Life 1 :Part 2❄️
.
.
.
.
.
"Emh..." Desah Kageyama perlahan. Ia merasakan cahaya matahari merambat masuk menganggu waktu tidurnya. Ia terbangun dengan kondisi masih sedikit ngantuk dan berantakan. Kageyama mengusak kedua matanya membiarkan posisi duduknya sejenak. Dengan wajah polos khas bangun tidur. Ia masih belum sempat berpikir lagi, hingga ia akhirnya teringat tentang kemarin.
Eh kemarin?. Kageyama memutar matanya ke arah salah satu jam di ruangan itu. Jam 8, sama seperti waktu ia mulai merasakan perasaan ngantuk aneh itu. Dan lagi ia baru sadar kalau sekarang ia ada di kamar, bukan lagi di taman. Apa ia sedang bermimpi?. Kenapa ia berpindah pindah seperti ini?.
Setelah mengumpulkan nyawa. Barulah Kageyama bangun dari tempat tidurnya. Padahal setaunya kemarin ia terbangun, bahkan berkenalan dengan seseorang. Dan sekarang, ia malah merasa sangat segar seolah baru bangun tidur. Ini aneh, tapi Kageyama tidak mau memikirkan hal itu.
Bikin pusing saja. Mendingan ia masak. Udah lapar. Yah beginilah Kageyama, bodoh amat dan sedikit lugu untuk urusan apapun. Kageyama memutar kenop pintu. Ia menatap sendu lagi lagi. Suasana hatinya mendadak suram.
Rumahnya sudah kelam lagi. Dengan kondisi sepi yang sama setiap harinya. Tsukishima bahkan tidak mau Menunggu nya bangun. Ia malah langsung pergi begitu saja. Sebegitu bosannya ia padaku?. Kageyama berjalan menuju kamar. Kamar utama. Kamar dimana seharusnya kami tidur bersama usai pernikahan.
Tapi kamar tersebut tidak pernah di pakai lagi. Tsukishima selalu pulang malam. Atau tidak pulang sama sekali. Ia sering menghabiskan waktu di luar. Saat pulang. Ia langsung tidur atau bersenang senang bersama Yamaguchi. Ia tidak bisa marah atau melarang. Ini adalah kesepakatan nya. Dan pada pihak ini Kageyama yang bodoh.
Meskipun tsukishima sudah berkali kali memintanya untuk mengakhiri hubungan. Tapi Kageyama sama sekali tidak mau dan bersikeras untuk tetap bersama nya bagaimanapun keadaannya. Tsukishima menjadi kesal dan akhirnya sama sekali tidak mempedulikannya lagi setelah itu. Kageyama?. Ia masih tetap bersikeras sampai sekarang.
Alasannya karena ia masih mencintai tsukishima. Sangat. Ia ingin bersama nya apapun dan bagaimanapun. Ia masih ingat janji pernikahan yang sempat di ucapkan nya dengan sepenuh hati. Tidak ada seorangpun yang dapat ia cintai, walau sudah berusaha sekalipun. Selain tsukishima seorang. Itu jahat ,kejam. Hatinya sangat sakit tapi ia tetap mencintai tsukishima. Sedangkan ia?. Sudah menemukan orang lain.
.
.
.
.
.
Kageyama berjalan masuk ke dalam kamar itu. Berantakan. Tsukishima pasti lagi lagi tidur bersamanya. Entah sudah beberapa kali ini terjadi. Menambah bekas luka di hati dan seluruh tubuh kageyama. Luka yang tidak akan pernah terobati. Sakit. Sakit sekali.
Kageyama menghela nafas. Berusaha tetap kuat. Sebagai seorang suami yang baik. Ia harus tetap menjalankan tugasnya. Bagaimanapun ini juga rumahnya. Kageyama merapikan kamar tidur itu hingga bersih. Ia terhenti di hadapan sebuah foto. Foto masa muda dimana ia bertemu dengan tsukishima pertama kali.
Ia jadi teringat masa dahulu. Tsukishima masih menyimpannya disini. Semua kenangan yang terpajang rapi. Kageyama masih mengingat detailnya dengan jelas. Ia mengambil foto itu. Menatap lekat lekat dan mengelus wajah tsukishima yang tidak jauh berbeda dari sekarang.
Wajahnya masih cuek. Dengan kacamata khasnya. Headset yang selalu terpasang di kedua telinganya. Warna matanya yang berwarna biru dan mengintimidasi. Serta bibirnya yang selalu mengeluarkan kata kata kasar. Masih sama. Tidak ada yang berubah. Dia lebih tinggi sedikit dari Kageyama. Dan lebih dominan tentunya.
Kageyama terkekeh pelan mengingat betapa manisnya kejadian masa dahulu. Kejadian yang sudah sangat lama. Padahal hanya memakan beberapa tahun lalu. Dan kenangan itu hanya tinggal kenangan belaka. Sekarang tsukishima sudah mencintai seseorang.
