Life 1 :Part 6❄️ -End (2)

.
.
.
.
.

Tes

Sakit. Rasanya sangat sakit sampai Kageyama bisa merasakan tetesan air mata mengalir perlahan dari kedua pipinya. Ia membuka matanya sejenak. Ia sudah bangun dan ada di dunia nyata. Pertemuannya tadi dengan Oikawa terasa sangat menyedihkan. Ia sama sekali tidak menyangka kalau Oikawa akan meninggalkan nya hari ini. Hari ini adalah hari terakhir kami bertemu.

Ia itu adalah mimpi. Kageyama pikir ia akan selamanya bertemu Oikawa tapi tidak. Ia hanyalah sekedar halusinasi yang tercipta karena kesakitan hatinya. Dan ia akan lenyap saat kesakitan itu hilang. Tapi bukankah itu belum menghilang?. Lalu kenapa Oikawa lenyap hari ini?. Sakit. Ia tidak menyangka kalau pertemuan nya dengan Oikawa akan menjadi se menyedihkan ini. Sangat menyedihkan.

Kalau begini ia berharap kalau ia tidak akan bertemu Oikawa. Ia tidak bisa membantu Apapun. Melainkan Oikawa yang selalu membantunya. Oikawa Mencintai nya, tapi ia sama sekali tidak bisa membalas perasaan nya. Oh ya, Kageyama lupa kalau sejak awal Oikawa itu tidak pernah ada. Dia tidak nyata, dia bahkan sebenernya bukanlah manusia.

Hanya sekedar halusinasi, hanya sekedar mimpi. Ia tidak nyata. Selama nya Oikawa tidak akan menjadi nyata. Ia tidak akan bisa selalu menemani Kageyama. Ia tau itu. Tapi tetap saja perpisahan ini begitu mendadak dan membuat hati Kageyama terasa aneh. Sakit, sangat sakit. Rasanya seperti ada sesuatu yang terpotong begitu saja dari hatinya. Ia tidak sadar, kalau selama ini Oikawa perlahan mengisi hatinya itu. Mengobati setiap rasa sakit itu.

Perlahan-lahan...dan Oikawa menjadi bagian penting..dalam hatinya..

.
.
.
.
.

Tsukishima mendatangi Kageyama. Ia menatap dengan kedua manik sendu. Kageyama tertegun saat melihat tsukishima mendatanginya. Ia kira tsukishima membencinya dan tidak akan mau bertemu lagi dengannya. Dan sekarang?. Ia benar benar tidak tau. Ia memang berharap kalau tsukishima suatu hari akan berada disisinya. Tapi...ini.. seperti mimpi saja.

Apa..apa ini nyata?.

Ia...ia tidak akan kehilangan siapapun lagi kan...?.

Setelah Oikawa...apa..apa tsukishima akan pergi..lagi?.

Pertanyaan itu memenuhi pikiran Kageyama. Ia sakit. Ia takut. Perpisahan nya dengan Oikawa membuatnya trauma. Hanya tsukishima yang ia miliki sekarang. Tsukishima selalu cuek padanya, selalu tidak mengatakan apa apa. Ia takut kalau semua ini hanyalah khayalan nya saja. Kalau sebenarnya tsukishima tidak ada disini. Ia sendirian. Takut..., Ia takut sendirian.

Kageyama meremas tangannya. Tubuhnya masih lemah. Ia mengarahkan tangan kanan nya dengan paksa. Apa ini nyata?. Apa ia pantas untuk bahagia?. Apa..apa tsukishima akan meninggalkan nya lagi?. Apa.. ini hanya sekedar khayalan belaka?.

Tsukishima tersenyum tipis. Ini bukan mimpi. Kageyama membulat kan matanya saat jari jemarinya dapat menyentuh tangan kanan tsukishima. Hangat. Ini nyata. Tsukishima benar benar ada disini sekarang. Kehidupan Kageyama selalu di penuhi dengan es. Es yang membuat setiap waktunya terasa membeku. Dan dirinya terperangkap dalam nuansa itu.

Kebahagiaan ini bertambah ketika tsukishima memeluknya. Memeluknya untuk pertama kalinya setelah beberapa tahun ini. Rasanya ia sangat merindukan nya. Rasanya sudah terlalu lama sejak ia bisa merasakan sensasi kecil ini. Hangat. Es di dalam kehidupannya terasa mencair secara perlahan. Hanya karena pelukan ini.

