Chapter 18

Juttdien, Kerajaan Mao.
12 April 1640

Satu Intruder dengan 30 marinir Indonesia memasuki kota dengan waspada, kota sudah sepi akibat nihil nya penduduk, kemungkinan mereka sudah dievakuasi terlebih dahulu oleh prajurit Mao, tapi itu hanya akan mempermudah pasukan Marinir Indonesia dalam melaksanakan misi ini..

Saat sang Intruder mengecek salah satu bangunan dengan alat scanner, muncul seorang anak kecil, tidak lebih dari 12 tahun, memegang sebuah tas. Anak tersebut terlihat takut tapi memasang wajah berani.

"Hey nak! Berhenti di sana!" Teriak Letnan pemimpin marinir di peleton itu.

Sang anak langsung berlari sekuat tenaganya kearah unit Intruder, dan langsung ditembaki oleh beberapa marinir yang cekatan, beberapa orang marinir Indonesia yang fresh dari akademi cukup syok melihat para senior baru saja membunuh anak kecil.

"Letnan! Apakah hal yang seperti itu benar-benar harus dilakukan?!" Tanya salah satu Kopral muda.

"Aku juga tidak ingin melakukannya nak, tapi ini perang, bocah itu seharusnya sudah tahu akan konsekuensi menyerang kita... Atau dia dipaksa melakukannya oleh orang-orang Mao." Ujar sang Letnan.

"Letnan! Aku mendeteksi seseorang dari gedung arah jam 2!" Seru pilot dari unit Intruder.

"Kau tahu tugasmu, nak."

Modul meriam dari bahunya memuntahkan peluru 120mm yang langsung meledak saat menghantam gedung yang dimaksud. Dan untuk pemastian, sang pilot menembakkan chaingun nya kearah gedung tersebut beberapa kali.

"Aman pak."

Pasukan Marinir Indonesia lanjut berjalan dan mereka menemukan lebih banyak anak-anak yang mencoba melakukan bom bunuh diri dan juga wanita-wanita. Terdapat 5 orang marinir Indonesia yang harus gugur akibat serangan tidak manusiawi dari Mao ini, dan Indonesia akan menunjukkan arti tidak manusiawi pada mereka dalam waktu dekat.

Pelopor hal ini tentunya adalah agen intelijen Mirishial yang ditugaskan untuk mencari bukti betapa kejam dan bar-bar nya Indonesia, mereka juga lah yang memaksa para anak-anak dan wanita-wanita untuk melakukan bom bunuh diri tersebut. Bahkan intelijen Mirishial melakukannya pada Mao juga, dengan tujuan mengkambinghitamkan Indonesia, seolah-olah Indonesia lah yang memaksa anak-anak itu untuk melakukan bom bunuh diri.

Hal yang sangat gila, tapi masihlah normal di dunia bayangan orang-orang intelijen... Tapi nampaknya orang-orang Mirishial belum pernah bermain dengan Agen serta Operator BIN yang mendapat ilmu dari CIA dan Mossad.

Salah satu agen Mirishial nampak sedang memotret tumpukan mayat serta anggota badan warga sipil dan prajurit Mao yang dibunuh oleh marinir Indonesia, sang Agen menyeringai, mengingat dia sedang dalam penyamaran sebagai reporter peperangan... Tentu Indonesia tidak akan berani terhadapnya... Kan?

Saat memotret seorang bocah dengan separuh kepalanya menghilang, nampaknya dari kaliber 50., sang Agen yang menyamar di datangi oleh tiga marinir Indonesia.

"Permisi pak, disini dilarang pengambilan gambar... Tunggu, sejak kapan kita membiarkan reporter ke medan perang?" Sang Marinir yang awalnya mencoba ramah langsung waspada, bersama kedua rekannya.

Sang Agen Mirishial mendecih tidak suka, dan dengan berat hati dia mengeluarkan Revolver yang berisikan sihir petir yang langsung menyetrum ketiga Marinir Indonesia, tentu suara revolver magis itu sangatlah keras hingga menarik perhatian marinir yang lain.