Ia tidak lagi mencintai dirinya seorang. Saat pertama bertemu. Masa SMA. Disana ia juga ikut permainan bola voli. Ia menyukai voli dan terdapat banyak masalah disana. Tapi tsukishima entah kenapa selalu ada di sebelahnya. Menyebalkan Memang, tapi ia memang selalu ada disisinya. Ia memenangkan Kageyama dengan cara tidak terduga. Dan sejak saat itu.
Mungkin Kageyama sudah jatuh hati padanya..
.
.
.
.
.
"Hei!, Ousama!" Teriak salah satu suara menyebalkan itu. Kageyama memandang dengan jengkel orang itu. Ia lagi sangat kesal karena kalah pertandingan lagi lagi. Kageyama benci kalah. Orang itu mendekati Kageyama dengan tergesa gesa.
"Apa?" Tanya kageyama ketus. Sudah memasang mode galak yang bisa membuat semua orang takut padanya. Kecuali orang ini yang sudah terbiasa dengan hal itu. Orang itu melepaskan headsetnya. Ia pasti akan mengejeknya lagi.
"Kau mau mengejekku kan?. Ejeklah. Aku memang pantas diejek", seru Kageyama. Ia memiringkan kepalanya sedikit sedih. Ia tidak mau orang lain menganggap nya lemah karena itu. Ia kuat. Dan ia benci saat mereka memandangnya lemah.
Grep!
Tsukishima menangkup kedua pipi gembul Kageyama secara tiba tiba. Membuat Kageyama memandang nya heran. Tsukishima memandang tajam ke arah wajah Kageyama. Mendadak degup jantung Kageyama menjadi semakin kencang. Ugh, kenapa dia?.
"Kau tidak usah khawatir seperti itu. Kita memang wajar kalah. Lawan kita terlalu kuat. Nanti kita akan menang lagi. Jangan sedih lah. Masa ousama nangis?" Seru tsukishima. Kageyama menepis tangan tsukishima. Ia tidak tau apakah tsukishima sedang mengejek atau mencoba menghibur nya. Yang jelas, rona merah itu perlahan menghiasi wajah ketus Kageyama.
"Berisik" keluh Kageyama pelan. Dan tsukishima melukiskan senyuman tipis disana. Seolah berhasil membuat Kageyama tersipu dan tidak bersedih lagi.
.
.
.
.
.
Ah. Ia jadi mengingat masa lalu. Kageyama melihat ke arah jam. Lagi lagi sudah jam 12. Ia memikirkan masa lalu terlalu lama. Kageyama beranjak untuk makan siang dengan bahan yang ia beli kemarin. Rumah sangat sepi. Untung saja Kageyama belajar memasak terlebih dahulu. Itupun karena tsukishima, jika tidak ia tidak akan mau bersusah payah belajar memasak.
Ah. Tapi sekarang apa gunanya?. Tsukishima bahkan sama sekali tidak memedulikan nya lagi. Bahkan panggilan ousama itu tidak pernah lagi terdengar. Ia tau kalau panggilan itu hanya sekedar ejekan baginya. Tapi sekarang, ia merindukan itu. Kageyama berusaha tersenyum tipis. Ia baik baik saja.
Ini sudah biasa. Kau akan terbiasa Kageyama. Kageyama melanjutkan makan siang sendiri dan membereskan rumah hingga malam menjelang. Hari ini tsukishima sama sekali tidak pulang. Kageyama menunggu dia di ruang tamu. Ia sebenernya sudah mengantuk sedari tadi. Tapi ia mau menunggu tsukishima. Mungkin ia lapar atau membutuhkan hal lain. Makanya ia terjaga.
Kageyama menatap ke arah jam. Sudah jam 12 malam. Tsukishima belum juga pulang. Kageyama mengucek matanya untuk kesekian kali. Akhirnya tsukishima pulang. Kageyama langsung mendekati tsukishima. Tapi alih alih di sambut hangat. Ia malah tidak mau menatapnya. Tsukishima malah langsung mengeser kasar dan tidak peduli Kageyama seolah ia adalah barang atau orang asing ke sebelah kanan yang kosong.
Kageyama sedikit terhuyung tetapi berhasil mengendalikan diri. Tsukishima tidak mengatakan apapun dan hanya masuk ke kamar serta menguncinya. Begini lagi. Kageyama menelan kenyataan pahit. Ia sudah tau. Tsukishima tidak lagi mencintainya.
Kageyama melangkah gontai masuk ke kamar tamu. Padahal ia sudah menunggu tsukishima sampai selarut ini. Tapi tsukishima sama sekali tidak peduli. Udah beberapa kali ini terjadi. Tapi hatinya masih saja sakit sekali. Ia belum terbiasa.
Dengan segala kegundahan itu. Kageyama merangkak menuju kasur dimana tidak ada seorangpun disana. Sendirian lagi. Ia memegang guling yang selalu menjadi temannya. Dia berusaha menutup mata. Berusaha menghilangkan semua kesedihan dan kesakitan ini. Tidur adalah solusi terbaik untuk menguatkan hati Kageyama. Lagi dan lagi.
.
.
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top