Sesuatu yang sangat ia rindukan sejak dulu. Apa..apa ia pantas untuk bahagia?. Semua ini nyata kan?. Ini bukan sekedar mimpi lagi kan?. Ia tidak akan menghilang kan?. Rasanya seluruh dirinya mau hancur saat memikirkan kemungkinan terburuk itu. Ia..ia tidak mau kehilangan lagi..

Cukup satu kali saja. Atau ia tidak akan pernah mau merasa kehilangan lagi. Tsukishima memeluk tubuh rapuh Kageyama. Kageyama bahkan tidak sadar ia sudah menangis. Membuat muka yang sangat menyedihkan di depannya. Raut Kageyama yang sangat jauh dari biasanya. Hatinya sakit.

"Aku merindukanmu Kei.." bisik Kageyama meluapkan semua rasa cinta yang terpendam sejak lama. Tsukishima memeluknya dengan erat, seolah tidak akan pernah melepaskannya lagi.

"Aku juga Tobio.., aku sangat merindukanmu..." Bisik Tsukishima pelan di sampingnya dengan penuh perasaan.

Kageyama pelan menjauhkan wajahnya dan perlahan tersenyum seraya memegangi wajah Tsukishima yang terasa nyata. Tsukishima ada disini.

Ada di dekatnya.

Tsukishima tidak bisa menahan air matanya lagi, betapa dirinya begitu merindukan Kageyama. Betapa Tsukishima ingin selalu bersama dengannya, perasaan yang selalu terpendam dan selalu menjauh tanpa alasan selama beberapa tahun ini, dan sekarang Tsukishima bersama dengan Kageyama. Tsukishima bisa menyentuhnya dan saling berbagi rasa cinta dengannya.

Seperti Mimpi yang tidak akan pernah terwujud. Kehidupan bagai es yang perlahan berakhir. Kehidupan mereka berdua bergerak ke arah yang jauh lebih hangat, jauh dari es yang selalu dingin dan selalu membeku.

"Aku mencintaimu Kei, aku selalu mencintaimu..." Seru Kageyama. Dengan wajahnya yang penuh dengan air mata.

"Aku mencintaimu Tobio, aku Selalu mencintaimu...", Seru Tsukishima mendekati wajah manisnya, mengusap pelan wajah manis yang penuh air mata. Dan perlahan mendekat, mereka saling tersenyum dan berciuman singkat. Berbagi rasa Cinta yang sudah lama hilang.

Antara Mereka Berdua.

Sejak awal. Sejak awal seharusnya ia lebih berani. Seharusnya ia buang saja pemikiran bodoh itu. Karena itu Kageyama selalu menderita. Karena ia terlalu memikirkan banyak hal. Ia berpikir kalau ia melakukan ini sesuai pikirannya maka semuanya akan baik baik saja. Kageyama tidak akan terluka. Tapi ia terluka di dalam. Ia begitu tersakiti di dalam.

"Aku mencintaimu"

Seluruh kehidupan nya begitu dingin. Tanpa seorangpun. Tanpa siapapun. Ia sadar dan malah terus terpaku dengan pemikiran nya. Apa gunanya ia cerdas, jika orang yang paling ia cintai terluka?. Kageyama selalu tersakiti. Tersakiti terus menerus. Hatinya terluka tanpa ada yang mengobati... sekarang, ia akan terus bersama nya.

"Aku sangat mencintaimu, Tobio"

Bagaimana pun caranya. Biarpun ia harus membuang semuanya. Biarpun ia harus membuang semua kewarasan nya. Ia rela menjadi gila atau pembunuh sekalipun. Ia tidak akan meninggalkan Kageyama sendirian lagi. Ia akan selalu di sisinya. Ini bukanlah sekedar janji dan harapan. Melainkan sebuah keharusan. Ia berjanji. Jika ia membuat Kageyama menderita lagi atau bahkan menangis sampai seperti ini.

"Aku lebih mencintaimu dari apapun di dunia ini.."

Ia...ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri. Itu menunjukkan ia tidak akan pantas untuk Kageyama. Jika Kageyama tidak ada dalam hidup nya. Ia pasti tidak akan bisa melanjutkan hidup lagi. Dan sudah dipastikan ia akan bunuh diri. Itu sudah pasti. Karena Kageyama adalah alasan ia hidup. Alasan yang membuat tsukishima bisa melakukan apapun. Apapun..,

"Aku ingin kau selalu bahagia"

"Karena aku mencintaimu"

.
.
.
.
.

