1

Terlahir tidak normal, tiga kata itu yang orang-orang pakai untuk mendefinisikan dirinya. Semua tentangnya terlihat salah. Namanya bahkan bukan lagi miliknya semenjak julukan 'anak aneh' menggeser kedudukan namanya dari ingatan semua orang. Gelar itu tentu tidak ia dapat begitu saja.

Mulanya Dhea merasa heran mengapa orang-orang mengatainya untuk berhenti berbicara sendirian. Teman dekatnya bahkan mulai menjauh hanya karena peringatan-peringatan yang ia berikan kepada orang-orang sekitar: 'ada seseorang di belakangmu', 'kaki kirimu hampir menginjaknya', 'ada orang di kursimu'. Tidak peduli bagaimanapun Dhea berteriak: 'Jangan lewati jalan itu', orang-orang yang melihat hanya akan menatapnya heran sementara sisanya menertawakan.

'Anak gila' adalah julukan lain yang tak jarang ia dengar.

Dhea baru menyadari ada yang salah dalam dirinya ketika tak satu pun dari temannya mau bertahan di sisinya. Jauh di lubuk hatinya, Dhea membenci semua perlakuan yang tidak adil itu. Namun, setelah tahu tenyata ia yang berbeda, Dhea berubah membenci dirinya sendiri. Dhea benci saat kenyataan membawanya mengetahui bahwa ada makhluk lain di antara orang-orang yang berseliweran dalam pandangannya. Bahwa 'mereka' makhluk astral, makhluk yang seharusnya tidak bisa ia lihat dengan mudahnya masuk dalam bidang pandangnya.

Usia mungkin patut disalahkan atas pengetahuan yang terlambat itu. Namun, seolah bagian dari dirinya yang lain juga ikut menghianatinya, dengan usia yang masih belia mengapa gadis kecil itu masih mengerti kalau ia dikucilkan? sewaktu-waktu ia harus bersembunyi di tempat sepi untuk menangisi kemalangannya. Mengapa untuk yang satu ini ia cepat sekali paham? Tidak bisakah ia berpura-pura tidak mengerti ketika semua orang menghinanya?

Terlambat.

Siapa yang akan bertanggung jawab atas hancurnya psikis anak yang baru berusia tujuh tahun?

Ketika anak lain bermain dengan leluasa di luar sana, Dhea hanya bisa meringkuk di balik jendela. Ketika anak-anak lain dengan bebas memilih tempat liburan mana yang harus mereka kunjungi, Dhea sibuk gonta-ganti psikiater untuk mempertahankan kewarasanya. Ketika sekolah telah menjadi tempat untuk mengenal lebih banyak teman, Dhea telah kehilangan semua itu bahkan sebelum ia benar-benar memilikinya. Home schooling sangat membosankan, tetapi pilihan itu harus ia ambil saat dunia sudah tidak menginginkan dirinya hadir di tengah-tengah. Walaupun sebenarnya ia tidak benar-benar sendirian. Makhluk pucat dengan segala rupa itu selalu hadir di mana pun.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top