The Question

"Ceritakan saja apa yang ada di pikiran kalian. Aku akan menulisnya" kata gadis bernama violet itu.

"Hm, kami ingin membuat cerita dengan nama asli kami, um- (y/n) dan Benedict" jelas (y/n), "Kami memutuskan agar cerita diawali dengan 'aku' yang merasa kesal sewaktu liburan musim panas. Aku tidak bisa menikmatinya, karena otou-san terus menerus memberikan 'aku' beban. Lalu dari sana, benedict muncul dan membuatku menyadari bahwa beban hidup tidak boleh dibuat susah. Kita tidak boleh lari dan kabur dari masalah yang dihadapi. Akhirnya, benedict dan 'aku' menatap pemandangan indah pantai hingga matahari terbit sambil bercengkrama. Lalu-"

(y/n) menutup mulut tiba-tiba ia menyadari bahwa dirinya terlalu egois dengan menceritakan kisah itu sendirian. Ia menatap Benedict dan memberi isyarat untuk melanjutkan ceritanya.



"untuk endingnya, aku- maksudku 'kami', (y/n) dan Benedict, menyadari bahwa masing-masing dari kami-" Benedict berhenti dan menatap (y/n) gugup, "hm"

(y/n) mengerti apa yang hendak dikatakan Benedict. Dan meski ia pun agak canggung dengan hal tersebut, ia memberikan isyarat agar Benedict melanjutkan ucapannya.

Tidak apa, aku serahkan endingnya padamu,  isyarat (y/n).




"Kami menyadari bahwa kami memiliki banyak kesamaan dan- yah,? Kami jadian."

Muka Benedict dan (y/n) memerah. Mereka berdua sangat malu dan masing-masing menatap ke arah berlawanan.











Waktu itu pukul 01.56. Dan Violet telah membuatkan kisah untuk mereka berdua.

"Uwaaa!! Violet-chan!! Arigatou!!" (y/n) memeluk Violet dengan erat sambil berteriak kegirangan.

"Violet-chan, arigatou ne" ucap Benedict sambil bersiap-siap untuk pulang, mengingat ini sudah dini hari.

Violet pun juga pergi membereskan mesin ketik dan beranjak ke kamarnya di lantai atas. Ia ditemani oleh (y/n) karena kamar mereka bersebelahan.

"H-hey!" seru Benedict menghentikan langkah (y/n) dan violet-chan, "A-ano, (y/n)-chan, aku mau pulang, bukankah kau harus mengunci pintu?"

"Ah iya! Ne, violet-chan. Biar aku saja yanv menguncinya, kau kembali dulu ke kamar tidak apa!"

Violet mengangguk dan pergi.


***

"Kau benar-benar membuat ending yang gila, Tn Benedict Blue," kekeh (y/n).

"Y-ya! Tentu saja," Benedict bersyukur saat itu gelap, muka merahnya bisa tertutupi dengan sempurna.

"Sampai jumpa besok- um, salah, sampai jumpa nanti!" kata (y/n).

"Yeah, sampai jumpa."




Meski telah mengatakan hal tersebut, Benedict tidak segera pergi. Ia berdiri di ambang pintu sambil menelaah sekeliling. Sementara (y/n) dengan gugup menunggu Benedict untuk pergi.

"Ugghh!! Baka! N-ngapain diem disitu?! Nunggu sang surya terbit?!" seru (y/n) kesal.

"Eee?? N-nnggak kok!! Oke-oke ! Aku pergi, daahh!!!" Benedict bicara gagap dan segera keluar.













Tok.... tok....

Pintu kembali terketuk dan tampaklah sosok jangkung Benedict belum beranjak dari tempatnya.

"Er- Ano- (y/n)-san"

"HAAHH?! APAAN SIH?! UDAH MALEM(ralat:dini hari) PULANG SANA!!"

"GAUSAH NGEGAS KALI! IYA-IYAA AKU MAU PULANG AKU CUMA MAU MASTIKAN APA KAMU MAU-





Mau-





*/blusshh/*



Err-






Jadian sama aku?"




[ ]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top