"Bagaimana Yamaguchi?" Tanya Kageyama selepas dari rumah sakit seminggu kemudian.

"Di rumah sakit, kritis" desah tsukishima bernada datar.

".... begitu...". Tsukishima melihat ke arah Kageyama di depannya itu. Ia tampak khawatir meksipun bicaranya singkat seperti biasanya.

"Kau tidak membencinya?"

Kageyama mendongak. Dan sontak ia mengeleng lagi. Kali ini ia menatap dengan wajah polos.

"Tidak.." seru Kageyama pelan. Ia mengenggam selimut yang masih ia kenakan itu.

"Bahkan setelah semua yang dia lakukan padamu?. Dia itu hampir membunuhmu tau!" Seru Tsukishima dengan dingin, ketika ia mengingat lagi tentang semua perbuatan Yamaguchi yang kelewat batas.

Kali ini Kageyama hanya mengalihkan pandangannya pada vas bunga yang ada di meja tepi kasur milik Kageyama. Menatap dengan kedua mata berwarna hitam dengan polos, melihat setiap helai yang tampak segar dengan warna kuning.

"Lagipula, benci itu hal jahat kan. Aku tidak mau membenci Yamaguchi karena perasaannya itu". Sama seperti bunga ini. Ia memang tidak tau tentang hal serumit itu. Tapi, Yamaguchi sama seperti dirinya. Ia ingin agar tsukishima menjadi miliknya. Dan ia melakukannya atas dasar perasaan itu.

Itu tidaklah sesuatu yang salah.

Mungkin Yamaguchi jauh lebih mengerti tentang perasaan ini daripadanya. Ia hanyalah orang yang minim ekspresi dan susah mengerti dalam apapun. Dan anehnya ia tidak bisa membenci Yamaguchi. Ia tau kalau hal yang dilakukan Yamaguchi hampir membuatnya mati. Tapi..., Itu tidaklah masalah sekarang.

°❤️❤️❤️°

___Srek___

°❤️❤️❤️°

Tsukishima tertegun saat melihat wajah Kageyama yang kini  beralih menatapnya. Dengan sebuah senyuman tipis di wajahnya itu. Tampak begitu murni dan manis ketika angin perlahan berhembus, membuat udara disana terasa begitu hangat dan wajah Kageyama yang begitu manis tatkala sinar mentari mulai naik ke atas.

"Lagipula aku tidak mati kan?. Aku masih ada disini, dan kau sudah memilihku dan sekarang ada disini bersamaku"

"Itu sudah lebih ....dari cukup untuk membuatku sangat bahagia, kei" lanjutnya. Lalu ia menunduk dan memasang sebuah senyum manis disana. Kageyama tampak sangat bahagia, untuk pertama kalinya sejak beberapa tahun ini. Tsukishima akhirnya melihat lagi wajah seperti itu.

Oh God, sosok di depannya ini begitu baik. Seperti seorang malaikat nyata. Bahkan setelah ia di perlakukan seperti itu. Kageyama masih tidak pernah sekalipun menyalahkan dirinya maupun Yamaguchi. Tsukishima perlahan mendekati Kageyama dan memeluk tubuh kecil itu dengan perlahan. Ia tidak tau lagi apa yang harus dia lakukan jika saat itu Kageyama berhenti bernafas untuk selamanya.

"Kenapa kei?" Tanya sosok itu dengan polos.

"Tidak-" seru kei mengeleng. Ia memeluk erat Kageyama. Dan menenggelamkan wajahnya di bahu hangat Kageyama. "-Aku sangat bahagia memilikimu".

.
.
.
.
.

Hari ini untuk pertama kalinya tsukishima mengajak Kageyama jalan jalan. Setelah penyelesaian kasus itu. Tsukishima mencari pekerjaan baru dan Seluruh keluarga pelacur itu di tangkap atas tuduhan korupsi dan dunia gelap. Dan Yamaguchi sendiri?. Oh lupakan, tsukishima bahkan tidak mau tau lagi bagaimana keadaan bitch sialan itu. Yang penting ia sudah mematahkan kedua kakinya dan kedua tangannya dan sekarang ia berakhir di rumah sakit dengan keadaan kritis. Tsukishima berharap kalau ia mati saja. Ia bahkan tidak menyesal saat melakukan itu karena hilang kendali.

