6. BERKAT DIARY
Berterimakasihlah pada kenangan yang telah tertoreh di masa lalu. Karena tanpa kenangan, kita tak akan bisa menuju masa depan.
🍭🍭🍭
"Lo ...." Baru satu kata yang terucap dari bibir Yugo, tapi berhasil menghentikan langkah Seiza.
Dengan perasaan ragu dan bahagia, Seiza menoleh ke belakang, tapi yang dia lihat hanya punggung Yugo yang masih berdiri tegak membelakangi Seiza dan Seiza terdiam menunggu Yugo untuk kembali berbicara.
"Lo gak usah sok akrab sama gue, apalagi sok baik. Ingat, kita baru kenal" ucap Yugo dingin yang masih bertahan memunggungi lawan bicaranya.
Seiza bingung harus menjawab apa, karena sejatinya dia bukan sok akrab apalagi sok baik, dia hanya melakukan hal yang sama untuk sedikit menghibur prianya itu. Namun, ternyata sekarang pria itu sungguh tak mengenalinya sedikit pun. Jangankan untuk mengenalnya, sekadar menatap ketika berbicara saja tidak.
"A-aku gak bermaksud gitu, kok, Yugo. Cuma─"
"Gue gak butuh alasan apa pun. Keluar sekarang, atau gue yang keluar?" Belum selesai Seiza berucap, Yugo sudah melayangkan ucapan dinginnya kembali.
Tak ada jawaban dari Seiza, karena saat itu juga Seiza langsung membalikkan badannya berhasil keluar dari ruangan lalu menutup pintu rapat agar Yugo tak dapat mendengar isakan kecil Seiza yang sudah tak terbendung lagi.
Ketika kejadian pahit masa lalu kembali terukir secara jelas dan sama, saat itulah kekuatan hati diuji. Seperti itulah gambaran perasaan Seiza saat ini. Kejadian barusan lebih tepatnya mengingatkan Seiza saat malam perpisahan mereka.
🍭🍭🍭
Malam ini Seiza sedang bergelut dengan tugas yang akan dikumpulkan esok hari, tugas membuat laporan keuangan yang dikerjakan di kertas folio bergaris. Hanya membutuhkan waktu satu jam saja seorang Seiza mampu mengerjakan tabel jurnal, buku besar, laporan laba rugi dan perubahan modal. Semuanya Seiza kerjakan tanpa jeda, dia sangat serius apabila sedang mengerjakan tugasnya.
Hanya saja ketika satu tabel lagi yaitu neraca, Seiza kehabisan kertas folio bergarisnya, sehingga dia berjalan menuju lemari tempat menyimpan buku dan berkasnya. Disela-sela kesibukkan mencari kertas folio bergaris, Seiza tidak sengaja menyenggol kotak berwarna biru yang terkena siku kirinya.
Suara benturan kotak dengan lantai terdengar begitu keras memenuhi kamar Seiza, dia pun terkejut dan memundurkan langkahnya agar terhindar dari jatuhan kotak.
Semua barang yang ada di dalamnya jatuh berhamburan, mulai dari buku diary, tempat pensil, kertas origami, sticky notes dan kertas binder warna-warni.
Seiza jongkok lalu menatap nanar semua benda yang tergelatak di lantai kamarnya itu. Tanpa terasa di pelupuk matanya perlahan tumpah membasahi pipi pucat Seiza. Sekelibat bayangan tentang kenangan yang terukir dari semua benda-benda yang berjatuhan itu melintas diingatannya. Semua benda itu memang sengaja Seiza simpan dalam satu tempat, semua benda yang menjadi saksi bisu sejarah kisah cintanya dengan Yugo.
Mulai dari buku diary, itu adalah buku diary Seiza yang digunakan untuk mencurahkan semua cerita bagaimana Yugo berjuang mendapatkan hati Seiza. Lalu perlakuan Yugo kala mereka pacaran sungguh sangat romantis, bahkan bagi siapa pun yang melihat kedekatan mereka pasti akan iri. Sungguh perpaduan yang sempurna, sang pria adalah ketua tim basket yang memiliki wajah tampan dan wanitanya ketua seni yang sangat cantik, lalu kemampuan meraka dibidang akademis pun tak perlu diragukan lagi. Mereka adalah peringkat 1 dan 2 paralel di sekolah.
Saat Seiza merapikan benda-benda itu, matanya tertuju pada diary bergambar lolipop miliknya. Dia tergugah untuk membuka dan membacanya lagi layaknya novel favorit yang selalu dia baca kembali karena ceritanya yang menarik dan membuat Seiza selalu berkhayal tinggi. Sampai akhirnya detik itu juga dia merapikan semuanya ke tempat semula, hanya tersisa diarynya masih dia pegang ditangan kirinya.
