Kalimantan, dikarenakan pembangunan markas udara di Kerajaan Awan sampai sekarang masih belum siap... Iya sih, baru dibangun minggu lalu soalnya, hehehe.
Bomber tersebut membawa masing-masing Bom klaster yang dapat membuat kerusakan yang sangat masif, dan itu benar-benar terjadi. Ibukota Mao, Compenwehrn, terbakar dalam lautan api dengan ribuan warga sipil menjadi sasaran serangan Angkatan Udara.
Pengeboman yang dilakukan oleh Indonesia mendapat reaksi yang beragam dari negara-negara di RPTO, banyak yang menyetujui dan mendukung hal tersebut, tapi tentu ada juga yang menganggap hal itu terlalu berlebihan dan Indonesia hanya ingin menambah korban jiwa dalam peperangan konyol ini.
Pada tanggal 20 Juli 1639, Marinir Indonesia berhasil mengamankan berbagai wilayah di Kerajaan Mao yang masih terlihat seperti zaman abad pertengahan, tapi entah kenapa mereka memiliki senjata yang secanggih Perang Dunia pertama. Pasukan gabungan dari negara-negara Aliansi RPTO yang bernama Umbra Interfectorem, pasukan Elit yang memiliki tugas untuk memberantas terorisme dan aksi partisan serta anarkis di berbagai negara-negara wilayah Aliansi, dan mereka mendapatkan panggung perdana mereka di Mao.
Dalam dua hari mereka di terjunkan ke Mao, sudah ada 15 gudang persembunyian Partisan Mao berhasil ditemukan dan disita, dengan banyak sekali kotak senjata yang kalau menurut para Ahli, berasal dari Kekaisaran Suci Mirishial. Indonesia sudah dari awal mengetahui hal ini dan memutuskan untuk memberikan hukuman kecil untuk Mirishial yang nakal.
Suatu pagi di Runepolis, Tiba-tiba ada satu benda besi raksasa jatuh dari langit yang menghantam tepat didepan Istana sang Kaisar, membuat kepanikan bagi semua orang. Saat isi kontainer besi itu dibuka, terdapat banyak sampah dedaunan dan plastik di dalam sana... Hanya ada satu negara di dunia ini yang menggunakan Plastik disetiap produk mereka....
Kaisar Mirishial sangatlah geram akan kesombongan Indonesia ini dan ingin sekali menghajar mereka, tapi dia lagi-lagi harus ingat... Indonesia bukanlah prioritas utama, melainkan Gra Valkas. Mirishial cukup mengirim senjata dan penasihat militer ke Mao dan Riem dan memfokuskan diri mereka pada ancaman Gra Valkas.
Dia juga ingat dengan perbincangan dirinya dengan diplomat dari Kekaisaran Annonrial yang mengirim beberapa senjata mereka untuk membantu perang di Philades yang semakin berat sebelah.
Dia ingat sudah mengirim diplomat ke Indonesia untuk mengundang mereka ke dalam pertemuan akbar negara-negara berpengaruh di Dunia ini. Dan seharusnya diplomat itu sudah sampai di sana saat ini.
Jakarta, Indonesia.
21 Juli, 1639.
Rydorka, Phiam dan beberapa perwakilan Mirishial melihat pemandangan di Jakarta dengan rahang yang hampir menyentuh tanah, tempat ini benar-benar mengagumkan! Gedung-gedung yang mencakar langit, jalanan yang bersih dan juga kendaraan mobil dimana-mana.
"I-Ini kah Indonesia... Rival baru Negara kita..." Gumam Phiam yang kepalanya mulai pusing.
Mereka saat ini sedang dibawa menggunakan Limosin yang dikawal beberapa APC Anoa dengan tulisan Polisi berwarna kuning disamping kendaraan tersebut.
"Kendaraan berlapis baja! Mereka juga bahkan sudah menemukan konsep persenjataan seperti itu... Sedangkan kita sendiri baru saja memulai produksi massal." Gumam Rydorka melihat desain Anoa milik Polisi dengan kagum.
"Sial... Mereka bukan lagi negara bar-bar... Mereka benar-benar superpower sesuai klaim banyak negara." Gumam Phiam tak karuan.
Mereka juga dapat melihat beberapa warga Indonesia yang memakai masker gas dan menenteng senapan api, tapi pakaian mereka adalah pakaian warga sipil. Phiam lalu melihat ke perwakilan dari menteri luar negeri Indonesia, Leman.
"Tuan Leman, kenapa warga kalian membawa senjata?" Tanya Phiam keheranan akan negara satu ini.