Rasakan itu BITCH!

Semua kehidupan mereka membaik setelah itu. Yaps, tidak ada orang lain selain Yamaguchi yang membuatnya kesal sampai seperti itu. Ia adalah sampah. Jadi tidak masalah jika ia akan mendapatkan akhir seperti itu. Yang penting akhirnya ia bisa bersama Kageyama setelah semua hal yang terjadi itu.

Tsukishima masih sama seperti biasanya. Cuek tapi perhatian. Dan Kageyama, ia memang masih merindukan Oikawa. Tapi kehidupannya dengan tsukishima mulai membaik. Bahkan sama seperti sebelumnya, tidak ada hal signifikan yang terjadi. Rasanya seperti tidak ada hal aneh yang terjadi akhir akhir ini.

Semuanya tampak baik baik saja. Kageyama sudah mulai bersifat seperti biasanya. Meksipun begitu ia bahagia, tidak lagi bersedih seperti hari hari sebelumnya. Sama seperti hari ini. Tsukishima bahkan menyempatkan waktu untuk mengambil cuti.

Mereka sedang berjalan menyusuri jalanan setelah bandara. Kageyama menunduk, menatap malu malu tsukishima yang ada di depannya. Mereka akan cuti di Jepang. Negara penuh bunga sakura. Selama beberapa hari kedepan. Ia masih malu tentu saja. Karena tsukishima mengatakan kalau ini adalah cuti bulan madu.

"Hm?. Ada apa ousama?" Tanya tsukishima dengan ejekan biasanya. Seperti biasa Kageyama langsung cemberut marah ketika tsukishima mengatakan ejekan itu. Dan wajahnya itu begitu mengemaskan di mata tsukishima. Tsukishima berdehem. Rona merah tipis memenuhi wajah nya.

"Ugh, bisakah kau berhenti mengatakan itu. A..aku kan punya nama" gerutu Kageyama pelan. Ia menunduk lagi. Memegang kedua ujung bajunya dengan malu malu. Sungguh ini memalukan. Tsukishima terdiam membuat Kageyama menengadah kan kepalanya dan seketika ia disambut oleh ciuman tiba tiba tsukishima tepat di bibirnya.

"Umh" lenguh Kageyama. Tsukishima melesatkan lidahnya memberikan ciuman panas. Kageyama langsung menutup kedua matanya karena ciuman itu. Kedua pipinya memerah. Tsukishima melepaskan ciuman tiba tiba nya itu dan tersenyum miring melihat wajah memerah Kageyama yang manis.

"Heh?. Apa kau masih belum terbiasa hm tobio?" Goda tsukishima sedikit mengejek. Sontak kedua pipi Kageyama memerah. Ia menunduk berusaha agar menghindari tatapan tsukishima. Tsukishima terkekeh melihat Kageyama salah tingkah. Ia menjauh kan kepalanya dan mengelus surai hitam Kageyama yang disambut dengan reaksi manis Kageyama.

Ia menutup kedua matanya otomatis seperti anak kucing dan kepalanya ikut bergoyang pelan mengikuti belaian tsukishima. Rambut hitamnya seketika berantakan tapi menambah kesan manis terutama semburat merah di kedua pipinya. Ia bergumam pelan hampir tidak di dengar tsukishima.

"....bo.. bodoh. Itu memalukan tau...kei" seru Kageyama pelan. Ia menatap sedikit marah dan malu bersamaan kepada tsukishima. Tsukishima yang menerima serangan manis Kageyama mendadak langsung memerah. Ia langsung menjauhkan dirinya dan berusaha menetralkan sikapnya. Bisa ia rasakan jiwa liarnya seketika bergejolak ingin memakan Kageyama sekarang juga disini. Tidak. Tidak boleh.

Ini masih diluar. Dan apa kau tidak malu tsukishima memerah disini?. Tsukishima dengan gaya sok cuek nya berjalan di depan seperti tidak terjadi apapun. Sedangkan Kageyama masih berdegup sangat kencang karena ciuman dan perkataan tsukishima tadi itu. Ia berjalan pelan di belakang dengan rona merah yang masih menghiasi manis kedua pipi nya.

'Ugh!. Kenapa ia manis sekali!!' Keluh tsukishima dalam hati sambil terus berjalan. Meksipun saat diluar sama sekali tidak terlihat. Ia menatap dari ujung matanya melihat Kageyama mengikuti nya seperti anak ayam, sambil menunduk tanpa berkata apapun. Lucu banget!.