Seiza membaca dengan perasaan bahagia. Bahagia karena momen bersama Yugo sangat teringat jelas, untung saja Seiza mencatatnya di diary ini, sehingga tidak ada satu pun yang terlewatkan bagaimana Yugo memperlakukannya dengan manis.
Saat sampai pertengahan halaman, tiba-tiba Seiza menghentikan aktivitas membacanya. Tepat di mana dalam diary itu sedang menceritakan bagaimana Yugo bernyanyi dengan menggunakan gitar di depan pintu kantin untuk menarik perhatian Seiza. Dengan cepat dia membuka laci meja belajar dan diambilnya album foto masa SMAnya itu. Senyuman indah terbit dari bibir Seiza, dia memiliki ide yang cemerlang.
Segera Seiza membuka laptopnya dan menghubungkan dengan sambungan internet, dia mencari info tentang amnesia yang Yugo alam idan senyuman indahnya semakin merekah ketika semua artikel yang dia baca bahwa amnesia bisa disembuhkan dengan berbagai terapi dan salah satunya agar ingatan lamanya bisa kembali, yaitu dengan mengulang kejadian-kejadian yang sudah pernah dilalui.
Seiza akhirnya membulatkan tekadnya, dia akan mencoba mengulangi kejadian yang pernah Yugo lakukan padanya dulu. Namun, kali ini kebalikannya, Seiza lah yang akan melakukan hal manis pada Yugo, sama seperti yang pernah Yugo lakukan. Dengan bermodalkan buku diarynya itu, Seiza yakin bahwa tidak ada yang tidak mungkin.
Karena ini bukan tentang kita berjuang untuk terbang ke angkasa tanpa bantuan alat atau tentang mengembalikan orang yang sudah meninggal untuk hidup kembali. Namun, ini adalah tentang mengembalikan ingatan seseorang yang hilang, tentang mengembalikan cinta yang telah terkubur dalam dan tentang mengembalikan kebahagian yang lama sirna.
Semua akan bisa menjadi mungkin kalau kita mau berusaha dan berdoa. Terlebih lagi kalau peluang yang akan kita dapatkan sangat besar. Mulailah saja dulu, perkara gagal atau berhasil itu urusan nanti. Karena kalau tidak dimulai, lalu kapan akan mengetahui akhirnya?
🍭🍭🍭
Semalam setelah Seiza sibuk dengan buku diary dan menyusun rencananya itu, dia ketiduran dengan terduduk di meja belajarnya dan saat bangun pun dia kesiangan, alhasil dia ditinggal oleh Riko karena ketika Riko menjemputnya dia masih dalam keadaan tidur. Bahkan puluhan panggilan sudah Riko lakukan, tapi tetap saja tidak berhasil membangunkan Seiza.
Mungkin karena kelelahan membaca dan mengingat kejadian masa lalu, sehingga Seiza tertidur dengan lelapnya sampai dia bermimpi indah dan berkat mimpi itu, hari ini Seiza terus mengembangkan senyumnya walaupun dia harus mendapatkan tugas tambahan serta tidak dapat mengikuti mata kuliah Perpajakan.
Saat Seiza sedang menunggu pesanannya datang, dia memainkan ponsel untuk mengecek notifikasi yang belum dilihatnya, saat sedang mengetik pesan untuk dikirimkan ke Riko, tiba-tiba seseorang duduk di depannya.
"Hai. Kakak anak akuntasi, kan?" Suara itu mengalihkan pandangan Seiza dari ponselnya dan menatap orang yang baru saja mengajaknya bicara.
"Iya. Maaf, siapa yah?" tanya Seiza dengan kerutan dikeningnya.
"Sebelumnya, kenalin, aku Delia, anak semester 1." Gadis yang bernama Delia itu mengulurkan tangan kanannya.
"Aku Seiza, semester 3," balas Seiza sambil mengangkat tangannya dan membalas uluran tangan Delia.
"Aku boleh tanya sesuatu gak?"
"Iya, tanya apa?" Seiza bingung dengan kedatangan wanita cantik dengan rambut panjang bergelombang dan warna rambutnya sedikit pirang.
"Aku dapat tugas tambahan dari dosen, tapi aku disuruh dosennya tanya tugas ini ke Kakak, karena dosennya sama."
Seiza akhirnya paham maksud dari adik tingkatnya ini menemuinya, rupanya ingin bertanya tugas. Dia pun tersenyum seraya mengeluarkan laptop dan segera membukanya.