Sang Agen Mirishial langsung berlari layaknya pelacur ketahuan kumpul kebo, dia melihat kameranya yang masih baik-baik saja dan tersenyum lebar, dengan ini Mirishial akan tetap menjadi negara nomor 1-

-namun sang Agen harus jatuh tidak berdaya dengan kepalanya yang terlepas dari badannya. Dari atas gedung berlantai 2, sniper Kopaska sedang memantau situasi mengingat mereka baru tiba, dan melihat seseorang berlari, apalagi pria itu tidak memakai pakaian khas TNI jadi dia tembak saja..

Walau begitu, agen Mirishial di tempat lain di Juttdien berhasil mengantarkan foto tersebut ke Mirishial dan bersiap mempublikasikan nya.

Front Riem.
13 Juli 1640.
0630.

Di sepanjang parit pertahanan, terlihat ribuan prajurit RPTO yang sedang nangkring bersama, menunggu perintah untuk keluar dari tempat ini dan menyerbu parit pertahanan musuh.

"Hey semuanya! Ada berita baru!" Salah satu prajurit berteriak sembari melambaikan koran.

"Berikan benda itu padaku." Salah satu perwira pasukan Gabungan mengambil koran itu dan mulai membaca dengan teliti, sedangkan para prajuritnya terlihat penasaran.

"Semuanya! Nampaknya anjing yang berada di Wilayah Peradaban pertama sangat iri dengan kita dan sekutu kita sampai membuat berita bodoh ini!" Sang Perwira menjelaskan apa yang terjadi di koran pada para prajuritnya, dan membuat mereka semua tertawa.

"Astaga, lucu sekali mereka itu. Mereka pura-pura bodoh atau bagaimana? Bukannya mereka sering melakukan itu terhadap negara yang 'tidak dapat diatur'?" Tanya salah seorang prajurit.

"Betul! Mereka benar-benar ular kepala dua, hanya karena teknologi sihir mereka lebih baik, mereka dapat dengan sombongnya memberi berita tidak bermutu seperti ini, terlebih pada sekutu hebat kita." Ucap salah satu prajurit.

Sentimen anti-Mirishial yang sudah muncul sejak dulu semakin populer dengan banyaknya barang-barang Mirishial yang diblokir untuk beredar di Wilayah Peradaban ketiga. Tentu ini menyakitkan beberapa ekonomi negara, contohnya Parpaldia yang sudah cukup terpuruk dalam segi ekonomi. Tapi mereka tetap kukuh dan Indonesia sangat membantu dalam membantu hal ini.

Banyak pedagang di Cartalpas yang mulai memperdagangkan barang-barang Indonesia, seperti Mie Instan yang secara cepat menjadi favorit bagi seluruh orang-orang kelas bawah dan menengah. Jam tangan Eiger diperjualbelikan secara bebas walau dengan kualitas yang sangat elit. Mobil sport seperti Esemka G9 juga memasuki pasar di Wilayah Peradaban pertama.

Tentu saja lagi-lagi hal ini membuat Kaisar Mirishial marah dan pusing, marah akan para pedagang yang malah semakin memperjualbelikan barang-barang Indonesia dan pusing karena Indonesia semakin saja mempengaruhi banyak negara penting bagi Mirishial. Walau kisah mereka di transfer itu sudah ada semenjak kurang lebih 8 bulan lalu, Indonesia terus saja menjadi sorotan dunia.

"Haah... Bagaimana ini." Ujar Kaisar Mirishial sembari memijat pelipisnya yang mau meledak.

Bukan hanya Indonesia, Gra Valkas juga membuat Mirishiak waspada dan juga pusing. Lagi-lagi muncul Negara berbasis sains yang muncul entah darimana dan entah apa alasannya mereka dikirim kemari.