.
.
.
.
.

Mereka sampai di salah satu perumahan disana. Kami akan menginap disini beberapa hari dan sedang mencari penginapan yang bagus. Tsukishima sedang asyik berbicara dengan pengurus disana. Kageyama memilih untuk melihat lihat sekitar. Tatapannya terhenti saat melihat seorang anak kecil yang sedang asyik bersenang-senang di depan sebuah pohon disana.

Kageyama menatap heran. Ia seperti pernah melihat anak ini. Dari belakang rambutnya berwarna coklat. Sama seperti, ah tidak mungkin. Sudah lupakan Kageyama. Kau tidak bisa terus mengingat nya. Karena akan sedih saat mengingat itu. Sekarang kehidupannya adalah bersama tsukishima. Ia tidak boleh memikirkan orang lain.

Kageyama berjalan mendekati anak itu. Anak itu tampak riang sekali. Kageyama terus mendekat. Dan menepuk pundaknya. Anak itu menoleh dengan senyum lebar di wajah kecilnya itu. Mendadak angin bersepoi Membuat mereka berdua terdiam sesaat.

"Oikawa?"

Anak itu memiliki wajah yang sangat mirip dengan Oikawa. Tampan dan berambut coklat. Warna matanya juga sama. Ini seperti versi kecil nya Oikawa. Senyumnya sama, auranya juga. Ia ...ia mendadak sangat merindukan sosok itu. Anak itu menatap Kageyama dengan bingung saat Kageyama hanya diam saja melihatnya.

"Siapa kau?" Tanya anak itu heran. Kageyama berusaha menyingkirkan pikiran itu. Ia berusaha tersenyum tapi ia langsung ingat kalau orang lain akan takut pada senyum nya terutama anak anak. Ia menatap dengan gusar dan sedikit takut.

Tapi anak itu tidak. Ia malah menjawab dengan senyuman lebar. Ia tidak ketakutan sama sekali. Kageyama tertegun. Ini pertama kalinya selain Oikawa dan tsukishima yang tidak takut saat pertama kali melihatnya. Rasanya familiar. Dan perasaan aneh itu muncul lagi.

"Wah senyum mu manis sekali nona!" Seru anak manis itu tiba tiba. Eh manis?. Pertamakali nya ada yang memuji nya seperti itu. Ia jadi sedikit gugup dan salah tingkah. Kedua pipi nya memerah Membuat anak itu semakin menyeringai.

"Kenapa, malu ya?" Pernyataan itu membuat Kageyama kaget. Ini sama seperti Oikawa yang suka sekali menjahilinya. Ia menatap dengan menaikkan kedua alisnya dengan bangga. Astaga. Anak ini mirip sekali dengan Oikawa.

Sangat mirip..

"Ah tidak , siapa namamu nak?. Dimana orang tuamu?" Tanya Kageyama singkat. Oikawa yang sedari tadi tertawa kini menatap sedikit sendu ke arah pohon itu. Eh apa ia salah bicara?. Mendadak Kageyama merasa sangat bersalah.

"Namaku Tooru. Dan orang tuaku mereka meninggal kemarin ..aku sendirian nona" seru Tooru sedih. Kageyama merasa prihatin dan ikut sedih. Ia langsung memeluk sosok anak kecil itu membuat ia merasa kaget. Kemudian menjawab pelukan itu. Hangat. Ia nyata.

"Aku pernah bertemu dengan seseorang sepertimu.." seru Kageyama tanpa sadar, menatap setiap detail dari anak itu.

Oikawa..., apa kau..ada disini?

Anak itu tersenyum lebar, sama seperti saat Oikawa tersenyum dan memberikannya begitu banyak keberanian, kebahagiaan yang membuat Kageyama bisa menjalani kehidupannya sekarang. Kehidupannya yang terasa begitu menyenangkan.

"Jika aku bertemu dengan Nona, mungkin aku akan sangat menyukai Nona, Nona manis sih dan juga sangatlah baik..!" Seru anak itu menatapnya dengan mata teduh sama seperti Oikawa yang selalu melihatnya dengan penuh kasih sayang. Kageyama terdiam sejenak, merasakan rasa hangat yang perlahan berdesir di dadanya. Didalam dirinya.