"Aku minta alamat email kamu, nanti aku kirim contohnya." Tanpa banyak pertanyaan lagi, Seiza pun langsung mengirimkan tugas yang tadi dia kerjakan setelah Delia menyebutkan alamat emailnya.
"Wah. Makasih banyak, Kak. Kakak memang baik banget. Harus dengan apa aku balasnya, nih? Traktir makan kah? Nonton? Jalan? Atau mau aku beliin sesuatu?" tawar Delia dengan bersungguh-sungguh.
"Kamu ini kayak mau ngajak orang nge-date aja deh." Seiza terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya.
"Kak Seiza gak perlu khawatir ...." Delia menggantungkan kalimatnya sambil menangkupkan kedua tangannya di dagu. "Aku ini anak orang kaya, Kak. Jadi kalau Kakak udah bantu aku, aku bakal balas budi langsung dibayar tunai," lanjut Delia sedikit berbisik bicaranya.
Seiza hanya mengerutkan keningnya saja karena bingung dengan tingkah adik tingkatnya ini. Dia bingung harus bersikap bagaimana dengan orang yang tiba-tiba menghampirinya itu. Sampai akhirnya pesanan Seiza datang, Delia masih saja terus mengoceh hal yang menurut Seiza kurang penting. Namun, karena Seiza yang tak mungkin langsung mengusir keberadaan Delia begitu saja, akhirnya mereka pun terlibat percakapan ringan tentang mata kuliah jurusan mereka.
Lalu tiba-tiba dari arah barat kantin, masuklah segerombolan pria dengan tampang sangar nan rupawan. Melihat kumpulan pria itu, tiba-tiba tubuh Delia menegang seketika, dia langsung tertunduk dan bergerak gelisah.
"Kak Seiza," panggil Delia yang masih tertunduk.
"Hmm?" Seiza masih mengunyah siomay dalam mulutnya hanya bisa berdeham.
"A-aku duluan, yah. Kayaknya aku mau ke perpus aja, deh," ucap Delia dengan terbata yang membuat Seiza bingung. Padahal barusan Delia masih menyerocos membahas Pak Burhan salah satu dosen mereka yang lumayan galak.
"Oh, i-iya, silakan." Seiza pun malah ikut terbata-bata karena merasa heran dengan perubahan sikap Delia yang tiba-tiba.
Saat itupun Delia langsung beranjak dari hadapan Seiza dengan secepat kilat. Seiza merasa heran dan dia melihat Delia menggunakan pintu belakang kantin yang justru jarang dilalui mahasiswa, karena biasanya pintu belakang hanya dilalui para pedagang kantin saja. Sadar akan tingkah itu, Seiza pun melihat sekitar, tapi sepertinya tidak ada yang aneh, hanya saja dia melihat sekumpulan pria yang sedang berjalan mendekati meja Seiza. Ah! Seiza kenal siapa mereka. Arga and the gank. Namun, yang Seiza tau hanya Arga, Alex dan tentunya Okta.
🍭🍭🍭
Setelah selesai sarapan Seiza bergegas kembali ke kelas karena masih ada satu mata kuliah lagi yang menantinya. Namun, ketika sedang berjalan keluar kantin menuju lift, dari arah yang berbeda muncul sosok yang dari semalam Seiza pikirkan.
Dia terlihat rapi dengan kemeja hitam bergaris, celana jeans abu-abu dan sepatu kets hitamnya. Dia berjalan ke arah lift juga dengan tatapan datar tanpa menoleh ke kanan maupun ke kiri, hanya fokus lurus saja. Melihat itu Seiza langsung berjalan dengan cepat agar bisa bersamaan dengan Yugo.
Dengan hati yang masih berdebar, Seiza berhasil berjalan dua langkah di belakang Yugo, sengaja diberi jarak, karena mengingat pertemuan sebelumnya yang masih kurang menyenangkan sehingga Seiza tak mau Yugo semakin tak suka dengan keberadaan dirinya. Mereka berjalan menuju lift yang ada di ujung koridor dengan Seiza yang menjaga langkahnya agar tetap berada di belakang Yugo.
Yugo berhasil masuk ke dalam lift terlebih dahulu, sedangkan Seiza masih berdiri agak jauh di luar. Seiza ragu apakah dia harus menyusul Yugo, atau membiarkannya saja sesuai permintaan pria itu sebelumnya.
Terlalu lama berpikir akhirnya pintu lift sudah tertutup setengah. Namun, seketika tangan Seiza terulur seolah membelah pintu lift yang mengakibatkan pintu itu terbuka kembali. Dan akhirnya Seiza berhasil berada dalam satu lift dengan Yugo.