Ditambah lagi, pertemuan akbar antara negara-negara superpower dan juga berpengaruh akan dilaksanakan dalam 6 bulan lagi, masih ada posisi yang kosong akibat Gra Valkas. Walaupun sang Kaisar sangat tidak ingin mengundang Indonesia, tapi hal tersebut hampir tidak mungkin, Indonesia telah membuktikan bahwa mereka itu Superpower yang tidak dapat dibiarkan begitu saja, sudah cukup Parpaldia yang dipengaruhi Indonesia, tidak boleh ada Negara Pribumi lainnya yang jatuh ke tangan Indonesia!

Namun sang Kaisar tersenyum lebar saat mengingat senjata super yang baru mereka kembangkan dan gunakan di... Medan percobaan baru mereka, Benua Philades.

Sayang saja senjata itu dihancurkan oleh Indonesia sebelum mengenai target, entah bagaimana caranya, tapi Indonesia berhasil mencegat senjata super Mirishial yang sangatlah canggih (menurut mereka).

"Nampaknya aku harus memperbanyak Bom dahsyat ini, khehe."

Dinding perbatasan, Kerajaan Topa.
15 Juli 1640.

Beberapa tank Pz. IV dengan lambang kerajaan Topa terlihat sedang berbaris di suatu dinding raksasa, dengan ribuan prajurit yang berada di dalam parit pertahanan yang di gali selama berhari-hari.

Gai, seorang Sersan di Militer Kerajaan Topa memantau situasi dengan teropong nya, disampingnya terdapat Moah, sahabat masa kecilnya.

"Bagaimana menurutmu, Moah, mengenai senjata baru kita?" Tanya Gai tanpa mengalihkan perhatiannya.

Moah melihat STG-44 pabrikan D'Cobra yang diberikan oleh Indonesia kepada Kerajaan Topa sebagai bentuk persahabatan, sekarang mayoritas prajurit Topa memiliki persenjataan khas Nazi Jerman dulu.

"Sangatlah menakjubkan, dapat menembak berkali-kali sebelum mengisi ulang kedengarannya seperti mimpi... Tapi kau kenapa gabung dengan militer, Gai? Aku kira kau lebih suka bebas." Ujar Moah kebingungan...

"Entahlah, aku pun juga bingung." Ucap Gai dengan jujur.

Mereka tersentak saat mendengar dentuman artileri dari belakang dinding, pasukan Iblis kembali menyerang. Kerajaan Topa memiliki kemewahan untuk meminta intel ke Indonesia, baik itu melalui Satelit maupun MIG-21R yang kembali ditugaskan setelah beberapa kali diutak-atik.

"Waktunya bekerja sobat." Gai memegang MG-3 miliknya dan membidik ke hamparan tanah lapang yang menjadi No Man's Land antara Kerajaan Topa dengan benua Grameus.

Ribuan Goblin mengendarai semacam babi hutan menyerbu dengan lusinan Troll membawa pentungan. Ribuan senapan api yang ada di dinding pertahanan Topa langsung membuka tembakan dan ribuan timah panas menembus semua Goblin beserta tunggangan mereka. Para Troll dapat menahan serangan senjata kecil, namun secara mengejutkan dan tiba-tiba, Pz. IV Ausf G milik Kerajaan Topa membuka tembakan yang langsung membuat kepala sang troll hilang begitu saja.

Peluru artileri mendarat di tengah-tengah pasukan Iblis yang membuat formasi mereka semakin porak-poranda, beberapa roket juga ikut menghantam beberapa posisi pasukan Iblis, nampaknya sistem persenjataan roket yang diberikan Indonesia secara cuma-cuma ke Topa digunakan dengan sangat baik oleh mereka...

"Tembak terus! Jangan sampai mereka menembus barisan!"

"Aku butuh pelontar api disini!"

"Jack! Isi peluru HE cepat!"

"Ahhhkkk!! Sakit!"

Beberapa prajurit malang yang berada di parit paling depan menderita serangan oleh pemanah Goblin, yang mana langsung ditembaki oleh pasukan sniper yang ada di atas dinding. Gai dapat melihat sekelompok Goblin yang terlahap api akibat prajurit Topa yang membawa Flammenwerfer.