Kerinduan. Tentu saja, Oikawa adalah sosok berharga yang berperan penting dalam kehidupannya. Sehingga pada akhirnya Kageyama bisa bersama dengan Tsukishima, kehidupan yang pada akhirnya mencapai sebuah kebahagiaan.

Dan semua itu tidak akan terjadi tanpa adanya Oikawa. Tanpa sadar tetesan hangat mengalir turun dari pipi manis Kageyama.

Hingga sebuah jari kecil yang perlahan menghapus air matanya, Kageyama perlahan mengerjapkan matanya melihat seseorang disana. Dia yang perlahan tersenyum kepadanya dengan senyuman lebarnya.

Yang tidak pernah pudar.

"Nona, jangan menangis. Aku akan sedih jika nona bersedih, aku sangatlah menyukai nona!" Seru anak itu. Kageyama pelan tersenyum menghapus air mata itu, memeluknya lebih erat.

Hangat. Dia bisa memeluknya.

Mungkin ini adalah cara pencipta untuk menjalankan takdir. Ia bertemu lagi dengan sosok itu kali ini dalam dunia nyata. Itu adalah sebuah keajaiban yang sama sekali tidak pernah disangka Kageyama. Ia bertemu lagi dengannya. Dengan orang lain yang sangat mirip dengannya. Ia akan menjaga anak ini dengan sepenuh hati.

"Tooru"

"Hm?" Seru anak itu membuka matanya sejenak. Kageyama melepaskan pelukannya sesaat dan menyentuh kedua pipinya.

"Apa kau mau hidup bersama ku?. Kau akan menjadi anak ku. Tooru", anak?. Rasanya pasti sangat menyenangkan jika memiliki orang tua sepertinya. Ada perasaan aneh yang timbul seperti ia memang sudah ditakdirkan akan bertemu dengannya. Dalam pertemuan ini. Pertemuan yang sama sekali tidak pernah disangka. Ia bertemu lagi dengan sosok Oikawa dalam kehidupan nyatanya. Kali ini bukanlah sekedar halusinasi.

"Iya, salam kenal kaa-san!" Katanya mengulas senyum.

.
.
.
.
.

Omake

.
.
.
.
.

Saat ini Kageyama sedang asyik memasak di dapurnya yang kecil dan nyaman di rumah. Seseorang langsung dengan nyaman memeluknya dari belakang. Ia mengesekan kedua pipinya dengan manja pada punggung Kageyama. Memeluk dengan melingkarkan kedua tangannya yang besar pada tubuh kecil Kageyama.

"Kaa-san, omelet lagi?" Gerutu Tooru saat melihat orang tua angkatnya alias Kageyama lagi lagi memasak omelet kesukaan ayahnya. Ia sedang menggoreng telur yang terlihat enak dengan nasi goreng di dalamnya.

Kageyama hanya menatap datar lalu ia tersenyum tipis seraya memegang puncak kepala milik anak angkatnya yang kini sudah beranjak dewasa itu. Ia terlihat sangat mirip dengan Oikawa. Ah tidak, dia adalah Tooru. Anak manisnya yang kini malah sudah lebih tinggi dan besar darinya. Ia senang melihat Tooru tumbuh besar dalam dekapannya.

"Kenapa sayang hm?. Kau mau apa?, Nanti kaa-san masakan" seru pria manis itu. Ia mengecup lembut kening Tooru sejenak dan lanjut meletakkan masakan itu ke atas piring putih itu.

"Hm~~~"

Tooru masih memandang Kageyama dengan menyelipkan wajahnya dengan manja ke samping. Melihat ke arah depan dengan sedikit menggerutu. Kageyama tentu saja tau apa yang diinginkan oleh Tooru.

Ia mengambil salah satu masakan yang sudah masak terlebih dahulu. Ia langsung memasukkannya pada mulut Tooru. Langsung saja Tooru sangat senang. Ia memeluk erat tubuh Kageyama hingga suara tsukishima membuyarkan nya. Tooru tampak risih dan lagi lagi ia memeluk protektif Kageyama. Membuat Kageyama menjadi lebih kecil di pelukannya.

"Kau ngapain sih?. Sudah sana kau harus mandi dulu. Busuk" seru tsukishima yang baru saja keluar dari kamar.

"Ih apaan sih Tou-Chan!. Kau pasti iri karena aku bersama ibu kan??" Gerutu Tooru. Ia semakin memeluk erat tubuh ibunya itu. Membuat Kageyama menjadi sedikit kewalahan.