Hening seketika keadaan di dalam, hanya ada mereka berdua, karena memang seharusnya ini masih jam kegiatan perkuliahaan. Setelah memencet tombol angka 2 pada lift, diam-diam Seiza melirik Yugo yang ada di sebelah kirinya itu. Seulas senyum terbit di bibir mungilnya ketika melihat Yugo menyandarkan kepalanya ke dinding lift.
"Mau sampai kapan lo lihatin gue kayak gitu, hah?" Yugo memang peka dengan keadaan sekitar, sampai dia sadar bahwa dari tadi jadi pusat perhatian gadis di sebelahnya itu.
"E-eh ... mmmm ...." Seiza kikuk karena terkejut aktivitasnya diketahui. Namun, setelah bisa mengontrol cepat debaran jantungnya, selanjutnya dia berujar, "Maaf."
Mendengar itu Yugo hanya berdecih sambil terus menatap lurus ke depan dan belum berkeinginan menatap mata lawan bicaranya.
Untuk mengurangi rasa gugup yang menjalar di dada, Seiza menyibukkan diri dengan merogoh tangan ke dalam tasnya. Dia mengambil sesuatu yang sudah dia siapkan dari semalam. Seiza sudah membulatkan tekadnya mulai hari ini dia akan berusaha membuat Yugo mengingat siapa dirinya dengan cara-cara yang dulu Yugo lakukan saat pendekatan dan pacaran dengan Seiza.
Saat lift sudah berada di lantai 1, segera dia mengayunkan tangan kanannya yang memegang cokelat batang dengan dibubuhi sticky notes kuning.
"Ini buat kamu," ucap Seiza dengan senyuman manisnya. Namun, Yugo hanya mengerutkan keningnya.
"Ayo, ambil." Seiza masih memaksa dengan tangannya yang masih dibiarkan menggantung. Namun, tetap saja tidak mendapat respon karena Yugo justru memasang wajah kesal.
"Ini ambil, buat kamu. Biar kamu sem .... awww!"
Dengan gerakan cepat Yugo menepis tangan Seiza sehingga cokelat di tangannya terjatuh mengenaskan ke lantai lift. Seiza terkejut bukan main, sekilas ingatan masa lalunya kembali memenuhi pikirannya.
"Lo cewek yang kemarin di kelas seni, kan?" Yugo seolah bertanya dengan mimik wajahnya seperti orang menyindir.
"Namaku Seiza, Yugo. Kamu lupa?" lirih Seiza menahan perih di tangan.
"Bukannya gue udah bilang, yah? Jangan sok kenal sama gue!" bentak Yugo yang akhirnya mampu menatap mata lawan bicaranya.
"T-tapi ...." Belum sempat melanjutkan ucapannya, Yugo sudah lebih dulu mengeluarkan ucapan ganasnya.
"Gue paling gak suka sama orang yang sok kenal dan sok akrab! Apalagi kayak lo, yang asal-usulnya gak jelas!" Ucapan ganas Yugo mampu membuat Seiza tercengang karena Seiza tak mengerti maksud ucapan itu.
Sejenak Seiza mengabaikan ucapan ganas Yugo dan hendak berjongkok mengambil cokelat yang jatuh, tapi tepat pintu lift terbuka di lantai 2 yang di depannya sudah mengantri beberapa orang, di antaranya ada dosen Seiza.
Seiza yang tadinya mau mengambil cokelat akhirnya tidak jadi karena harus menyalami dosennya itu. Dan setelah itu Seiza pamit karena ini memang lantai kelasnya dan sebelumnya sempat melirik sekilas ke arah Yugo, tapi yang dilirik masih dalam posisi semula.
Ketika pintu lift tertutup kembali dan beranjak ke lantai atas, pandangan dosen tertuju pada cokelat di dekat kakinya.
"Mas, itu cokelatnya jatuh," ucap dosen itu kepada Yugo.
Walaupun amnesia, Yugo masih tetap punya rasa sopan santun terhadap orang yang lebih tua. Dia pun mendesah pelan dan mengangguk sekali seraya berjongkok mengambil cokelat itu. Pandangannya berubah seketika saat melihat tulisan pada sticky notes yang disematkan di cokelat itu.
'Semangat menjalani hari ini, Kapten 🙂'
Kapten? Lirih Yugo dalam hati. Entah kenapa ada getaran hebat yang Yugo rasakan dalam batinnya ketika membaca nama sebutan itu.
.
.
.
Terima kasih sudah baca. 😘🤗💙
Jaga kesehatan dan makan yg banyak yah. 😘🤗💙
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top