Situasi benar-benar murni layaknya neraka, bagi para Iblis tentunya. Gai tidak lelahnya menembakkan ratusan peluru dari MG-3 nya untuk mendukung kawan seperjuangannya, dengan Moah yang terus menerus membantu mengisi ulang MG-3 yang digunakan Gai.

"Mati kalian sialan!" Moncong senapan mesin yang digunakan Gai sampai memerah sangking panasnya.

"Gai! Tukar senjatamu! Benda itu sudah terlalu panas!" Seru Moah yang mendaratkan tembakan akurat yang membunuh dua Goblin.

"Tch, baiklah." Gai melihat ke samping dan terdapat M2HB pabrikan D'Cobra lagi, seriusan, perusahaan ini nampaknya akan mengimbangi Pindad dalam pembuatan senjata.

Gai membidik menggunakan M2HB dan membuka tembakan kearah sekelompok Goblin yang nampaknya adalah kelas Shaman, tapi sihir gelap apapun tidak dapat menangkis kaliber .50!

Gai menyeringai lebar saat melihat akhirnya pasukan Iblis mundur dengan beberapa 'Jet' milik Indonesia lewat, diikuti beberapa P-51 Mustang dengan lambang Altaras dan Ksatria Wyvern milik Kerajaan Topa melakukan flyby, nampaknya pesta sebenarnya baru akan dimulai!

Lepas laut Topa.

KRI Yos Sudarso, KRI Banjarmasin dan kelima kapal penghancur pengawal mereka terlihat sedang melakukan patroli disekitar laut Topa, untuk meringankan beban angkatan laut mereka yang baru selesai adu mekanik dengan angkatan laut Mao.

Kapal induk super ini sedang melaksanakan tahun terakhir pelayarannya. Kapal yang sudah mengabdi di Indonesia selama lebih dari 75 tahunan ini pada akhirnya akan dipensiunkan dan dicoret dari Angkatan laut, kemungkinan akan dibongkar dan besinya akan dipakai untuk pembuatan kapal luar angkasa yang jauh lebih diminati Pemerintah Indonesia.

Kapten Mulyono menghirup udara segar dan melihat ke KRI Banjarmasin yang mengarahkan meriam-meriam raksasa mereka kearah Topa, bersiap memberikan tembakan dukungan jika diperlukan.

"Bagaimana menurut mu, perang ini?" Tanya Mulyono ke XO nya.

"Menurut saya, ini adalah perang yang cukup sia-sia dan buang-buang uang, lebih baik semua uang ini digunakan untuk membangun kembali ekonomi." Komen sang XO sembari menghisap rokok.

"Begitu... Jadi setelah ini kamu akan kemana?" Tanya Mulyono penasaran.

"Mungkin kembali berjuang untuk mendapatkan gelar Dokter atau aku bisa bekerja sebagai supir bis bersama dengan sepupu ku." Ujar sang XO sembari menghela nafas.

Mereka lanjut berbincang-bincang kembali dan membahas apa yang akan masing-masing lakukan setelah KRI yos Sudarso dipensiunkan, hingga salah satu operator radar mendatanginya.

"Pak! Pasukan Topa meminta serangan di koordinat ini!" Seru si Operator.

"Bilang ke Banjarmasin untuk bersenang-senang, dan persiapkan skuadron F-35 serta beberapa Rafale-M untuk jaga-jaga dan Dukungan udara jarak dekat." Perintah Mulyono dengan tegas.

Si Operator langsung lari masuk.

"Kembali kerja, pak?" Tanya si XO tersenyum tipis.

"Aye, mari kita beri Iblis ini Neraka!"

Meriam Railgun dari Banjarmasin menembakkan lusinan tungsten dalam hitungan detik, diikuti 65 misil dari kapal pengawal mereka dan 9 pesawat F-35 dan Rafale-M terbang menuju ke Topa.




TBC.

Njir Update.

KRI Yos Sudarso, kapal induk nuklir dari kelas Pahlawan :


Rafale-M, versi Mecha nya pesawat tempur Rafale milik Prancis, pabrikan Dass-Ault :

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top