"Kau ini" baru saja tsukishima hendak menegur anak kurang ajar itu. Kageyama sudah mengelus pelan surai milik Tooru. Dan ia mengecup pelan puncak kepala Tooru dengan sedikit berjinjit. Ia tersenyum melihat ke arah anaknya itu.

"Sudah mandi sana" seru Kageyama. Tooru masih sedikit merengut tapi ia mengangguk. Segera Tooru pergi dari sana seraya memandang seram ke arah tsukishima selaku sebagai seme bagi Kageyama itu.

Sedangkan Kageyama hanya seperti biasa saja. Kageyama mengambil masakan yang ia buat dan berjalan kearah tsukishima dengan wajah datar seperti biasa. Ia meletakkan makanan yang ada di tangannya di atas meja dimana laptop tsukishima ada disana. Tsukishima sudah mulai bekerja dirumah katanya ia khawatir kalau anaknya, Tooru malah akan mengambil Kageyama kalau ia tidak ada. Padahal kalau menurut Kageyama. Tooru kan anaknya jadi wajar wajar saja. Tapi maksud tsukishima tentu saja bukan itu. Dan itu sama sekali tidak dimengerti pria yang sangat polos satu ini.

"Kei. Nanti-" belum sempat Kageyama bersuara. Tiba tiba tsukishima sudah menarik tubuh kecil Kageyama hingga ia begitu saja terduduk di atas paha tsukishima yang sedang duduk di kursi. Tsukishima tersenyum saat melihat Kageyama kini berada sangat dekat dengannya. Ia dengan perlahan memajukan wajahnya mendekati wajah Kageyama yang ada di depannya sehingga membuat wajah datarnya tampak memerah.

"Ada apa?, Kau malu tobio?" Seru suara pelan tsukishima.

"...///"

Kageyama memerah dan hanya bisa menunduk. Tsukishima perlahan mengukir senyum dan mencium bibir manis kageyama. Ia melumatnya pelan. Dan kedua tangannya perlahan menangkup kedua pipi gembul Kageyama untuk memperdalam ciumannya. Setelah beberapa saat tsukishima melepaskan ciumannya. Meninggalkan tautan tipis di antara mereka. Tsukishima mengurai senyum saat melihat wajah Kageyama yang manis. Ia mengarahkan wajahnya diantara ceruk leher Kageyama membuatnya melenguh pelan.

"Kau mau kita melakukannya hari ini..hm tobio?" Bisik kei. Seraya mengigit pelan telinga sensitif milik Kageyama.

"A..ah...kei...j.. jangan" seru Kageyama pelan. Ia berusaha menahan desahannya dengan meremas kedua bahu kei saat ia mulai menjilati telinganya. Kageyama bergetar hebat. Dan ia menutup kedua matanya. Kedua pipinya sudah memerah padam saat kei perlahan memasukkan tangannya ke arah kaos.

"Stop!. Stop!. Hei hei apa yang mau kau lakukan dengan kaa-san?!" Seru Tooru dan seketika menghentikan kegiatan tsukishima. Tsukishima menatap jengkel ke arah anaknya ini. Dan Kageyama menghela nafas lega. Tapi sebelum itu. Tooru sudah ikutan memeluk Kageyama dari belakang hingga membuat kedua pipi mereka saling menempel.

"Aku juga ikutan dong!" Seru Tooru dengan manja.

"Hei minggir. Ini waktuku dengan kaa-san, kau pergi sana" usir tsukishima sinis.

"Ish apaan sih!" Gerutu Tooru.

Kageyama hanya diam saja. Lalu ia perlahan tertawa. Dan ia langsung memeluk kedua orang paling berharga miliknya ini. Menempelkan kedua pipi mereka pada wajahnya. Ia tersenyum lebar dan membuat kedua orang itu juga ikut tersenyum saat melihat wajah manis Kageyama yang bahagia itu.

"Haha.. dasar kalian ini" gumam Kageyama pelan. Ia menatap ke arah kedua sosok itu secara bergantian. Dan ia dengan penuh kasih sayang bergantian mengecup pipi tsukishima dan Tooru dan terakhir ia memeluk mereka berdua dengan tangan kecilnya. Tersenyum lebar bersama mereka dalam setiap detik kehidupannya ini.

<•••Aku menyayangi kalian•••>

.
.
.
.
.

End


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top