"Ohhh itu, hanya Milisi dari Divisi Bandung yang sedang pindah tugas kemari, mereka bisa dibilang adalah garis pertahanan terakhir kami jikalau diserang." Ujar Leman dengan santai.
"Bahkan milisi saja mendapatkan senjata seperti itu..."
Setelah perjalanan yang cukup melelahkan, mereka sampai di Gedung Menteri luar Negeri, dengan beberapa unit F-4M Phantom lama milik TNI Angkatan udara yang berjaga dibeberapa titik yang sudah ditentukan. Phiam bahkan yakin dia melihat beberapa benda silinder yang adalah misil anti-udara di hutan taman Gedung kementerian Luar negeri.
Para delegasi Mirishial keluar dan dikawal masuk oleh anggota kepolisian dan security yang bekerja sebagai keamanan Gedung kementerian luar negeri. Para delegasi Mirishial melihat beberapa ruangan dengan nama-nama negara sekutu RPTO dan beberapa ras lain yang bekerja di Gedung kementerian luar negeri ini, seperti Elf, Peri, dan bahkan seorang Orc dengan pakaian Jas kantoran.
Nampak ini adalah salah satu pesan yang ingin Indonesia tunjukkan kepada dunia... Pesan bahwa semua orang dapat bekerja sama jika saja mereka saling mengerti satu sama lain. Delegasi Mirishial akhirnya sampai diruang pertemuan yang disiapkan khusus untuk mereka, saat masuk mereka tercengang saat melihat layar berwarna biru yang nampaknya tembus pandang mengambang di ujung ruangan rapat.
Di dalam sudah ada Menteri luar Negeri Indonesia, Salwa, seorang wanita berusia cukup muda, 37 tahunan. Salwa menatap para Delegasi Mirishial dengan tatapan analitis sebelum akhirnya memberikan isyarat kalau mereka boleh duduk. Mereka segera duduk dan Leman duduk disamping Salwa.
Mereka terjebak dalam keheningan yang sangat menyakitkan, dengan para Delegasi Mirishial merasa ditelanjangi oleh Salwa yang dengan kalemnya mengetik sesuatu di Armphone nya.
"Selamat datang ke Indonesia, delegasi terhormat yang berada di Wilayah Peradaban Pertama, kami merasa tersanjung dapat menerima kalian di Negeri kami yang sederhana ini." Ujar Salwa membuka pembicaraan, Phiam tahu kalau wanita dihadapannya baru saja melakukan sarkasme, jadi dia tidak terlalu bereaksi..
"Terimakasih... Nona...?"
"Salwa, aku adalah Menteri Luar Negeri Indonesia sekarang." Ujar Salwa.
"Nona Salwa, kami juga berterimakasih sudah menyambut kami dengan 'hangat' seperti ini, rumor yang mengatakan kalau negara anda sangat beradab dan ramah itu benar, ya." Ujar Phiam berusaha mengontrol kesombongannya, masa depan Kekaisaran terpaku pada momen ini!
"Hahaha, pak Phiam bisa saja.. Jadi, ada urusan apa anda sampai jauh-jauh kemari? Tidak normal sepertinya negara 'sehebat' anda sampai datang kemari dari sebrang Samudera, hmm?" Kata Salwa yang terus ikut bermain permainan diplomasi ini.
"Kaisar Mirishial telah mengakui kekuatan kalian sebagai negara Superpower baru, jadi, kami ingin mengundang kalian ke Konferensi Sebelas Negara Pemimpin yang akan diadakan Januari mendatang... Anggaplah ini suatu kehormatan kalian dapat diundang ke Konferensi ini untuk menggantikan Leifor yang jatuh akibat Gra Valkas." Salwa menganggukkan kepalanya dengan paham, diplomasi kapal perang lagi nampaknya.
"Begitu, apalah Gra Valkas akan tetap ikut atau bagaimana?"
"Ya, mereka akan menggantikan Pandora." Ujar Phiam.
"Baiklah Pak Phiam, saya mengerti, pak Presiden baru saja menghubungi saya setelah saya memberitahu Undangan dari kalian.. Beliau menerima undangan tersebut, kami akan menghadiri Konferensi tersebut." Ujar Salwa dengan tegas.
"Fantastis, sekarang, bagaimana kalau kita membicarakan hal lain selain itu?"
"Oh? Apalagi itu, Tuan Phiam?" Salwa bertanya.
