03
"HAHAHAHAHAHA, RIN-CHAN PASTI AKAN MEMBUNUHMU BEGITU KAU SAMPAI DI RUMAH." [L/N] tertawa histeris sambil memukul-mukul meja di hadapannya kencang.
Tertawa diatas penderitaan orang lain?
"Kau benar-benar iblis."
[L/N] menjadi lebih histeris.
Perempatan imajiner berteger di kepalaku.
"Aku bingung [L/N], kenapa kau sangat senang membuatku di serang penggemar fanatikmu?" Tanyaku, gondok dengan tingkah lakunya juga para penggemarnya yang membuatku berulang kali hampir masuk rumah sakit.
Aku serius.
Ia berhenti sejenak dan menghapus air matanya yang keluar karena terlalu banyak tertawa.
"Tidak ada, aku hanya senang melihatmu menderita."
Aku hidup dikelilingi para iblis.
"Daripada itu," [L/N] duduk tegak dan tersenyum manis---dengan efek bling bling lagi tentunya---kembali menjadi sosok yang orang-orang sebut protagonis.
Prok! Prok!
Ia menepuk tangannya, memanggil para pelayan di rumahnya.
Tak berselang lama, tujuh orang maid datang. Membawa setumpuk majalah di masing-masing tangan mereka.
"Letakkan saja itu disana dan kalian boleh pergi sekarang." Perintah [L/N] yang tentu saja dengan segera dipatuhi para maidnya.
Aku hanya menatap datar tumpukan majalah-majalah didepanku.
"Jadi... apa ini?"
[L/N] menatapku heran, "Majalah terbaruku tentu saja. Memangnya apalagi? Omong-omong itu edisi musim panas."
Ia mendekatkan wajahnya kearahku sambil tersenyum nakal dan berbisik, "Di halaman 12 disana ada fotoku memakai biki---" "Ga peduli."
"Maksudku, aku tau apa ini tapi untuk apa kau menunjukkan aku ini!?!"
"Tidak ada, aku hanya ingin pamer."
"Oh."
•
Beberapa jam berlalu dan hening diantara kami.
Hanya terdengar suara ujung pensil yang bergesekkan dengan kertas dan suara dari saluran tv yang [L/N] tonton.
Aku dan [L/N] sama-sama bergelut di pikiran kami masing-masing tanpa memperdulikan satu sama lain.
Aku yang mencoba menyelesaikan salah satu tugas liburan musim panasku dan [L/N] yang asik menonton tv sambil mengunyah keripik kentang.
Aku yakin dia tak perlu khawatir lagi dengan semua tugas liburan musim panasnya mengingat ia di lahirkan dengan otak super jenius.
Iya, saking jeniusnya aku yakin dia sudah membakar semua tugas sekolah hingga ia tak perlu mengerjakannya.
"Sebentar," Aku berhenti menulis.
[L/N] menatapku, "Apa?"
"Kenapa aku ada disini?"
"Oh itu," [L/N] kembali mengalihkan perhatiannya ke tv.
"Aku mengajakmu kesini tadi hanya untuk ingin bilang bahwa aku baru saja menyewa pulau pribadi untuk kita berdua."
"Oh." Aku mengganguk lalu kembali menulis.
"Eh? Apa?"
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top