"Aku penasaran, apakah kalian mempunyai sihir?" Pertanyaan itu membuat Salwa terdiam sejenak sembari memandangi Leman melalui ekor matanya. Leman hanya mengangkat bahunya.
"Hmm... Pertanyaan menarik, tuan Phiam. Benar, kami punya Sihir, tapi hanya orang tertentu yang dapat menggunakannya, kami tidak memanggil mereka penyihir, melainkan Esper." Ujar Salwa memilih setiap kata dengan hati-hati, salah sedikit maka Rahasia Indonesia dapat terbongkar dan mereka harus 'menyingkirkan' Phiam dan delegasi Mirishial lainnya.
"Esper? Menarik... Untuk negara yang mengaku berbasis Sains dan pemikiran terbuka, tapi kalian tetap memilik Penyihir, aku penasaran bagaimana sekutu kalian bereaksi jika mengetahuinya." Ujar Phiam dengan senyum misterius.
"Oh? Mereka sudah tahu tentunya, lebih baik jujur daripada menyesal, bukan?" Phiam dan Salwa pun tertawa, tapi semua orang tahu, itu tawa palsu dari masing-masing perwakilan Negara.
"Hahaha! Kamu benar, Nona Salwa. Kami kemari hanya ingin memberi hadiah kecil dari sang Kaisar." Phiam pun mengeluarkan sebuah pedang Indah dengan ornamen emas dan beberapa berlian di sana sini.
"Astaga pak Phiam, kamu tidak perlu."
"Tidak apa-apa, Nona Salwa, ini perintah Kaisar untuk memberikan kalian hadiah dari kami, anggap saja sebagai awal yang baik sebagai 'teman'. " Ujar Phiam dengan senyuman.
"Kalau begitu, terimalah hadiah dari kami ini." Leman langsung berdiri dan mengambil sesuatu kotak dari pojokan ruangan dan membuka kotak tersebut... Dan di dalamnya ada terdapat sebuah Rencong, senjata tradisional dari Aceh.
"Pedang yang menarik, Nona Salwa. Setiap ukirannya seperti memberitahu kalau sang pengrajin mencurahkan semua perasaan nya dalam... Belati ini." Kali ini Phiam jujur, Rencong ini sangatlah indah sialan!
Salwa dan Leman tertawa gugup, bagaimana mereka harus memberitahu Phiam yang sedang mengagumi Rencong itu, kalau yang membuatnya adalah 3D Printer, bukan seorang pengrajin.
"Haha... Terimakasih, ah, ngomong-ngomong, ini kan pertemuan pertama kita bukan? Bagaimana kalau kita sedikit menonton sejarah dari negara kami?" Semua Delegasi Mirishial pun langsung tertarik, ini lah yang mereka tunggu-tunggu, untuk penentuan kalau Indonesia ini musuh atau kawan.
Tanpa mereka ketahui, Salwa tahu betul apa yang sedang mereka pikirkan saat ini, bahkan Salwa dapat tahu isi kepala Phiam yang sedang memikirkan strategi jitu yang membuat Mirishial semakin diuntungkan dan berpengaruh.
Terimakasih atas seorang ESP yang ada di ruangan sebelah beserta timnya, sang ESP membaca pikiran semua orang di ruangan rapat kecuali orang-orang Indonesia dan dengan cepat memberikan informasi tersebut ke Salwa, makanya Salwa memakai kacamata VIZ, dia membaca semua Informasi itu dengan sangat cepat yang bahkan dapat membuat sebuah superkomputer malu.
Layar biru mengambang yang tembus pandang yang sempat mereka lihat tadi perlahan memunculkan gambar, dengan ruangan pertemuan menggelap.
Mereka melihat sejarah Indonesia, dari mereka merdeka, yang membuat semua delegasi terkejut karena Indonesia pernah dijajah juga dahulu, mungkin itulah penyebab mereka meminta Parpaldia untuk melepas semua Koloni mereka?
Pertempuran demi pertempuran mereka tonton, dengan dua bendera muncul di layar. Yang satu merah putih, biru dan juga bintang. Sedangkan yang satunya adalah seperti bendera matahari terbit.
Lalu mereka melihat proklamasi Indonesia pada tahun 1935, tanggal 17 Agustus. Dan dari sana mereka menonton perjuangan Indonesia untuk bangkit dari sisa-sisa abu peperangan, dibantu oleh Jepang dan juga Amerika Serikat, sekutu dekat Indonesia dari dunia lama mereka.
Lalu perang dunia kedua terjadi, hal yang membuat para Delegasi Mirishial ngeri melihat betapa brutalnya peperangan ini, dari Pertempuran di Paris, Operasi Sea Lion, Auschwitz Nazi, Serangan Balasan Uni Soviet setelah membunuh Joseph Stalin, ledakan Nuklir di Berlin secara tiga kali yang membuat Delegasi Mirishial merinding akibat dari senjata super itu, mereka akhirnya tahu efek dari senjata semengerikan itu.
Lalu pada akhir tahun 1945, semua mulai berubah. Delegasi Mirishial melihat secara samar-samar sebuah benda terbang dengan kecepatan tinggi yang merontokkan banyak sekali pesawat baling-baling dengan warna biru gelap dan lambang bintang putih.
Lalu scene berpindah dari kamera dari pesawat Catalina yang mengobservasi kerusakan di Pelabuhan Yokosuka, Jepang.
"Saat serangan itu terjadi, kami menemui musuh yang selama 100 tahun ke depan menjadi musuh bebuyutan kami, Nodian." Ujar Salwa dengan nada muram.
Lalu para Delegasi Mirishial dibawa dengan rollercoaster emosi dalam menonton sejarah dari dunia lama Indonesia. Perang Bulan pertama yang mengakibatkan salah satu kekalahan paling memalukan yang pernah Umat Manusia alami (mereka terkejut saat melihat mereka berada di luar angkasa dan teori bumi itu bulat dan bukan datar terbukti benar), jatuhnya HIVE utama di Kashgar pada tahun 1955.
Video memperlihatkan beberapa komponen HIVE berjatuhan dari langit diikuti dengan ratusan tank T-55 milik Uni Soviet, M4 Sherman, M26 Pershing dan banyak lagi kendaraan lapis baja gabungan negara-negara dunia bersatu. Ratusan Artileri baik roket maupun tradisional menembakkan amunisi mereka kearah HIVE Kashgar. Namun semua serangan itu sia-sia, dan para Delegasi Mirishial hanya dapat melihat kalau semua serangan dari negara-negara di Dunia Lama Indonesia hanyalah hal yang sangat sia-sia, dengan Vide menunjukkan banyak sekali bangkai Tank, prajurit dan juga ribuan mayat monster aneh nan mengerikan.
Lalu Delegasi Mirishial diperlihatkan peta Dunia lama Indonesia dengan titik merah yang berarti wilayah yang sudah dikuasai Nod, perlahan semakin meluas dengan kotak kecil di pojok kanan menunjukkan pertarungan yang dapat direkam. Mayoritas serangan yang dilakukan adalah berbasis udara. Rydorka masih sempat menggambar sketsa MIG-17 milik Angkatan Udara Soviet dan F-86 Sabre milik AU Amerika Serikat.
Perlahan wilayah Nod semakin meluas dan sudah mencapai Eropa bagian barat dan video menunjukkan pertempuran Moskow yang sangat berdarah, para delegasi terkejut kalau mereka masih sempat merekam dalam situasi yang kacau ini. Lalu mereka melihat lagi-lagi kilatan terang, mereka tahu apa itu, Nuklir. Nampaknya mereka sudah mulai putus asa sampai mengebom kota yang nampaknya penting itu.
Lalu video menunjukkan kalau laju Nod dapat ditahan oleh pasukan Jerman di Garis pertahanan Oder-Neisse selama 10 tahun lebih! Waktu yang sangat luar biasa untuk sebuah tembok raksasa dapat menahan laju serangan mahluk ekstraterestrial.
Beberapa jam ke depan adalah neraka di alam kehidupan bagi para Delegasi Mirishial, ditambah sang ESP dari ruang sebelah sengaja membuat emosi mereka seperti ini.
Jin-Hark, Teritori luar negeri Indonesia.
Terdapat banyak sekali prajurit Indonesia yang mengarahkan senapan mereka kearah sosok besar yang sedang kebingungan, dengan sosok wanita berambut pirang sebahu mencoba menenangkan mahluk tersebut. Wanita itu adalah Alisa dan mahluk besar dihadapannya adakah 'anak' nya.
Beberapa Ilmuwan mencatat hal tersebut di tablet mereka masing-masing.
"Tenang anak kecil... Tenang... Mereka hanya penasaran... Mama disini." Bisik Alisa ke mahluk itu yang disambut erangan sang monster.
Mata Alisa secara tiba-tiba bersinar biru tua sebelum akhirnya kembali ke warna ungu normalnya.
TBC
Capek sya
Destroyer/Ruitare, mahluk yang ada di akhir chapter :
F-4M Phantom :
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top